You are on page 1of 5

PELATIHAN PENDERITA GAWAT DARURAT (PPGD) GENERAL EMERGENCY LIFE SUPPORT

1. 2. 3. 4. 5.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

INST. : DIKLAT IRD Salah satu upaya pelayanan kesehatan yang mendapat prioritas untuk dikembangkan adalah meni penanggulangan penderita gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaan Pelatihan penanggulangan penderita gawat darurat merupakan pelatihan yang menyangkut penge penanganan pertama dalam menghadapi kegawatdaruratan serta ditujukan bagi tenaga kesehatan dan kalangan umum yang peduli dan mau belajar unuk menghadapi dan menangani kasus gawat d kesehatan nasional yang ingin mewujudkan rakyat Indonesia sehat 2010. Untuk mencapai hal tersebut, maka kalangan umum /orang awam diharapkan dapat mengikuti pela sebagai ujung tombak didalam kegiatan masyarakat A. TUJUAN a. TUJUAN UMUM Peserta mampu dan memahami tentang Sistem Penanggulanagan Penderita Gawat Darurat Terpa b. TUJUAN KHUSUS Peserta memahami tentang SPGDT (Sistem Penanggulangan Penderita Gawat Darurat) Peserta dapat mengetahui seseorang gawat, mengalami sumbatan jalan nafas, pernafasan tergang memberikan pertolongan dasar Peserta dapat mengetahui dan melakukan nafas buatan pijat jantung Peserta mampu dan melakuk pembidaian Peserta mampu dan melakukan transportasi pasien Peserta mampu dan melakukan penanganan gawat darurat B. WAKTU PELATIHAN 2 hari ( 2 x @ 8 jam = 16 jam pelajaran ) C. TEMPAT PELATIHAN RSU DR. SOETOMO ATAU IN HOUSE TRAINING D. PESERTA PELATIHAN Terdiri dari orang awam yang peduli terhadap kegawatdaruratan (sopir ambulans, mahasiswa non dsb) E. TOPIK BAHASAN PENGETAHUAN Sistem Penanganan Penderita Gawat Darurat Terpadu Kegawatan sehari-hari Kondisi jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi Nafas buatan dan pijat jantung Bebat bidai dan transportasi komunikasi medik ambulans 118

PENDAHULUAN Penanggulangan penderita gawat darurat adalah suatu pelayanan kesehatan yangoptimal, terarah, dan terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalamkeadaan gawat darurat.Pada umumnya yang menemukan pertama kali penderita gawat darurat di tempatkejadian adalah masyarakat yang dikenal dengan istilah orang awam. Oleh karena ituamatlah penting memberikan pelatihan penanggulangan kegawat daruratan pada orangawam. Berpangkal tolak dari hal

tersebut RSAB Siti Fatimah Kraksaan bermaksuduntuk memberikan pelatihan kegawat daruratan pada orang awam sebagai salah satu bentuk pelayanannya dalam SPGDT. 2. LATAR BELAKANG a. Keadaan gawat darurat dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan dapat menimpasiapa saja. b. Keadaan gawat darurat dapat disebabkan oleh penyakit ataupun kecelakaan.c. Penyakit dapat berupa : serangan jantung, kejang demam, muntaber, demam berdarah, dan lain-lain.d. Kecelakaan dapat berupa : kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, bencana alam,dan lain-lain.e. Prinsip penanganan penderita gawat darurat adalah tepat, cepat dan cermat dalamupaya penyelamatan jiwa dan mencegah kecacatan.f. Orang yang berada di tempat kejadian merupakan penentu keselamatan korban, yangdiharapkan dapat melakukan sesuatu untuk mencegah kematian atau kecacatan akibatkeadaan gawat darurat

TUJUANA. TUJUAN UMUM Memberikan pengetahuan dan ketrampilan pada orang awam agar dapatmemberikan pertolongan pertama pada korban sebelum tenaga medis datang atausebelum penderita dirujuk ke tempat pelayanan yang lebih lengkap. B. TUJUAN KHUSUS 1. Mampu membebaskan gangguan jalan nafas2. Mampu memberikan nafas buatan3. Mampu melakukan pijat jantung4. Mampu melakukan komunikasi minta tolong5. Mampu membalut dan memasang bidai sederhana6. Mampu memindahkan korban 4. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATANA. KEGIATAN POKOK Pelatihan dan Pendidikan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) pada Orang Awam. B. RINCIAN KEGIATAN Pendidikan dan Pelatihan PPGD AWAM ini dilaksanakan di Aula RSAB SitiFatimah dengan peserta karyawan non medis RSAB Siti Fatimah dan masyarakatawam sekitar RSAB Siti Fatimah dan sebagian dari Pemuda Muhammadiyah.Kegiatan ini akan kami laksanakan dalam dua season yaitu :1. Teori penanganan penanggulangan kegawat daruratan untuk orang awam.2. Praktek atau simulasi tentang penanganan kegawat daruratan. 5. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Dalam melaksanakan kegiatan ini menjadi tanggung jawab langsung dari UnitDiklat yang mana Ketua Unit Diklat menunjuk Kepala UGD sebagai ketua pelaksanakegiatan ini. Dalam pelaksanaan kegiatan ini peserta mendapatkan makalah tentangmateri kegawatdaruratan untuk dijadikan sebagai acuan selama mengikuti proses

http://www.karina.or.id/index.php/2011-12-17-05-12-54/sekilas-berita/224-pelatihanpenanggulangan-gawat-darurat
Upaya pertolongan terhadap penderita gawat darurat harus dipandang sebagai satu kesatuan alur yang tidak terpecah-pecah, dimulai dari fase pra Rumah Sakit, fase Rumah Sakit dan fase

rehabilitasi. Sedangkan pertolongan pertama yang paling penting sebelum penderita atau korban masuk Rumah Sakit adalah saat berada di fase Pra Rumah Sakit. Hal ini dikarenakan kualitas hidup penderita pasca cedera akan sangat bergantung pada apa yang telah dia dapatkan pada periode Pra Rumah Sakit. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya sebuah pelatihan mengenai pertolongan pertama pada korban cedera yang perlu ditingkatkan dari kapasitas masyarakat awam. Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat (PPGD) ini diselenggarakan oleh KARINA bekerjasama dengan YEU Training Center pada tanggal 26-29 Juli 2010, bertempat di Disaster Oasis, Pakem, Yogyakarta. Adapun peserta dari pelatihan ini berasal dari perwakilan tiap-tiap caritas keuskupan adalah Caritas Keuskupan Sibolga, Caritas Keuskupan Padang, Caritas Keuskupan Tanjung Karang, Caritas Keuskupan Bandung, LDD Jakarta, Caritas Keuskupan Purwokerto, Caritas Keuskupan Agung Semarang, Caritas Keuskupan Surabaya, Caritas Keuskupan Manado, Caritas Keuskupan Makassar, Caritas Keuskupan Amboina, Caritas Keuskupan Pontianak, Caritas Keuskupan Ketapang, Caritas Keuskupan Agung Palembang, Caritas Keuskupan Maumere dan staf KARINA KWI. Tujuan dari acara pelatihan ini adalah para peserta mampu melakukan penilaian terhadap korban cedera dan mengenali berbagai kondisi yang mengancam nyawa, mampu memberikan pertolongan pertama pada korban cedera sehingga resiko kematian dan cedera yang lebih parah dapat berkurang, dan nantinya peserta dapat memfasilitasi serta mensosialisasikan PPGD ini. Jalannya Pelatihan Ada tiga orang fasilitator dari Yakkum Emergency Unit (YEU), yaitu dr.Stephanus, Ibu Ratna Susi dan Meilani Simbolon. Ketiga orang inilah yang memberikan dan mengemas materi-materi pelatihan. Pada hari pertama dan kedua, para peserta belajar mengenai initial assessment, pengelolaan jalan napas, teknik bantuan dasar hidup, syok dan pendarahan, serta penanganan luka baik luka ringan maupun luka bakar. Dalam dua hari tersebut, peserta juga mempraktikkan cara-cara melakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau pengelolaan jalan napas dan praktik penanganan perawatan luka serta pembidaian. Di hari ketiga peserta mendapatkan materi evakuasi dan transportasi. Setelah itu, dilakukan test atau evaluasi mulai dari materi yang diberikan hari pertama hingga hari ketiga. Saat itu terlihat ketegangan diwajah para peserta dari tiap-tiap caritas keuskupan karena evaluasi yang dilakukan dilakukan individu dan ada beberapa yang kelompok. Namun pada akhirnya semua peserta dapat melalui semua tes yang diberikan oleh para fasilitator dengan sempurna dan hari ketiga pun terlampaui dengan baik walaupun sangat melelahkan dan mendebarkan. Hari keempat dimulai dengan petualangan menjalajahi YEU Training Center terlebih dahulu sebelum memulai review. Petualangan dimulai dari simulasi saat terjadi bencana dimana seluruh peserta yang telah dibagi kedalam kelompok masuk kedalam sebuah ruangan gelap dan hanya diperdengarkan suara-suara saat terjadinya bencana, setelah itu peserta dibawa ke sebuah ruangan yang terdapat beberapa foto saat YEU membantu menangani suatu bencana mulai dari konflik sosial di daerah Timor sampai dengan gempa yang terjadi di Jogjakarta, Padang dan Jawa Barat. Setelah itu peserta diperlihatkan contoh miniatur rumah yang tahan dengan gempa dan yang rawan saat gempa serta miniatur gunung berapi apabila terjadi bencana letusan gunung berapi dan peserta juga diperlihatkan ruang visualisasi untuk menonton beberapa film mengenai bencana alam. Akhirnya petualangan peserta berakhir dengan melihat contoh bunker tempat berlindung dari asap tebal wedus gembel sebelum meletusnya sebuah gunung berapi. Disitu terlihat sekali antusias para peserta dalam mengikuti petualangan terutama saat menonton sebuah film mengenai gempa tektonik. Akhirnya pelatihan kembali dimulai dengan melakukan review dan membahas materi terakhir mengenai teknik fasilitasi dan mempraktikkannya dalam sebuah kelompok. Peserta mendapatkan ilmu bagaimana harus bersikap saat terjadi suatu keadaan bencana dan terdapat korban cedera merekapun diberikan beberapa perlengkapan untuk mensosialisasikan pelatihan ini kepada masyarakat awam lainnya di daerahnya masing-masing. Karena bagaimanapun juga, sebagai masyarakat awam, kita juga memerlukan pengetahuan mengenai penanggulangan gawat darurat saat terjadi suatu bencana didaerah sekitar kita. Jogjakarta, 26 29 Juli 2010 Penulis adalah staf administrasi Karina KWI.

Pada hari Jumat tanggal 25 November 2011, Rumah Sakit Permata Cibubur bekerja sama dengan Asuransi Allianz Indonesia mengadakan Health Talk di PT Tesco Indonesia bertemakan Pertolongan pada keadaan gawat darurat, dibawakan oleh dr. Imam Suyuti, Sp.An,. Health talk dihadiri oleh sekitar 25 karyawan.

Dalam kesempatan ini dr. Imam menekankan pentingnya pengetahuan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan, terutama pada masyarakat awam. Jika kita menemukan sesorang yang telah mengalami kecelakaan, baik sadar atau tidak, ada algoritma (tahapan) yang harus dilakukan jika ingin menolongnya. Algoritma itu membantu kita untuk menolong orang tersebut dengan efektif dan tidak makin membahayakan kondisi orang tersebut tanpa mengabaikan keselamatan kita sendiri. Algoritma Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) Jika menemukan seseorang (pasien), perhatikan keadaan sekitar, utamakan dahulu keselamatan diri anda sebelum menolong orang lain. Periksa apakah penderita tersebut responsive atau tidak, lakukan dengan mengguncangkan tubuhnya atau panggil, dan mintalah bantuan. Jika penderita tidak responsif, mulailah A B C, yaitu: A (Airway) Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan napas. Ini meliputi pemeriksaan adanya sumbatan jalan napas yang dapat disebabkan benda asing, darah, atau lidah. Usaha untuk membebaskan airway harus melindungi tulang leher. Pada penderita yang dapat berbicara, dapat dianggap jalan napas bersih, walaupun demikian penilaian ulang terhadap airway harus tetap dilakukan. B (Breathing)

Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh. Setiap komponen ventilasi (paru, dinding dada dan diafragma) harus dievaluasi dengan cepat, lakukan dengan cara Lihat, Dengar, dan Rasakan. C (Circulation) Periksa denyut nadi pada daerah samping leher selama 60 detik. Jika tidak ada denyut, mulailah kompresi dada. Kombinasikan 15 kompresi dan 2 pernapasan buatan (disebut resusitasi jantung paru). Lakukan terus kompresi dan pernapasan buatan sampai ditemukan adanya denyut nadi dan pernapasan spontan dari penderita. Jika penderita masih terus mengalami henti napas dan henti jantung, lakukan terus tindakan diatas sampai Anda merasa lelah atau bantuan dari petugas kesehatan datang. dr. Imam juga membahasa beberapa kegawatdaruratan pada hal-hal lain, antara lain : 1. Luka bakar. Tips menanggani luka bakar adalah jangan pecahkan lentingan-lentingan pada kulit jika ada, jangan oleskan apapun (odol, minyak goreng, kecap, ataupun minyak tanah karena akan memperdalam luka bakar) ke tempat luka bakar, bilas dengan air keran/ dingin yang mengalir sampai rasa panas hilang dari kulit. 2. Keracunan. Untuk pasien keracunan ringan dan bahannya tidak korosif, berikan air putih atau susu sebanyak-banyaknya, berikan pula norit/ arang sebanyak-banyaknya. Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. 3. Tersedak. Pada pasien tersedak hendaknya melakukan abdominal thrust (Heimlich manuever) selama beberapa kali sampai benda asing keluar atau sampai korban menjadi tidak sadar. Caranya adalah, posisikan badan anda dibelakang pasien, dorong dengan kedua kepalan tangan di posisi 2 jari dibawah ulu hati kearah dalam mengarah ke atas. Kesimpulannya adalah bahwa setiap orang harus mampu melakukan Bantuan Dasar Hidup (BDH) agar dapat membantu orang-orang yng membutuhkan tanpa membahayakan dirinya sendiri. (dr. Hafidz & Rachmi)

You might also like