You are on page 1of 18

Dengan segala ulah manusia, dapat menyebabkan terjadinya perubahan iklim secara global.

Perubahan iklim tidak hanya buruk bagi bumi, namun juga dapat berefek buruk bagi kesehatan. Kira-kira bagaimana proses perubahan iklim dapat mempengaruhi kesehatan? Berikut adalah 5 cara perubahan iklim dapat mempengaruhi kesehatan seperti dikutip dari MyHealthNewsDaily, Kamis (8/3/2012) antara lain: 1. Penyebaran penyakit Peningkatan panas dan curah hujan di daerah tertentu yang disebabkan oleh perubahan iklim, dapat membantu proses penyebaran penyakit. Beberapa vektor penyakit, seperti serangga, dapat membawa dan mengirimkan agen penyebab penyakit, terutama dipengaruhi oleh cuaca dan suhu lebih panas. Karena vektor adalah hewan berdarah dingin, maka bergantung pada lingkungan sekitar untuk mengontrol panas internal. Sehingga peningkatan suhu akan berpotensi mendukung kehidupan serangga, dan dapat memungkinkan penyebaran penyakit tertentu, seperti malaria. Curah hujan juga diduga bermanfaat bagi kehidupan serangga, dan beberapa penelitian telah menghubungkan peningkatan curah hujan dapat menyebabkan wabah penyakit, khususnya penyakit yang ditularkan melalui air. 2. Degradasi tanah di daerah kering Penggunaan tanah yang tidak benar ditambah dengan variasi iklim dapat menyebabkan peningkatan degradasi tanah di daerah kering. Sebuah studi pada tahun 2010 menemukan bahwa, 38 persen dari dunia terdiri dari daerah kering karena risiko penggurunan. Setelah terdegradasi, tanah menjadi tidak produktif. Hal ini dapat membatasi lahan yang dapat digunakan untuk pertanian untuk memberi makan penduduk negara berkembang. Penggurunan global juga dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri berbahaya di laut. Debu gurun memasok zat besi ke laut, yang banyak dibutuhkan organisme laut untuk hidup. 3. Bencana alam ekstrem Pemanasan global dapat membawa peningkatan bencana ekstrem, termasuk gelombang panas, banjir dan badai besar, yang dapat menyebabkan banyak korban jiwa. Panas dan kekeringan adalah satu di antara bencana alam paling mematikan. Gelombang panas mungkin akan semakin parah. 4. Lebih banyak alergi Studi menunjukkan banyak alergi yang sedang berkembang di negara maju, termasuk Amerika Serikat. Alergi tersebut dapat disebabkan, karena meningkatnya kadar karbon dioksida dan suhu pemanasan. Sebuah studi pada tahun 2005 menemukan bahwa, tanaman sedang berbunga di awal tahun, dan produksi serbuk sari total meningkat. Sebuah studi di Italia menemukan bahwa, tidak hanya menyebabkan peningkatan serbuk sari, tetapi sensitivitas populasi terhadap serbuk sari juga meningkat. Sementara genetika memainkan peran besar dalam semua jenis alergi, musim serbuk sari yang lebih lama dan lebih intens dapat memperburuk gejala alergi. 5. Membawa efek buruk untuk jantung Pemanasan global kemungkinan akan membawa peningkatan gelombang panas. Peningkatan gelombang panas juga dapat disertai kerusakan ozon dan kabut asap. Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa, tingkat polusi yang tinggi terkait dengan peningkatan penerimaan rumah sakit untuk masalah jantung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, suhu tinggi pada bulan-bulan musim panas di sebuah kota di Amerika Serikat berhubungan dengan penurunan variabilitas denyut jantung, atau bagaimana reguler waktu antara detak jantung yang bertindak sebagai ukuran seberapa baik jantung bekerja. Menurut American Heart Association, variabilitas yang rendah pada denyut jantung dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian. Suhu udara dan ozon mungkin buruk bagi jantung karena mempengaruhi cara fungsi sistem saraf otomatis. Sistem saraf otomatis adalah bagian dari sistem saraf pusat yang membantu tubuh beradaptasi dengan lingkungannya. Sistem tersebut termasuk pengaturan fungsi tubuh, termasuk aktivitas listrik jantung dan aliran udara ke paru-paru. Suhu yang lebih tinggi juga dapat membuat tubuh lebih sensitif terhadap racun, kata para peneliti.Sumber

Apa itu Perubahan Iklim?


Perubahan iklim mengacu pada perubahan apapun pada iklim dalam satu kurun waktu, baik karena variabilitas alami atau sebagai hasil dari aktivitas manusia. Sejak lama iklim bumi terus berubah, namun perubahan yang terjadi sekarang jauh lebih cepat daripada sebelumnya. Jika berbicara tentang perubahan iklim, kuncinya adalah [karbon]. Sebagian besar atmosfer bumi mengandung nitrogen (sekitar 78%) dan oksigen (sekitar 21%). Sisa 1% gas di atmosfer terdiri dari berbagai gas, salah satunya adalah karbon dioksida atau CO2. Saat batubara, minyak dan gas bumi dibakar, dan juga saat [deforestasi] atau kerusakan hutan terjadi, [karbon dioksida] dilepas ke udara. Peningkatan [karbon dioksida] adalah penyebab utama perubahan pada iklim. Karbon dioksida adalah faktor terbesar penyebab perubahan iklim. Namun, gas-gas lain juga dilepaskan, mengotori atmosfir, seperti uap air (H2O), Methane, N2O dan O3 (ozone). Semua gas-gas ini disebut Gas Rumah Kaca. Karbon dioksida adalah salah satu gas rumah kaca yang dilepas ke atmosfer karena proses industri. Emisi gas rumah kaca terus meningkat. Dampaknya tidak hanya lokal tetapi juga ke seluruh dunia. Semakin banyak emisi, semakin besar perubahan iklim.

PERUBAHAN IKLIM Perubahan Iklim dan JenisJenis Iklim Iklim adalah keadaan udara rata-rata pada suatu wilayah yang luas dan dalam waktu yang lama (paling sedikit didasarkan pada pengamatan selama kurang lebih 30 tahun). Iklim memiliki unsur-unsur yang sama dengan unsur-unsur cuaca. Setiap daerah atau negara memiliki iklim yang berbeda-beda. Misalnya di daerah tropis tidak dikenal musim dingin, di daerah kutub tidak dikenal musim panas. Bumi selama perkembangannya mengalami perubahan iklim secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, seperti perubahan jumlah panas dari matahari, adanya ledakan gunung berapi, atau polusi yang disebabkan oleh manusia. Sebagai contoh, zaman es di mana periode saat iklim benar-benar sangat dingin menyebabkan es lebih banyak membentang di wilayah Eropa dan Amerika Utara selama 20.000 tahun yang lalu. Sekarang, iklim daerah tersebut lebih hangat dan lapisan esnya berkurang. Penyebab Perubahan Ikllim Situasi dan kondisi tersebut akibat dari pemanasan global sehinggaiklim di seluruh dunia mengalami perubahan. Es di kutub utara mencair akibat panas yang sangat tinggi, diakibatkan lapisan ozon yang berfungsi sebagai lapisan pelindung bumi mulai menipis. Menipisnya lapisan ozon diakibatkan oleh polusi yang berasal dari zat-zat kimia dan logam-logam berat yang mencemari lingkungan. Iklim-Iklim di Dunia Iklim di dunia dapat dibagi menjadi enam jenis utama, yaitu: Iklim Sedang, yaitu iklim yang memiliki empat musim, yaitu musim panas yang panas, musim dingin yang dingin dan basah, musim gugur dan musim semi Iklim Tropis adalah iklim yang kebanyakan panas dan basah sepanjang tahunnya, dengan kelembapan yang tinggi atau banyaknya uap yang lembap di udara. Iklim Subtropis adalah iklim hangat atau panas sepanjang tahun, serta musim basah dan kering yang berakhir dengan panjang waktu yang sama. Iklim Gurun adalah iklim yang jarang turun hujan, pada siang hari udara sangat panas sedangkan pada malam hari udara sangat dingin. Iklim Dingin dan Kutub adalah iklim yang kering dengan musim dingin yang sangat panjang dan musim panas yang sangat singkat. Iklim Pengunungan adalah iklim yang memiliki empat musim dengan musim panas yang hangat, musim dingin yang dingin dengan waktu yang cukup panjang, musim semi dan musim gugur. Wilayah yang memiliki iklim ini akan diguyur hujan sepanjang tahun. Iklim di pegunungan sering kali sangat lembap namun di satu sisi yang lain sangat kering. Hal ini disebabkan karena saat udara naik melewati pegunungan, udara menjadi dingin untuk membentuk awan tempat hujan atau salju turun, sedangkan pada sisi satunya udara mengalir ke bawah sehingga menyebabkan menjadi kering dan hangat. Iklim yang berbeda-beda antarwilayah yang satu dengan yang lain diakibatkan karena bentuk bumi yang bulat dan melengkung, sehingga mengakibatkan setiap bagian berbeda menerima jumlah panas dari matahari..

Perubahan Iklim dan Dampaknya di Indonesia


I. Gas Rumah Kaca (GRK) Berdasarkan Protocol Kyoto ditetapkan 6 jenis gas rumah kaca yang berperan sebagai penyerap energi radiasi matahari yang semestinya energi radiasi matahari tersebut dipantulkan kembali ke ruang angkasa, akan tetapi karena adanya gas-gas rumah kaca tersebut maka energi radiasi matahari tertahan di lapisan atmosfer dan menyebabkan peningkatan suhu bumi. Gas-gas tersebut diantaranya adalah CO2 (Karbon Dioksida), CH4 (Metana), N2O (Nitrogen Oksida), HFCs (Hydrofluorokarbons), PFCs (Perfluorocarbons) dan SF6 (Sulphur hexafluoride). Sebenarnya atmosfer bumi sudah memiliki unsur gas rumah kaca alamiah seperti uap air H2O). Tanpa kehadiran gas rumah kaca tersebut maka suhu muka bumi dapat lebih rendah sekitar 20 - 25C daripada suhu bumi saat ini, suatu keadaan yang sangat tidak nyaman bagi mahluk di muka bumi.

Gambar 1. Unsur-unsur yang termasuk gas-gas rumah kaca (Sumber: Las et al., 2008) Penumpukan gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia menyebabkan daya serap terhadap radiasi matahari di atmosfer semakin bertambah. Proses terjadinya penumpukan energi matahari di atmosfer akibat kehadiran gas-gas rumah kaca tersebut dikenal sebagai efek rumah kaca. Istilah gas rumah kaca dan efek rumah kaca mengacu pada sifat proses terperangkapnya sinar matahari pada penerapan teknologi rumah kaca di negara-negara

lintang tinggi. Pada wilayah tersebut rumah kaca dibuat untuk membuat suasana menyerupai daerah tropis dengan suhu dan kelembaban yang terjaga. Peristiwa efek rumah kaca terjadi karena sinar matahari di atmosfer menggetarkan molekul gas-gas rumah kaca tersebut sehingga energi radiasi matahari terserap oleh molekul tersebut. Celakanya waktu hidup molekul tersebut di atmosfer dapat bertahan dalam waktu yang lama sekitar 150 hingga 200 tahun sehingga dalam waktu yang lama tersebut dapat terus menyerap energi dan terjadi proses efek rumah kaca. Dalam waktu yang lama tersebut efek rumah kaca terus terjadi dan mengakumulasi energi radiasi matahari yang terserap di atmosfer. Karena berat jenis dari molekul gas-gas rumah kaca jauh lebih besar dari berat jenis molekul udara umumnya dan menyebabkan posisi molekul gas-gas rumah kaca tersebut lebih berada di atmosfer bawah maka peristiwa pemanasan global lebih intensif terjadi di lapisan bawah atmosfer atau di permukaan bumi. Dari tahun ketahun konsentrasi gas-gas rumah kaca mengalami peningkatan, tidak hanya secara global akan tetapi konsentrasi gas-gas rumah kaca di Indonesia juga mempunyai kecenderungan naik.

Gambar 2. Konsentrasi gas-gas rumah kaca

Gambar 3. Hasil pengukuran konsentrasi CO2

Gambar 4. Hasil pengukuran konsentrasi CH4

Gambar 5. Hasil pengukuran konsentrasi C2O II. Pemanasan Global Pemanasan global ditandai kenaikan suhu rata-rata udara di dekat permukaan bumi dan lautan sejak pertengahan abad ke-20 dan diproyeksikan akan terus berlangsung. Menurut Laporan Kajian ke-Empat oleh IPCC tahun 2007, suhu permukaan global meningkat sebesar 0,74 0,32 C (1,33 0,32 F) selama abad ke-20. Mayoritas kenaikan suhu yang diamati sejak pertengahan abad ke-20 disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK), yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan pengurangan lahan hutan.

Gambar 6. Suhu rata-rata global (Sumber: IPCC, 2007) Pemanasan global dianggap sebagai penyebab utama perubahan iklim. Perubahan iklim adalah dampak dari pemanasan global yang melibatkan unsur aktivitas manusia dan alamiah. Peristiwa alamiah yang memberi pengaruh positif dan negatif pada pemanasan global adalah letusan gunung berapi, dinamika iklim di atmosfer dan lautan serta pengaruh dari luar bumi seperti gejala kosmis dan ledakan di permukaan matahari. Pemanasan global yang disebabkan oleh manusia merupakan hasil dari perubahan jumlah dan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer dan juga karena menurunnya daya serap gas-gas rumah kaca yang sudah terdapat di atmosfer bumi. Pada kasus kedua, peristiwa pemanasan global dapat di-mitigasi (dikurangi) dengan menambah daya serap gas-gas rumah kaca di atmosfer. Tanda-tanda utama pemanasan global adalah kenaikan suhu muka bumi, peningkatan muka air laut dan melelehnya lapisan es di daratan muka bumi. Kenaikan suhu muka bumi terjadi di darat dan laut yang juga menyebabkan naiknya suhu udara muka bumi. Salah satu akibat kenaikan suhu muka bumi adalah melelehnya lapisan es di muka bumi. Proses melelehnya lapisan es tersebut akan menyebabkan kenaikan muka air laut. Kenaikan muka air laut disebabkan oleh dua hal yaitu tambahan volume air di laut akibat aliran lelehan es di daratan dan akibat pemuaian molekul air oleh peningkatan suhu muka laut. Untuk wilayah pesisir, ancaman kenaikan muka air laut akibat pemanasan global dapat terjadi untuk waktu yang sangat lama.

Gambar 7. Perubahan suhu, tinggi muka laut dan tutupan salju kutub utara (Sumber : IPCC, 2007) III. Perubahan Iklim Perubahan iklim merupakan perubahan baik pola maupun intensitas unsur iklim pada periode waktu yang dapat dibandingkan (biasanya terhadap rata-rata 30 tahun). Perubahan iklim dapat berupa perubahan dalam kondisi cuaca rata-rata atau perubahan dalam distribusi kejadian cuaca terhadap kondisi rata-ratanya. Sebagai contoh, lebih sering atau berkurangnya kejadian cuaca ekstrim, berubahnya pola musim dan peningkatan luasan

daerah rawan kekeringan. Perubahan iklim merupakan perubahan pada komponen iklim yaitu suhu, curah hujan, kelembaban, evaporasi, arah dan kecepatan angin, dan perawanan. Pengertian perubahan Iklim menurut berbagai sumber : a. UU No. 31 Tahun 2009 Tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Perubahan Iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan, langsung atau tidak langsung, oleh aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global serta perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan. b. Pemahaman petani Perubahan Iklim adalah terjadinya musim hujan dan kemarau yang sering tidak menentu sehingga dapat mengganggu kebiasaan petani (pola tanam) dan mengancam hasil panen. c. Pemahaman nelayan Perubahan iklim adalah susahnya membaca tanda-tanda alam (angin, suhu, astronomi, biota, arus laut) karena terjadi perubahan dari kebiasaan seharihari, sehingga nelayan sulit memprediksi daerah, waktu dan jenis tangkapan. d. Pemahaman masyarakat umum Perubahan iklim adalah ketidakteraturan musim. III.1 Fakta Adanya Perubahan Iklim di Indonesia Kejadian pemanasan global bukan saja telah mempengaruhi iklim secara global, namun juga mempengaruhi iklim di Indonesia. Berikut ini beberapa data dan fakta terjadinya perubahan iklim di Indonesia. 1. Perubahan Curah Hujan Perubahan iklim dapat menyebabkan perubahan peluang kejadian hujan ekstrim di beberapa wilayah di Indonesia. Di Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta, peluang kejadian hujan ekstrim dengan intensitas mencapai 500 mm/bulan selama periode tahun 1970 - 1999 meningkat hingga 13%. Padahal, selama periode tahun 1900 1929, peluang kejadian hujan ektrim di ketiga wilayah tersebut hanya 3% , hal tersebut ditunjukkan Gambar 8.

Gambar 8. Perubahan peluang hujan ekstrim (500 mm/bulan) di wilayah Jawa Barat, Banten dan Jakarta pada bulan Desember Februari antara tahun 1900 1999 (Sumber : Climate Research Unit, Inggris).

2. Pergeseran Musim Perubahan iklim dapat menyebabkan adanya pergeseran musim. Di Indonesia, musim mengalami pergeseran baik pada awal musim maupun panjang musim. Pergeseran tersebut terjadi dimusim kemarau dan musim hujan, baik maju maupun mundur. Pergeseran musim di Indonesia salah satunya telah teramati di pulau Jawa yang didasarkan pada data pengamatan selama 30 tahun yaitu periode tahun 1971-2000 dan periode tahun 2001-2010. Pergeseran musim di pulau Jawa terjadi baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Berdasarkan data pengamatan 30 tahun periode 1971-2000, musim hujan di pulau Jawa mengalami pergeseran seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9. Pola musim hujan di Jawa Barat dan Jawa Tengah sebagian besar mengalami pergeseran maju 3-4 dasarian, di wilayah Tangerang-Banten dan sekitarnya maju 1-2 dasarian dan Jawa Timur bagian timur mengalami pergeseran maju 1-2 dasarian. Sedangkan pola musim hujan yang bergeser mundur terjadi di Banten dan DKI dimana pergeserannya bervariasi antara 1-2 dasarian hingga 3-4 dasarian. Kemudian untuk wilayah Jawa Timur pergeseran mundur 1-2 dasarian.

Gambar 9. Pergeseran musim hujan di pulau Jawa (Sumber: BMKG, 2009)

Selain musim hujan, pergeseran juga terjadi pada musim kemarau seperti ditunjukkan pada Gambar 10. Pergeseran musim kemarau di pulau Jawa sebagian besar mengalami mundur 1-2 dasarian seperti di daerah Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur, sedangkan di beberapa lokasi mundur 3-4 dasarian. Sedangkan pada ZOM 1, 21, 25, 27, 33, 73, 45, 50 dan 63 pola musim kemarau bergeser maju 1-2 dasarian, sedangkan untuk ZOM 60 musim kemarau bergeser maju 3-4 dasarian.

Gambar 10. Pergeseran musim kemarau di Jawa (Sumber: BMKG, 2009) 3. Perubahan Suhu Data pengamatan suhu udara rata-rata di Jakarta periode tahun 19562001 menunjukkan kecenderungan (trend) naik. Secara rata-rata, suhu udara di Jakarta mengalami peningkatan sebesar 0.7 oC/tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan suhu udara bukan hanya terjadi secara global namun juga pada lokasi spesifik seperti Jakarta. Grafik peningkatan suhu udara rata-rata di Jakarta ditunjukkan pada Gambar 11.

Gambar 11. Tren perubahan suhu udara rata-rata di Jakarta Silahkan klik disini untuk mengunduh file selengkapnya. Pemutakhiran berdasarkan data yang masuk sampai dengan tanggal 26 Agustus 2011.

Perubahan Iklim di Indonesia


Indonesia mempunyai karakteristik khusus, baik dilihat dari posisi, maupun keberadaanya, sehingga mempunyai karakteristik iklim yang spesifik. Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim tropica (iklim panas), dan iklim laut. 1. Iklim Musim (Iklim Muson) Iklim jenis ini sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan. Iklim musim terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat) dan Angin musim timur laut (Muson Tumur). Angin muson barat bertiup sekitar bulan Oktober hingga April yang basah sehingga membawa musim hujan/penghujan. Angin muson timur bertiup sekitar bulan April hingga bulan Oktober yang sifatnya kering yang mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim kering/kemarau. 2. Iklim Tropis/Tropika (Iklim Panas) Wilayah yang berada di sekitar garis khatulistiwa otomatis akan mengalami iklim tropis yang bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Umumnya wilayah Asia tenggara memiliki iklim tropis, sedangkan negara Eropa dan Amerika Utara mengalami iklim subtropis. Iklim tropis bersifat panas sehingga wilayah Indonesia panas yang mengundang banyak curah hujan atau Hujan Naik Tropika. 3. Iklim Laut Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah laut mengakibatkan penguapan air laut menjadi udara yang lembab dan curah hujan yang tinggi. Edvin Aldrian (2003), membagi Indonesia terbagi menjadi 3 (tiga) daerah iklim, yaitu daerah Selatan A, daerah Utara Barat B dan daerah Moluccan C, sebagai mana dituangkan pada gambar 1.

Gambar 1 : Tiga daerah iklim menggunakan metoda korelasi ganda, yang membagi Indonesia menjadi daerah A (garis tegas), daerah monsun selatan; daerah B (titik garis putus-putus), daerah semi-monsun; dan daerah C (garis putus-putus), daerah anti monsun.

Wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang dilintasi oleh garis Khatulistiwa, sehingga dalam setahun matahari melintasi ekuator sebanyak dua kali. Matahari tepat berada di ekuator setiap tanggal 23 Maret dan 22 September. Sekitar AprilSeptember, matahari berada di utara ekuator dan pada Oktober-Maret matahari berada di selatan. Pergeseran posisi matahari setiap tahunnya menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada saat matahari berada di utara ekuator, sebagian wilayah Indonesia mengalami musim kemarau, sedangkan saat matahari ada di selatan, sebagaian besar wilayah Indonesia mengalami musim penghujan. Unsur iklim yang sering dan menarik untuk dikaji di Indonesia adalah curah hujan, karena tidak semua wilayah Indonesia mempunyai pola hujan yang sama. Diantaranya ada yang mempunyai pola munsonal, ekuatorial dan lokal. Pola hujan tersebut dapat diuraikan berdasarkan pola masing-masing. Distribusi hujan bulanan dengan pola monsun adalah adanya satu kali hujan minimum. Hujan minimum terjadi saat monsun timur sedangkan saat monsun barat terjadi hujan yang berlimpah. Monsun timur terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus yaitu saat matahari berada di garis balik utara. Oleh karena matahari berada di garis balik utara maka udara di atas benua Asia mengalami pemanasan yang intensif sehingga Asia mengalami tekanan rendah. Berkebalikan dengan kondisi tersebut di belahan selatan tidak mengalami pemanasan intensif sehingga udara di atas benua Australia mengalami tekanan tinggi. Akibat perbedaan tekanan di kedua benua tersebut maka angin bertiup dari tekanan tinggi (Australia) ke tekanan rendah (Asia) yaitu udara bergerak di atas laut yang jaraknya pendek sehingga uap air yang dibawanyapun sedikit. Dapat diamati bahwa hujan maksimum terjadi antara bulan Desember, Januari dan Februari. Pada kondisi ini matahari berada di garis balik selatan sehingga udara di

atas Australia mengalami tekanan rendah sedangkan di Asia mengalami tekanan tinggi. Akibat dari hal ini udara bergerak di atas laut dengan jarak yang cukup jauh sehingga arus udara mampu membawa uap air yang banyak (monsun barat atau barat laut). Akibat dari hal ini wilayah yang dilalui oleh munson barat akan mengalami hujan yang tinggi. Atas dasar sebab terjadinya angin munson barat ataupun timur yang mempengaruhi terbentuknya pola hujan munsonal di beberapa wilayah Indonesia dapat dikatakan wilayah yang terkena relatif tetap selama posisi pergeseran semu matahari juga tetap. Namun, perubahan diperkirakan akan terjadi terhadap jumlah, intensitas dan durasi hujannya. Untuk mempelajari hal ini diperlukan data curah hujan dalam seri yang panjang. Kaimuddin (2000) dengan analisa spasial bahwa curah hujan rata-rata tahunan kebanyakan di daerah selatan adalah berkurang atau menurun sedangkan dibagian Utara adalah bertambah. Iklim di Indonesia telah menjadi lebih hangat selama abad 20. Suhu rata-rata tahunan telah meningkat sekiitar 0,3 oC sejak 1900 dengan suhu tahun 1990an merupakan dekade terhangat dalam abad ini dan tahun 1998 merupakan tahun terhangat, hampir 1oC di atas rata-rata tahun 1961-1990. Peningkatan kehangatan ini terjadi dalam semua musim di tahun itu. Curah hujan tahunan telah turun sebesar 2 hingga 3 persen di wilayah Indonesia di abad ini dengan pengurangan tertinggi terjadi selama perioda Desember- Febuari, yang merupakan musim terbasah dalam setahun. Curah hujan di beberapa bagian di Indonesia dipengaruhi kuat oleh kejadian El Nino dan kekeringan umumnya telah terjadi selama kejadian El Nino terakhir dalam tahun 1082/1983, 1986/1987 dan 1997/1998.

Gambar 2. Perubahan suhu rata-rata tahunan 1901-1998 (atas) dan curah hujan tahunan 1901-1998 (bawah) untuk Indinesia. Perubahan-perubahan terhadap nilai iklim rata-rata 1961-1990 untuk suhu dan curah hujan masing-masing adalah 25,5oC dan 2548mm

Beberapa kajian untuk wilayah Indonesia telah dilakukan berdasarkan observasi, model global dan skenario dengan adanya perubahan curah hujan dan suhu di berbagai lokasi, diantaranya untuk Kota Jakarta. Dari rata-rata bulanan terdapat tren kenaikan di lokasi Jakarta dari tahun 1900 hingga tahun 2000 antara observasi dan model (gambar 3). Dengan pengertian cenderung mengalami kenaikan 8% (CGCM) dan 2% (CSIRO). Periode 1900-2000 nampak jelas terjadi kenaikan temperatur, hal ini ditunjukkan dengan tren perubahan bertanda positif. Hasil yang berbeda pada perubahan musim atas Indonesia yang diungkapkan oleh dua model yang berbeda, Hadcm3 (Hadley Pusat Iklim, UK) dan GISS-ER (Goddard Institut untuk Space/ Studies, NASA- AS) (Wenhong Li, 2006 dalam Canadell et al., 2006) gambar 4. Dari hasil Syahbuddin dkk (2007) dengan menggunakan model ARPEGE (Action de Recherche Petite Echelle Grande Echelle) Climat versi 3.0. berdasarkan simulasi zonasi curah hujan untuk periode 1950-1979 dan periode 20102039. diperkirakan akan terjadi peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia pada tahun 2010-2039 yang ditandai dengan anomali positif zona konveksi dan peningkatan temperatur seperti yang tercantum pada gambar 5 dibawah ini.

You might also like