You are on page 1of 24

BAB I PENDAHULUAN Dalam menghadapi era persaingan bebas saat ini, setiap perusahaan di tuntut untuk meningkatkan efektifitas

dan efisiensinya dalam menjalankan proses produksi dan jasa. Hal ini mutlak diperlukan jika perusanhaan ingin tetap bertahan dalam persaingan yang semakin ketat dewasa ini. Perusahaan-perusahaan yang bersaing ketat seperti Federal Express, South West Airlines, Dell Computer, Shell Dan Toyota harus dapat menyediakan barang barang dan jasa yang berkuaitastinggi pada harga yang rendah. Jikamereka tidak melakukan itu, perusahaan-perusahaan tersebut akan mengalami kebangkrutan. Berdasarkan kenyataan, seorang manajer harus memperoleh input seperti bahan baku, tenaga kerja langsung, serta overhead pada hargga yang serendah mungkin dan harus menggunakannya seefektip mungkin, jika input dibeli pada harga yang terlalu tinggi atau menggunakan input yang lebih banyak dari yang sebenarnya dibutuhkan maka akan terjadi biaya yang lebih tinggi, hal tersebut secara langsung akan mempengaruhi tingkat produksi dan harga pokok produk yang akan dibebankan kepada konsumen. Bagai mana seorang manajer mengendalikan harga-harga yang mereka keluarkan untuk mendapatkan input dan kualitas yang digunakan ?. Mereka dapat menguji setiap transaksisecara detil, tetapi akan menjadi tidak efisien bagi beberapa perusahaan. Jawaban atas maslaah tersebut terletak pada bagai mana seorang pimpinan perusahaan atau seorang manajer memilih sistem pembiayaan dan pengendalian atas biaya tersebut

Di dalam suatu perusahaan kegiatan produksi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting, sehingga memerlukan perencanaan dan pengendalian biayaproduksi. Biaya produksi itu sendiri dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Ketiga biaya tersebut nantinya akan membentuk harga pokok produksi Dalam pembebanan harga pokok dapat diguakan sisitem harga pokok sesungguhnya, yaitu harga pokok yang sesuai dengan harga pokok yang sesungguhnya terjadi. Tetapi, ditinjau dari tujuan pokok akuntansi biaya, sistem haraga pokok sesungguhnya mengandung kelemahan karena harga pokok baru bisa diketahui pada akhir periode sehingga sistem ini tidak dapat digunakan untuk tujuan pengendalianserta pengambilan keputusan. Untuk mengatasi keterbatasan sistem harga pokok yang sesungguhnya, pihak manajemen memerlikan suatu metode yang tepat untuk mengkukur dan mengendalikan biaya melalui penentuan harga pokok produksi yang ditentukan d muka. Melalui penentuan harga pokok yang ditentukan di muka, pihak manajemen perusahaan dapat memperoleh informasi yang tepat waktu dan akurat dari biaya produksi yang sesungguhnya. Selain itu, penentuan harga pokok dimuka juga dapat membantu mengendalikan biaya serta memaksimalkan laba yang munkin akan di peroleh. Untuk tujuan pengendalian biayya, biasanya manajemen menggunakan prosedur pengendalian melalui anggaran. Namun untuk memmudahkan dalam mengevaluasi penyimpangan-penyimpangan yang mungkin akan terjadi maka sistem anggaran di perluas ke proyeksi biaya per unit barang. Sistem biaya yang menggunakan estimasi terperinci dari unsur biaya produksi yang masuk kedalam barang jadi disebut Sistem Biaya Standar
2

Setiap pippinan perusahaann mbawa baban untuk menentukan sistem biaya apa yang lebih baik digunakan untuk proses pengendalian dan akumulasi biaya yang tterjjdi di perusahaannya, menurut survei yang dilakuakn oleh Gaumnitz dan kollaritsch, 1991. Ditemukan bahwa 87 % perusahaan yang menggunakan standard costing mengalami kanaikan penjualan pertahun sebesar $ 500 juta. Survei ini juga menemukan bahwa terjadi kenaikan dalam penggunaan sistem tersebut dan bahwa sistem ini telah diterapkan dalam unit unit yang lebih kecil dalam suatu perusahaan. Dengan mempelajari berabagai perilaku biaya seorang manajer akann lebih memahami dampak dari suatu unit biaya terhadap kelangsungan hidup perusahaan, pemilihan suatu sistem biaya terkadang bukan hanya didasari pada pemahaman terhadap biaya itu sendiri akan tetapi juga terdapat aspek doroongan dari dalam diri seorang manajer, aspek dorongan itu mungkin disebabkan oleh tingkat tekanan dari manajemen atau motivasi untuk suatu pencapaian kerja yang dianggap memenuhi standar kualitas kepemimpinan seorang manajer, maka banyak dari pengambilann keputusan dipengaruhi oleh faktor faktor seseorang untuk berperilaku. Dari pembahasan diatas penulis mengangkat judul ASPEK

KEPERILAKUAN PADA PENGAKUMULASIAN DAN PENGENDALIAN BIAYA Pembahasan tentang makalah ini dilakuakn dengan metode Tnjauan Pustaka.

BAB II TINJAUAN TEORI 2. 1 Akuntansi Keperilakuan dan Perkembangannya Ikhsan (2005) menyatakan bahwa tujuan ilmu keperilakuan adalah untuk memahami, menjelaskan, dan memprediksi perilaku manusia sampai pada generalisasi yang ditetapkan mengenai perilaku manusia yang didukung oleh empiris yang dikumpulkan secara impersonal melalui prosedur yang terbuka, baik untuk peninjauan maupun replikasi dan dapat diverifikasi oleh ilmuwan lainnya yang tertarik. Selanjutnya Ikhsan (2005) menjelaskan bahwa akuntansi keperilakuan menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan teknik yang bertujuan (1) untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan kinerja perusahaan, (2) untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap perencanaan strategis, dan (3) untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan

implementasi kebijakan perusahaan. Bidang keperilakuan dalam akuntansi dapat dikatakan masih baru dibandingkan dengan akuntansi keuangan. Topik keperilakuan ini mulai berkembang pada tahun 1950-an. Pada Juni 1951 Controllership Foundation of America mensponsori suatu riset untuk penyelidikan dampak anggaran (Ikhsan,2005). Hal itu diawali dari penelitian Argyris (1952), yang meneliti hubungan antara manusia dengan anggaran dan kemudian diikuti oleh penelitipeneliti lainnya.

Awal perkembangan riset keperilakuan ini telah dikaji dalam studi yang dilakukan Lord (1989). Lord mengkaji perkembangan riset akuntansi

keperilakuan (behavioral accounting research) dari tahun 1952 sampai dengan tahun 1981. Lord (1989) mengelompokkan perkembangan hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang riset akuntansi keperilakuan menjadi enam fokus penelitian, antara lain akuntansi dalan konteks organisasi (accounting in an organizational context), penganggaran (budgeting), pemikiran psikologi (early psychology thoughts), pemrosesan informasi manusia (human information proccesing), kontingensi teori (contingency teory), dan konferensi dan peristiwa (conferences and events). Studi Burgstahler dan Sundem (1989) hampir sama dengan studi Lord (1989), yaitu mengkaji perkembangan riset keperilakuan tahun 1968-1987. Hasil riset yang dikaji diambil dari artikel yang dipublikasikan pada tiga jurnal, yaitu The Accounting Review (AR), Journal of Accounting Research (JAR), Accounting Organization and Society (AOS). Baik artikel yang ditulis oleh Lord (1989) maupun Burgstahler dan Sundem (1989) merupakan invited paper dalam rangka penerbitan pertama jurnal Behavioral Research in Accounting. Hal itu berawal dari cikal bakal penelitian Argyris (1952) yang pertama kali fokus pada anggaran hingga akhirnya sekarang berkembang pada bidang lain, seperti auditing, pajak, dan akuntansi keuangan. Menurut Burgstahler dkk. (1989) penelitian bidang keperilakuan sudah mengalami perkembangan sebagai berikut. Pertama, metode penelitian behavioral digunakan untuk isu akuntansi tanpa mengadopsi beberapa teori behavioral yang mendasarinya. Kedua, model atau teori behavioral diadopsi. Fase ketiga adalah
5

pengujian model behavioral kepada akuntansi seperti pengujian model lensa Brunswick. Peneliti-peneliti di Indonesia juga tertarik dengan riset akuntansi keperilakuan. Bidang riset keperilakuan juga menjadi pusat perhatian dalam ajang seminar nasional akuntansi (SNA) di Indonesia yang diselenggarakan setiap tahun oleh IAIKAPd yaitu Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) bekerja sama dengan Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd). Topik bahasan hasil-hasil studi dalam seminar ini dibagi menjadi lima, yaitu akuntansi keuangan dan pasar modal; akuntansi manajemen dan keperilakuan; akuntansi sektor publik dan perpajakan; sistem informasi, auditing, dan etika; dan pendidikan akuntansi dan akuntansi syariah. Hasil penelitian di bidang akuntansi manajemen dijadikan satu pembahasan dengan akuntansi keperilakuan karena kedua bidang ini sama-sama membahas tentang manusia. Burgstahler dan Sundem (1989) meyebutkan ada beberapa faktor yang membuat behavioral research in accounting secara khusus mempunyai kesulitan, yaitu bidangnya luas, variabel kompleks, perilaku adalah sebuah situasi spesifik, perwujudan lain dari interelasi variabel-variabel adalah beberapa hukum perilaku sepenuhnya umum, titik temu validitas internal dan validitas eksternal, sistem kontrol akademis, dan evaluasi kualitatif. Penelitian keperilakuan dalam akuntansi riset bisa menggunakan tiga jenis metode, antara lain studi lapangan, eksperimen, dan survei yang masing-masing ada keunggulan dan kelemahannya. Ketiga metode ini bisa saling melengkapi dengan menerapkan metode multiple.

2. 2. BIAYA Pengertian biaya menurut Henry Simamora dalam bukunya Akuntansi Manajemen (2002:36) adalah Biaya (cost) adalah kas atau setara dengan kas yang dikorbankan (dibayarkan) untuk barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat (pendapatan) pada saat ini atau dimasa mendatang bagi organisasi. Menurut Don R.Hansen & Maryanne M.Mowen dalam bukunya Akuntansi Manajemen (2006:207) yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari & Deny Arnos Kwary mengemukakan pengertian biaya adalah: Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi. Dari kedua kutipan tersebut disimpulkan bahwa biaya dalam arti sempit dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh penghasilan sedangkan dalam arti luas diartikan sebagai pengorbanan dari sumber-sumber ekonomi yang dapat dinilai dengan satuan uang, baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi guna mencapai tujuan tertentu. Terdapat empat unsur pokok yang terkandung dalam biaya yaitu: 1. 2. 3. 4. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, Diukur dalam satuan uang, Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Biaya disebut setara dengan kas (cash equivalent) karena sumber daya nonkas dapat ditukarkan dengan barang atau jasa yang dikehendaki. Biaya berkaitan

dengan segala jenis organisasi baik bisnis, nonbisnis, jasa, eceran, dan pabrikasi. Biaya sering diukur dengan satuan-satuan moneter (sebagai contoh, rupiah atau dollar) yang mesti dibayar untuk barang dan jasa. Biaya dikeluarkan untuk menghasilkan manfaat-manfaat di masa depan biasanya berarti pendapatan. Pada umumnya, jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dan cara biaya tersebut diklasifikasikan tergantung pada jenis organisasinya.

2.2.1. Objek Biaya Pemilihan objek biaya memberikan jawaban atas pertanyaan paling mendasar tentang biaya. Berikut ini adalah item-item dan aktivitas yang dapat menjadi objek biaya : 1) Produk 2) Batch dari unit-unit sejenis 3) Pesanan Pelanggan 4) Kontrak 5) Lini Produk 6) Proses 7) Departemen 8) Divisi 9) Proyek 10) Tujuan strategis Suatu Objek biaya (Cost Object), atau tujuan biaya (Cost Objective) menurut William K.Carter & Milton F.Usry dalam bukunya Akuntansi Biaya (2004:30) yang diterjemahkan oleh Krista didefinisikan sebagai

Suatu item atau aktivitas yang biasanya diakumulasikan dan diukur. Menurut Don R.Hansen & Maryanne M.Mowen dalam bukunya Akuntansi Manajemen (2006:41) yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari & Deny Arnos Kwary mengemukakan bahwa objek biaya adalah Objek biaya adalah setiap item yang dapat berupa apapun, seperti produk, pelanggan, departemen, proyek, aktivitas, dan sebagainya. Dari kedua kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa objek biaya berkaitan dengan item atau aktivitas yang menyebabkan munculnya biaya. Sebagai contoh, jika suatu bank ingin menetapkan biaya kartu kredit platinum, maka objek biaya adalah kartu kredit platinum. Jika sebuah rumah sakit ingin menetapkan biaya departemen operasional, maka objek biaya adalah departemen operasional. Jika sebuah pabrik mainan ingin menetapkan biaya pengembangan mainan baru, maka objek biaya adalah proyek pengembangan mainan baru.

2.2.2

Penggolongan Biaya

Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep:Different cost for different purposes. Menurut Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Biaya (2005:13) menyatakan bahwa Biaya dapat digolongkan menurut : 1. Obyek pengeluaran. 2. Fungsi pokok dalam perusahaan. 3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai. 4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. 5. Jangka waktu manfaatnya.

Penjelasan dari kutipan tersebut adalah : 1) Penggolongan Biaya Menurut Obyek Pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar. Contoh penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran dalam perusahaan kertas adalah sebagai berikut : biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, biaya zat warna.

2) Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok Dalam Perusahaan Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dkelompokkan menjadi tiga kelompok : 1. Biaya Produksi Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin, biaya bahan baku, biaya bahan baku penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Menurut obyek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ( factory overhead cost ), biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya konversi ( conversion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi atau mengubah bahan baku menjadi produk jadi. 2. Biaya Pemasaran Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran. 3. Biaya Administrasi dan Umum Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian
10

keuangan,akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya fotocopy. Jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum sering pula disebut dengan istilah biaya komersial (commercial expenses).

1) Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan : 1. Biaya Langsung (Direct Cost) Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai, jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen (direct departmental costs) adalah semua biaya yang terjadi di dalam departemen tertentu. Contohnya adalah biaya tenaga kerja yang bekerja dalam departemen pemeliharaan merupakan biaya langsung departemen bagi departemen pemeliharaan dan biaya depresiasi mesin yang dipakai dalam departemen tersebut, merupakan biaya langsung bagi departemen tersebut. 2. Biaya Tidak Langsung Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya yang disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. Dalam hubungannya dengan departemen, biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi di suatu departemen, tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contohnya adalah biaya yang terjadi di departemen pembangkit tenaga listrik. Biaya ini dinikmati oleh departemen-departemen lain dalam perusahaan, baik untuk penerangan maupun untuk menggerakkan mesin. Bagi departemen pemakai listrik, biaya listrik yang diterima dari alokasi biaya departemen pembangkit tenaga listrik merupakan biaya tidak langsung departemen.

11

2) Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Kegiatan Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi : 1. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. 2. Biaya Semivariabel Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. 3. Biaya Semifixed Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. 4. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi

3) Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua : 1. Pengeluaran Modal ( capital expenditures) Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (satu tahun). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai harga pokok aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi. Contoh pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk promosi besar-besaran, dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk. Karena pengeluaran untuk keperluan tersebut biasanya melibatkan jumlah yang besar dan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun, maka pada saat pengeluaran tersebut dilakukan, pengorbanan tersebut diperlakukan sebagai pengeluaran modal dan

12

dicatat sebagai harga pokok aktiva (misalnya sebagai harga pokok aktiva tetap atau beban yang ditangguhkan). Periode akuntansi yang menikmati manfaat pengeluaran modal tersebut dibebani sebagian pengeluaran modal tersebut berupa biaya depresiasi, biaya amortisasi.

2. Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditures) Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. Contoh pengeluaran pendapatan antara lain adalah biaya iklan, biaya telex, dan biaya tenaga kerja.

13

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Tujuan dan penggunaan sistem akuntansi biaya 3.1.1. System Biaya Tradisional dan Biaya Standar Akuntansi biaya mengidentifikasikan, menguanafikasi,

mengakumulasikan, dan melaporkan berbagai elemen biaya yang berkaitan dengan, produksi barang atau penyerahan jasa. Akuntansi biaya memiliki dua tujuan, melalui akumulasi biaya untuk penilaian persediaan dan penentuan laba. A. System biaya tradisional (historis) Istilah tradisional (historis) mengacu pada system biaya yang membatasi input pada biaya historis dan mengusahakan penyerapan penuh atas biaya tetap dan variable oleh unti produk atau jasa. Salah satu kelemahan utama dari system biaya tradisional ini adalah bahwa persyaratan akuntansi keuangan menuntut agar biaya perunti produk atau jasa memperhintungkan semua biayaa baik yang dapat ditelusuri ke suatu produk atau jasa maupun yang terjadi untuk satu periode waktu tertentu atau untuk lebih dari satu objek biaya. Kelemahan utama lainnya berkaitan dengan penggunaan system biaya tradisional untuk tujuan pengendalian adalah bahwa satu- satunya dasar untuk pengendalian adalah perbandingan kinerja saat ini dengan kinerja dari periode sebelumnya.

14

B. System Biaya Standar Ruang Lingkup System biaya standar mencerminkan percampuran yang potensial efektif dari akuntansi dengan konsep pengendalian dari teori organisasi modern. Biaya standart adalah sasaran biaya per unit produk atau jasa yang ditentukan sebelumnya secara ilmiah, yang dikembangkan melalui studi teknik dan akuntansi. Aspek pengendalian yang melekat dari perhitungan biaya standar adalah kapasitasnya untuk membandingkan, sebagai dari arus data regular, kinerja actual dengan standar yang ditentukan sebelumnya dan untuk menyoroti varians antar kedua tingkat biaya tersebut. 3.1.2. Kompatibilitas Dengan Konsep Teori Organisasi Modern Dalam mengembangkan kerangka kerja untuk system biaya standar yang sesuai dengan konsep teori organisasi modern, langkah- langkah pengendalian berikut ini, 1. Penetapan tujuan organisasi 2. Penentuan pusat pertanggung jawaban yang sesuai dan penugasan fungsi kepada masing masing. 3. Pengisian staf dari pusat pertanggung jawaban dengan individu indivitu yang memiliki kempuan, motivasi, dan pengetahuan yang mencakupi untuk melakukan fungsinya. 4. Penciptaan jalur komunikasi antara pusat pertanggung jawaban dan unti organisasi lainnya serta, dimana perlu, lingkungan eksternal

15

5. Pengembangan prosedur yang memastikan bahwa informasi yang mencangkupi, relevan, dan tepat waktu sepanjang jalur komunikasi. 6. Desain dan implementasi mekanisme pengendalian yang mungukur dan mengevaluasi kinerja dalam hal tujuan organisasi dan memberikan umpan balik mengenal penyesuaian yang diperlukan dalam tujuan dan atau kinerja. System biaya standar dirancang untuk berfungsi secara simulatan sebagai suatu sumber informasi. Jalur komunikasi, dan alat pengendalian serta evalusi kinerja. 3.1.3 Perhitungan Biaya Langsung Atau Variable A. Filosofi Yang Mendasari Semua metode akuntansi biaya tradisional, sesuai dengan konsep biaya tersebut, membebankan unit produk atau jasa dengan baiya penuh. Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dibebankan langsung ke unti produk atau jasa, sementara overhead tetap dan variable pada kebanyakan kasus diserap berdasarkan estimasi tarif yang didasarkan pada volume yang telah ditentukan sebelumnya. Perhitungan biaya langsung atau biaya variable membedakan antara baiay produksi (bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, an bagian variable dari overhead) dengan biaya untuk siap menghasilkan(overhead tetap atau biaya periode) hanya biaya yang ditibulkan oleh produksi atau penyerahan jasa sekarang saja yang diklasifikasikan sebagai biaya per unit produk atau jasa dan dikapitalisasi sampai barang barang tersebut terjual atau jasanya diserahkan.
16

Pendukung perhitungan biaya langsaung mempertimbangkan pembagian oberhead berdasrakan struktur biayanya sebagai kebutuhan dasar untuk pengendalian biaya yang efektif serta pengambilan keputusan yang berarti. Dorongan keperilakuan konsep, prinsip, dan praktik akuntansi

mempengaruhi pengukuran kinerja menajerial dan. Konsekuensinya, keputusan manajemen. Hawkins menyatakan bahwa konsep, prinsip, dan praktik akuntansi adalah bagus secara keperilakuan maupun teknis jika konsep, prinsip, atau praktik tersebut : 1. Menghambat manajer dari pengambilan berbagai tindakan operasi yang tidak menguntungkan guna membenarkan adopsi atas suatu alternative akuntansi 2. Menghambat adopsi atas praktik akuntansi oleh perusahaan yang hanya menciptakan ilusi kinerja. B. Pengendalian Biaya Membagi biaya ke dalam komponen variable dan tetap memberikan dasar yang lebih baik untuk pengendalian biaya. Biaya teknik meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead variabel Biaya tetap yang dikomitmenkan atau biaya kapasitas adalah seluruh baiay organisasi dan pabrik yang terus terjadi dan yang tidak dapat dikurangi tanpa merugikan kompetensi organisasi untuk memenuhi tujuan jangka panjang. Biaya diskresioner yang muncul dari keputusan periodic yang tidak memiliki hubungan optimum yang dapat ditunjukkan antara input dan output
17

C. Pengambilan Keputusan Pengetahuan akan biaya diferensial atau biaya variabel serta margin kontirbusi akan mempengaruhi perilaku manajer dan mengarahkan mereka pada pengambilan keputusan yang lebih baik. Beberapa situasi pengambulan keputusan yang umum akan dijelaskan berikut ini. a. Keputusan bauran produk Keputusan mengenai bauran produk, manajer penjualan yang mengetahui margin kontribusi dari produk produknya akan jauh lebih mampu untuk memutuskan produk mana yang akan didorong dan mana yang harus dikurangi atau ditolerir hanya karena penjualannya menguntungkan produk lain. b. Penentuan harga produk baru Produk baru umumnya diterima dipasar stelah diuji coba secara ekstensif oleh perusahaan yang memiliki reputasi dal;am industry tersebut. c. Penghapusan produk Margin kontribusi akan membantu manajemen dalam menentukan apakah akan menghentikan suatau produk atau hanya berhenti menjualnnya dipasar tertentu. d. Pesanan khusus Dalam pemesanan khusus terdapat dua jenis situasi pemesanan khusus. Situasi tersebut dapat melibatkan akomodasi untuk pelanggan istimewa atau persyaratan khusus untuk ukuran. Metode pengiriman, atau pengepakan.

18

e. Kampanye iklan dan promosi Untuk meningkatkan volume penjualan saat ini, perusahaan dapat

meluncurkan kampaye ikalan dan promosi khusus. Semakin tinggi margin kontribusi dari produk yang dipromosikan atau diiklankan, maka semakin bersar manfaat bersih potensialnya, semakin rendah margin kontribusinya, maka semakin banyak tambahan unit yang harus dijual menutupi tambahan biaya. f. Keputusan mengurangi biaya Pengetahuan ini akan mendorong manajemen untuk sangat waspada terhadap biaya dan juga memperkenalkan alat dan prosedur untuk menghemat biaya. 3.2. Aspek Keperilakuan Dari Langkah Akuntansi Biaya Yang Dipilih 1. Penetapan standar Elemen yang paling berpengaruh dalam menetukan keberhasilan atau kegagaln system biaya adalah standar yang digunakan sebagai kriteria kinerja. standar memiliki fungsi ganda yaitu berfungsi sebagai tujuan untuk memotivasi pengendalian biaya dan sebagai alat evaluasi kinerja. 2. Partisipasi dalam penetapan standar Dalam salah satu studi empiris mereka, mereka menggunakan teori disonansi kognitif untuk mendapatkan lebih banyak wawasan mengenai kenapa partisipasi lebih efektif dalam penetapan standar kinerja. Dalam konteks penetapan standar, teori ini mengimplikasikan bahwa jika manajemen menginginkan komitmne yang pasti terhadap standar maka individu yang dikendalikan harus memiliki pilihan.
19

3. Standar yang ketat vs standar yang longgar Standar yang akan digunakan haruslah tidak terlalu ketat dan tidak terlalu longgar , standar yang ketat akan lebih sering tidaktercapai daripada dipenuhi 4. Penyerapan overhead Ukuran dari varians ini juga dipengaruhi oleh tingkat kapasitas yang dipilih sebagai penyebut dalam penentuan tarif tersebut .tingkat kapasitas jangka panjang akan menghasilkan varians yang berbeda dibandingkan dengan tingkat kapasitas jangka pendek. 5. Alokasi biaya tidak langsung Dalam riset yang didukung oleh national association accountans menentukan bahwa perusahaan responden membedakan dengan dengan tegas dua jenis biaya tak langsung biaya jasa koporat dan biaya administrative koporat. 3.3. Analisis Varians Unsur utama dari pengendalian biaya adalah perbandingan secara periodik antara biaya actual dengan sasaran biaya yang sudah ditentukan sebelumnya baik dalam bentuk anggran maupun standar. 1. Keputusan Investigasi Varians Keputusan manajemen semata- mata bergantung pada penilaiannya atas signifikan diskrepansi yang diamati. Varians ini memiliki signifikan pengendalian hanya jika varians berasal dari penyebab yang dapat ditentukan atau, dengan kata lain, tidak bersifat acak dan rentan terhadap tindakan perbaikan. Kerumitan

20

permasalahan yang sebenarnya terletak pada fakta bahwa tanpa investigasi, manajemen tidak memiliki dasar untuk menentukan apakah varians tertentu ditimbulkan dari penyalahgunaan yang dapat diidentifikasi dan dikendalikan , atau apakah varians tersebut bersifat acak atau tidak dapat dikendalikan. 2. Aspek Keperilakuan Komponen khusus dari kebijakan pengendalian yang dapat mempengaruhi respon manusia adalah faktor- factor seperti batas yang ditetapkan oleh manajemen, jenis hasil umpan balik, keketatan pemaksaan, dan penghargaan serta sanksi yang terkait dengan kebijakan pengendalian. 3. Batas pengendalian Batas ini menentukan seberapa mudah atau sulit bagi seseorang yang dikendalikan untuk berkinerja dalam kisaran yang dapat diterima dan berapa banyak ruang mereka memiliki untuk gagal sekali waktu. 4. Hasil umpan balik Umpan balik yang positif akan memberitahukan mereka bahwa mereka ada jalur yang tepat dan akan memotivasi mereka untuk mengulangi usaha yang sama. Umpan balik yang negatif tidak akan secra otomatis mendorong mereka untuk melakukan usaha yang lebih besar, tetapi hal tersebut dapat secara perlahan lahan menurunkan tingkat sapirasi mereka dan mengikis tingkat usaha serta kinerja mereka.

21

5.

Ketatan pemaksaan Pemaksaan yang ketat atas kebijakan pengendalian akan menimbulkan

tekanan dalam diri indiviu yang dikendalikan. Tekanan dapat menyegarkan individu individu tertentu. 6. Struktur penghargaan Orang atau kelompok akan memodifikasi perilaku mereka yang tidak diinginkan dan mengulangi perilaku yang diinginkan ketika mereka memandang bahwa perubahan atau pengulangan perilaku tersebut disertai dengan penghargaan intrinsik maupun ekstrinsik. Efek umpan balik psikologi antara berbagai factor dari kebijakan pengendalian dengan masa depan.maka kebijakan pengendalian yang ideal harus dibuat khusus dan bervariasi dari situasi ke situasi

22

BAB IV SMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Aspek keperilakuan yang mendasari seorang pimpinan perusahaan untuk memutuskan penggunaan suatu metode pengendalian biaya tidak hanya berdasar tehadap pengetauhan yang dimiliki seorang pimpinan tersebut akan tetapi terdapat askpek psikologis yang diantaranya adalah motivasi untuk pencapaian kenarja pada tahap tertentu. Pertibangan laian adalah tekanan dan ketaatan terhadap tujuan manajemen agar perusahaan tersebut beropersai si efektip dan seefisien mungkin dengan demikian laba atas usaha dapat di optimaisasi. SARAN Perlu adanya pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang pengendalian biaya yang di dasari atas konsep biaya itu sendiri, dan juga pemahaman akan karakteristik dan aspek psikologis yang memotivasi seorang pimpinan perusahaan menggunakan atau mamilih suatu sistem pengendalian biaya.

23

DAFTAR PUSTAKA Argyris. 1952. The Impact of Budget on People. New York: The Controllership Foundation. Arnold, Vicky dan Sutton, Steve G. Behavioral Accounting Research, Foundations and Frontiers. University of Massachusetts Dartmouth. Ashton, Robert H. 1982. Human Information Processing in Accounting. New York University. Balakrishnam dkk. 1996. Financial from JIT Adoption: Effects of Customer Concentration and Cost Structure. The Accounting Review. Vol 71. No.2 Birnberg, Jacob G. dkk. 2000. The Role of Behavioral Research in Management Accounting Education in the 21 Century. Issues in Accounting Education . Vol 15. No.4 Carter, William K; Usry, Milton F, Krista, 2004. Akuntansi Biaya . Thomson Hansen, R. Hansen dan Mowen. Maryanne M. 2006. Management Accounting. Thomson South - Western Hopwood, Antony G. 1989. Behavioral Accounting in Retrospect and Prospect. Behavioral Research In Accounting. Vol 1. United in USA. Ikhsan, Arfan dan Ishak Muhammad. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba Empat. Jogianto. 2007. Sistem Akuntansi Keperilakuan. Yogyakarta: Andi. Lord, Alan T. 1989. The Development of Behavioral Thought in Accounting 1952-1981. Behavioral Research In Accounting. Vol 1. United in USA. Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya UPP STIM YKPN Rahman, Syaiful dkk. 2007. Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja terhadap Kejelasan Peran, Pemberdayaan Psikologis, dan Kinerja Manajerial. Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi X di Makasar. Schiff, Michael and Lewin, Arie Y. 1974. Behavioral Aspects of Accounting. Prentice Hall., Inc. Simamora, Henry. 2002 Akuntansi Manajemen Jakarta, Salemba 4
st

24

You might also like