You are on page 1of 10

makalah "ANTROPOLOGI KEBUDAYAAN"

PENDIDIKAN

DAN

KETERKAITANNYA

DENGAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setelah dasawarsa terakhir ini semakin banyak diperlukan keahlian dalam antropologi untuk meneliti masalah masalah pendidikan, maka antropologi pendidikan kemudian dianggap dapat berdiri sendiri sebagai cabang spesialisasi antropologi yang resmi. Antropologi pendidikan apabila dihadirkan sebagai suatu materi kajian, maka yang dikaji adalah penggunaan teori-teori dan metode-metode yang digunakannya. Dalam hubungan ini ada antropologi ekonomi, antropologi politik, antropologi kebudayaan, antropologi agama, antropologi pendidikan, antropologi perkotaan, dan lain sebagainya. Dalam makalah ini penyusun mencoba untuk menjabarkan beberapa hal yang berhubungan dengan antropologi pendidikan. B. 1. 2. 3. TUJUAN Tujuan dari pembuatan makalah ini secara umum adalah sebagai berikut : Mengetahui definisi dari Antropologi Pendidikan. Mengetahui ruang lingkup kajian Antropologi Pendidikan. Mengetahui keterkaitan Anropologi dengan Kebudayaan

BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN ANTROPOLOGI DAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN Disiplin antropologi, sebagaimana yang kita kenal adalah produk peradaban barat yang relatif baru. Di Amerika Serikat misalnya, kuliah antropologi umum yang diberi kredit di College Universitas, diberi di Universitas Vermont itupun baru pada tahun 1886. Seiring dengan publikasi karya-karya teoritis Auguste Comte, pada tahun 1830, pengaruh sosiologi semakin besar dalam perkembangan antropologi. Dalam waktu singkat, antropologi mulai dipengaruhi teori-teori Darwin serta teori evolusi biologis. Begitu pula metodologi dan teori perbandingan hukum perlahan menerapkan pengaruhnya dalam kajian antropologi. Lebih jauh, melalui karya-karya Lewis H. Morgan dan Edward B. Taylor, antropologi berkembang seperti sekarang ini. Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata antrophos berarti manusia, dan logos berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi holistic dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan manjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang sering kali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal. Definisi antropologi menurut para ahli yaitu: 1. Wiliam A. Haviland, Antropologi adalah studi tentang manusia, berusahamenyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusi adan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. 2. David Hunter, Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia. 3. Koentjaraningrat, Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan. Dari definisi-definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (caracara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Secara umum, Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. Sedangkan Antropologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis berdasarkan konsep-konsep dan pendekatan Antropologi.

B.

OBYEK KAJIAN DAN HUBUNGAN ANTARA SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI Objek kajian sosiologi adalah masyarakat, dan kita juga tahu masyarakat sudah pasti berkebudayaan, namun perlu diingat antara masyarakat dan kebudayaan tidak sama, tetapi berhubungan erat. Dalam hal ini masyarakat menjadi kajian pokok sosiologi dan kebudayaan menjadi kajian pokok antropologi. Hal ini disebabkan hubungan erat antara kebudayaan dan masyarakat diibaratkan semut dan lebah bermasyarakat, tetapi tidak berkebudayaan. Sehingga daapt ditarik kesimpulan bahwa masyarakat lebih mendasar dan merupakan tanah dimana kebudayaan itu tumbuh. Kebudayaan selalu berbentuk atau bercorak sesuai dengan masyarakatnya. Menurut Ralph Linton, kata masyarakat menunjuk pada segolongan manusia yang pandai dan bekerja sama, sedangkan kata kebudayaan menunjuk pada cara hidup yang khas dari golongan manusia

tersebut. Dengan kata lain, masyarakat merupakan fungsi-fungsi yang asasi dalam hubungan manusia, sedangkan kebudayaan adalah cara fungsi itu dilaksanakan. Masyarakat berhubungan dengan susunan dan proses hubungan antar manusia dan golongan, kebudayaan berhubungan dengan isi corak dengan hubungan yang ada. Karena itu, keduanya baik masyarakat dan kebudayaan penting bagi sosiologi dan antropologi. Hanya saja, penekanan antara keduanya berbeda. Kedua spesialisasi ini sering digabungkan menjadi satuan bagian. Adapun bidang yang menjadi bahan kajian antara sosiologi dan antropologi meliputi halhal berikut : 1. Sejarah terjadinya dan perkembangan manusia sebagai makhluk biologis. 2. 3. Sejarah terjadinya berbagai bahasa manusia diseluruh dunia dan penyebarannya. Masalah terjadinya persebaran dan perkembangan berbagai kehidupan diseluruh dunia.. Masalah dasar kebudayaan dalam kehidupan manusia dari suku-suku bangsa yang tersebar dimuka bumi sampai sekarang. ANTROPOLOGI DAN PENDIDIKAN Antropologi adalah suatu ilmu yang memahami sifat-sifat semua jenis manusia secara lebih banyak. Antropologi yang dahulu dibutuhkan oleh kaum misionaris untuk penyebaran agama nasrani dan bersamaan dengan itu berlangsung sistem penjajahan atas negara-negara di luar eropa, dewasa ini dibutuhkan bagi kepentingan kemanusiaan yang lebih luas. Studi antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di negara-negara yang sedang membangun sangat diperlukan bagi pembuatan-pembuatan kebijakan dalam rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat. Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya, maka tidak ada seorang ahli antropologi yang mampu menelaah dan menguasai antropologi secara sempurna. Demikianlah maka antropologi dipecah-pecah menjadi beberapa bagian dan para ahli antropologi masing-masing mengkhususkan diri pada spesialisasi sesuai dengan minat dan kemampuannya untuk mendalami studi secara mendalam pada bagian-bagian tertentu dalam

C.

antropologi. Dengan demikian, spesialisasi studi antropologi menjadi banyak, sesuai dengan perkembangan ahli-ahli antropologi dalam mengarahkan studinya untuk lebih mamahami sifatsifat dan hajat hidup manusia secara lebih banyak. Antropologi secara garis besar dipecah menjadi 2 bagian, yaitu antropologi fisik/biologi dan antropologi budaya. Tetapi dalam pecahan antropologi budaya, terpecah pecah lagi menjadi banyak sehingga menjadi spesialisasi spesialisasi, termasuk Antropologi Pendidikan. Seperti halnya kajian antropologi pada umumnya, antropologi pendidikan berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dalam rangka memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia khususnya dalam dunia pendidikan. Studi antropologi pendidikan adalah spesialisasi termuda dalam antropologi. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal tersebut dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan. Dengan makin cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak diperlukan waktu untuk memahami kebudayaannya sendiri. Hal ini membuat kebudayaan di masa depan tidak dapat diramalkan secara pasti, sehingga dalam mempelajari kebudayaan baru diperlukan metode baru untuk mempelajarinya. Dalam hal ini pendidik dan antropolog harus saling bekerja sama, dimana keduanya sama-sama memiliki peran yang penting dan saling berhubungan. Pendidikan bersifat konservatif yang bertujuan mengekalkan hasil-hasil prestasi kebudayaan, yang dilakukan oleh pemuda-pemudi sehinga dapat menyesuaikan diri pada kejadian-kejadian yang dapat diantisipasikan di dalam dan diluar kebudayaan serta merintis jalan untuk melakukan perubahan terhadap kebudayaan. G.D. Spindler berpendirian bahwa kontribusi utama yang bisa diberikan antropologi terhadap pendidikan adalah menghimpun sejumlah pengetahuan empiris yang sudah diverifikasikan dengan menganalisa aspek-aspek proses pendidikan yang berbeda-beda dalam lingkungan social budayanya. Teori khusus dan percobaan yang terpisah tidak akan menghasilkan disiplin antropologi pendidikan. Pada dasarnya, antropologi pendidikan mestilah merupakan sebuah kajian sistematik, tidak hanya mengenai praktek pendidikan dalam prespektif budaya, tetapi juga tentang asumsi yang dipakai antropolog terhadap pendidikan dan asumsi yang dicerminkan oleh praktek-praktek pendidikan.(Imran Manan, 1989) Dengan mempelajari metode pendidikan kebudayaan maka antropologi bermanfaat bagi pendidikan. Hal ini disebabkan karena kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat bersifat unik dan sukar untuk dibandingkan. Setiap penyelidikan yang dilakukan oleh para ilmuwan akan memberikan sumbangan yang berharga dan mempengaruhi pendidikan.

Antropologi pendidikan dihasilkan melalui teori khusus dan percobaan yang terpisah dengan kajian yang sistematis mengenai praktek pendidikan dalam prespektif budaya, sehingga antropolog menyimpulkan bahwa sekolah merupakan sebuah benda budaya yang menjadi skema nilai-nilai dalam membimbing masyarakat. Namun ada kalanya sejumlah metode mengajar kurang efektif dari media pendidikan sehingga sangat berlawanan dengan data yang didapat di lapangan oleh para antropolog. Tugas para pendidik bukan hanya mengeksploitasi nilai kebudayaan namun menatanya dan menghubungkannya dengan pemikiran dan praktek pendidikan sebagai satu keseluruhan.

D.

ANTROPOLOGI DAN KEBUDAYAAN Makna kebudayaan seperti yang ada di dalam http:/translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://what-whenhow.com/social-and-cultural-anthropology/classical-studies-anthropology/ secara sederhana berarti semua cara hidup (ways of life) yang telah dikembangkan oleh anggota masyarakat. Dari prespektif lain kita bisa memandang suatu kebudayaan sebagai perilaku yang dipelajari dan dialami bersama (pikiran, tindakan, perasaan) dari suatu masyarakat tertentu termasuk artefakartefaknya, dipelajari dalam arti bahwa perilaku tersebut disampaikan (transmitted) secara sosial, bukan diwariskan secara genetis dan dialami bersama dalam arti dipraktekkan baik oleh seluruh anggota masyarakat atau beberapa kelompok dalam suatu masyarakat. Masyarakat merupakan suatu penduduk lokal yang bekerja sama dalam jangka waktu yang lama untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan kebudayaan merupakan cara hidup dari masyarakat tersebut atau hal-hal yang mereka pikirkan, rasakan dan kerjakan. Masyarakat mungkin saja memiliki satu kebudayaan jika masyarakat tersebut kecil, terpisah dan stabil.

E.

ISI KEBUDAYAAN Pada dasarnya gejala kebudayaan dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan/aktivitas, gagasan/ide dan artefak yang diperoleh, dipelajari dan dialami. Kebudayaan dapat diklasifikasikan atas terknologi sebagai alat-alat yang digunakan, organisasi sosial sebagai kegiatan institusi kebudayaan dan ideologi yang menjadi pengetahuan atas kebudayaan tersebut. Kebudayaan merupakan gabungan dari keseluruhan kesatuan yang ada dan tersusun secara unik sehingga dapat dipahami dan mengingat masyarakat pembentuknya. Setiap kebudayaan memiliki konfigurasi yang cocok dengan sikap-sikap dan kepercayaan dasar dari masyarakat, sehingga pada akhirnya membentuk sistem yang interdependen, dimana koherensinya lebih dapat dirasakan daripada dipikirkan pembentuknya. Kebudayaan dapat bersifat sistematis sehingga dapat menjadi selektif, menciptakan dan menyesuaikan menurut dasar-dasar dari konfigurasi tertentu. Kebudayaan akan lancar dan berkembang apabila terciptanya suatu integrasi yang saling berhubungan.

Dalam kebudayaan terdapat subsistem yang paling penting yaitu foci yang menjadi kumpulan pola perilaku yang menyerap banyak waktu dan tenaga. Apabila suatu kebudayaan makin terintegrasi maka fokus tersebut akan makin berkuasa terhadap pola perilaku dan makin berhubungan fokus tersebut satu dengan yang lainnya dan begitu pula sebaliknya. Kebudayaan akan rusak dan bahkan bisa hancur apabila perubahan yang terjadi terlalu dipaksakan, sehingga tidak sesuai dengan keadaan masyarakat tempat kebudayaan tersebut berkembang. Perubahan tersebut didorong oleh adanya tingkat integrasi yang tinggi dalam kebudayaan. Apabila tidak terintegrasi maka kebudayaan tersebut akan mudah menyerap serangkaian inovasi sehingga dapat menghancurkan kebudayaan itu sendiri. F. 1. 2. 3. SIFAT KEBUDAYAAN Kebudayaan yang berkembang pada masyarakat memiliki sifat seperti: Bersifat organik dan superorganik karena berakar pada organ manusia dan juga karena kebudayaan terus hidup melampaui generasi tertentu. Bersifat terlihat (overt) dan tersembunyi (covert) terlihat dalam tindakan dan benda, serta bersifat tersembunyi dalam aspek yang mesti diintegrasikan oleh tiap anggotanya. Bersifat eksplisit dan implisit berupa tindakan yang tergambar langsung oleh orang yang melaksanakannya dan hal-hal yang dianggap telah diketahui dan hal-hal tersebut tidak dapat diterangkan. Bersifat ideal dan manifest berupa tindakan yang harus dilakukannya serta tindakan-tindakan yang aktual. Bersifat stabil dan berubah yang diukur melalui elemen-elemen yang relatif stabil dan stabilitas terhadap elemen budaya.

4. 5.

G.

TEORI-TEORI KEBUDAYAAN Ada tiga pandangan tentang kebudayaan, yakni: 1. Superorganik Kebudayaan adalah realitas super dan ada di atas dan di luar pendukung individualnya dan kebudayaan memiliki hukum-hukumnya sendiri. Inti pandangan superorganik adalah kebudayaan merupakan sebuah kenyataan sui generis, karena itu mesti dijelaskan dengan hukum-hukumnya sendiri. Kebudayaan tidak mungkin diterangkan dengan menggunakan sumbernya sebagaimana sebuah molekul dimengerti hanya dengan jumlah atom-atomnya, sumber-sumber bisa menjelaskan bagaimana kebudayaan muncul, tetapi bukan kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan lebih daripada hasil kekuatan-kekuatan sosial dan ekonomi dan kebudayaan merupakan realitas yang menyebabkannya mungkin ada. Pandangan superorganik mempunyai implikasi terhadap pendidikan. Yang pertama adalah bahwa pendidikan ialah sebuah proses mengontrol manusia dan membentuknya sesuai dengan tujuan kebudayaan. Kebijakan pendidikan ditentukan oleh individu-individu, tetapi

individu-individu hanya alat melalui mana kekuatan-kekuatan budaya mencapai tujuannya. Jika kebudayaan menentukan perilaku anggota-anggotanya, kurikulum mesti dikembangkan atas kajian langsung dari keadaan kebudayaan sekarang dan masa depan. Pandangan superorganik juga berimplikasi pada pengawasan pendidikan yang ketat dari pemerintah untuk menjamin bahwa guru-guru menanamkan dalam diri generasi muda atas gagasan-gagasan, sikap-sikap dan keterampilan-keterampilan yang perlu bagi kelanjutan kebudayaan. 2. Konseptualis Kebudayaan adalah sebuah konsep yang digunakan antropolog untuk menghimpun/menyatukan serangkaian fakta-fakta yang terpisah-pisah. Menurut kaum konseptualis, pada akhirnya semua kebudayaan mesti diterangkan secara sosial psikologis. Kebudayaan bukan dihasilkan dari kekuatan super human karena kebudayaan mendapatkan semua kualitas dari kepribadian dan interaksi dari kepribadian. Pengikut konseptualis setuju bila anak-anak harus mempelajari warisan budaya sesuai dengan perhatiannya. Melalui pengalamannya sendiri dengan mengetes pengalaman belajarnya dan orang lain bila mendapat pandangan dan hal yang objektif mengenai kebudayaan. 3. Realis Kebudayaan adalah kedua-duanya, yaitu sebuah konsep dan entitas empiris. Kebudayaan adalah konsep dimana ia bangunan dari Antropologi dan kebudayaan sebuah entitas empiris yang menunjukkan cara mengorganisir fenomena-fenomena. Beberapa antropolog mempertahankan bahwa kebudayaan merupakan konsep dan realita yang berbentuk konstruk, bukan sebagai satu entitas yang bisa diamati tapi nyata karena tidak berbeda dalam mengamatinya. Menurut kaum realis terhadap pendidikan adalah dengan menanamkan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan tertentu yang dipilih kebudayaan maka sistem pendidikan akan melatih individu untuk merubah kebudayaannya. H. TRANSMISI BUDAYA DAN PENDIDIKAN Dalam kepustakaan antropologi pendidikan ditemukan beberapa konsep yang paling penting, yakni enculturation (pembudayaan/pewarisan), socialization (sosialisasi/pemasyarakatan), education (pendidikan) dan schooling (persekolahan). Menurut Herskovits, bahwa enkulturasi berasal dari aspek-aspek dari pengalaman belajar yang memberi ciri khusus atau yang membedakan manusia dari makhluk lain dengan menggunakan pengalaman-pengalaman hidupnya. Proses enkulturatif bersifat kompleks dan berlangsung hidup, tetapi proses tersebut berbeda-beda pada berbagai tahap dalam lingkaran kehidupan seorang. Enkulturasi terjadi secara agak dipaksakan selama awal masa kanak-kanak tetapi ketika mereka bertambah dewasa akan belajar secara lebih sadar untuk menerima atau menolak nilai-nilai atau anjuran-anjuran dari masyarakatnya. Bahwa tiap anak yang baru lahir memiliki serangkaian mekanisme biologis yang

diwarisi, yang harus dirubah atau diawasi supaya sesuai dengan budaya masyarakatnya. Sosialisasi merupakan proses yang didapat dari interaksi antara satu orang dengan yang lain sehingga budaya akan tersalurkan sedikit demi sedikit dan bertahap. Proses pembentukan kebudayaan yang didapat melaui pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu formal, informal dan nonformal yang masingmasing aspek memiliki ruang lingkup sendiri-sendiri.

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang penulis peroleh dari makalah ini, yaitu : 1. Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata antrophos berarti manusia, dan logos berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. 2. Wiliam A. Haviland, Antropologi adalah studi tentang manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusi adan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. 3. Masyarakat berhubungan dengan susunan dan proses hubungan antar manusia dan golongan, kebudayaan berhubungan dengan isi corak dengan hubungan yang ada. Karena itu, keduanya baik masyarakat dan kebudayaan penting bagi sosiologi dan antropologi. 4. Teori-teori kebudayaan terdiri dari superorganik, konseptualis dan realis.

B.

SARAN Seharusnya di sekolah-sekolah juga perlu mengembangkan antropologi pendidikan kurikulum agar anak didik serta pendidiknya mengerti dan paham asal-usul mengapa kebudayaan di sekeliling kita diadakan, apa makna dibalik kebudayaan tersebut, apa manfaat dari kebudayaan tersebut, relevankah kebudayaan itu dengan kehidupan dan kepercayaan umat manusia sebagai manusia yang beragama masa kini.

DAFTAR PUSTAKA Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta Siti Waridah Q & J. Sukardi-Isdiyono.2004. Sosiologi Kelas X SMA/MA.Jakarta: Bumi Aksara, hal. 19 Wardi Bachtiar. Sosiologi Klasik.Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006, hal. 22. William A. Haviland terjemahan R. G. Seokadijo. 1988. Antropologi.Jakarta : Erlangga, hal. 9 www.kosmaext2010.com translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://what-when-how.com/social-andcultural-anthropology/classical-studies-anthropology/

You might also like