You are on page 1of 20

LAPORAN HASIL DISKUSI BLOK INDRA KASUS 5 OTITIS MEDIA AKUT

Aan Linda Lestari Afri Viyani Agung Adi Aryono Endah Kadarwati Irahari Irawati Joko Nugroho S Lily Nurmaningsih Maskanah Najjah Khurmaen Nasirun

Prastowojati Puji astuti Sri Abdi Lestari Sri Purwanti Sri Untari Suseno Tri Teni Atikah Hidayati Tri Nur Risky Adyta

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

LAPORAN HASIL DISKUSI BLOK INDRA PENYELESAIAN SEVEN JUMP KASUS 5

Leader Sekretaris Anggota

: Teni Atikah Hidayati : Najjah Khurmaen :

1. Aan Linda 2. Afri Viyani 3. Agung Adi Aryono 4. Endah Kadarwati 5. Irahari Irawati 6. Joko Nugroho S 7. Lily Nurmaningsih 8. Maskanah 9. Nasirun 10. Prastowojati 11. Puji astuti 12. Sri Abdi Lestari 13. Sri Purwanti 14. Sri Untari 15. Suseno Tri 16. Tri Nur
17. Risky A

KASUS 5 Tn G datang ke Puskesmas Pucung dengan keluhan nyeri pada telinga tengah. Pada saat dikaji, pasien mengatakan sebelumnya sering mengorek telinganya. Nampak kemerahan pada telinga tengah, ekspresi wajah klien Nampak meringis, dengan nyeri sekala 7. Nyeri dirasakan saat kepala digerakkan. Keluhan dirasakan dua hari sebelum masuk RS sampai dengan tanggal pengkajian. Pada pemeriksaan telinga, didapatkan adanya kemerahan pada telinga tengah, Nampak cairan nanah keluar dari telinga tengah, respon klien pendengaran menurun, telinga terasa terasa tersumbat, nyeri daerah telinga, tidak mendengar gesekan tangan perawat jarak 10 cm, telinga terasa penuh, klien sering memegangi telinganya.

PENYELESAIAN SEVEN JUMP Tahap 1. Identifikasi kata-kata sulit a. Telinga tengah ANATOMI Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke

nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal. Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe. Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer FISIOLOGI Telinga tengah adalah ruang berisi udara yang menghubungkan rongga hidung dan tenggorokan dihubungkan melalui tuba eustachius, yang fungsinya menyamakan tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga. Tuba eustachius lazimnya dalam keadaan tertutup akan tetapi dapat terbuka secara alami ketika anda menelan dan

menguap. Setelah sampai pada gendang telinga, gelombang suara akan menyebabkan bergetarnya gendang telinga, lalu dengan perlahan disalurkan pada rangkaian tulangtulang pendengaran. Tulang-tulang yang saling berhubungan ini - sering disebut " martil, landasan, dan sanggurdi"- secara mekanik menghubungkan gendang telinga dengan "tingkap lonjong" di telinga dalam. Pergerakan dari oval window (tingkap lonjong) menyalurkan tekanan gelombang dari bunyi kedalam telinga dalam. Telinga tengah terdiri dari : 1. Tuba auditorius (eustachius) Penghubung faring dan cavum naso faringuntuk : Proteksi: melindungi ndari kuman Drainase: mengeluarkan cairan. Aerufungsi: menyamakan tekanan luar dan dalam.

2 Tuba pendengaran (maleus, inkus, dan stapes) Memperkuat gerakan mekanik dan memberan timpani untuk diteruskan ke foramen ovale pada koklea sehingga perlimife pada skala vestibule akan berkembang. b. Skala nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).

Keterangan : 0 1-3 4-6 :Tidak nyeri : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. 7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi 10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi

c.

Tes gesekan tangan perawat 10 cm Tes gesek utk saraf Kranial VIII Nervus Vestibulokokhlearis (atau nervus vestibulo-auditorius atau nervus statoakustikus)

Terutama bersifat sensoris. Terletak di lateral nervus facialis (sudut serebelopontin). Inti pada vestibular, dan kokhlear. Menerima rangsang suara, rotasi dan gravitasi (untuk keseimbangan dan gerakan tubuh). Lebih spesifik, cabang vestibular membawa impuls untuk pendengaran; terletak di kanalis akustikus interna. Caranya dengan menggesekanibu jari dan telunjuk dari jarak 2.5 cm-10 cm. d. Toilet telinga H2O2 Membersihkan telingan dengan cairan H2O2 dengan kadar 3%
e. f.

Amoxicillin

: terapi infeksi

Asam mefenamat : penghilang nyeri

Tahap 2. Identifikasi Masalah

Otitis Media Akut

Tahap 3. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul a. Pengertian oma b. Tanda dan gejala

c. Etiologi d. Pemeriksaan penunjang e. Patofisiologi f. Penatalaksanaan g. Rencana keperawatan h. Apakah oma bisa mengakibatkan tuli? i. Apakah oma bisa mengakibatkan infeksi yang menyebabkan meningitis ? Tahap 4. Menganalisis masalah A. Definisi. Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999).

Yang paling sering terlihat ialah : a. b. c. Otitis media viral akut Otitis media bakterial akut Otitis media nekrotik akut

B. Gejala.

Gejala OMA tergantung dari stadiumnya dan umur pasien. Stadium OMA berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah yaitu:

a. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Terdapat gambaran retraksi membran tympaniakibat tekanan negatif dari telinga tengah bagian dalam. Kadang berwarna normal atau eruh pucat. Efusi

tidak dapat ideteksi dan sukar dibedakan dengan Otitis Media Supurasi akibat virus atau alergi.
b. Stadium Hiperemis.

Tampak pembuluh darah yang melebar di membran tympani atau seluruh membran tympani tampak hyperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga masih belum terlihat.

c. StadiumSupurasi

Membran tympani menonjol kearah telinga luar akibat edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat purulen di kavum tympani. Pasien tampak kesakitan, nadi dan suhu meninkat,serta nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan berkurng, akan terjadi iskemia, trombophlebitis, dan nekrosis mukosa dan sub mukosa. d. Stadium Perforasi. Karena pemberian antibiotik yang terlambat, atau virulensi kuman yang tinggi, dapat terjadi ruptir membran tympani. Dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke talinga luar. Pasien yang semula gelisah mnjadi tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.

e. Stadium Resolusi.

Bila membran tympani masih utuh, maka akan normal kembali perlahanlahan, tetapi apabila terjadi perforasi maka sekrt akan berkurang dan mengering. Bila daya tahan tubuh baik maka akan terjadi resolusi tanpa pengobatan. Pada anak, keluhan utamanya rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh tinggi, biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada orang dewasa didapatkan gangguan pendengaran berupa rasa penuh atau kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah: suhu tubuh tinggi (>38C), gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, diare, kejang, dan kadang- kadang memegang telinganya yang sakit.
C. Etiologi.

Bakteri piogenik seperti : a. Streptococcus Hemoliticus b. Stapilococcus Aureus. c. Pneumokok. d. Hemofillus influenza. e. Eschericia Colli f. Streptococcus Unhemoliticus. g. P. vulgaris. h. P. aeruginosa.

D. Patofisiologi.

OMA terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga kesterilan telinga tengah, faktor penyebab utamanya adalah sumbatan tuba eustachius sehingga pencegahan infeksi kuman terganggu. Pencetusnya ialah saluran nafas atas. E. Pemeriksaan Penunjang a. Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan tidak tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas. b. Kultur cairan melalui mambran timpani yang pecah untuk mengetahui organisme penyebab.
F. Penatalaksanaan.

Penatalaksanaan tergantung dari stadium penyakitnya: a. Stadium Oklusi Tuba Eustachius. Terapi pada stadium ini ditujukan untuk membuka kembali tuba eusthacius, sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Terapinya:
1) Obat tetews hidung HCl efedrin 0,5% untuk anak-anak <12 tahun, atau HCl

efedrin 1% untuk anak diatas 12 tahun dan dewasa.


2) Sumber infeksi lokal harus diobati

3) Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman. b. Stadium Presupurasi.

1) Diberikan antibiotik obat tetes hidung dan analgesik. 2) Jika terdapat resistensi, diberikan kombinasi dengan sefalosporin. 3) Untuk terapi awal diberikan penisilin secara IM. 4) Antibiotik diberikan minimal untuk 7 hari. 5) Pada anak diberikan ampicilin 450-100 mg/kg BB, amoksisilin 440

mg/kgBB/hari atu eritomisin 440 mg/kgBB/hari.

c.

Stadiium Supurasi. Selain antibiotik pasien dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran tympani masih utuh, sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.

d.

Stadium Perforasi. Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat selama 3 mggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.

e.

Stadium Resolusi. Membran tympani berangsur normal kembali, sekret tidak ada, perforasi menutup. Bila tidak, antibiotikn dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila tetap mungkin terjadi mastoiditis.

G. Tes Pendengaran a. Tes suara bisik Caranya ialah dengan membisikkan kata-kata yang dikenal penderita dimana kata-kata itu mengandung huruf lunak dan huruf desis. Lalu diukur berapa meter jarak penderita dengan pembisiknya sewaktu penderita dapat mengulangi kata-kata yang dibisikan dengan benar. Pada orang normal dapat mendengar 80% dari kata-kata yang dibisikkan pada jarak 6 s/d 10 meter. Apabila kurang dari 5 6 meter berarti ada kekurang pendengaran. Apabila penderita tak dapat mendengarkan kata-kata dengan huruf lunak, berarti tuli konduksi. Sebaliknya bila tak dapat mendengar kata-kata dengan huruf desis berarti tuli persepsi. Apabila dengan suara bisik sudah tidak dapat mendengar dites dengan suara konversasi atau percakapan biasa. Orang normal dapat mendengar suara konversasi pada jarak 200 meter. b. Tes Garpu Suara Dengan garpu suara frekuensi 64, 128, 256, 512, 1024, 2048 dan 4096 hz, dibunyikan dengan cara tertentu lalu disuruh mendengarkan pada orang yang dites. Bila penderita banyak tak mendengar pada frekuensi rendah berarti tuli konduksi. Bila banyak tak mendengar pada frekuensi tinggi berarti tuli persepsi. Kemudian dengan garpu suara frekuensi 256 atau 512 hz dilakukan tes-tes Rinne Weber dan Schwabach sehingga lebih jelas lagi apakah tuli penderita dibagian konduksi atau persepsi.

c.

Tes dengan Audiometer

Hasil dari tes pendengaran dengan audiometer ini digambar dalam grafik yang disebut audiogram. Apabila pemeriksaan dengan audiometer ini dilakukan, tes-tes suara bisik dan garpu suara tak banyak diperlukan lagi, sebab hasil audiogram lebih lengkap. Dengan audiometer dapat dibuat 2 macam audio-gram : Audiogram nada murni (pure tone audiogram) Audiogram bicara (speech audiogram)

1) 2)

d.

Tes dengan Impedancemeter Tes ini paling obyektif dari tes-tes yang terdahulu. Tes ini hanya memerlukan sedikit kooperasi dari penderita sehingga pada anak-anak di bawah 5 tahun pun dapat dikerjakan dengan baik. Dengan mengubah-ubah tekanan pada meatus akustikus ekterna (hang telinga bagian luar) dapat diketahui banyak tentang keadaan telinga bagian tengah (kavum timpani). Dari pemeriksaan dengan Impedancemeter dapat diketahui : Apakah kendang telinga (membrana timpani) ada lobang atau tidak. Apakah ada cairan (infeksi) di dalam telinga bagian tengah? Apakah ada gangguan hubungan antara hidung dan telinga bagian tengah yang melalui tuba Eustachii.
4)

1) 2) 3)

Apakah ada perlekatan-perlekatan di telinga bagian tengah akibat suatu radang.

5)

Apakah rantai tulang-tulang telinga terputus karena kecelakaan (trauma kepala) atau sebab infeksi.

6) 7)

Apakah ada penyakit di tulang telirigastapes (otosklerosis). Berapa besar tekanan pada telinga bagian tengah.

H. Asuhan Keperawatan a. Pengkajian Data yang muncul saat pengkajian: a. Sakit telinga/nyeri b. Penurunan/ tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga c. Tinitus d. Perasaan penuh pada telinga e. Suara bergema dari suara sendiri f. Bunyi letupan sewaktu menguap atau menelan g. Vertigo, pusing, gatal pada telinga h. Penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga i. Penggunanaan obat (streptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin)
j.

Tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 40o C), demam

k. Kemampuan membaca bibir atau memakai bahasa isyarat l. Reflek kejut m. Toleransi terhadap bunyi-bunyian keras

n. Tipe warna 2 jumlah cairan o. Cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih, kuning p. Alergi Dengan otoskop tuba eustacius bengkak, merah, suram
q. Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga sebelumnya,

I.

DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa NOC NIC MManajemen nyeri Kaji tipe intensitas, kondisi kondisi yang karakteristik lokasi nyeri Kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik Anjurkan ditempat dalam dengan yang tenang
Atur sikap fowler

Nyeri berhubungan dengan TTingkat kenyamanan proses peradangan pada telinga I indikator : Melaporkan Melaporkan psikologis membaik Mengekspresikan kegembiraan terhadap sekitar Mengekspresikan kepuasan control nyeri Kontrol Nyeri Indikator: Mengenal penyebab fisik yang membaik

dan

istirahat tidur ruangan

lingkungan

300

atau

dalam klien

posisi nyaman. Ajarkan factor teknik relaksasai

dan nafas dalam

Mengenal nyeri

serangan

Anjurkan

klien

menggunakan mekanism koping yang baik disaat nyeri terjadi Hindari akan meningkatkan TIO wajah tanda Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan Hilangkan kurangi nyeri Berikan sesuai dokter. Perhatikan obat, rute secara sebelum pemberian obat. resep nama pemberian benar analgesik order atau sumber mual, muntah karena ini

Mengenal gejala nyeri Melaporkan nyeri control

Tingkat Nyeri Indikator: Melaporkan nyeri Frekuensi nyeri Ekspresi karena nyeri Perubahan tanda vital

pasien, dosis dan

G Gangguan persepsi sensori

Kompensasi Tingkah Laku Pendengaran

peningkatan Komunikasi:

perseptual pendengara n

Indikator: Pantau gejala kerusakan pendengaran Menggunakan layananan pendukung untuk pendegaran yang lemah Menghilangkan gangguan Menggunakan bahasa isarat Membaca gerakan bibir Memperoleh alat bantu pendengaran Mengingatkan yang lain untuk menggunakan teknik yang menguntungkan pendengaran

Defisit Pendengaran Aktivitas: Janjikan pemeriksaan pendengaran sebagaimana mestinya Memfasilitas i penggunaan alat bantu sewajarnya suara dengan Beritahu bahwa akan memakai pasien untuk mempermudah

terdengar berbeda alat bantu Jaga alat kebersihan bantu periksa rutin secara

Memakai alat bantu pendengaran (misal, lampu pada telepon, alarm kebakarab, bel pintu, TDD Menggunakan alat bantu dengar dengan benar

baterai alat bantu Mendengar penuh dengan perhatian dari Menahan diri berteriak

pada pasien yang

mengalami Gambaran tubuh Indikator: Gambaran internal Pribadi Sesuai kenyataan, Deskripsi terkena dampak Menyesuaikan penampilan pisik Menyesuaikan fungsi tubuh Menyesuaikan status kesehata Kesediaan menggunakan strategi meningkatkan penampilan fungsi tubuh dan untuk untuk diri dengan berubahnnya diri dengan berubahnya diri dengan berubahnya antara ideal, pada gangguan komunikasi i penggunaan bantu i bagi Memfasilitas letak telepon gangguan Memfasilitas lokasi alat

dan perilaku tubuh bagian tubuh yang

pendengaran sebagaimana mestinya Pembentuka a n kognisi

DAFTAR PUSTAKA

Doenges ,M.E. 2000. Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta: EGC Wilkinson, M Judith.2007. Buku saku diagnose keperawatan. Edisi 7. Jakarta: EGC http://www.totalkesehatananda.com/otitismedia1.html http://aqibpoenya.wordpress.com/askep-otitis-media-akut/ http://www.news-medical.net/health/Otitis-Media-What-is-Otitis-Media-%28Indonesian%29.aspx http://pelangiwidhya.blogspot.com/2011/11/askep-otitis-media-akut.html

You might also like