You are on page 1of 6

PERNIKAHAN DALAM PANDANGAN ISLAM

(Risalah Nikah)

Seiring dengan kemajuan manusia modern, yang ditandai dengan


berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai-nilai kebenaran
yang hakiki semakin tergeser dari kehidupan perilaku modern.

Pada akhirnya umat Islam semakin tidak mengerti, memahami, bahkan


tidak memperdulikan lagi terhadap syari'at yang mestinya menjadi
panutan dan pegangan bagi mereka (umat Islam). Pernikahan yang dalam
Islam dianggap sebuah kegiatan yang sakral dan telah diberi rambu-
rambunya oleh Allah SWT demi kebaikan manusia itu sendiri, sekarang
terasa sekali tidak dilaksanakan sesuai keinginan Allah sebagaimana
dicontohkan oleh Rasulullah saw, bahkan umat Islam malah condong
meniru nilai dan perilaku Barat yang kenyataannya adalah tidak sesuai
dengan syari'at Islam, atau mungkin dengan cara-cara mengikuti nenek
moyang mereka; yang kalau tidak mau dikatakan bid'ah/kurafat, tetapi
pada prakteknya banyak yang tidak sesuai dengan syari'at Islam yang
sudah jelas dan berpahala serta mengandung keberkahan dari Allah SWT.

"Katakanlah (Muhammad), "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,


ikutilah aku ! niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu"
dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran (3) :
31).

"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari


orang-orang yang diberikan Al Kitab, niscaya mereka akan
mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman." (QS.
Ali Imran (3) : 100).

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu


sehingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah:"Sesungguhnya
petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)". Dan sesungguhnya
jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahan datang
kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong
bagimu." (QS. Al Baqarah (2) : 120)

"Barang siapa yang membuat-buat dalam urusan (agama) kami ini amalan
yang bukan darinya, ia tertolak." (HR. Bukhari dan Muslim).

Untuk itu, pada kesempatan yang berbahagia ini, kami mencoba


mempersembahkan sebuah risalah tentang pernikahan yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah saw.

Risalah ini hanyalah satu usaha kecil dari sebuah proyek besar dalam
penyadaran umat dan memberikan pemahaman yang benar dalam rangka
pembinaan umat, sehingga ajaran Islam yang begitu kompleks dan luas
tidak lagi asing di tengah-tengah umatnya sendiri, atau bahkan
dihujat oleh umat Islam itu sendiri, karena umat yang salah dalam
memahami atau mungkin ketidaktahuannya terhadap ajaran (agama)nya
sendiri.

Kami juga berharap dan memohon agar Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang


telah membaca dan memahami risalah ini, agar menularkan pemahamannya
kepada saudara dan handai taulan lainnya, agar mereka tidak salah
dalam menyikapi sebuah kegiatan yang sebenarnya ada dalam ajaran
Islam.

Atas semua perhatian dan dukungan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari kami


ucapkan terima kasih yang tak terhingga, dan hanya Allah SWT yang
dapat membalas dengan balasan yang belipat ganda, amin.
"Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh
kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat
maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbangdengan
kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).
Katakanlah:"Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada
jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar; agama Ibrahim yang lurus;
dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik".
Katakanlah : "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupki dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu baginya;dan
demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS. Al An'am (6) :
160 - 163)

PERNIKAHAN : ANTARA FITRAH & IBADAH

Maha Suci Allah yang telah menciptakan manusia berpasang-pasangan


satu dengan yang lainnya, dan menyatukan keduanya dalam taqwa, serta
menumbuhkan darinya rasa tenteram dan kasih sayang. Shalawat serta
salam semoga selalu allah curahkan kepada teladan umat yang telah
mengembalikan harkat manusia kembali pada fitrahnya.

Islam sebagai ajaran yang sesuai dengan fitrah, telah mensyari'atkan


adanya pernikahan bagi setiap manusia. Dengan pernikahan seseorang
dapat memenuhi kebutuhan fitrah insaniyahnya (kemanusiaannya) dengan
cara yang benar sebagai suami isteri, lebih jauh lagi mereka akan
memperoleh pahala disebabkan telah melaksanakan amal ibadah yang
sesuai dengan syari'at Allah SWT.

Pernikahan dalam pandangan Islam, bukan hanya sekedar formalisasi


hubungan suami isteri, pergantian status, serta upaya pemenuhan
kebutuhan fitrah manusia. Pernikahan bukan hanya sekedar upacara
sakral yang merupakan bagian dari daur kehidupan manusia. Pernikahan
merupakan ibadah yang disyari'atkan oleh Allah SWT melalui Rasul-Nya,
maka tidak diragukan lagi pernikahan adalah bukti ketundukan
seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah tidak membiarkan hamba-
Nya beribadah dengan caranya sendiri. Allah yang Maha Rahman
memberikan tuntunan yang agung untuk melaksanakan ibadah ini,
sebagaimana ibadah-ibadah yang lainnya (shalat, puasa, zakat, haji,
dsb.). Maka adalah sebuah kecerobohan, bila hamba-Nya yang ingin
melaksanakan ibadah yang suci ini (nikah) menodainya dengan bid'ah
(yang tidak diajarkan oleh Islam) dan khurafat (hal-hal yang membawa
kepada kemusyrikan terhadap Allah), sehingga mencabut status
aktivitas itu dari ibadah menjadi mafsadat/dosa. Adalah sebuah
kemestian bagi setiap muslim untuk berusaha menyempurnakan ibadahnya
semaksimal mungkin, tak terkecuali dengan sebuah proses dan kegiatan
pernikahan. Kesemuanya itu dilakukan agar hikmah dan berkah ibadah
dari ibadah itu dapat dirahmati oleh Allah Azza wa Jalla.

RESEPSI PERNIKAHAN (WALIMAH)

Walimah berasal dari kata Al-Walam yang bermakna Al-Jamu'


(berkumpul), karena setelah acara tersebut dibolehkan berkumpul suami
isteri. Menurut Ibnu Arabi, istilah walimah mengandung makna sempurna
dan bersatunya sesuatu. Istilah walimah biasanya dipergunakan untuk
istilah perayaan syukuran karena terjadinya peristiwa yang
menggembirakan. Lebih lanjut istilah walimah akhirnya dipakai sebagai
istilah untuk perayaan syukuran pernikahan.
Sebahagian ulama berpendapat, bahwa hukum penyelenggaran walimah itu
adalah sunnah muakkadah (dianjurkan) berdasarkan hadits perintah
Rasulullah saw kepada Abdurrahman bin Auf.

"Selenggarakanlah walimah, walaupun dengan seekor kambing!"

ADAB WALIMAH

Seperti yang telah diungkap sebelumnya, bahwa pernikahan adalah


sebuah acara ritual dan ibadah yang tentu telah diatur oleh Allah SWT
lewat Rasul-Nya, maka yang perlu kita perhatikan dalam adab-adab
terselenggaranya acara tersebut agar tetap dalam ridho Allah SWT,
yaitu :

1. Bertujuan untuk melaksanakan ibadah

Tidak dibenarkan melaksanakan walimah dan menghadirinya dengan


didasari kepentingan-kepentingan lain selain untuk mencari ridho
Allah SWT, karena hanya dengan niat yang ikhlas-lah segala amalan
kita mendapat pahala dan ridho Allah, sehingga melahirkan keberkahan
dalam meniti kehidupan selanjutnya.

"Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan


sesungguhnya bagi setiap orang tergantung apa yang ia niatkan..."
(HR. Bukhari dan Muslim)

2. Menghindari kemaksiatan

Karena ibadah yang satu ini melibatkan pribadi dan orang lain, maka
harus sangat diperhatikan beberapa hal yang mungkin dapat menimbulkan
kemaksiatan yang sengaja, maupun tanpa sengaja dilakukan oleh
pelaksana, maupun undangan yang datang, untuk itu ada beberapa
catatan yang harus diperhatikan sehingga kita terbebas dari
kemaksiatan kepada Allah; Sang Pencipta kita :

a. Jangan melupakan fakir miskin dalam mengundang tamu.

"Makanan paling buruk adalah makanan dalam walimah, dimana orang-


orang kaya diundang makan, sedangkan orang-orang miskin tidak
diundang." (HR. Muslim dan Baihaqi)

b. Menghindari perbuatan syirik dan khurafat.

Dalam masyarakat kita terdapat banyak kebiasaan dan hal-hal yang


dilandasi oleh kepercayaan terhadap selain Allah SWT, walaupun sering
kita mendengar bahwa hal-hal tersebut hanya perantara, tetapi tetap
karena Rasul-Nya tidak mencontohkan, bahkan Allah SWT telah jelas-
jelas melarangnya, maka jangan dilaksanakan.

"Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia


meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka
jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan." (QS. Al Jin
(72) : 6)

"Barang siapa mendatangi dukun atau peramal, dan percaya kepada


ucapannya, maka ia telah mengkufuri apa yang telah diturunkan Allah
kepada Nabi Muhammad saw." (HR. Abu Daud)

"Barang siapa membatalkan maksud keperluannya karena ramalan hari


mujur, maka ia telah syirik kepada Allah." (HR. Ahmad).
c. Tidak bercampur baur antara tamu pria dan wanita.

Hikmah tidak bercampur baurnya antara tamu pria dan wanita adalah
untuk menghindari terjadinya zina mata dan zina hati; dan inilah
tindakan preventif (pencegahan) dari perbuatan selanjutnya.

"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah


suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al
Israa' (17) : 32)

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman:"Hendaklah mereka menahan


pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah
lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman:"Hendaklah
mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa)
nampak dari mereka.Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedada
mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada
suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-
putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara
mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-
putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau
budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang
tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum
mengerti tentang aurat wanita.Dan janganlah mereka memukulkan kaki
mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.Dan
bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung. (QS. An Nuur (24) : 30 - 31)

Perlu diingat menahan sebagian pandangan ini berarti bukan selalu


menunduk, tetapi menahan pandangan dari apa-apa yang dilarang oleh
Allah SWT untuk dilihat oleh kita.

"Dua mata itu bisa berzina, dan zinanya ialah melihat (yang bukan
mahramnya)." (HR. Bukhari)

Dan salah satu bentuk yang bisa menimbulkan gejolak syahwat dan
menghantarkan kepada perzinaan (hati/persetubuhan) adalah berjabat
tangan antara orang yang bukan mahramnya.

"Barang siapa yang berjabat tangan dengan selain mahramnya maka akan
mendapat murka dari Allah Azza wa Jalla." (HR. Ibnu Baabawih)

Untuk membantu terlaksananya hal tersebut di atas, maka sangat


diperlukan sebuah pelengkap agar kita (para tamu) dapat menjaga
pandangan pada apa yang Allah larang; yaitu dengan pemisahan ruangan
tamu untuk pria dan wanita atau memakai hijab (tirai) antara tamu
wanita dan pria, sebagaimana Rasulullah contohkan pada waktu
Rasulullah menikah dengan Zainab binti Jahsyi di Madinah, yang
merupakan sebab turunnya surat Al Ahzab atau 53.

Hal ini jangan dianggap hal yang mengada-ada dan asing, karena telah
dijelaskan di awal, bahwa walimah merupakan sebuah aktifitas dari
sekian aktifitas yang termasuk ibadah, maka iapun sama dengan ibadah-
ibadah yang lainnya memiliki aturan main; contoh nyata adalah shalat,
dimana dalam shalat terjadi pemisahan antara pria dan wanita; juga
kegiatan pengajianpun demikian, jadi sangat wajar dan sebuah ajaran
dari Allah yang Maha Mengetahui kekurangan dan kelebihan manusia
serta mengetahui apa yang terjadi bila manusia hanya berpijak pada
prasangka dan keyakinannya; yang pada dasarnya manusia itu makhluk
yang lemah dan tidak mengetahui yang ghaib dan akibat dari
perbuatannya.

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia;


sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (QS. Ar Ruum
(30) : 7)

Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu


pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah
disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun. (QS.
Ar Ruum (30) : 29)

d. Menghindari hiburan yang merusak nilai ibadah.

Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang


tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa
pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan.Mereka itu
akan memperoleh azab yang menghinakan. (QS. Luqman (31) : 6)

e. Menghindari dari perbuatan mubazir.

Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,


kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan:dan janganlah
kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu
adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al Israa' (17) : 27)

f. Saling menghormati dan berkata yang baik.

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia


berkata baik, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir,
hendaklah menghormati tetangganya, barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan Hari Akhir, hendaklah menghormati tamunya." (HR. Bukhari
dan Muslim)

g. Memberikan ucapan selamat dan mendo'akan kedua mempelai.

Disunnahkan kita untuk mengucapkan do'a ketika kita berjabat tangan


dengan sang pengantin.

"Apabila salah seorang saudaramu menikah ucapkanlah :

"Baarokallohu laka, wabaaroka 'alaika, wa jama'a bainakuma fii khoir"


artinya : "Semoga Allah SWT memberkahimu dan mudah-mudahan Allah
mengekalkan berkah atasmu serta menghimpun kalian berdua di dalam
kebaikan." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Atau do'a Rasulullah kepada Ali bin Abi Thalib ketika menikah dengan
Fatimah Az-Zahrah (putri Rasulullah) :

"Semoga Allah mengimpun yang terserak dari kalian berdua, memberkahi


kalian berdua; dan kiranya Allah meningkatkan kualitas keturunannya,
menjadikan pembuka rahmat, sumber ilmu dan hikmah, pemberi rasa aman
bagi umat."

ADAB MAKAN PADA ACARA WALIMAH

1. Tidak berlebih-lebihan

"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)


mesjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al
A'raaf (7) :31)

2. Menggunakan tangan kanan

"Dari Khafsah, bahwasanya Rasulullah telah menggunakan tangan kanan


sewaktu makan dan minum serta berpakaian, sedang tangan lainnya untuk
selain itu." (HR. Abu Daud)

3. Jangan makan-minum sambil berdiri

"Dari Anas, bahwasanya Nabi saw telah melarang seseorang sambil


berdiri, Qatadah bertanya kepada Anas : "Bagaimana jika makan sambil
berdiri?" jawabnya : "Tentunya yang demikian itu sangat buruk dan
jahat." (HR. Muslim)

Demikianlah risalah ini kami susun, mudah-mudahan kita dapat


memahaminya dengan pemahaman yang benar tanpa dilandasi prasangka
buruk dalam mempelajari Al Islam yang sangat sempurna (mencakup
segala aspek) dalam ajarannya, sehingga kita dapat mengamalkannya
secara konsisten dan konsekuen, amin.

------------------------------------------------------------------

Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin Ash ra, berkata, bahwa Rasulullah
bersabda : "Tidak beriman seseorang sehingga hawa nafsunya mengikuti
apa yang aku bawa." Hadits Shahih dalam kita Al Hujjah

"Apapun yang aku larang untuk kalian, jauhilah ! dan apapun yang aku
perintahkan untuk kalian lakukan, kerjakanlah semampu kalian !
Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah
banyaknya pertanyaan dan perselisihan mereka terhadap nabi-nabi
mereka." HR. Bukhari dan Muslim

You might also like