You are on page 1of 5

PENGERTIAN ERGONOMI Ada berbagai macam pengertian atau definisi dari ergonomi atau sebenarnya lebih tepatnya ergonomika

(dalam bahasa inggris disebut ergonomics) diantaranya:Ergonomi merupakan istilah yang berasal dari Bahasa Yunani. Ergonomi terdiri dari dua suku kata, yaitu: ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum atau aturan. Dari kedua suku kata tersebut, dapat ditarik kesimpulan bawa ergonomi adalah hukum atau aturan tentang kerja atau yang berhubungan dengan kerja. Secara singkat bisa disebut bahwa ergonomi adalah ilmu kerja. Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan dan elemen-elemen lain dalam suatu sistem dan pekerjaan yang mengaplikasikan teori, prinsip, data dan metode untuk merancang suatu sistem yang optimal, dilihat dari sisi manusia dan kinerjanya K3 di Konstruksi Pembangunan dalam dunia konstruksi sedang mengalami perkembangan yang pesat dan bila ditinjau dari segi manajemen dan teknologi konstruksi bangunan yang termasuk dalam kompleksitas tidak sederhana. Dengan demikian model pengendaliannya juga sudah dalam taraf manajemen konstruksi. Secara keseluruhan konstruksi bangunan pada umumnya dituntut menerapkan prinsip-prinsip manajemen secara lengkap dan utuh, dimana prinsip ini akan menyangkup aspek keselamatan kerja dan lingkungan.

Dewasa ini dunia sangat peduli dengan Hak Asasi Manusia, salah satunya yaitu Keselamatan dan Kesehatan Kerja khususnya pada dunia Konstruksi, kepedulian tersebut dapat kita lihat melalui seruan gencar di perusahaan-perusahaan kontraktor di Indonesia untuk mengkontrol secara intensif masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) kalau kita perhatikan secara komperehensif ternyata sangat berpengaruh pada proses jalannya pembangunan konstruksi. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah penting dalam setiap proses operasional, baik di sektor tradisional maupun sector modern. Khususnya dalam masyarakat yang sedang beralih dari satu kebiasaan kepada kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa permasalahan yang jika tidak ditanggulangin secara cermat dapat membawa berbagai akibat buruk bahkan fatal. Dunia konstruksi meliputi banyak aktivitas, teknologi, sumber daya dan resiko dengan keanekaragaman ini meningkatkan kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan keja. Sebuah kecelakaan kerja dapat diartikan sebagai beberapa kegiatan yang tidak direncanakan dan hasilnya berupa cidera atau sakit atau kehancuran. Kecelakaan nihil (Zero accident) dan kerugian nihil (Zero losses) merupakan hal yang ingin dicapai oleh setiap perusahaan untuk menjamin keberlangsungan kegiatan bisnisnya. Hingga saat ini masih sering kita lihat dan dengar dari berbagai media bahwa masih banyak terjadi kecelakaan kerja diseluruh dunia khususnya di Indonesia yang masih memiliki tingkat kecelakaan kerja tergolong tinggi di dunia (Jurnal BPS 2005). Anggota Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional Haryono di Samarinda mengatakan bahwa angka kecelakaan kerja di Indonesia dicatat dari pekerja yang ikut program Jamsostek dan termasuk dalam 105.000 kasus kecelakaan kerja pada tahun 2003. "Dari jumlah kasus tersebut, pekerja yang meninggal mencapai sekitar 1.430 orang". Haryono menyebutkan, para pekerja yang ikut program Jamsostek hanya mencapai 14 juta orang saja. Padahal, jumlah pekerja di Indonesia mencapai sekitar 100 juta orang. Pekerja sektor formal sekitar 29 juta orang, kalau jumlah seluruhnya termasuk pekerja sektor informal mencapai 100 juta orang. Angka pasti jumlah kecelakaan kerja bagi para pekerja yang tidak mengikuti program Jamsostek. Sampai saat ini masih belum ada namun dipastikan akan lebih besar lagi.(Kompas, Samarinda Sabtu, 22 Mei 2004). Contoh kasus yang pernah di dunia konstruksi terjadi di proyek pembangunan Apartemen Gading Mediterania, Kelapa Gading. Kecelakaan yang terjadi

menewaskan empat orang pekerja, dua orang tewas tertimpa beton precast dan dua orang tewas akibat kesetrum listrik. (Kompas cyber media, Jumat, 06 Juni 2003). Kecelakaan kerja yang terulang ataupun kecelakaan baru dapat memberikan pelajaran kepada perencana untuk mendukung tidak terjadinya kecelakaan kerja. Suatu hal yang dapat didasarkan bahwa kecelakaan kerja tidak hanya karena kecerobohan pekerja tetapi kegagalan di pengendalian kecelakaan kerja yang pada akhirnya merupakan tanggung jawab pihak manajemen. Perlu ada suatu analisa untuk mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan dan keselamatan kerja. Hasil analisa ini dapat digunakan untuk mengevaluasi dan mencegah seminimal mungkin dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Analisa yang digunakan untuk mengetahui penyebab kecelakaan secara sistematik adalah dengan menggunakan Fault tree Analysis (FTA) atau analisa pohon kegagalan dimana dengan menggunakan analisa ini maka dapat diketahui penyebabpenyebab dan juga kombinasi penyebab yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan

Ergonomi: Untuk Keselamatan, Kesehatan dan Produktivitas Kerja Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyelaraskan antara segala fasilitas yang digunakan dalam beraktivitas atau bekerja dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik secara fisik maupun non fisik. Salah satu output dari penerapan ergonomi adalah terwujudnya efisiensi, kenyamanan, dan keselamatan bagi pengguna suatu desain produk. Dengan demikian suatu desain dikatakan kompatibel dengan manusia pemakainya. Kaitannya dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), ergonomi selalu konsen dan berusaha meningkatkan derajat keselamatan dan kesehatan kerja bagi setiap pekerja. Melalui pendekatan ergonomi secara sistemik, holistik, interdisipliner dan partisipatoris, maka angka sakit dan angka kecelakaan di tempat kerja dapat diminimalkan. Dengan demikian penghematan biaya operasional, biaya perawatan dan biaya klaim kecelakaan dan kesehatan dapat ditekan sekecil-kecilnya. Pada akhirnya melalui peningkatan efisiensi dan efektivitas kerja, produktivitas akan semakin besar dan dengan sendirinya keuntungan juga meningkat, maka kesejahteraan pekerja secara keseluruhan akan lebih baik. Resiko pada Lingkungan Kerja Resiko yang terjadi dalam aktivitas kerja manusia berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Setiap kecelakaan tidak terjadi begitu saja, tetapi terdapat faktor penyebabnya. Apabila faktor tersebut dapat kita ketahui, maka kita dapat melakukan pencegahan ataupun penanggulangan terhad kecelakaan tersebut. Penyebab utama kecelakaan adalah :

Kondisi tidak aman (unsafe condition). Hal ini berkaitan dengan mesin / alat kerja seperti mesin yang rusak ataupun tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu kondisi tidak aman juga dapat berupa kondisi lingkungan kerja yang kurang mendukung, seperti penerangan yang kurang, keadaan bising, kebersihan maupun instalasi yang kurang baik. Kondisi tidak aman juga dapat diakibatkan oleh metode / proses produksi yang kurang baik. Hal ini dilihat dari sistem pengisian bahan kimia yang salah, pengangkutan beban secara manal / menggunakan tenaga manusia. Tindakan tidak aman (unsafe action). Tindakan tidak aman ini lebih berkaitan terhadap personal pekerja, antara lain menggunakan peralatan yang kurang baik, sembrono dalam

bekerja, tidak menggunakan alat pelindung diri maupun menjalan sesuatu tanpa wewenang. Kelemahan sistem manajemen. Kelemahan sistem manajemen ini seringkali terkait dengan sistem prosedur kerja yang tidak jelas ataupun tidak adanya standar yang dapat menjadi acuan bagi pekerja dalam melakukan kegiatan kerjanya.

Dari penyebab kecelakaan di atas, tentunya akan berpengaruh pula pada lingkungan kerja dan lingkungan hidup sekitarnya. Kecelakaan kerja khususnya di bidang industri seringkali diikuti dengan adanya kerusakan lingkungan terlebih jika kecelakaan industri tersebut berskala besar. Bagi para pekerja sendiri tentunya akan berakibat cedera bahkan kematian jika kecelakaan yang terjadi sangat fatal, sedangkan bagi lingkungan hidup akan terjadi gangguan keseimbangan ekosistem bahkan penurunan kualitas lingkungan hidup. Penurunan kualitas lingkungan ini biasanya disebabkan oleh adanya bahan sisa proses produksi yang masih mengandung zat kimia berbahaya. Zat kimia berbahaya ini tidak hanya terjadi akibat dari kecelakaan industri, namun bahkan lebih sering sebagai akibat dari sistem pengolahan limbah industri yang tidak baik. Lingkungan kerja yang kondusif mendukung terciptanya keselamatan dan kesehatan kerja, terpelihara sumber produksi dan tercapainya produktivitas kerja yang tinggi. Lingkungan kerja yang baik dan cara kerja yang baik disamping faktor-faktor lain di masyarakat akan menciptakan lingkungan umum / hidup yang terjamin secara komprehensif Penyakit Akibat Kerja Ergonomi dan K3 tidak hanya mencegah kecelakaan kerja namun juga mencegah timbulnya penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja bias disebabkan karena beberapa faktor meliputi faktor fisik, kimia, biologi, fisiologi, dan mental psikologi.

1. Faktor Fisik

Suara tinggi/bising: menyebabkan ketulian Temperatur/suhu tinggi: menyebabkan Hyperpireksi, Milliaria, heat Cramp, Heat Exhaustion, Heat Stroke. Radiasi sinar elektromagnetik: infra merah menyebabkan katarak, ultraviolet menyebabkan konjungtivitis, radioaktrif/alfa/beta/gama/X menyebabkan gangguan terhadap sel tubuh manusia. Tekanan udara tinggi: menyebabkan Coison Disease Getaran: menyebabkan Reynauds Disease, Gangguan proses metabolisme, Polineurutis.

2. Faktor Kimia

Asal: bahan baku, bahan tambahan, hasil antara, hasil samping, hasil (produk), sisa produksi atau bahan buangan. Bentuk: zat padat, cair, gas, uap maupun partikel.

Cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan, kulit dan mukosa Masuknya dapat secara akut dan secara kronis Efek terhadap tubuh: iritasi, alergi, korosif, Asphyxia, keracunan sistemik, kanker, kerusakan/kelainan janin, pneumoconiosis, efek bius (narkose), Pengaruh genetik.

3. Faktor Biologi

Viral Diseases: Rabies, Hepatitis Bakterial Diseases: Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis, TBC, Tetanus Fungal Diseases: Dermatophytoses, Histoplasmosis Parasitic Diseases: Ancylostomiasis, Schistosomiasis.

4. Faktor Fisiologi

Akibat: cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang salah, Kontruksi salah. Efek terhadap tubuh: kelelahan fisik, nyeri otot, deformitas tulang, perubahan bentuk, dislokasi, kecelakaan.

5. Faktor Mental Psikologi


Akibat: Organisasi kerja (type kepemimpinan, Hubungan kerja, Komunikasi, keamanan), Type kerja (monoton, berulang-ulang, kerja berlebihan, kerja kurang, kerja shif, terpencil) Manifestasinya berupa stress

Ergonomi Tingkatkan Produktivitas Di samping efisiensi, efektivitas dan kualitas, untuk mencapai produktivitas yang tinggi dalam suatu kegiatan, perlu pula memperhatikan penerapan prinsip ergonomi, 5S, total quality management (TQM), Kaizen dan sebagainya. Prinsip ergonomi perlu diperhatikan mengingat akan cukup banyak pengaruhnya pada aktivitas seseorang. Produktivitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan atau tingkat hasil yang diperoleh seseorang. Produktivitas dikatakan meningkat, jika bisa menghasilkan lebih banyak dalam jangka waktu yang sama, atau jika dapat menghasilkan sama banyak dalam jangka waktu yang lebih singkat.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ergonomi atau diknal juga dengan human factors / human engineering, maka lingkungan kerja akan menjadi aman, sehat dan nyaman, sehingga kerja menjadi lebih produktif dan efisien, serta ada jaminan kualitas kerja. Sebaliknya, sistem kerja yang tidak ergonomis menjadikan hasil kerja tidak memuaskan, sering terjadi kecelakaan kerja, pekerja sering melakukan kesalahan, cepat lelah, gampang sakit, beban kerja terlalu berat dan sebagainya.

Perancangan sistem kerja yang ergonomis juga memperhatikan 5S, prinsip 5S yakni Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke Seiri artinya menyingkirkan barang yang tak digunakan atau ringkas. Seiton maknanya setiap barang punya tempat yang pasti dan pada tempatnya atau rapi. Seiso yakni menjaga kebersihan lingkungan kerja agar bersih. Seiketsu, semua orang memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan tepat waktu atau terawat

You might also like