You are on page 1of 8

http://yusuf-hilmi.blogspot.com/2009/06/kofaktor-dan-koenzim.

html

Koenzim
Koenzim adalah molekul organik kecil yang mengantarkan gugus kimia dari satu enzim ke enzim lainnya.[41] Beberapa koenzim seperti riboflavin, tiamina, dan asam folat adalah vitamin. Gugus kimiawi yang dibawa mencakup ion hidrida (H-) yang dibawa oleh NAD atau NADP+, gugus asetil yang dibawa oleh koenzim A, formil, metenil, ataupun gugus metil yang dibawa oleh asam folat, dan gugus metil yang dibawa oleh S-adenosilmetionina.

Oleh karena koenzim secara kimiawi berubah oleh aksi enzim, adalah dapat dikatakan koenzim merupakan substrat yang khusus, ataupun substrat sekunder. Sebagai contoh, sekitar 700 enzim diketahui menggunakan koenzim NADH.[42] Regenerasi serta pemeliharaan konsentrasi koenzim terjadi dalam sel. NADPH diregenerasi melalui lintasan pentosa fosfat, dan S-adenosilmetionina melalui metionina adenosiltransferase. http://www.smallcrab.com/makanan-dan-gizi/666-50-nutrisi-esensial-bagi-tubuh

Vitamin
Vitamin adalah sekelompok dari 14 organik nutrisi penting yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil dalam makanan. Struktur kimia yang tepat dari vitamin pertama untuk ditemukan tidak dikenal, dan mereka hanya diidentifikasi dengan huruf abjad. Vitamin B ternyata terdiri dari delapan substansi yang sekarang dikenal sebagai vitamin B kompleks. Tanaman dan bakteri memiliki enzim yang diperlukan untuk mensistesis vitamin, dan itu adalah dengan makan baik tumbuhan atau daging dari hewan yang memakan tanaman itu, dari situlah kita mendapatkan vitamin. Vitamin tidak memiliki struktur kimia khusus yang sama, tetapi mereka dapat dibagi menjadi vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam air dalam bentuk bagian-bagian dari koenzim seperti NADSOH, Fad, dan koenzim A. vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, dan K) pada umumnya tidak berfungsi sebagai koenzim. Sebagai contoh, vitamin A (retinol) digunakan untuk membentuk pigmen yang sensitif terhadap cahaya di mata, dan kekurangan vitamin ini malam menyebabkan kebutaan. Katabolisme vitamin yang tidak menyediakan energi kimia, walaupun beberapa dari mereka berpartisipasi sebagai koenzim dalam reaksi kimia yang melepaskan energi dari molekul lain. Meningkatkan jumlah vitamin dalam makanan melebihi minimum tertentu tidak selalu meningkatkan aktivitas enzim tersebut untuk vitamin yang berfungsi sebagai koenzim. Hanya

jumlah yang sangat kecil koenzim berpartisipasi dalam reaksi kimia yang memerlukan mereka dan meningkatkan konsentrasi di atas tingkat ini tidak meningkatkan laju reaksi. Jumlah vitamin yang masuk ke tubuh bervariasi tergantung pada jenis vitamin itu, apakah vitamin larut dalam air atau vitamin yang larut dalam lemak. Jumlah vitamin yang larut air dalam makanan meningkat, demikian juga jumlah yang diekskresikan dalam urine; sehingga akumulasi vitamin jenis ini dalam tubuh menjadi terbatas. Di sisi lain, type vitamin yang larut dalam lemak dapat terakumulasi dalam tubuh karena mereka hanya sedikit diekskresikan oleh ginjal dan karena mereka larut dalam lemak dalam jaringan adiposa. Asupan dalam jumlah besar dalam dari vitamin tipe ini, terkadang dapat menimbulkan efek toksik bagi tubuh. http://www.ikatanapotekerindonesia.net/artikel-a-konten/pharmaceutical-research/1340.html JAKARTA, KOMPAS.com Asam folat atau folat sangat dibutuhkan manusia. Kekurangan zat ini mengakibatkan bayi lahir cacat. Folat dapat mencegah penyakit kardiovaskular, Alzheimer, dan kanker. Sayuran berwarna hijau tua, buah-buahan, biji-bijian, susu, daging, dan sereal merupakan sumber alami folat. Istilah asam folat atau folat merupakan salah satu komponen dari vitamin B kompleks. Asam folat, sebagai bentuk yang paling stabil, sangat jarang terdapat dalam pangan atau dalam tubuh manusia. Asam folat umumnya digunakan sebagai komponen dalam suplemen vitamin atau fortifikan pada pangan. Dalam praktiknya, istilah folat mengacu pada bentuk folat yang terdapat secara alami dalam bahan pangan, sedangkan asam folat adalah istilah yang mengacu pada unsur kimia yang terdapat dalam suplemen atau sebagai fortifikan. Secara alamiah, folat terdapat dalam berbagai struktur kimia. Folat yang ditemukan pada pangan dapat langsung dimetabolisme di dalam tubuh manusia. Berdasarkan berbagai penelitian, asam folat atau folat telah diketahui memiliki berbagai efek yang sangat menguntungkan bagi kesehatan manusia. Sumber folat alami terutama adalah sayuran berdaun hijau tua (bayam, asparagus), buahbuahan, baik segar maupun sarinya, polong-polongan, biji-bijian, susu, daging, serta sereal yang difortifikasi (produk gandum dan sereal sarapan) (Lombardi, 2003). Fungsi Asam Folat Satu-satunya fungsi dari koenzim folat dalam tubuh adalah sebagai perantara dalam transfer unit-unit berkarbon tunggal. Koenzim folat berperan sebagai akseptor dan donor dari unit berkarbon tunggal dalam berbagai reaksi yang sangat penting dalam metabolisme asam nukleat dan asam amino.

Dalam metabolisme asam nukleat, koenzim folat memiliki peran yang sangat vital melalui dua jalur. Jalur pertama adalah dalam sintesis DNA dari prekursornya, yang sangat bergantung pada peran folat. Jalur yang kedua adalah peran koenzim folat dalam sintesis metionin. Metionin adalah asam amino yang sangat dibutuhkan dalam pembentukan S-adenosilmetionin (SAM). SAM adalah donor grup metil (unit berkarbon tunggal) yang digunakan dalam berbagai reaksi metilasi biologis, termasuk metilasi sejumlah sisi DNA dan RNA (Marinus, 2003). Metilasi DNA sangat penting dalam pencegahan kanker. Koenzim folat juga dibutuhkan dalam metabolisme beberapa asam amino, seperti sintesis metionin dari homosistein dan pembentukan vitamin B12. Defisiensi folat dapat menyebabkan penurunan sintesis metionin dan peningkatan produksi homosistein. Kenaikan jumlah homosistein di dalam tubuh dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan beberapa penyakit kronis lain. Metabolisme homosistein menjadi metionin yang melibatkan koenzim folat ternyata juga memiliki jalur lain. Jadi, selain menghasilkan metionin, proses tersebut juga menghasilkan asam amino sistein dengan bantuan dua molekul vitamin B6. Berdasarkan siklus metabolisme yang terjadi, jumlah homosistein di dalam darah diregulasi oleh tiga vitamin, yaitu asam folat, vitamin B6, dan vitamin B12 (Marinus, 2003). Kecukupan Asupan Berdasarkan Recommended Dietary Allowance (RDA), kecukupan asupan folat ditentukan berdasarkan perannya dalam menghasilkan jumlah sel darah merah yang normal dan jumlah homosistein darah yang stabil. Kecukupan juga ditentukan berdasarkan cadangan folat yang ada di dalam hati. Kecukupan folat bagi wanita hamil juga ditentukan berdasarkan pertimbangan tersebut. Sejauh ini kecukupan folat bagi wanita hamil belum mempertimbangkan adanya gangguan lain yang mungkin muncul selama kehamilan akibat defisiensi folat seperti Neural Tube Defect (NTD). Folat sebagai pencegah penyakit tertentu dikategorikan sebagai folat yang harus disuplementasi selama kondisi yang diperlukan. Kecukupan folat dinyatakan dalam satuan yang lain. Satuannya adalah Dietary Folate Equivalent (DFE). Penggunaan satuan ini dimotori oleh Food and Nutrition Board, Institute of Medicine, Amerika Serikat. Penggunaan satuan DFE dalam kecukupan folat merefleksikan suatu ketersediaan asam folat sintetik yang lebih tinggi daripada asam folat alami yang terdapat dalam pangan. Hal tersebut berhubungan dengan daya cerna dan daya serapnya. Perhitungan dengan satuan DFE dilakukan dengan ketentuan: (a) 1 mikrogram (mcg) folat alami dalam pangan = 1 mcg DFE, (b) 1 mcg folat dalam pangan fortifikasi = 1,7 mcg DFE, (3) 1 mcg suplemen folat tanpa konsumsi pangan = 2 mcg DFE. Contoh perhitungannya, bila satu takaran saji makanan mengandung 60 mcg folat, akan menyumbangkan 60 mcg DFE. Sementara itu, konsumsi satu porsi pasta yang difortifikasi folat sejumlah 60 mcg akan menyumbangkan 1,7 x 60 mcg = 102 mcg DFE karena ketersediaannya

lebih tinggi. Sementara itu, konsumsi suplemen folat berdosis 60 mcg tanpa didampingi oleh konsumsi pangan lainnya akan menyumbangkan 2 x 60 mcg = 120 mcg DFE bagi tubuh. Defisiensi Defisiensi folat dapat disebabkan oleh beberapa kondisi. Penyebab utama adalah kurangnya asupan folat melalui pangan, rendahnya penyerapan usus terhadap folat, serta gangguan penyerapan akibat konsumsi alkohol. Kondisi lainnya yang perlu diwaspadai adalah masa kehamilan. Saat kehamilan terdapat laju pembelahan sel dan sintesis asam amino yang tinggi. Keadaan ini dapat menyebabkan defisiensi asam folat apabila tidak ditunjang oleh asupan yang memadai. Kondisi yang juga dapat memacu defisiensi adalah masa penyembuhan penyakit tertentu yang mengharuskan konsumsi obat-obatan tertentu. Zat-zat dalam obat dapat mengikat folat yang terdapat dalam pangan dan menyebabkan ketersediaan folat di dalam tubuh menjadi menurun, sehingga terjadi defisiensi. Gejala-gejala defisiensi pada tahap awal mungkin tidak dapat dideteksi secara visual, tetapi bisa diketahui dengan pemeriksaan darah yang menunjukkan kenaikan kadar homosistein darah. Gejala defisiensi folat sangat rentan pada individu yang sedang mengalami fase pembelahan sel cepat, yaitu masa kehamilan atau masa pertumbuhan. Apabila pada fase tersebut tidak terdapat cadangan folat yang cukup, pembelahan sel akan menjadi abnormal. Risiko bahaya akan semakin tinggi apabila abnormalitas pembelahan sel terjadi pada sel tulang dan sumsum tulang belakang. Abnormalitas akan menyebabkan sel-sel darah merah yang dihasilkan menjadi lebih sedikit jumlahnya, tetapi memiliki ukuran yang lebih besar daripada normal. Kondisi semacam ini disebut sebagai anemia megaloblastik atau anemia makrotik, yaitu suatu kondisi yang sama persis anemia yang terjadi akibat defisiensi vitamin B12. Keadaan anemia dapat menyebabkan fungsi sel darah merah menurun. Suplai oksigen yang harus diberikan pada sel-sel tubuh yang lain menjadi berkurang. Keadaan rendah oksigen dapat menyebabkan gejala-gejala kelelahan, lemah dan lesu, napas pendek dan terengah-engah. Cegah Penyakit Kardiovaskular Kenaikan homosistein dalam darah disebabkan oleh tidak terjadinya perubahan homosistein menjadi metionin yang dimotori oleh folat. Lebih dari 80 penelitian menemukan bahwa kenaikan homosistein darah dapat menyebabkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Sebuah penelitian menemukan bahwa penurunan homosistein darah sebesar 1 mikromol per liter telah dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular sebesar 10 persen. Mekanisme spesifik homosistein dalam menyebabkan penyakit kardiovaskular belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa peneliti telah menduga bahwa mekanismenya berhubungan dengan penggumpalan darah, vasodilasi arteri, dan penebalan dinding arteri. Sayangnya, tetap tidak ditemukan suatu bukti ilmiah bahwa menurunkan jumlah homosistein darah selalu akan menurunkan risiko kardiovaskular pada tingkat yang sama.

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa suplementasi folat yang cukup, baik bagi pria mupun wanita, dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular hingga 45 persen. Meskipun demikian, mekanisme pencegahan dan penurunan risiko kardiovaskular oleh folat belum dapat diketahui secara pasti. Kesimpulan sementara para ilmuwan adalah mekanismenya merupakan suatu interaksi positif antara homosistein, folat, vitamin B6, dan vitamin B12. Tingkatkan Kemampuan Otak Simpan Memori Peran folat dalam metabolisme asam nukleat dan reaksi metilasi dapat menunjang kinerja dan fungsi otak yang normal. Dalam beberapa penelitian, sejumlah dosis suplemen folat diberikan kepada para lansia yang mulai mengalami penurunan daya ingat dan dementia. Hasilnya adalah peningkatan dalam kemampuan menyimpan memori jangka pendek. Folat diketahui dapat menghambat atropi sel-sel otak yang berjalan secara alami seiring dengan bertambahnya usia. Penelitian dilakukan terhadap otak penderita alzheimer yang telah meninggal dunia. Belakangan juga diketahui bahwa Alzheimer memiliki hubungan erat dengan kandungan homosistein darah dan vitamin B12. Kandungan vitamin B12 plasma yang rendah (kurang dari 150 piktomol/liter) atau kandungan folat plasma yang rendah (kurang dari 10 nmol/liter) dapat melipatgandakan risiko Alzheimer dan dementia vaskuler. Kadar homosistein darah yang melebihi 14 mikromol/liter juga diduga dapat meningkatkan risiko Alzheimer hingga dua kali. Belum pernah dilaporkan adanya dampak negatif akibat konsumsi folat yang berlebihan. Dosis maksimum diterapkan hanya pada asam folat sintetis. Meskipun demikian, perlu ditetapkan batas maksimum konsumsi folat berdasarkan perannya. Folat yang berlebihan ternyata dapat menyebabkan defisiensi vitamin B12 yang menyebabkan anemia megaloblastik. Prof. DR. Made Astawan Dosen Di Departemen Teknologi Pangan Dan Gizi-IPB (Sumber : Kompas)

http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=217 Pendahuluan Penggunaan suplemen makanan untuk tujuan pemeliharaan dan pencegahan risiko suatu penyakit semakin marak di masyarakat. Salah satunya yang cukup banyak diminati akhir-akhir ini adalah suplemen makanan yang mengandung Koenzim Q-10, sejenis vitamin yang bersifat larut lemak dan termasuk ke dalam golongan ubikuinon. Koenzim Q-10 yang juga dikenal sebagai koenzim Q dan mitokuinon, mempunyai struktur kimia yang terdiri dari benzokuinon dan terpinoid. Benzokninon berperan dalam proses reduksi oksidasi pada rantai transpor elektron. Perbedaan yang paling utama di antara berbagai koenzim Q adalah jumlah unit isoprenoid-nya. Koenzim Q terdiri dari satu hingga dua belas unit isoprenoid, dan koenzim yang mengandung 10 unit isoprenoid adalah yang paling banyak mempengaruhi fungsi fisiologis dan banyak terdapat pada hewan dan manusia. Fungsi dan Sumber Koenzim Q-10

Koenzim Q-10 adalah kofaktor yang penting pada proses rantai transpor elektron di mitokondria, di mana koenzim Q-lO menerima elektron dari kompleks I dan II yang merupakan aktivitas yang penting pada produksi ATP. Koenzim Q-lO juga mempunyai aktivitas antioksidan di mitokondria dan membran sel, vang melindungi dari peroksidasi membran lipid. Koenzim Q-10 juga menghambat oksidaxi LDL-kolesterol, dimana LDL kolesterol adalah faktor yang merupakan pencetus atherosklerosis. Koenzim Q-10 merupakan jenis koenzim yang banyak terdapat pada hewan dan manusia. Dalam tubuh manusia, koenzim Q-lO dapat dihasilkan secara alami dengan jalur yang mirip dengan jalur sintesis kolesterol. Hingga usia tertentu, di mana koenzim Q-l () masih disintesis dan berfungsi secara normal, koenzim Q-lO ini dapat melindungi manusia dari risiko atherosklerosis serta penyakit jantung dan pembuluh darah lainnya. Namun, seiring dengan pertambahan usia, kadar koenzim Q-10 menurun. Penurunan kadar koenzim Q-10 juga terjadi pada pasien penyakit kronik seperti pasien penyakit jantung, distropi otot, Parkinson, kanker, diabetes, serta HIV/AIDS. Kebutuhan koenzim Q-10 dapat diperoleh dari biosintesis dalam tubuh manusia sendiri ataupun dari luar tubuh melalui makanan atau konsumsi suplemen koenzim Q-10. Secara alami, koenzim Q-10 dalam jumlah yang sedikit terdapat dalam berbagai jenis makanan terutama jenis daging seperti hati, jantung, dan ginjal hewan, juga pada minyak kedelai, ikan sarden, makarel, dan kacang-kacangan. Konsumsi setengah kilogram ikan sarden atau satu kilogram daging sapi atau satu kilogram kacang dapat membert suplai tubuh 30 mg koenzim Q1O Karena keprktisannya, mengonsumsi suplemen koenzim Q-10 lebih banyak dipilih daripada daripada mengonsumsi makanan sumber alami koenzim Q-10 yang memang hanya mengandung sedikit koenzim Q-10 dibanding suplemen. Suplemen koenzim Q-10 Suplemen koenzim Q-10 tersedia dalam berbagai bentuk sediaan dan komposisi. Tersedia bentuk sediaan kapsul basis lemak, kapsul serbuk, tablet, kapsul lunak, mikroemulsi dan sebagainya. Bentuk sediaan kapsul lunak mempunyai tingkat penyerapan lebih tinggi. Seperti halnya dosis harian dari koenzim Q-10 yang bervariasi tergantung kebutuhan individual pasien, sediaan suplemen koenzim Q-10 juga dibuat bervariasi kadar komposisinya mulai 5 hingga 300 miligram. Suplemen koenzim Q-10 yang masuk ke dalam tubuh akan diserap di usus halus, namun tingkat penyerapannya rendah (dari seluruh asupan yang masuk, 60%-nya akan terbuang bersama dengan kotoran). Penyerapannya ini tidak hanya tergantung dari makanan yang dimakan tapi juga banyaknya lemak yang terdapat pada makanan tersebut Tingkat penyerapaannya sangat rendah jika dikonsumsi pada keadaan perut kosong dan sangat baik jika dikonsumsi bersama dengan makanan terutama yang mengandung banyak lemak. Berbagai penelitian telah menguji penggunaan koenzim Q-10 untuk ditambahkan pada terapi standar yang biasa digunakan. Suplemen koenzim Q-10 dapat digunakan sebagai terapi tambahan pada pengobatan penyakit kardiovaskular (terutama pada gagal jantung kongesti) sesuai dengan aktivitas antioksidannya. Aktivitas antioksidan dan koenzim Q-10 terutama karena senyawa ini bekerja menghambat proses oksidasi LDL-kolesterol. Proses oksidasi ini diketahui berperan dalam patogenesis atherosclerosis.

Kegunaan Koenzim Q-10 yang disetujui oleh Badan POM adalah untuk memelihara kesehatan fungsi jantung Hal-hal yang Harus Diperhatikan Penggunaan koenzim Q-10, walapun merupakan suplemen makanan, bukan berarti bebas dari efek samping. Beberapa efek samping yang dapat terjadi pada penggunaa suplemen koenzim Q-10 terutama pada konsumsi dosis tinggi (200 miligram atau lebih dalam sehari), seperti mual, diare, dan epigastrik distress. Terdapat beberapa hal yang penting untuk diperhatikan dalam penggunaan suplemen koenzim Q-10. Wanita hamil dan menyusui sebaiknya menghindari penggunaan suplemen ini karena belum adanya penelitian yang memadai mengenai keamanan penggunaanya pada wanita hamil dan Menyusui. Demikian juga pada pasien yang mengonsumsi warfarin, juga sebaiknya tidak mengonsumsi suplemen ini karena terdapat laporan penurunan efektivitas warfarin yang dikonsumsi bersama dengan suplemen koenzim Q-10. Suatu penelitian di Jepang mengenai pengunaan suplemen koenzim Q-10 pada pasien diabetes menyatakan bahwa koenzim Q-10 dapat meningkatkan fungsi sel beta pankreas sehingga dapat memperbaiki kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II. Namun hal ini tidak terjadi pada pasien diabetes melitus tipe I yang juga mengonsumsi suplemen koenzim Q-l0. Oleh karena itu pasien diabetes yang juga mengonsumsi suplemen koenzim Q-10, selain obat anti diabetes, perlu dimonitor kadar gula darahnya dengan lebih ketat. Suplemen koenzim Q-l0 berinteraksi dengan beberapa jenis obat di antaranya warfarin, obat penurun lipid golongan statin, doksorubisin, dan obat anti hipertensi golongan betabloker. Penggunaan koenzim Q-l0 bersama-sama warfarin harus hati-hati karena koenzim Q-10 dapat menurunkan efektivitas warfarin. Konsumsi suplemen koenzim Q-10 bersama dengan obat penurun lipid golongan statin dapat menurunkan kadar koenzim Q-10 dalam tubuh karena koenzim Q-10 dan kolesterol mengalami jalur metabolisme yang sama. Kesimpulan 1. Suplemen makanan bukan merupakan produk yang digunakan untuk pengobatan suatu penyakit, tetapi pada keadaan tertentu suplemen makanan termasuk koenzin Q-10, digunakan untuk memelihara kesehatan atau sebagai nutrisi disamping itu juga digunakan sebagai pelengkap dalam upaya pencegahan atau pengobatan suatu penyakit. 2. Koenzim Q-10 mempunyei aktivitas antioksidan di mitokondria dan membran sel yang melindungi dari peroksidasi membran lipid 3. Penggunan suplemen makanan, termasuk koenzim Q-10 tetap harus memperhatikan beberapa hal seperti efek samping serta interaksi yang dapat timbul atau terjadi. Pustaka: PDR for Nutritional Supplements, 2001. Infomatorium Suplemen Makanan Indonesia, Badan POM RI, 2004. www.mayoclinic.com/health/co-enzymql0, Mayo Foundation for Medical Education and Research, USA, diakses pada Juli 2006. www.aculty.washington.edu/coenzq10.html, University of Washington, diakses pada Juli 2006.

You might also like