You are on page 1of 26

hukum bacaan/mad

Mad Mad, menurut bahasa, berarti tambahan. Menurut istilah tajwid, memanjangkan suara sewaktu membaca huruf mad atau huruf layin jika bertemu dengan hamzah atau sukun. Huruf mad ada 3, yaitu: alif, wau dan ya. Syarat mad: Huruf sebelum wau berbaris dhammah, sebelum ya berbaris kasrah dan sebelum alif berbaris fathah. Jika huruf yang sebelum ya atau wau sukun itu berbaris fathah, tidak disebut huruf mad, akan tetapi disebut huruf layin. Mad Thabi'i atau Mad Asli, yaitu: Bila huruf yang setelah mad bukan huruf hamzah atau sukun. Dinamakan thabi'i karena mad tersebut merupakan sesuatu yang thabi'i (alami), kadarnya tidak kurang dan tidak lebih. Aturan membacanya panjang 2 harakat. Mad Asli: Pada Wakaf dan Washal Huruf mad tetap ada disaat washal atau wakaf, baik huruf mad itu terletak di tengah, seperti pada kata atau di akhir, seperti pada kata

. Syarat mad thabii, tidak terdapat huruf hamzah atau sukun setelah huruf mad tersebut. Mad Asli: Pada Washal Mad asli atau thabi'i bisa terjadi pada shilah shughra, yaitu huruf wau kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris dhammah dan ya kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris kasrah. Agar ha dhamir bisa disambung dengan wau atau ya, maka disyaratkan agar huruf itu harus terdapat di antara 2 huruf yang berharakat seperti Dalam hal ini wau dan ya dibaca panjang 2 harakat (dengan syarat tidak terdapat huruf hamzah pada kata lain) ketika washal, sedangkan ketika wakaf tidak dibaca panjang. Mad Asli: Pada Wakaf Mad asli atau thabii bisa juga terjadi pada huruf mad yang ada ketika wakaf dan hilang ketika washal. Hal ini terjadi pada huruf alif pengganti tanwin (fathatain) .

seperti , jika berhenti pada huruf alif . Dalam hal ini mad akan hilang jika disambung dengan kata sesudahnya. Mad Far'i, adalah: Mad yang merupakan tambahan terhadap mad thabii karena salah satu 2 sebab, yaitu: hamzah atau sukun. Mad Muttashil Disebut mad muttashil, bila dalam satu kata bertemu mad thabi'i dengan huruf hamzah. Dinamakan muttashil karena mad thabi'i dengan huruf hamzah dalam satu kata. Mad muttashil disebut juga mad wajib. Aturan bacaannya panjang, 4 harakat atau 5 harakat atau 6 harakat ketika berhenti. Mad Munfashil (terpisah) Disebut mad munfashil, bila mad thabi'i bertemu dengan huruf hamzah di kata berikutnya. Dinamakan munfashil karena huruf mad dengan huruf hamzah terdapat

pada kata yang berbeda. Aturan membacanya, boleh 2 harakat, 4 harakat atau 5 harakat menurut imam Hafsh. Termasuk mad munfashil, shilah kubra, yaitu bila wau kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris dhammah dan ya kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris kasrah bertemu dengan hamzah di lain kata. Aturan membacanya sama dengan mad shilah di saat washal, sedangkan di saat wakaf tidak dibaca panjang. Mad 'Aridh Disebut mad 'aridh, bila huruf mad atau huruf layin bertemu dengan sukun yang terjadi karena wakaf. Dinamakan 'aridh karena mad asli yang terdapat di akhir ayat dibaca sukun karena wakaf, jika di washal dia tetap sebagai mad thabi'i. Aturan membacanya boleh 3 macam: pendek (2 harakat), sedang (4 harakat), panjang (6 harakat). Contoh: . Hal yang sama juga diperlakukan pada mad layin ketika wakaf. Contoh: . Dinamakan mad layin (lembut) karena pengucapannya lembut dan mudah. Mad Badal Disebut mad badal, bila huruf hamzah terdapat sebelum mad thabi'i di dalam 1 kata (setelah mad tidak ada lagi hamzah.atau sukun). Dinamakan badal karena huruf mad merupakan pengganti dari huruf hamzah, dimana asal dari mad badal pada umumnya adalah karena bertemunya 2 hamzah dalam 1 kata, yang pertama berharakat dan yang kedua sukun, seterusnya huruf hamzah yang kedua diganti menjadi huruf mad yang sesuai dengan jenis harakat huruf hamzah yang pertama, untuk meringankan bacaan. Jika huruf hamzah yang pertama berbaris fathah, maka yang kedua diganti menjadi huruf alif, seperti: asalnya . Jika huruf yang pertama berbaris kasrah, maka yang kedua diganti menjadi huruf ya, seperti: asalnya . Jika huruf yang pertama berbaris dhammah, maka yang kedua diganti menjadi huruf wau, seperti: asalnya . Aturan membacanya, panjang dua harakat seperti mad thabi'i. Mad Lazim Disebut mad lazim, bila mad thabi'i bertemu dengan sukun yang tetap ada baik dalam keadaan washal atau wakaf, baik dalam 1 kata ataupun tidak. Dinamakan lazim (harus), karena mad tersebut harus dibaca 6 harakat dan keharusan adanya sukun, baik ketika washal ataupun wakaf. Mad Lazim Mutsaqqal Harfi, adalah: Mad thabi'i yang bertemu dengan sukun asli (bukan karena wakaf) pada salah satu huruf hijaiyah yang bertasydid. Dinamakan harfi karena sukun asli tersebut terdapat setelah huruf mad. Hal ini terdapat pada huruf-huruf hijaiyah yang terletak di awal beberapa surat. Dinamakan mutsaqqal karena berat mengucapkannya akibat adanya tasydid pada sukun tersebut. Aturan membacanya wajib panjang, 6 harakat. Contoh, huruf lam dalam: Mad Lazim Mukhaffaf Harfi, adalah: Mad thabi'i yang bertemu dengan sukun asli pada salah satu huruf hijaiyah yang tidak bertasydid.

Dinamakan mukhaffaf karena ringan mengucapkannya akibat tidak adanya tasydid dan ghunnah pada mad itu. Contoh, huruf mim dalam: . Catatan: huruf hijaiyah yang terdapat pada permulaan surat ada 14 huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat: . Ini terbagi ke dalam 4 bagian: Pertama, yang jumlah hurufnya ada 3, dimana huruf mad terletak di tengah-tengah. Ada 7 huruf yang termasuk dalam bagian ini, yaitu yang tergabung dalam kalimat: kecuali huruf 'ain. Bagian pertama ini aturan membacanya panjang, 6 harakat. Kedua, jumlah hurufnya ada 3, dimana huruf layin terletak di tengah-tengah, yaitu huruf 'ain. Bagian kedua ini boleh dibaca panjang, 4 atau 6 harakat. Ketiga, jumlah hurufnya ada 2, dimana yang kedua adalah huruf mad. Hurufnya ada 5, yaitu yang tergabung dalam kalimat: . Bagian ketiga ini aturan membacanya sama dengan mad thabi'i, yaitu 2 harakat. Keempat, jumlah hurufnya ada 3 dan tidak terdapat huruf mad di tengah-tengahnya. Hurufnya hanya 1, yaitu alif. Aturan membacanya adalah biasa, tidak terdapat mad. Mad Lazim Mutsaqqal Kalimi, adalah: Yang dimaksud dengan istilah ini adalah mad thabi'i yang bertemu dengan huruf yang bertasydid dalam 1 kata. Aturan membacanya wajib panjang, 6 harakat. Dinamakan mutsaqqal karena berat mengucapkannya sebagai akibat terdapatnya tasydid pada huruf yang sukun. Contoh, huruf alif dalam: Allah Taala: . , dari firman

Mad Lazim Mukhaffaf Kalimi, adalah: Yang dimaksud dengan istilah ini adalah mad thabi'i yang bertemu dengan huruf yang sukun (tetapi tidak bertasydid) dalam satu kata. Aturan membacanya wajib panjang, 6 harakat. Dinamakan mukhaffaf karena mengucapkannya ringan dan mudah sebagai akibat tidak adanya tasydid dan ghunnah pada mad itu. Dinamakan kalimi (kata) karena sukun asli dan mad thabi'i itu terdapat dalam 1 kata. Contoh, kata: ayat 51 dan 91. pada 2 tempat dalam surat Yunus, masing-masing pada

permohonan pribadi dari penulis 549 artikel Wikipedia Kami sekarang menerima Rp (IDR)

Salat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bagian dari serial dalam keyakinan Islam:

Aqidah

Rukun Islam (Sunni) Syahdah - Pernyataan keyakinan alt - Sembahyang Zakh - Membayar sedekah wajib aum - Berpuasa selama bulan Ramadan Haji - Melakukan serangkaian ibadah di Mekkah Rukun Iman (Sunni) Allh - Tawhd Malaikat - Keberadaan dan tugasnya Kitab Allh - Shuhuf dan kitab Nabi dan Rasul - Syariat agama Hari Akhir - Hari Pembalasan Qada dan Qadar - Ketentuan dan takdir Lainnya Eskatologi Islam.
Kotak ini: lihat bicara sunting

Salat (Bahasa Arab: ; transliterasi: Shalat), merujuk kepada ritual ibadah pemeluk agama Islam. Menurut syariat Islam, praktik salat harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara Rasulullah SAW sebagai figur pengejawantah perintah Allah. Rasulullah SAW bersabda, Salatlah kalian sesuai dengan apa yang kalian lihat aku mempraktikkannya.[1]

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Etimologi 2 Hukum Salat 3 Rukun Salat 4 Salat Berjamaah 5 Salat dalam kondisi khusus 6 Salat dalam Alquran 7 Sejarah Salat Fardu 8 Lihat Pula 9 Catatan kaki 10 Pranala luar

[sunting] Etimologi
Secara bahasa salat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, doa. Kata Salat itu sendiri dalam bahasa Arab, berasal dari kata "tselota" dalam bahasa Aram (Suriah) yaitu induk dari bahasa di Timur Tengah[rujukan?]. Sedangkan, menurut istilah, salat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.

[sunting] Hukum Salat


Muslim Indonesia tengah salat. Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad SAW telah memberikan peringatan keras kepada orang yang suka meninggalkan salat, diantaranya ia bersabda: "Perjanjian yang memisahkan kita dengan mereka adalah salat. Barangsiapa yang meninggalkan salat, maka berarti dia telah kafir."[2] Orang yang meninggalkan salat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan orang-orang laknat, berdasarkan hadis berikut ini: "Barangsiapa yang menjaga salat maka ia menjadi cahaya, bukti dan keselamatan baginya pada hari kiamat dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti dan keselamatan dan pada hari kiamat ia akan bersama Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf."[3] Hukum salat dapat dikategorisasikan sebagai berikut :

Fardu, Salat fardhu ialah salat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. Salat Fardhu terbagi lagi menjadi dua, yaitu : o Fardu Ain : ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung berkaitan dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang lain, seperti salat lima waktu, dan salat jumat(Fardhu 'Ain untuk pria). o Fardu Kifayah : ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang yang mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang yang mengerjakannya maka kita wajib mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak dikerjakan. Seperti salat jenazah. Nafilah (salat sunah),Salat Nafilah adalah salat-salat yang dianjurkan atau disunnahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Salat nafilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu o Nafil Muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir mendekati wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunah witir dan salat sunah thawaf. o Nafil Ghairu Muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti salat sunah Rawatib dan salat sunah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti salat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).

[sunting] Rukun Salat

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Rukun Salat

Salat Berjamaah 13 Rukun Salat : 1. Niat 2. Berdiri (bagi yang mampu) 3. Takbiratul ihram 4. Membaca surat Al Fatihah pada tiap rakaat 5. Rukuk dengan tuma'ninah 6. Iktidal dengan tuma'ninah 7. Sujud dua kali dengan tuma'ninah 8. Duduk antara dua sujud dengan tuma'ninah 9. Duduk tasyahud akhir 10. Membaca tasyahud akhir 11. Membaca salawat nabi pada tasyahud akhir 12. Membaca salam yang pertama 13. Tertib (melakukan rukun secara berurutan)

[sunting] Salat Berjamaah


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Salat Berjamaah Salat tertentu dianjurkan untuk dilakukan secara bersama-sama(berjamaah). Pada salat berjamaah seseorang yang dianggap paling kompeten akan ditunjuk sebagai Imam Salat, dan yang lain akan berlaku sebagai Makmum.

Salat yang dapat dilakukan secara berjamaah antara lain : o Salat Fardu o Salat Tarawih Salat yang mesti dilakukan berjamaah antara lain: o Salat Jumat o Salat Hari Raya (Ied) o Salat Istisqa'

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Salat Wajib yaitu salat yang tidak wajib berjamaah tetapi sebaiknya berjamaah

[sunting] Salat dalam kondisi khusus


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Safar (perjalanan), Salat Qashar, dan Salat Jamak Dalam situasi dan kondisi tertentu kewajiban melakukan salat diberi keringanan tertentu. Misalkan saat seseorang sakit dan saat berada dalam perjalanan (safar). Bila seseorang dalam kondisi sakit hingga tidak bisa berdiri maka ia dibolehkan melakukan salat dengan posisi duduk, sedangkan bila ia tidak mampu untuk duduk maka ia diperbolehkan salat dengan berbaring, bila dengan berbaring ia tidak mampu melakukan gerakan tertentu ia dapat melakukannya dengan isyarat. Sedangkan bila seseorang sedang dalam perjalanan, ia diperkenankan menggabungkan (jama) atau meringkas (qashar) salatnya. Menjamak salat berarti menggabungkan dua salat pada satu waktu yakni zuhur dengan asar atau maghrib dengan isya. Mengqasar salat berarti meringkas salat yang tadinya 4 rakaat (zuhur, asar, isya) menjadi 2 rakaat.

[sunting] Salat dalam Alquran


Berikut ini adalah ayat-ayat yang membahas tentang salat di dalam Alquran, kitab suci agama Islam.

Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: Hendaklah mereka mendirikan salat, menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan (QS.Ibrahim :31)14:31 Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji (zinah) dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat lain) Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (al-Ankabut : 45) 29:45 Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan (Maryam: 59)19:59 Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh-kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan salat, yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya (al-Maarij : 19-23)70:19

[sunting] Sejarah Salat Fardu


Salat yang mula-mula diwajibkan bagi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya adalah Salat Malam, yaitu sejak diturunkannya Surat al-Muzzammil (73) ayat 1-19. Setelah beberapa lama kemudian, turunlah ayat berikutnya, yaitu ayat 20: Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan

batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Alquran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dengan turunnya ayat ini, hukum Salat Malam menjadi sunah. Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, al-Hasan, Qatadah, dan ulama salaf lainnya berkata mengenai ayat 20 ini, "Sesun http://id.wikipedia.org/wiki/Salat gguhnya ayat ini menghapus kewajiban Salat Malam yang mula-mula Allah wajibkan bagi umat Islam.

Syarat-syarat Sah Sholat


10 Desember 2009 pukul 13:09 Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 04. Tatacara & Menyempurnakan Sholat

Adapun yang dimaksud dengan syarat-syarat shalat di sini ialah syarat-syarat sahnya shalat tersebut. (Maksudnya, syarat-syarat yang harus ada supaya sholat boleh atau bisa ditegakkan red). Adapun syarat-syaratnya ada sembilan: 1. Islam, 2. Berakal, 3. Tamyiz (dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk), 4. Menghilangkan hadats, 5. Menghilangkan najis, 6. Menutup aurat, 7. Masuknya waktu, 8. Menghadap kiblat, 9. Niat.

Penjelasan Sembilan Syarat Sahnya Shalat


1. Islam Lawannya adalah kafir. Orang kafir amalannya tertolak walaupun dia banyak mengamalkan apa saja, dalilnya firman Allah azza wa jalla, Tidaklah pantas bagi orang-orang musyrik untuk memakmurkan masjidmasjid Allah padahal mereka menyaksikan atas diri mereka kekafiran. Mereka itu, amal-amalnya telah runtuh dan di dalam nerakalah mereka akan kekal. (At-Taubah:17) Dan firman Allah azza wa jalla, Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. (Al-Furqan:23) Shalat tidak akan diterima selain dari seorang muslim, dalilnya firman Allah azza wa jalla, Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekalikali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Aali Imraan:85) 2. Berakal Lawannya adalah gila. Orang gila terangkat darinya pena (tidak dihisab amalannya) hingga dia sadar, dalilnya sabda Rasulullah, Diangkat pena dari tiga orang: 1. Orang tidur hingga dia bangun, 2. Orang gila hingga dia sadar, 3. Anak-anak sampai ia baligh. (HR. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa-i, dan Ibnu Majah). 3. Tamyiz Yaitu anak-anak yang sudah dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, dimulai dari umur sekitar tujuh tahun. Jika sudah berumur tujuh tahun maka mereka diperintahkan untuk melaksanakan shalat, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Perintahkanlah anak-anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika berumur sepuluh tahun (jika mereka enggan untuk shalat) dan pisahkanlah mereka di tempat-tempat tidur mereka masing-masing. (HR. Al-Hakim, Al-Imam Ahmad dan Abu Dawud) 4. Menghilangkan Hadats (Thaharah) Hadats ada dua: hadats akbar (hadats besar) seperti janabat dan haidh, dihilangkan dengan mandi (yakni mandi janabah), dan hadats ashghar (hadats kecil) seperti buang air besar, air kecil atau buang angin, dihilangkan

dengan wudhu`, sesuai sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Allah tidak akan menerima shalat tanpa bersuci. (HR. Muslim dan selainnya) Dan sabda Rasul shallallahu alaihi wa sallam, Allah tidak akan menerima shalat orang yang berhadats hingga dia berwudlu`. (Muttafaqun alaih) 5. Menghilangkan Najis Menghilangkan najis dari tiga hal: badan, pakaian dan tanah (lantai tempat shalat), dalilnya firman Allah azza wa jalla, Dan pakaianmu, maka sucikanlah. (Al-Muddatstsir:4) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Bersucilah dari kencing, sebab kebanyakan adzab kubur disebabkan olehnya. 6. Menutup Aurat Menutupnya dengan apa yang tidak menampakkan kulit (dan bentuk tubuh), berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Allah tidak akan menerima shalat wanita yang telah haidh (yakni yang telah baligh) kecuali dengan khimar (pakaian yang menutup seluruh tubuh, seperti mukenah). (HR. Abu Dawud) Para ulama sepakat atas batalnya orang yang shalat dalam keadaan terbuka auratnya padahal dia mampu mendapatkan penutup aurat. Batas aurat lakilaki dan budak wanita ialah dari pusar hingga ke lutut, sedangkan wanita merdeka maka seluruh tubuhnya aurat selain wajahnya selama tidak ada ajnaby (orang yang bukan mahramnya) yang melihatnya, namun jika ada ajnaby maka sudah tentu wajib atasnya menutup wajah juga. Di antara yang menunjukkan tentang mentutup aurat ialah hadits Salamah bin Al-Akwa` radhiyallahu anhu, Kancinglah ia (baju) walau dengan duri. Dan firman Allah azza wa jalla, Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaian kalian yang indah di setiap (memasuki) masjid. (Al-Araaf:31) Yakni tatkala shalat. 7. Masuk Waktunya Sholat Dalil dari As-Sunnah ialah hadits Jibril alaihis salam bahwa dia mengimami Nabi shallallahu alaihi wa sallam di awal waktu dan di akhir waktu (esok harinya), lalu dia berkata: Wahai Muhammad, shalat itu antara dua waktu ini. Dan firman Allah azza wa jalla, Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (An-Nisa`:103)

Artinya diwajibkan dalam waktu-waktu yang telah tertentu. Dalil tentang waktu-waktu itu adalah firman Allah azza wa jalla, Dirikanlah shalat dari sesudah tergelincirnya matahari sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Shubuh. Sesungguhnya shalat Shubuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al-Israa`:78) 8. Menghadap Kiblat Dalilnya firman Allah, Sungguh Kami melihat wajahmu sering menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke Kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil-Haram, dan di mana saja kalian berada maka palingkanlah wajah kalian ke arahnya. (AlBaqarah:144) 9. Niat Tempat niat ialah di dalam hati, sedangkan melafazhkannya adalah bidah (karena tidak ada dalilnya). Dalil wajibnya niat adalah hadits yang masyhur, Sesungguhnya amal-amal itu didasari oleh niat dan sesungguhnya setiap orang akan diberi (balasan) sesuai niatnya. (Muttafaqun alaih dari Umar Ibnul Khaththab)

Sumber artikel : Asy-Syaikh Ibnu Baaz dengan susunan Muhammad bin Ali AlArfaj. http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=121 (Dikutip dari link http://fdawj.atspace.org/awwb/th3/27.htm, Bulletin Al Wala wal Bara Edisi ke-27 Tahun ke-3 / 03 Juni 2005 M / 25 Rabiuts Tsani 1426 H )

Tariful Quran Pembahasan tentang pengertian al-Quran (tariful Quran) mencakup tiga bagian pembahasan yaitu: definisi al-Quran, nama-nama al-Quran, dan fungsi atau kedudukan alQuran. Pemahaman kaum muslimin - secara umum - terhadap al-Quran masih parsial (juzi). Hal itu menyebabkan al-Quran belum difungsikan secara menyeluruh dan utuh. Sebagian masyarakat memahami al-Quran sebagai obat (syifa) saja, maka mereka memfungsikannya hanya sebatas sebagai penyembuh. Sehingga, al-Quran baru dekat ketika orang-orang sedang sakit, sekarat atau sudah meninggal. Padahal al-Quran sebenarnya lebih dibutuhkan oleh orang-orang yang sehat.

Sebagian yang lain hanya memahami al-Quran sebagai kitab bacaan yang pahalanya besar. Pemahaman yang terbatas ini mendorong masyarakat merasa puas setelah hanya membaca alQuran. Pemungsian al-Quran oleh masyarakat sangat dipengaruhi oleh pengetahuan (tashawur) dan persepsi mereka terhadap al-Quran itu sendiri. Hal inilah yang membuat pengenalan terhadap al-Quran menjadi sangat penting.

Pengertian al-Quran (tariful Quran) Para ulama tafsir al-Quran dalam berbagai kitab ulumul quran, ditinjau dari segi bahasa (lughowi atau etimologis) bahwa kata al-Quran merupakan bentuk mashdar dari kata qoroa yaqrouu qirooatan wa qoran wa quraanan. Kata qoroa berarti menghimpun dan menyatukan; al-Quran pada hakikatnya merupakan himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang menjadi satu ayat, himpunan ayat-ayat menjadi surat, himpunan surat menjadi mushaf al-Quran. Di samping itu, mayoritas ulama mengatakan bahwa al-Quran dengan akar kata qoroa, bermakna tilawah: membaca secara tertib (tartil). Kedua makna ini bisa dipadukan jadi satu, menjadi, al-Quran itu merupakan himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang dapat dibaca Makna al-Quran secara ishtilaahi, al-Quran itu adalah Firman Allah SWT yang menjadi mujizat abadi kepada Rasulullah SAW yang tidak mungkin bisa ditandingi oleh manusia, diturunkan ke dalam hati Rasulullah SAW, diturunkan ke generasi berikutnya secara mutawatir, ketika dibaca bernilai ibadah dan berpahala besar Dari definisi di atas terdapat lima bagian penting:

Al-Quran adalah firman Allah SWT (QS 53:4), wahyu yang datang dari Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung. Maka firman-Nya (al-Quran) pun menjadi mulia dan agung juga, yang harus diperlakukan dengan layak, pantas, dimuliakan dan dihormati. Al-Quran adalah mujizat. Manusia tak akan sanggup membuat yang senilai dengan al-Quran, baik satu mushaf maupun hanya satu ayat. Al-Quran itu diturunkan ke dalam hati Nabi SAW melalui malaikat Jibril AS (QS 26:192). Hikmahnya kepada kita adalah hendaknya al-Quran masuk ke dalam hati kita. Perubahan perilaku manusia sangat ditentukan oleh hatinya. Jika hati terisi dengan al-Quran, maka al-Quran akan mendorong kita untuk menerapkannya dan memasyarakatkannya. Hal tersebut terjadi pada diri Rasululullah SAW, ketika alQuran diturunkan kepada beliau. Saat Aisyah ditanya tentang akhlak Nabi SAW, beliau menjawab, Kaana khuluquhul quran; akhlak Nabi adalah al-Quran. Al-Quran disampaikan secara mutawatir. Al-Quran dihafalkan dan ditulis oleh banyak sahabat. Secara turun temurun al-Quran itu diajarkan kepada generasi berikutnya, dari orang banyak ke orang banyak. Dengan cara seperti itu, keaslian alQuran terpelihara, sebagai wujud jaminan Allah terhadap keabadian al-Quran. (QS 15:9). Membaca al-Quran bernilai ibadah, berpahala besar di sisi Allah SWT. Nabi bersabda, Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, laam satu huruf, miim satu huruf dan satu kebaikan nilainya 10 kali lipat (al-Hadist).

Ali bin Abi Thalib berkata: Aku dengar Rasulullah SAW bersabda: Nanti akan terjadi fitnah (kekacauan, bencana) Bagaimana jalan keluar dari fitnah dan kekacauan itu Hai Rasulullah? Rasul menjawab: Kitab Allah, di dalamnya terdapat berita tentang orang-orang sebelum kamu, dan berita umat sesudah kamu (yang akan datang), merupakan hukum diantaramu, demikian tegas, barang siapa yang meninggalkan al-Quran dengan sengaja Allah akan membinasakannya, dan barang siapa yang mencari petunjuk pada selain al-Quran Allah akan menyesatkannya, Al-Quran adalah tali Allah yang sangat kuat, cahaya Allah yang sangat jelas, peringatan yang sangat bijak, jalan yang lurus, dengan al-Quran, hawa nafsu tidak akan melenceng, dengannya lidah tidak akan bercampur dengan yang salah, pendapat manusia tidak akan bercabang, dan ulama tidak akan merasa puas dan kenyang dengan alQuran, orang-orang bertaqwa tidak akan bosan dengannya, al-Quran tidak akan usang sekalipun banyak diulang, keajaibannya tidak akan habis, ketika jin mendengarnya mereka berkomentar Sungguh kami mendengarkan al-Quran yang menakjubkan, barang siapa yang mengetahui ilmunya dia akan sampai dengan cepat ke tempat tujuan, barang siapa berbicara dengan landasan Al-Quran maka ia selalu benar, barang siapa berhukum dengannya hukumnya adil, barang siapa yang mengamalkan al-Quran dia akan mendapatkan pahala, barang siapa yang mengajak kepada al-Quran dia diberikan petunjuk ke jalan yang lurus (HR Tirmidzi dari Ali r.a.)

Wallahualam Bacaan lainnya: Andai al-Quran bisa bicara Jangan sekedar menghafal Kembali kepada al-Quran dan Sunnah Inilah madrasah tarbiyah kita Mencari sang arsitek

Al-Kitab (buku) Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. Al-Baqarah [2]:2)

Al-Furqan (pembeda benar salah) Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al Furqaan [25]:1)

Adz-Dzikr (pemberi peringatan)

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur'an), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al Hijr [15]:9)

Al-Mau'idhah (pelajaran/nasihat) Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10]:57)

Asy-Syifa' (obat/penyembuh) Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10]:57)

Al-Hukm (peraturan/hukum) Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Qur'an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah. (QS. Ar Ra'd [13]:37)

Al-Hikmah (kebijaksanaan) Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah). (QS. Al Israa' [17]:39)

Al-Huda (petunjuk) Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al-Qur'an), kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan. (QS. Al Jin [72]:13)

At-Tanzil (yang diturunkan) Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, QS. Asy Syuaraa [26]:192)

Ar-Rahmat (karunia) Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. An Naml [27]:77)

Ar-Ruh (ruh) Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula

mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Asy Syuura [42]:52)

Al-Bayan (penerang) (Al-Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran [3]:138)

Al-Kalam (ucapan/firman) Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (QS. At Taubah [9]:6)

Al-Busyra (kabar gembira) Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. An Nahl [16]:102)

An-Nur (cahaya) Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang. (Al-Qur'an). (QS. An Nisaa' [4]:174)

Al-Basha'ir (pedoman) Al-Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (QS. Al Jaatsiyah [45]:20)

Al-Balagh (penyampaian/kabar) (Al-Qur'an) ini adalah kabar yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (QS. Ibrahim [14]:52)

Al-Qaul (perkataan/ucapan) Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Qur'an) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran. (QS. Al Qashash [28]:51)

[sunting] Lihat pula

Dari Abu Musa Al-Asy`arit berkata, Rasulullah bersabda: "Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al Qur`an bagaikan buah limau baunya harum dan rasanya lezat. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al Qur`an bagaikan kurma, rasanya lezat dan tidak berbau. Dan perumpamaan orang munafik yang membaca Al Qur`an bagaikan buah raihanah yang baunya harum dan rasanya pahit, dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al Qur`an bagaikan buah hanzholah tidak berbau dan rasanya pahit." Muttafaqun `Alaihi. Merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim untuk selalu berinteraksi aktif dengan Al Qur`an, dan menjadikannya sebagai sumber inspirasi, berpikir dan bertindak. Membaca Al Qur`an merupakan langkah pertama dalam berinteraksi dengannya, dan untuk mengairahkan serta menghidupkan kembali kegairahan kita dalam membaca Al Qur`an, kami sampaikan beberapa keutamaan membaca Al Qur`an sebagai berikut : 1. Manusia yang terbaik. Dari `Utsman bin `Affan, dari Nabi bersabda : "Sebaik-baik kalian yaitu orang yang mempelajari Al Qur`an dan mengajarkannya." H.R. Bukhari. 2. Dikumpulkan bersama para Malaikat. Dari `Aisyah Radhiyallahu `Anha berkata, Rasulullah bersabda : "Orang yang membaca Al Qur`an dan ia mahir dalam membacanya maka ia akan dikumpulkan bersama para Malaikat yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca Al Qur`an dan ia masih terbatabata dan merasa berat (belum fasih) dalam membacanya, maka ia akan mendapat dua ganjaran." Muttafaqun `Alaihi. 3. Sebagai syafa`at di Hari Kiamat. Dari Abu Umamah Al Bahili t berkata, saya telah mendengar Rasulullah bersabda : "Bacalah Al Qur`an !, maka sesungguhnya ia akan datang pada Hari Kiamat sebagai syafaat bagi ahlinya (yaitu orang yang membaca, mempelajari dan mengamalkannya)." H.R. Muslim. 4. Kenikmatan tiada tara Dari Ibnu `Umar t, dari Nabi bersabda : "Tidak boleh seorang menginginkan apa yang dimiliki orang lain kecuali dalam dua hal; (Pertama) seorang yang diberi oleh Allah kepandaian tentang Al Qur`an maka dia mengimplementasikan (melaksanakan)nya sepanjang hari dan malam. Dan seorang yang diberi oleh Allah kekayaan harta maka dia infakkan sepanjang hari dan malam." Muttafaqun `Alaihi. 5. Ladang pahala. Dari Abdullah bin Mas`ud t berkata, Rasulullah e : "Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al Qur`an) maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan akan dilipat gandakan dengan sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan "Alif lam mim" itu satu huruf, tetapi "Alif" itu satu huruf, "Lam" itu satu huruf dan "Mim" itu satu huruf." H.R. At Tirmidzi dan berkata : "Hadits hasan shahih". 6. Kedua orang tuanya mendapatkan mahkota surga Dari Muadz bin Anas t, bahwa Rasulullah e bersabda : "Barangsiapa yang membaca Al Qur`an dan mengamalkan apa yang terdapat di dalamnya, Allah akan mengenakan mahkota kepada kedua orangtuanya pada Hari Kiamat kelak. (Dimana) cahayanya lebih terang dari pada cahaya matahari di dunia. Maka kamu tidak akan menduga bahwa ganjaran itu disebabkan dengan amalan yang seperti ini. " H.R. Abu Daud.

KEMBALI KEPADA AL QUR`AN Bukti empirik di lapangan terlihat dengan sangat jelas bahwa kaum muslimin pada saat ini telah jauh dari Al Qur`an Al Karim yang merupakan petunjuknya dalam mengarungi bahtera kehidupannya (The Way of Life). Firman Allah I : Berkatalah Rasul:"Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qur'an ini sesuatu yang tidak diacuhkan". (QS. 25:30) Dan mereka (para musuh Islam) berusaha keras untuk menjauhkan kaum muslimin secara personal maupun kelompok dari sumber utama kekuatannya yaitu Al Qur`an Al Karim. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Al Qur`an Al Karim mengenai target rahasia mereka dalam memerangi kaum muslimin dalam firman-Nya : Dan orang-orang yang kafir berkata:"Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan al-Qur'an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan (mereka). (QS. 41:26) Jal Daston selaku perdana menteri Inggris mengemukakan : "Selagi Al Qur`an masih di tangan umat Islam, Eropa tidak akan dapat mengusai negara-negara Timur." (Lihat buku "Rencana Penghapusan Islam dan Pembantaian Kaum Muslimin di Abad Modern" oleh Nabil Bin Abdurrahman Al Mahisy / 13). Jauhnya umat terhadap Al Qur`an Al Karim merupakan suatu masalah besar yang sangat fundamental dalam tubuh kaum muslimin. Perkara untuk mempedomi petunjuk Allah I melalui kitab-Nya, bukan sekedar perbuatan sunnah atau suatu pilihan. Firman Allah I : Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata. (QS. 33:36) Tegasnya, menjadikan kitab Allah Subhanahu wa Ta`ala sebagai sumber petunjuk satusatunya dalam kehidupan dan mengembalikan segala masalah hanya kepada-Nya merupakan suatu keharusan oleh setiap diri kita. Kita sama-sama bersepakat bahwa dalam menanggulangi masalah kerusakan sebuah pesawat terbang, kita harus memanggil seorang insinyur yang membuat pesawat itu, dan kita sama-sama bersepakat bahwa seorang pilot yang akan mengoperasionalkan suatu pesawat terbang harus mengikuti buku petunjuk oprasional pesawat yang dikeluarkan dari perusahaan yang memproduksinya. Tetapi mengapa kita tidak mau menerapkan prinsip ini dalam diri kita sendiri. Allah I lah yang menciptakan kita dan hanya petunjuk-Nya yang benar. Sedang kita mengetahui bahwa pegangan yang mantap dan pengarahan yang benar hanyalah : Katakanlah:"Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)". (QS. 2:120) Ringkas dan tegas. Petunjuk Allah I itulah petunjuk. Selain dari itu bukan petunjuk. Tidak bertele-tele, tidak ada helah, tidak dapat ditukar. Rasulullah e bersabda : "Sesungguhnya Allah mengangkat beberapa kaum dengan Kitab (Al Qur`an) ini dan menghinakan yang lain dengannya pula." H.R. Muslim. Karena itu jangan sampai kita mengikuti hawa nafsu mereka yang menyimpang dari garis yang tegas ini : Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. 2:120)

Ringkasnya, ketika umat Islam telah jauh dari Kitabullah, maka musibah dan malapetaka serta segala jenis penyakit hati akan datang silih berganti, sebagaimana yang saat ini kita lihat sendiri secara kasat mata. Kita berdoa kepada Allah I, semoga Dia I mengerakkan hati dan memudahkan langkah kita dan umat Islam lainnya untuk kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Nabinya e sehingga menjadi umat yang terbaik sebagaimana firman-Nya I : Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. 3:110) Oleh : Muh. Khairuddin Rendusara.

Tata Cara Shalat

Pertama kali, berdirilah dengan posisi tegak sambil mengadap Kiblat. Berniatlah untuk melaksanakan shalat dan tentukan jenis shalat yang ingin Anda kerjakan (shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya` atau Shubuh).

Bacalah takbiratul ihram (Allhu Akbar) dan bersamaan dengan itu angkatlah kedua tangan Anda seperti terlihat di gambar.

Bacalah surah Al-Ftihah sebagai berikut:

(Bismillhirrohmnirrohm Alhamdulillhi robbil lmn Arrohmnirrohm Mliki yaumiddn Iyyka nabudu wa iyyka nastan Ihdinash shirthol mustaqm Shirthol ladzna anamta alaihim ghoiril maghdhbi alaihim waladh dhlln) Kemudian bacalah satu surah sempurna dari sarah-surah Al Quran. Seperti:

(Qul huwallhu ahad Allhush shamad Lam yalid wa lam ylad Wa lam yakul lah kufuwan ahad)

Setelah itu, rukulah dan baca:

(Subh robbiyal azhmi wa bihamdih)

Kemudian bangunlah dari ruku sambil membaca:

(Samiallhu liman hamidah)

Setelah itu, sujudlah dan baca:

(Subhna rabbiyal al wa bihamdih)

Kemudian duduklah di antara dua sujud seraya membaca:

(Astaughfirullha rabb wa atbu ilaih)

Kemudian sujudlah untuk kedua kalinya seraya membaca bacaan sujud di atas.

Duduklah sejenak setelah bangun dari sujud dan sebelum berdiri untuk melanjutkan rakaat berikutnya.

Berdirilah kembali untuk melaksanakan rakaat kedua sambil membaca:

(Bihaulillhi wa quwatih aqmu wa aqud) Dalam posisi berdiri itu, bacalah surah Al-Ftihah dan satu surah dari surah-surah Al-Quran.

Sebelum Anda melaksanakan ruku untuk rakaat kedua, bacalah qunut. Di dalam qunut Anda bebas membaca doa sesuai dengan keinginan Anda. Seperti doa memintakan ampun untuk kedua orang tua:

(Rabbighfir l wa liwlidaiyya war hanhum kam rabbayn shaghr)

Lakukanlah ruku dan bacalah bacaan ruku di atas.

Lalu berdirilah dari ruku sambil membaca bacaan di atas.

Kemudian sujudlah dan baca doa sujud di atas.

Kemudian duduklah di antara dua sujud seraya membaca bacaan di atas.

Lalu sujudlah untuk kedua kalinya dan baca bacaan sujud di atas.

Setelah itu, duduklah dan baca bacaan tasyahhud pertama sebagai berikut:

(Asyhadu an l ilha illallhu wahdah l syarka lah Wa asyhadu anna Muhammadan abduh wa rasluh Allhumma shalli al Muhammadin wa li Muhammad)

Kemudian berdirilah sambil membaca bacaan ketika berdiri di atas. Untuk rakaat ketiga dan keempat, sebagai ganti dari surah Al-Fatihah, Anda dapat membaca bacaan berikut ini:

(Subhnallh wal hamdulillh wa l ilha illallh wallhu akbar).

Pada rakaat ketiga dan keempat ini Anda tidak perlu membaca surah apapun. Setelah Anda selesai melaksanakan ruku dan sujud untuk kedua rakaat, Anda harus duduk untuk melaksanakan tasyahhud terakhir seraya membaca bacaan tasyahhud pertama di atas. Setelah itu, bacalah bacaan salam berikut sebagai penutup shalat Anda:

(Assalmualaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullhi wa baraktuh Assalmualain wa al ibdillhish shlihn Assalmualaikum wa rahmatullhi wa baraktuh).

Catatan!
Untuk shalat wajib yang kurang dari empat rakaat, seperti Maghrib dan Shubuh, hanya rakaat ketiga dan keempat yang dapat dihilangkan. Sementara rakaat kedua dan ketiga harus tetap dilaksanakan.

You might also like