You are on page 1of 158

BAB KE SATU Tentang perikatan-perikatan umumnya BAGIAN KE SATU Ketentuan-ketentuan umum 1233.

Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang. 1234. Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu. BAGIAN KE DUA Tentang perikatan-perikatan untuk memberikan sesuatu 1235. Dalam tiap-tiap perikatan untuk memberikan sesuatu adalah termaktub kewajiban si berutang untuk menyerahkan kebendaan yang bersangkutan dan untuk merawatnya sebagai seorang bapak rumah yang baik, sampai pada saat penyerahan. Kewajiban yang terakhir ini adalah kurang atau lebih luas terhadap perjanjian-perjanjian tertentu, yang akibat-akibatnya mengenai hal ini ditunjuk dalam bab-bab yang bersangkutan. 1236. Si berutang adalah wajib memberikan ganti biaya, rugi dan bunga kepada si berpiutang, apabila ia telah membawa dirinya dalam keadaan tak mampu untuk menyerahkan kebendaannya, atau telah tidak merawat sepatutnya guna menyelamatkannya. 1237. Dalam hal adanya perikatan untuk memberikan suatu kebendaan tertentu, kebendaan itu semenjak perikatan dilahirkan, adalah atas tanggungan si berpiutang. Jika si berutang lalai akan menyerahkannya, maka semenjak saat kelalaian, kebendaan adalah atas tanggungannya. 1239. Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.

BAGIAN KE TIGA Tentang perikatan-perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu 1239. Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, apabila si berutang tidak memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajiban memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga. 1240. Dalam pada itu si berpiutang adalah berhak menuntut akan penghapusan segala sesuatu yang telah dibuat berlawanan dengan perikatan, dan bolehlah ia minta supaya dikuasakan oleh Hakim untuk menyuruh menghapuskan segala sesuatu yang telah dibuat tadi atas biaya si berutang; dengan tak mengurangi hak menuntut penggantian biaya, rugi dan bunga jika, ada alasan untuk itu. 1241. Apabila perikatan tidak dilaksanakannya, maka si berpiutang boleh juga dikuasakan supaya dia sendirilah mengusahakan pelaksanaannya atas biaya si berutang. 1242. Jika perikatan itu bertujuan untuk tidak berbuat sesuatu, maka, pihak yang manapun jika, yang berbuat berlawanan dengan perikatan, karena pelanggaran, itu dan karena itu pun saja, wajiblah ia akan penggantian biaya, rugi dan bunga. BAGIAN KE EMPAT Tentang penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan 1243. Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya. 1244. Jika ada alasan untuk itu, si berutang harus dihukum mengganti biaya, rugi dan bunga apabila ia tak dapat membuktikan, bahwa hal tidak atau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannya perikatan itu, disebabkan suatu hal yang tak terduga, pun tak dapat dipertanggungjawabkan padanya, kesemuanya itu pun jika itikad buruk tidaklah ada pada pihaknya.

1245. Tidaklah biaya rugi dan bunga, harus digantinya, apabila lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu kejadian tak disengaja si berutang beralangan memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang. 1246. Biaya, rugi dan bunga yang oleh si berpiutang boleh dituntut akan penggantiannya, terdirilah pada umumnya atas rugi yang telah dideritanya dan untung yang sedianya harus dapat dinikmatinya, dengan tak mengurangi pengecualian-pengecualian serta perubahan-perubahan yang akan disebut di bawah ini. 1247. Si berutang hanya diwajibkan mengganti biaya, rugi dan bunga yang nyata telah, atau sedianya harus dapat diduganya sewaktu perikatan dilahirkan, kecuali jika hal tidak dipenuhinya perikatan itu disebabkan sesuatu tipu-daya yang dilakukan olehnya. 1249. Bahkan jika hal tidak dipenuhinya perikatan itu disebabkan tipu-daya si berutang, penggantian biaya, rugi dan bunga sekadar mengenai kerugian yang dideritanya oleh si berpiutang dan keuntungan yang terhilang baginya, hanyalah terdiri atas apa yang merupakan akibat langsung dari tak dipenuhinya perikatan. 1249. Jika dalam suatu perikatan ditentukannya, bahwa si yang lalai memenuhinya, sebagai ganti rugi harus membayar suatu jumlah uang tertentu, maka kepada pihak yang lain tak boleh diberikan suatu jumlah yang lebih maupun yang kurang dari pada jumlah itu. 1250. Dalam tiap-tiap perikatan yang semata-mata berhubungan dengan pembayaran sejumlah uang, penggantian biaya, rugi dan bunga sekadar disebabkan terlambatnya pelaksanaan, hanya terdiri atas bunga yang ditentukan oleh undangundang, dengan tidak mengurangi peraturan-peraturan undang-undang khusus. Penggantian biaya, rugi dan bunga tersebut wajib dibayar, dengan tidak usah dibuktikannya sesuatu kerugian oleh si berpiutang. Penggantian biaya, rugi dan bunga itu hanya harus dibayar terhitung mulai dari ia diminta di muka Pengadilan, kecuali dalam hal-hal dimana undang-undang menetapkan bahwa ia berlaku demi hukum. 1251. Bunga dari uang pokok yang dapat ditagih dapat pula menghasilkan

bunga, baik karena suatu permintaan di muka Pengadilan, maupun karena suatu persetujuan khusus, asal saja permintaan atau persetujuan tersebut mengenai bunga yang harus dibayar untuk satu tahun. 1252. Meskipun demikian, penghasilan-penghasilan yang dapat ditagih, sepertinya uang gadai dan uang sewa, bunga abadi atau bunga selama hidupnya seorang, menghasilkan bunga mulai hari dilakukannya penuntutan atau dibuatnya perjanjian. Peraturan yang sama berlaku terhadap pengembalian penghasilanpenghasilan dan bunga yang dibayar oleh seorang pihak ke tiga kepada si berpiutang, untuk pembebasan si berutang. BAGIAN KE LIMA Tentang perikatan-perikatan bersyarat 1253. Suatu perikatan adalah bersyarat manakala ia digantungkan pada suatu peristiwa yang masih akan datang dan yang masih belum tentu akan terjadi, baik secara menangguhkan perikatan hingga terjadinya peristiwa semacam itu, maupun secara membatalkan perikatan menurut terjadi atau tidak terjadinya peristiwa tersebut. 1254. Semua syarat yang bertujuan melakukan sesuatu yang tak mungkin terlaksana, sesuatu yang bertentangan dengan kesusilaan baik, atau sesuatu yang dilarang oleh undang-undang, adalah batal, dan berakibat bahwa perjanjian yang digantungkan padanya, tak berdaya. 1255. Syarat yang bertujuan tidak melakukan sesuatu yang tak mungkin terlaksana, tidak membuat perikatan yang digantungkan padanya, tak berdaya. 1256. Semua perikatan adalah batal, jika pelaksanaannya semata-mata bergantung pada kemauan orang yang terikat. Tetapi, jika perikatan bergantung pada suatu perbuatan yang pelaksanaannya berada didalam kekuasaan orang tersebut, padahal perbuatan itu sudah terjadi, perikatan adalah sah. 1257. Semua syarat harus terpenuhi secara yang mungkin dikehendaki dan dimaksudkan oleh kedua belah pihak. 1258. Jika suatu perikatan bergantung pada syarat bahwa suatu peristiwa

akan terjadi didalam suatu waktu tertentu, maka syarat tersebut dianggap tidak ada, apabila waktu tersebut telah lampau dengan tidak terjadinya peristiwa tersebut. Jika waktu tidak ditentukan, maka syarat tersebut setiap waktu dapat terpenuhi, dan syarat itu tidak dianggap tidak ada sebelum ada kepastian bahwa peristiwa tidak akan terjadi. 1259. Jika suatu perikatan bergantung pada suatu syarat bahwa sesuatu peristiwa didalam suatu waktu tertentu tidak akan terjadi, maka syarat tersebut telah terpenuhi apabila waktu tersebut lampau dengan tidak terjadinya peristiwa. Begitu juga syarat telah terpenuhi, jika sebelum waktu tersebut lampau, telah ada kepastian bahwa peristiwa tidak akan terjadi; tetapi jika tidak ditetapkan suatu waktu, syarat itu tidak terpenuhi sebelum ada kepastian bahwa peristiwa tersebut tidak akan terjadi. 1260. Syarat dianggap telah terpenuhi, jika si berutang yang terikat olehnya, telah menghalang-halangi terpenuhinya syarat itu. 1261. Apabila syarat telah terpenuhi, maka syarat itu bertaku surut hingga saat lahimya perikatan. Jika si berpiutang meninggal sebelum terpenuhinya syarat, maka hak-haknya karena itu berpindah kepada ahli waris-ahli warisnya. 1262. Si berpiutang dapat, sebelum terpenuhinya syarat, melakukan segala usaha yang perlu untuk menjaga jangan sampai haknya hilang. 1263. Suatu perikatan dengan suatu syarat tangguh adalah suatu perikatan yang bergantung pada suatu peristiwa yang masih akan datang dan yang masih belum tentu akan terjadi, atau yang bergantung pada suatu hal yang sudah terjadi tetapi tidak diketahui oleh kedua belah pihak. Dalam hal yang pertama perikatan tidak dapat dilaksanakan sebelum peristiwa telah terjadi; dalam hal yang ke dua perikatan mulai berlaku sejak hari ia dilahirkan. 1264. Jika perikatan bergantung pada suatu syarat tangguh, maka barang yang menjadi pokok perikatan tetap menjadi tanggungannya si berutang, yang hanya berwajib menyerahkan barang itu apabila syarat terpenuhi. Jika barang tersebut sama, sekali musnah diluar kesalahan si berutang, maka

baik pada pihak yang satu maupun pada pihak yang lainnya tiada lagi suatu perikatan. Jika barangnya merosot harganya diluar kesalahan si berutang, maka si berpiutang dapat memilih apakah ia akan memutuskan perikatan ataukah menuntut penyerahan barangnya didalam keadaan dimana barang itu berada dengan tiada pengurangan harga yang telah dijanjikan. Jika barangnya merosot harganya karena kesalahan si berutang, maka si berpiutang berhak memutuskan perikatan atau menuntut penyerahan barangnya didalam keadaan dimana barang itu berada, dengan penggantian kerugian. 1265. Suatu syarat batal adalah syarat yang apabila dipenuhi, menghentikan perikatan, dan membawa segala sesuatu kembali, pada keadaan semula, seolah-olah tidak pemah ada suatu perikatan. Syarat ini tidak menangguhkan pemenuhan perikatan, hanyalah ia mewajibkan si berpiutang mengembalikan apa yang telah diterimanya, apabila peristiwa yang dimaksudkan terjadi. 1266. Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuanpersetujuan yang bertimbal balik, manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal yang demikian persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada Hakim. Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan didalam perjanjian. Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam persetujuan, Hakim adalah leluasa untuk, menurut keadaan, atas permintaan si tergugat, memberikan suatu jangka waktu untuk masih juga memenuhi kewajibannya, jangka waktu mana namun itu tidak boleh lebih dari satu bulan. 1267. Pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika hal itu masih dapat dilakukan, akan memaksa pihak yang lain untuk memenuhi perjanjian, ataukah ia akan menuntut pembatalan perjanjian, disertai penggantian biaya kerugian dan bunga. BAGIAN KE ENAM

Tentang perikatan-perikatan dengan ketetapan waktu 1268. Suatu ketetapan waktu tidak menangguhkan perikatan, melainkan hanya menangguhkan pelaksanaannya. 1269. Apa yang harus dibayar pada suatu waktu yang ditentukan tidak dapat ditagih sebelum waktu itu datang; tetapi apa yang telah dibayar sebelum waktu itu datang, tak dapat diminta kembali. 1270. Suatu ketetapan waktu selalu dianggap dibuat untuk kepentingan si berutang, kecuali jika dari sifat perikatan sendiri, atau dari keadaan, ternyata bahwa ketetapan waktu itu telah dibuat untuk kepentingan si berpiutang. 1271. Si berutang tak lagi dapat menarik manfaat dari suatu ketetapan waktu, jika ia telah dinyatakan pailit, atau jika karena kesalahannya jaminan yang diberikannya bagi si berpiutang telah merosot. BAGIAN KE TUJUH Tentang perikatan-perikatan mana suka atau perikatan yang boleh dipilih oleh salah satu pihak 1272. Dalam perikatan-perikatan mana suka si berutang dibebaskan jika ia menyerahkan salah satu dari dua barang yang disebutkan dalam perikatan, tetapi ia tidak dapat memaksa si berpiutang untuk menerima sebagian dari barang yang satu dan sebagian dari barang yang lainnya. 1273. Hak memilih adalah pada si berutang, jika hak ini tidak secara tegas diberikan kepada si berpiutang. 1274. Suatu perikatan adalah murni dan bersahaja, meskipun ia dibuat secara boleh pilih atau mana suka, jika salah satu dari kedua barang yang dijanjikan tidak dapat menjadi pokok perikatan. 1275. Suatu perikatan mana suka adalah murni dan bersahaja, jika salah satu dari barang-barang yang dijanjikan hilang, atau bahkan karena kesalahan si berutang tidak lagi dapat diserahkan, harga barang itu tidak dapat ditawarkan sebagai gantinya. Jika kedua-duanya barang telah hilang, dan si berutang bersalah tentang hilangnya salah satu, ia harus membayar harga barangnya yang hilang paling akhir. 1276. Jika dalam hal-hal yang disebutkan dalam pasal yang lalu diserahkan

kepada si berpiutang untuk memilih, dan hanya salah satu barang sajalah yang hilang, maka jika itu terjadi diluar salahnya si berutang, si berpiutang harus mendapat barang yang masih ada: jika hilangnya salah satu barang tadi terjadi karena salahnya si berutang, maka si berpiutang dapat menuntut penyerahan barang yang masih ada atau harga barang yang telah hilang. Jika kedua-duanya barang musnah, maka si berpiutang, dapat, apabila hilangnya kedua barang itu, bahkan apabila hilangnya salah satu saja terjadi karena salahnya si berutang, menutut pembayaran harga salah satunya menurut pilihannya. 1277. Asas-asas yang sama berlaku, baik jika ada bayaran harga salah satunya menurut pilihahnya lebih dari dua barang termaktub didalam perikatan, maupun jika perikatan bertujuan melakukan suatu perbuatan. BAGIAN KE DELAPAN Tentang perikatan-perikatan tanggung renteng atau perikatan-perikatan tanggung-menanggung 1278. Suatu perikatan tanggung-menanggung atau perikatan tanggung renteng terjadi antara beberapa orang berpiutang, jika didalam perjanjian secara tegas kepada masing-masing diberikan hak untuk menuntut pemenuhan seluruh utang sedang pembayaran yang dilakukan kepada salah satu membebaskan orang yang berutang meskipun perikatan menurut sifatnya dapat dipecah dan dibagi di antara beberapa orang berpiutang tadi. 1279. Adalah terserah kepada si berutang untuk memilih apakah ia akan membayar utang kepada yang satu atau kepada yang lainnya di antara orang-orang yang berpiutang, selama ia belum digugat oleh salah satu. Meskipun demikian pembebasan yang diberikan oleh salah satu orang berpiutang dalam suatu perikatan tanggung-menanggung, tak dapat membebaskan si berutang untuk selebihnya dari bagian orang yang berpiutang tersebut. 1280. Adalah terjadi suatu perikatan tanggung menanggung di pihaknya orang-orang yang berutang, manakala mereka kesemuanya diwajibkan melakukan suatu hal yang sama, sedemikan bahwa salah satu dapat dituntut untuk seluruhnya, dan pemenuhan oleh salah satu membebaskan orang-orang berutang yang lainnya terhadap si berpiutang.

1281. Suatu perikatan dapat bersifat tanggung menanggung, meskipun salah satu orang yang berutang diwajibkan memenuhi hal yang sama dengan cara yang berlainan dengan teman-temannya sepenanggung misalnya satu adalah terikat dengan bersyarat, sedangkan perikatan terhadap yang lainnya adalah suatu perikatan murni dan sederhana, atau terhadap satu telah diadakan suatu ketetapan waktu sedangkan terhadap yang lain tidak. 1282. Tiada perikatan dianggap tanggung-menanggung, melainkan jika hal itu dinyatakan secara tegas. Aturan ini hanya dikecualikan dalam hal-hal, dimana suatu perikatan karena kekuatan suatu penetapan undang-undang dianggap tanggung menanggung. 1283. Si berpiutang dalam suatu perikatan tanggung menanggung dapat menagih piutangnya dari salah satu orang berutang yang dipilihnya dengan tidak ada kemungkinan bagi orang ini untuk meminta supaya utangnya dipecah. 1284. Penuntutan-penuntutan yang ditujukan kepada salah satu orang yang berutang tidak menjadi halangan bagi si berpiutang untuk juga melaksanakan haknya terhadap orang-orang berutang yang lainnya. 1285. Jika barang yang harus diberikan musnah karena salah satunya atau beberapa orang yang berutang tanggung menanggung, atau setelahnya orang-orang ini dinyatakan lalai, maka orang lainnya yang turut berutang tidak bebas dari kewajiban untuk membayar harga barang, hanyalah mereka tidak diwajibkan membayar penggantian biaya, rugi dan bunga. Si berpiutang hanya dapat menuntut pembayaran penggantian biaya, kerugian-kerugian dan bunga dari orang-orang berutang yang bersalah tentang musnahnya barang atau dari orang-orang yang lalai dalam pemenuhan perikatan. 1286. Penuntutan pembayaran bunga yang dilakukan terhadap salah satu di antara orang-orang yang berutang tanggung menanggung, berakibat bahwa bunga itu juga berlaku terhadap semua orang berutang yang lainnya. 1287. Seorang yang turut berutang dalam suatu perikatan tanggung menanggung, yang dituntut oleh si berpiutang, dapat memakai semua tangkisan yang dapat disimpulkan dari sifatnya perikatan, dan yang mengenai diri sendiri, begitu pula semua tangkisan yang mengenai diri semua orang lainnya yang turut

berutang bersama-sama. Ia tidak dapat memakai tangkisan-tangkisan yang hanya mengenai diri beberapa orang lainnya saja yang turut berutang. 1288. Jika salah satu orang yang berutang menjadi ahli waris satu-satunya dari si berpiutang, atau jika si berpiutang menjadi ahli waris satu-satunya dari salah satu orang yang berutang, maka percampuran utang ini tidak berakibat hapusnya perikatan tanggung menanggung selain hanya untuk bagian si berutang atau si berpiutang yang bersangkutan saja. 1289. Si berpiutang yang telah menyetujui pembagian piutangnya terhadap salah satu orang yang berutang, tetap memiliki piutangnya yang berdasarkan perikatan tanggung-menanggung terhadap orang-orang berutang yang lainnya, tetapi dengan dikurangi bagian si berutang yang telah dibebaskan dari perikatan tanggung-menanggungnya. 1290. Seorang berpiutang yang menerima bagiannya salah satu orang yang berutang tersendiri, dengan tidak menyatakan pada waktu pembayaran dilakukan, bahwa ia mempertahankan haknya yang berdasarkan utang tanggung-menanggung atau hak-hak seumumnya, tidak melepaskan haknya yang berdasarkan tanggungmenanggung melainkan hanya terhadap orang yang berutang tadi. Seorang berpiutang tidak dianggap membebaskan si berutang dari perikatannya tanggung-menanggung, jika, ia menerima suatu jumlah sebesar bagian si berutang ini, jika surat tanda penerimaan tidak secara tegas menyatakan bahwa apa yang diterima itu ialah untuk bagian orang tersebut. Hal yang sama berlaku terhadap gugatan yang ditujukan kepada salah satu orang yang turut berutang, selama orang ini belum memenuhi gugatan tersebut, atau selama perkara belum diputus oleh Hakim. 1291. Seorang berpiutang yang menerima bagian salah satu orang yang turut berutang dalam pembayaran bunga tunggakan dari suatu utang, tersendiri dan dengan tidak menyatakan kehendaknya untuk mempertahankan hak-haknya, kehilangan haknya yang berdasarkan perikatan tanggung-menanggung hanya terhadap bunga yang sudah dapat ditagih, dan tidak terhadap bunga yang belum datang waktunya ditagih, maupun terhadap pokok utang kecuali apabila

pembayaran tersendiri itu telah berlangsung selama sepuluh tahun berturut-turut. 1292. Suatu perikatan, meskipun orang-orangnya yang berutang menghadapi si berpiutang secara tanggung-menanggung, dengan sendirinya dapat dibagi-bagi di antara orang-orang yang berutang, orang-orang mana di antara mereka sendiri tidak terikat untuk lebih daripada bagian masing-masing. 1293. Seorang yang turut berutang dalam suatu perikatan tanggungmenanggung, yang telah melunasi seluruh utangnya, tidak dapat menuntut kembali dari orang-orang berutang yang lainnya lebih daripada jumlah bagian mereka masing-masing. Jika salah satu di antara mercka tidak mampu untuk membayar, maka kerugian yang disebabkan ketidakmampuannya itu, harus dipikul bersama-sama oleh orang-orang berutang yang lainnya dan si berutang yang telah melunasi utangnya, menurut imbangan bagian masing-masing. 1294. Jika si berpiutang telah membebaskan salah satu orang yang berutang dari perikatan tanggung-menanggungnya, dan satu atau beberapa orang berutang yang lainnya jatuh dalam keadaan tak mampu, maka bagian orang-orang yang tak mampu itu harus dipikul bersama-sama oleh orang-orang berutang yang lainnya menurut imbangan bagian mereka masing-masing, terhitung juga mereka yang sebelum itu telah dibebaskan dari perikatan tanggung-menanggungnya. 1295. Jika hal untuk mana berbagai orang telah mengikatkan dirinya secara tanggung-menanggung, hanya mengenai salah satu di antara mereka, maka benar mereka itu masing-masing terikat untuk seluruhnya kepada si berpiutang tetapi di antara mereka sendiri mereka dianggap sebagai orang-orang penanggung utang bagi orang yang harus menyelenggarakan hal tersebut tadi, dan mereka harus diberikan ganti-rugi oleh orang itu sebagaimana berlaku bagi orang-orang penanggung utang. BAGIAN KE SEMBILAN Tentang perikatan-perikatan yang dapat dibagi bagi den perikatan-perikatan yang tak dapat dibagi-bagi 1296. Suatu perikatan dapat dibagi-bagi atau tak dapat dibagi-bagi sekadar perikatan tersebut mengenai suatu barang yang penyerahannya, atau suatu perbuatan yang pelaksanaannya dapat dibagi-bagi atau tak dapat dibagi-bagi, baik

secara nyata-nyata, maupun secara perhitungan. 1297. Suatu perikatan adalah tak dapat dibagi-bagi, meskipun barang atau perbuatan yang dimaksudkan karena sifatnya dapat dibagi-bagi, jika barang atau perbuatan tadi menurut maksud perikatan tidak boleh diserahkan atau dilaksanakan sebagian demi sebagian. 1298. Bahwasannya suatu perikatan adalah suatu perikatan tanggungmenanggung belum berarti bahwa perikatan itu suatu perikatan yang tak dapat dibagi-bagi. 1299. Suatu perikatan yang dapat dibagi-bagi harus dilaksanakan antara si berutang dan si berpiutang seolah-olah perikatan itu tak dapat dibagi-bagi, hal dapatnya dibagi-bagi hanyalah berlaku terhadap ahli waris-ahli waris kedua belah pihak, yang tidak dapat menagih piutangnya atau tidak berwajib membayar utangnya selain untuk bagian masing-masing sebagai ahli waris atau orang-orang yang mewakili si berpiutang maupun si berutang. 1300. Asas yang ditetapkan dalam pasal yang lain, dikecualikan terhadap ahli waris-ahli warisnya si berutang : 1. dalam hal utang itu suatu utang hipotik; 2. manakala utang itu terdiri atas suatu barang tertentu ; 3. terhadap suatu utang dimana si berpiutang boleh memilih antara berbagai barang, sedang salah satu di antara barang-barang ini tidak dapat dibagi-bagi; 4. jika, menurut perjanjiannya salah satu ahli waris sajalah yang diwajibkan melaksanakan perikatannya; 5. jika, baik karena sifat perikatan, maupun sifat barang yang menjadi pokok perikatan, atau karena maksud yang dikandung tentang perjanjian tersebut, ternyata dengan jelas bahwa maksud kedua belah pihak ialah bahwa utangnya tidak akan dapat diangsur. Dalam ketiga hal yang pertama si ahli waris yang memegang barang yang harus diserahkan atau barang yang dijadikan tanggungan hipotik, dapat dituntut untuk membayar seluruh utangnya, pembayaran mana dapat dilaksanakan atas barang yang harus diserahkan itu atau atas barang yang dijadikan tanggungan hipotik tersebut, dengan tidak mengurangi haknya untuk menuntut penggantian

kepada ahli waris-ahli waris yang lainnya. Dalam hal yang ke empat si ahli waris yang sendiri diwajibkan melunasi utang dan dalam hal yang ke lima juga setiap ahli waris dapat dituntut untuk membayar seluruh utang, dengan tidak mengurangi hak mereka untuk meminta penggantian kepada ahli waris-ahli waris yang lainnya. 1301. Tiap orang dari mereka yang bersama-sama memikul suatu utang yang tak dapat dibagi-bagi, adalah bertanggungjawab untuk seluruhnya, meskipun perikatannya tidak dibuat secara tanggung-menanggung. 1302. Hal yang sama berlaku juga bagi ahli waris-ahli waris seorang yang diwajibkan memenuhi suatu perikatan seperti itu. 1303. Tiap ahli waris dari si berpiutang dapat menuntut pelaksanaan suatu perikatan yang tak dapat dibagi-bagi untuk seluruhnya. Tiada seorang pun dari mereka dibolehkan memberikan pembebasan seluruh utang, maupun menerima harganya sebagai ganti barangnya. Jika hanya salah satu ahli waris memberikan pembebasan utangnya, atau menerima harga barangnya, maka ahli waris-ahli waris lainnya tak dibolehkan menuntut barang yang tak dapat dibagi-bagi itu, kecuali jika ia memperhitungkan bagian ahli waris yang telah memberikan pembebasan utang atau yang te!ah menerima harga barangnya. BAGIAN KE SEPULUH Tentang perikatan-perikatan dengan ancaman hukuman 1304. Ancaman hukuman adalah suatu ketentuan sedemikian rupa dengan mana seorang untuk jaminan pelaksanaan suatu perikatan diwajibkan melakukan sesuatu, manakala perikatan itu tidak dipenuhi. 1305. Batalnya perikatan pokok mengakibatkan batalnya ancaman hukuman. Batalnya ancaman hukuman sama sekali tidak berakibat batalnya perikatan pokok. 1306. Daripada menuntut hukuman terhadap si berutang yang tidak memenuhi janjinya, si berpiutang boleh juga menuntut dipenuhinya perikatan pokok.

1307. Penetapan hukuman adalah dimaksudkan sebagai ganti penggantian kerugian, yang diderita oleh si berpiutang karena tidak dipenuhinya perikatan pokok. Ia tak dapat bersama-sama menuntut dipenuhinya perikatan pokok dan menuntut hukumannya, terkecuali apabila hukuman ini ditetapkan semata-mata untuk terlambatnya pemenuhan saja. 1308. Baik perikatan pokok itu memuat maupun tidak memuat suatu ketetapan waktu dalam mana perikatan harus dilaksanakan, hukuman tidak dikenakan, kecuali apabila orang yang terikat untuk memberikan atau menerima sesuatu maupun berbuat sesuatu lalai dalam hal itu. 1309. Hukuman dapat diubah oleh Hakim, jika perikatan pokok untuk sebagian telah dipenuhi. 1310. Jika perikatan pokok, dengan penetapan hukuman, mengenai suatu barang yang tak dapat dibagi-bagi, maka dengan terjadinya pelanggaran oleh satu orang ahli waris dari si berutang, hukuman sudah wajib dibayar; dan hukuman ini dapat dituntut, baik untuk seluruhnya dari siapa yang melakukan pelanggaran, maupun dari masing-masing ahli waris untuk bagiannya, dengan tidak mengurangi hak mereka untuk menuntutnya kembali dari siapa yang menyebabkan harus dibayarnya hukuman; semua itu dengan tidak mengurangi hak-hak orang-orang yang berpiutang hipotik. 1311. Jika perikatan pokok, dengan penetapan hukuman itu mengenai suatu barang yang dapat dibagi-bagi, maka hukuman hanya harus dibayar oleh siapa di antara ahli waris-ahli waris si berutang yang berbuat berlawanan dengan perikatan, dan hanya untuk suatu jumlah yang mengenai bagiannya dalam perikatan pokok, dengan tidak dapat diadakan tuntutan terhadap mereka yang telah memenuhi perikatan. Aturan ini dikecualikan, manakala penetapan hukuman ditambahkan dengan maksud supaya pemenuhan perikatan tidak akan terjadi sebagian, dan salah satu ahli waris telah menghalang-halangi pemenuhan perikatan untuk seluruhnya; dalam hal semacam ini hukuman dapat dituntut dari orang yang belakangan ini untuk seluruhnya, dan hanya dapat dituntut dari ahli waris-ahli waris lainnya untuk bagian

mereka masing-masing, dengan tidak mengurangi hak mereka menuntut pengembalian jumlah yang mereka bayarkan, dari ahli waris yang bersalah tadi. 1312. Jika suatu perikatan pokok yang dapat dibagi-bagi, dengan suatu penetapan hukuman yang tak dapat dibagi-bagi, hanya dipenuhi sebagian, maka hukuman itu terhadap ahli waris-ahli waris orang yang berutang, diganti dengan suatu pembayaran ganti rugi. BAB KE DUA Tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan dari kontrak atau perjanjian BAGIAN KE SATU Ketentuan-ketentuan umum 1313. Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 1314. Suatu perjanjian dibuat dengan cuma-cuma atau atas beban. Suatu perjanjian dengan cuma-cuma adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain, tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri. Suatu perjanjian atas beban, adalah suatu perjanjian yang mewajibkan masing-masing pihak memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. 1315. Pada umumnya tak seorang dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji dari pada untuk dirinya sendiri. 1316. Meskipun demikian adalah diperbolehkan untuk menanggung atau menjamin seorang pihak ke tiga, dengan menjanjikan bahwa orang ini akan berbuat sesuatu, dengan tidak mengurangi tuntutan pembayaran ganti rugi terhadap siapa yang telah menanggung pihak ke tiga itu atau yang telah berjanji, untuk menyuruh pihak ke tiga tersebut menguatkan sesuatu, jika pihak ini menolak memenuhi perikatannya. 1317. Lagi pun diperbolehkan juga untuk meminta ditetapkannya suatu janji guna kepentingan seorang pihak ke tiga, apabila suatu penetapan janji, yang dibuat oleh seorang untuk dirinya sendiri, atau suatu pemberian yang dilakukannya kepada seorang lain, memuat suatu janji yang seperti itu.

Siapa yang telah memperjanjikan sesuatu seperti itu, tidak boleh menariknya kembali, apabila pihak ketiga tersebut telah menyatakan hendak mempergunakannya. 1318. Jika seorang minta diperjanjikan sesuatu hal, maka dianggap bahwa itu adalah untuk ahli waris-ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak daripadanya, kecuali jika dengan tegas ditetapkan atau dapat disimpulkan dari sifat perjanjian, bahwa tidak sedemikianlah maksudnya. 1319. Semua perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum, yang termuat didalam bab ini dan bab yang lalu. BAGIAN KE DUA Tentang syarat-syarat yang diperlukan untuk sahnya suatu perjanjian 1320. Untuk sahnya suatu perianjian diperlukan empat syarat: 1. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. suatu hal tertentu; 4. suatu sebab yang halal. 1321. Tiada sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan. 1322. Kekhilafan tidak mengakibatkan batalnya suatu perjanjian selain apabila kekhilafan itu terjadi mengenai hakikat barang yang menjadi pokok perjanjian. Kekhilafan itu tidak menjadi sebab kebatalan, jika kekhilafan itu hanya terjadi mengenai dirinya orang dengan siapa seorang bermaksud membuat suatu perjanjian, kecuali jika perjanjian itu telah dibuat terutama karena mengingat dirinya orang tersebut. 1323. Paksaan yang dilakukan terhadap orang yang membuat suatu perjanjian, merupakan alasan untuk batalnya perjanjian, juga apabila paksaan itu dilakukan oleh seorang pihak ke tiga, untuk kepentingan siapa perjianjian tersebut tidak telah dibuat. 1324. Paksaan telah terjadi, apabila perbuatan itu sedemikian rupa hingga

dapat menakutkan seorang yang berpikiran sehat, dan apabila perbuatan itu dapat menimbulkan ketakutan pada orang tersebut bahwa dirinya atau kekayaannya terancam dengan suatu kerugian yang terang dan nyata. Dalam mempertimbangkan hal itu, harus diperhatikan usia, kelamin dan kedudukan orang-orang yang bersangkutan. 1325. Paksaan mengakibatkan batalnya suatu perjanjian tidak saja apabila dilakukan terhadap salah satu pihak yang membuat perjanjian, tetapi juga apabila paksaan itu dilakukan terhadap suami atau istri atau sanak keluarga dalam garis ke atas mau pun ke bawah. 1326. Ketakutan saja karena hormat terhadap ayah, ibu atau sanak keluarga lain dalam garis ke atas tanpa disertai kekerasan, tidaklah cukup untuk pembatalan perjanjian. 1327. Pembatalan sesuatu perjanjian berdasarkan paksaan tak lagi dapat dituntutnya, apabila setelah paksaan berhenti, perjanjian tersebut dikuatkan, baik secara dinyatakan dengan tegas, maupun secara diam-diam atau apabila seorang melampaukan waktu yang ditentukan oleh undang-undang untuk dipulihkan seluruhnya. 1328. Penipuan merupakan suatu alasan untuk pembatalan perjanjian, apabila tipu-muslihat, yang dipakai oleh salah satu pihak, adalah sedemikian rupa hingga terang dan nyata bahwa pihak yang lain tidak telah membuat perikatan itu jika tidak dilakukan tipu-muslihat tersebut. Penipuan tidak dipersangkakan, tetapi harus dibuktikan. 1329. Setiap orang adalah cakap, untuk membuat perikatan-perikatan, jika ia oleh undang-undang tidak dinyatakan tak cakap. 1330. Tak cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah : 1. orang-orang yang belum dewasa; 2. mereka yang ditaruh di bawah pengampuan; 3. orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undangundang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu. 1331. Karena itu orang-orang yang didalam pasal yang lalu dinyatakan tak

cakap, boleh menuntut pembatalan perikatan-perikatan yang mereka telah perbuat, dalam hal-hal dimana kekuasaan itu tidak dikecualikan oleh undang-undang. Orang-orang yang cakap untuk mengikatkan diri tak sekali-kali diperkenankan mengemukakan ketidakcakapan orang-orang yang belum dewasa, orang-orang yang ditaruh di bawah pengampuan dan perempuan-perempuan yang bersuami dengan siapa mereka telah membuat suatu perjanjian. 1332. Hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan sajalah dapat menjadi pokok suatu perjanjian. 1333. Suatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya. Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu, asal saja jumlah itu terkemudian dapat ditentukan atau dihitung. 1334. Barang-barang yang baru akan ada dikemudian hari dapat menjadi pokok suatu perjanjian. Tetapi tidaklah diperkenankan untuk melepaskan suatu warisan yang belum terbuka, atau pun untuk meminta diperjanjikan sesuatu hal mengenai warisan itu, sekali pun dengan sepakatnya orang yang nantinya akan meninggalkan warisan yang menjadi pokok perjanjian itu; dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan pasal 169, 176 dan 178. 1335. Suatu perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan. 1336. Jika tidak dinyatakan sesuatu sebab, tetapi ada suatu sebab yang halal, ataupun jika ada suatu sebab lain, daripada yang dinyatakan, perjanjiannya namun demikian adalah sah. 1337. Suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum. BAGIAN KE TIGA Tentang akibat suatu perjanjian 1338. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua

belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. 1339. Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang. 1340. Suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat membawa rugi kepada pihak-pihak ke tiga; tak dapat pihak-pihak ke tiga mendapat manfaat karenanya, selain dalam hal yang diatur dalam pasal 1317. 1341. Meskipun demikian, tiap orang berpiutang boleh mengajukan batalnya segala perbuatan yang tidak diwajibkan yang dilakukan oleh si berutang dengan nama apapun juga, yang merugikan orang-orang berpiutang, asal dibuktikan, bahwa ketika perbuatan dilakukan, baik si berutang maupun orang dengan atau untuk siapa si berutang itu berbuat, mengetahui bahwa perbuatan itu membawa akibat yang merugikan orang-orang berpiutang. Hak-hak yang diperolehnya dengan itikad baik oleh orang-orang pihak ke tiga atas barang-barang yang menjadi pokok perbuatan yang batal itu, dilindungi. Untuk mengajukan hal batalnya perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan cuma-cuma oleh si berutang, cukuplah si berpiutang membuktikan bahwa si berutang pada waktu melakukan perbuatan itu tahu, bahwa ia dengan berbuat demikian merugikan orang-orang yang mengutangkan padanya, tak peduli apakah orang yang menerima keuntungan juga mengetahuinya atau tidak. BAGIAN KE EMPAT Tentang penafsiran suatu perjanjian 1342. Jika kata-kata suatu perjanjian jelas, tidaklah diperkenankan untuk menyimpang daripadanya dengan jalan penafsiran. 1343. Jika kata-kata suatu perjanjian dapat diberikan berbagai macam penafsiran, harus dipilihnya menyelidiki maksud kedua belah pihak yang membuat perjanjian itu, daripada memegang teguh arti kata-kata menurut huruf 1344. Jika suatu janji dapat diberikan dua macam pengertian, maka harus

dipilihnya pengertian yang sedemikian yang memungkinkan janji itu dilaksanakan, daripada memberikan pengertian yang tidak memungkinkan suatu pelaksanaan. 1345. Jika kata-kata dapat diberikan dua macam pengertian, maka harus dipilih pengertian yang paling selaras dengan sifat perjanjian. 1346. Apa yang meragu-ragukan harus ditafsirkan menurut apa yang menjadi kebiasaan dalam negeri atau di tempat, dimana perjanjian telah dibuat. 1347. Hal-hal yang, menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan, dianggap secara diam-diam dimasukkan dalam perjanjian, meskipun tidak dengan tegas dinyatakan. 1348. Semua janji yang dibuat dalam suatu perjanjian, harus diartikan dalam hubungan satu sama lain; tiap janji harus ditafsirkan dalam rangka perjanjian seluruhnya. 1349. Jika ada keragu-raguan, maka suatu perjanjian harus ditafsirkan atas kerugian orang yang telah meminta diperjanjikannya sesuatu hal, dan untuk keuntungan orang yang telah mengikatkan dirinya untuk itu. 1350. Meskipun bagaimana luasnya kata-kata dalam mana suatu perjanjian disusun, namun perjanjian itu hanya meliputi hal-hal yang nyata-nyata dimaksudkan oleh kedua belah pihak sewaktu membuat perjanjian. 1351. Jika seorang dalam suatu perjanjian menyatakan suatu hal untuk menjelaskan perikatan, tak dapatlah ia dianggap bahwa dengan demikian hendak mengurangi maupun membatasi kekuatan perjanjian menurut hukum dalam hal-hal yang tidak dinyatakan. BAB KE TIGA Tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan demi undang-undang 1352. Perikatan-perikatan yang dilahirkan demi undang-undang, timbul dari undang-undang saja, atau dari undang-undang sebagai akibat perbuatan orang. 1353. Perikatan-perikatan yang dilahirkan dari undang-undang sebagai akibat perbuatan orang, terbit dari perbuatan halal atau dari perbuatan melanggar hukum. 1354. Jika seorang dengan sukarela, dengan tidak mendapat perintah untuk itu, mewakili urusan orang lain dengan atau tanpa pengetahuan orang ini, maka ia

secara diam-diam mengikat dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan tersebut, hingga orang yang diwakili kepentingannya dapat mengerjakan sendiri urusan itu. Ia memikul segala kewajiban yang harus dipikulnya, seandainya ia kuasakan dengan suatu pemberian kuasa yang dinyatakan dengan tegas. 1355. Ia diwajibkan meneruskan pengurusannya, meskipun orang yang kepentingannya diurusnya, meninggal sebelum urusan diselesaikan, hingga ahli waris-ahli waris orang itu dapat mengoper pengurusan tersebut. 1356. Ia diwajibkan dalam hal melakukan pengurusan tersebut, memenuhi kewajiban-kewajiban seorang bapak rumah yang baik. Meskipun demikian, Hakim adalah berkuasa meringankan penggantian biaya, kerugian dan bunga, yang disebabkan kesalahan atau kelalaian orang yang mewakili pengurusan. 1357. Pihak yang kepentingan-kepentingannya diwakili oleh seorang lain dengan baik, diwajibkan memenuhi perikatan-perikatan yang diperbuat oleh si wakil itu atas namanya, memberikan ganti-rugi kepada si wakil itu tentang segala perikatan yang secara perseorangan dibuatnya, dan mengganti segala pengeluaran yang berfaedah atau perlu. 1358. Pihak yang telah mewakili urusan orang lain dengan tiada mendapat perintah, tidak berhak atas sesuatu upah. 1359. Tiap-tiap pembayaran memperkirakan adanya suatu utang; apa yang telah dibayarkan dengan tidak diwajibkan, dapat dituntut kernbali. Terhadap perikatan-perikatan bebas, yang secara sukarela telah dipenuhi, tak dapat dilakukan penuntutan kembali. 1360. Barangsiapa secara khilaf atau dengan mengetahuinya, telah menerima sesuatu yang tak harus dibayarkan padanya, diwajibkan mengembalikan barang yang tak harus dibayarkan itu kepada orang dari siapa ia telah menerimanya. 1361. Jika seorang yang secara khilaf mengira bahwa ia berutang, membayar suatu utang, maka ia adalah berhak menuntut kembali dari si berpiutang apa yang telah dibayarkannya. Meskipun demikian, hak ini hilang jika si berpiutang sebagai akibat

pembayaran tersebut telah memusnahkan surat pengakuan berutangnya, dengan tidak mengurangi hak orang yang telah membayar itu untuk menuntutnya kembali dari orang yang sungguh-sungguh berutang. 1362. Siapa yang, dengan itikad buruk, telah menerima sesuatu yang tidak harus dibayarkan kepadanya, diwajibkan mengembalikannya dengan bunga dan hasil-hasil, terhitung dari hari pembayaran, dan yang demikian itu tidak mengurangi penggantian biaya, rugi dan bunga, jika barangnya telah menderita kemerosotan. Jika barangnya telah musnah, meskipun ini terjadi diluar salahnya, maka ia diwajibkan membayar hartanya, dengan disertai penggantian biaya, rugi dan bunga, terkecuali jika ia dapat membuktikan bahwa barang itu akan musnah juga, seandainya ia berada pada orang kepada siapa ia seharusnya diberikan. 1363. Siapa yang telah menjual barang sesuatu, yang diterimanya dengan itikad baik sebagai pembayaran yang tak diwajibkan, cukup memberikan kembali harganya. Jika ia dengan itikad baik telah memberikan barangnya dengan cuma-cuma kepada orang lain, maka tak usahlah ia mengembalikan sesuatu apa. 1364. Orang kepada siapa barangnya dikembalikan itu, diwajibkan, bahkan juga kepada seorang yang dengan itikad buruk telah memiliki barangnya, mengganti segala pengeluaran yang perlu, yang telah dilakukan guna keselamatan barangnya. Orang yang menguasai barang itu berhak memegangnya dalam penguasaannya sekian lama, hingga pengeluaran-pengeluaran tersebut telah diganti. 1365. Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu. mengganti kerugian tersebut. 1366. Setiap orang bertanggungjawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya. 1367. Seorang tidak saja bertanggungjawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan perbuatan orang-

orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya. Orang tua dan wali bertanggungjawab tentang kerugian yang disebabkan oleh anak-anak belum dewasa, yang tinggal pada mereka dan terhadap siapa mereka melakukan kekuasaan orang tua atau wali. Majikan-majikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka, adalah bertanggungjawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh pelayan-pelayan atau bawahan-bawahan mereka didalam melakukan pekerjan untuk mana orang-orang ini dipakainya. Guru-guru sekolah dan kepala-kepala tukang bertangggung jawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh murid-murid dan tukang-tukang mereka selama waktu orang-orang ini berada di bawah pengawasan mereka. Tanggung jawab yang disebutkan di atas berakhir, jika orang tua-orang tua, wali-wali, guru-guru sekolah dan kepala-kepala tukang itu membuktikan bahwa mereka tidak dapat mencegah perbuatan untuk mana mereka seharusnya bertanggungjawab itu. 1368. Pemilik seekor binatang, atau siapa yang memakainya, adalah, selama binatang itu dipakainya, bertanggungjawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh binatang tersebut, baik binatang itu ada di bawah pengawasannya, maupun tersesat atau terlepas dari pengawasannya. 1369. Pemilik sebuah gedung adalah bertanggungjawab tentang kerugian yang disebabkan ambruknya gedung itu untuk seluruhnya atau sebagian, jika ini terjadi karena kelalaian dalam pemeliharaannya, atau karena sesuatu cacat dalam pembangunan maupun tataannya. 1370. Dalam halnya suatu pembunuhan dengan sengaja atau karena kurang hati-hatinya seorang, maka suami atau istri yang ditinggalkan, anak atau orang tua si korban, yang lazimnya mendapat nafkah dari pekerjaan si korban, mempunyai hak menuntut suatu ganti-rugi, yang harus dinilai menurut kedudukan dan kekayaan kedua belah pihak, serta menurut keadaan. 1371. Penyebab luka atau cacatnya sesuatu anggota badan dengan sengaja atau karena kurang hati-hati memberikan hak kepada si korban untuk, selain

penggantian biaya-biaya penyembuhan, menuntut penggantian kerugian yang disebabkan oleh luka atau cacat tersebut. Juga, penggantian kerugian ini dinilai menurut kedudukan dan kemampuan kedua belah pihak, dan menurut keadaan. Ketentuan paling akhir ini pada umumnya berlaku dalam hal menilaikan kerugian, yang diterbitkan dari sesuatu kejahatan terhadap pribadi seorang. 1372. Tuntutan perdata tentang hal penghinaan adalah bertujuan mendapat penggantian kerugian serta pemulihan kehormatan dan nama baik. Dalam menilai satu dan lain, Hakim harus memperhatikan berat-ringannya penghinaan, begitu pula pangkat, kedudukan dan kemampuan kedua belah pihak, dan pada keadaan. 1373. Selan daripada itu, si terhina dapat menuntut supaya dalam putusan itu juga dinyatakan, bahwa perbuatan yang telah dilakukan adalah memfitnah atau menghina. Jika ia menuntut pernyataan, bahwa perbuatan yang telah dilakukan itu bersifat memfitnah, maka, berlakulah ketentuan-ketentuan dalam pasal 314 Kitab Undang-undang Hukum Pidana untuk penuntutan tentang memfitnah. Jika diminta, oleh si terhina, putusan akan ditempelkan di tempat umum, dengan sebegitu banyak lembar dan di tempat-tempat sebagaimana akan diperintahkan oleh Hakim, atas biaya si terhukum. 1374. Dengan tidak mengurangi kewajibannya untuk memberikan ganti-rugi, si tergugat dapat mencegah pengabulan tuntutan yang disebutkan dalam pasal yang lalu, dengan menawarkan dan sungguh-sungguh melakukan di muka umum di hadapan Hakim suatu pernyataan yang berbunyi bahwa ia menyesal akan perbuatan yang ia telah lakukan; bahwa ia meminta maaf karenanya, dan menganggap si terhina sebagai seorang yang terhormat. 1375. Tuntutan-tuntutan yang disebutkan dalam ketiga pasal yang lalu diberikan juga kepada suami atau istri, orang tua, kakek-nenek, anak dan cucu karena penghinaan yang dilakukan terhadap istri atau suami, anak, cucu, orang tua dan kakek-nenek mereka setelah orang-orang ini meninggal. 1376. Tuntutan perdata tentang penghinaan, tak dapat dikabulkan jika tidak

ternyata adanya maksud untuk menghina. Maksud untuk menghina itu tidak dianggap ada, jika si pembuat nyata-nyata telah berbuat untuk kepentingan umum atau untuk pembelaan darurat terhadap dirinya. 1377. Begitu pula tuntutan perdata itu tidak da pat dikabulkan, jika si terhina dengan suatu putusan Hakim yang telah memperoleh kekuatan mutlak telah dipersalahkan tentang melakukan perbuatan yang dituduhkan padanya itu. Tetapi barangsiapa yang nyata-nyata dengan maksud semata-mata untuk menghina, juga setelah kebenaran tuduhan ternyata dari suatu putusan yang memperoleh kekuatan mutlak atau dari sepucuk akta otentik, terus-menerus melancarkan penghinaan-penghinaan terhadap seorang, diwajibkan memberikan kepada orang tersebut penggantian kerugian yang dideritanya. 1378. Segala tuntutan, yang diatur dalam keenam pasal yang lalu, gugur dengan pembebasan yang dinyatakan dengan tegas atau secara diam-diam, jika, setelah terjadinya penghinaan dan diketahuinya oleh si terhina, oleh orang ini dilakukan perbuatan-perbuatan yang menyatakan tentang adanya perdamaian atau pengampunan, yang bertentangan dengan maksud untuk menuntut ganti-rugi atau pemulihan kehormatan. 1379. Hak untuk menuntut ganti-rugi sebagaimana disebutkan dalam pasal 1372, tidak hilang dengan meninggalnya orang yang menghina, maupun meninggalnya orang yang dihina. 1380. Tuntutan dalam perkara penghinaan gugur dengan lewatnya waktu satu tahun, terhitung mulai hari dilakukannya perbuatan dan diketahuinya perbuatan itu oleh si penggugat. BAB KE EMPAT Tentang hapusnya perikstan-perikatan 1381. Perikatan-perikatan hapus: karena pembayaran; karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan; karena pembaharuan utang; karena perjumpaan utang atau kompensasi;

karena percampuran utang; karena pembebasan utangnya; karena musnahnya barang yang terutang; karena kebatalan atau pembatalan. karena berlakunya suatu syarat batal, yang diatur dalam bab ke satu buku ini; karena liwatnya waktu, hal mana akan diatur dalam suatu bab tersendiri. BAGIAN KE SATU Tentang pembayaran 1382. Tiap-tiap perikatan dapat dipenuhi oleh utang. Suatu perikatan bahkan dapat dipenuhi juga oleh seorang pihak ke tiga, yang tidak mempunyai kepentingan, asal saja orang pihak ke tiga itu bertindak atas nama dan untuk melunasi utangnya si berutang, atau, jika, ia bertindak atas namanya sendiri, asal ia tidak menggantikan hak-hak si berpiutang. 1383. Suatu perikatan untuk berbuat sesuatu tak dapat dipenuhi oleh seorang pihak ketiga berlawanan dengan kemauan si berpiutang, jika si berpiutang ini mempunyai kepentingan supaya perbuatannya dilakukan sendiri oleh si berutang. 1384. Adalah perlu bahwa orang yang membayar itu pemilik mutlak barang yang dibayarkan dan juga berkuasa memindahtangankannya, agar pembayaran yang dilakukan itu sah. Meskipun demikian, pembayaran suatu jumlah uang atau suatu barang lain yang dapat dihabiskan, tak dapat diminta kembali dari seorang yang dengan itikad baik telah menghabiskan barang yang telah dibayarkan itu, sekalipun pembayaran itu telah dilakukan oleh orang yang bukan pemilik atau orang yang tak cakap mengasingkan barang tersebut. 1385. Pembayaran harus dilakukan kepada si berpiutang, atau kepada seorang yang dikuasakan olehnya, atau juga kepada seorang yang dikuasakan oleh Hakim atau oleh undang-undang untuk menerima pembayaran-pembayaran bagi si berpiutang. siapa saja yang berkepentingan, sepertinya seorang yang turut berutang atau seorang penanggung

Pembayaran yang dilakukan kepada seorang yang tidak berkuasa menerima bagi si berpiutang, adalah sah, sekadar si berpiutang telah menyetujuinya atau nyata-nyata telah mendapat manfaat karenanya. 1386. Pembayaran yang, dengan itikad baik, dilakukan kepada seorang yang memegang surat piutangnya, adalah sah, juga apabila surat piutang tersebut kemudian karena suatu penghukuman untuk menyerahkannya kepada orang lain, diambil dari penguasaan orang tersebut. 1387. Pembayaran yang dilakukan kepada si berpiutang, jika ia tidak cakap untuk menerimanya, adalah tidak sah, melainkan sekadar si berutang membuktikan bahwa si berpiutang sungguh-sungguh mendapat manfaat dari pembayaran itu. 1388. Pembayaran yang dilakukan oleh seorang berutang kepada orang yang mengutankan padanya, meskipun telah ada suatu penyitaan atau suatu perlawanan, adalah tak sah terhadap orang-orang berpiutang yang telah melakukan penyitaan atau perlawanan; orang-orang ini, berdasarkan haknya, dapat memaksa si berutang untuk membayar sekali lagi, dengan tidak mengurangi dalam hal yang demikian, hak si berutang untuk menagihnya kembali dari si berpiutang. 1389. Tiada seorang berpiutang dapat dipaksakan menerima sebagai pembayaran suatu barang lain daripada barang yang terutang, meskipun barang yang ditawarkan itu sama, bahkan lebih harganya. 1390. Tiada seorang berutang dapat memaksa orang yang mengutangkan padanya menerima pembayaran utangnya sebagian demi sebagian, meskipun utangnya itu dapat dibagi-bagi. 1391. Seorang yang berutang suatu barang pasti dan tertentu, dibebaskan jika ia memberikan barangnya dalam keadaan dimana barang itu berada sewaktu penyerahan, asal kekurangan-kekurangan yang mungkin terdapat pada barang tersebut, tidak disebabkan kesalahan atau kelalaiannya, maupun karena kesalahan atau kelalaian orang-orang yang menjadi tanggungannya, atau pun juga karena ia, sebelum timbulnya kekurangan-kekurangan itu telah lalai menyerahkan barang itu. 1392. Jika barang yang terutang hanya ditentukan jenisnya, maka untuk membebaskan diri dari utangnva, si berutang tidaklah diwajibkan memberikan barang dari jenis yang paling baik, tetapi tak cukuplah sebaliknya ia memberikan

barang dari jenis yang paling buruk. 1393. Pembayaran harus dilakukan di tempat yang ditetapkan dalam perjanjian; jika dalam perjanjian tidak ditetapkan suatu tempat, maka pembayaran yang mengenai suatu barang yang sudah ditentukan, harus terjadi di tempat dimana barang itu berada sewaktu perjanjiannya dibuat. Diluar kedua hal tersebut, pembayaran harus dilakukan di tempat tinggal si berpiutang, selama orang ini terus-menerus berdiam dalam keresidenan, dimana ia berdiam sewaktu perjanjian dibuat, dan didalam hal-hal lainnya di tempat tinggal si berutang. 1394. Mengenai pembayaran sewa rumah, sewa tanah, tunjangan tahunan untuk nafkah, bunga abadi atau bunga cagak hidup, bunga uang pinjaman, dan pada umumnya segala apa yang harus dibayar tiap tahun atau tiap waktu tertentu yang lebih pendek, maka dengan adanya tiga surat tanda pembayaran, dari mana ternyata pembayaran tiga angsuran berturut-turut, terbitlah suatu persangkaan bahwa angsuran-angsuran yang lebih dahulu telah dibayar lunas, melainkan jika dibuktikan sebaliknya. 1395. Biaya yang harus dikeluarkan untuk menyelenggarakan pembayaran, dipikul oleh si berutang. 1396. Seorang yang mempunyai berbagai utang adalah berhak, pada waktu melakukan pembayaran, untuk menyatakan utang yang mana hendak dibayarnya. 1397. Seorang yang mempunyai suatu utang untuk mana harus dibayarnya bunga, tak dapat, tanpa izin si berpiutang, menggunakan pembayaran yang ia lakukan untuk pelunasan uang pokok lebih dahulu dengan menunda pembayaran bunga. Pembayaran yang dilakukan untuk uang pokok dan bunga, tetapi tidak cukup untuk meltmasi seluruh utang, digunakan terlebih dahulu untuk melunasi bunga. 1398. Jika seorang yang mempunyai berbagai utang uang, menerima suatu tanda pembayaran, dimana si berpiutang telah menyatakan bahwa apa yang diterimanya itu ialah khusus untuk melunasi salah satu di antara utang-utang tersebut, maka tak dapat lagi si berutang menuntut supaya pembayaran itu dianggap

guna pelunasan suatu utang yang lain, kecuali jika dari pihaknya si berpiutang telah dilakukan penipuan atau si berutang dengan sengaja tidak diberi tahu tentang adanya pernyataan tersebut. 1399. Jika tanda pembayaran tidak menyebutkan untuk utang yang mana pembayaran dilakukan, maka pembayaran itu harus dianggap, untuk melunasi utang yang di antara utang-utang yang sama-sama dapat ditagih, si berutang pada waktu itu paling berkepentingan melunasinya, tetapi jika tidak semua piutang dapat ditagih, maka pembayaran harus dianggap untuk melunasi utang yang sudah dapat ditagih, lebih dahulu daripada utang-utang yang belum dapat ditagih, meskipun utang yang terdahulu tadi adalah kurang memberatkan daripada utang-utang yang lainnya. Jika utang-utang itu sama sifatnya, maka pelunasan harus dianggap berlaku untuk utang yang paling tua, tetapi jika utang-utang itu dalam segala-galanya sama, maka pelunasan harus dianggap berlaku untuk masing-masing utang menurut imbangan jumlah masing-masing Jika tiada suatu utang pun yang sudah dapat ditagih, maka penentuan pelunasan harus dilakukan seperti dalam hal utang-utang yang sudah dapat ditagih. 1400. Subrogasi atau penggantian hak-hak si berpiutang oleh seorang pihak ke tiga, yang membayar kepada si berpiutang itu, terjadi baik dengan persetujuan maupun demi undang-undang. 1401. Penggantian ini terjadi dengan persetujuan: 1. apabila si berpiutang, dengan menerima pembayaran itu dari seorang pihak ke tiga, menetapkan bahwa orang ini akan menggantikan hak-haknya, gugatan-gugatannya, hak-hak istimewanya dan hipotik-hipotik yang dipunyainya terhadap si berutang.. Subrogasi ini harus dinyatakan dengan tegas dan dilakukan tepat pada waktu pembayaran. 2. apabila si berutang meminjam sejumlah uang untuk melunasi utangnya, dan menetapkan bahwa orang yang meminjami uang, itu akan menggantikan hakhak si berpiutang maka, agar subrogasi ini sah, baik perjanjian pinjam uang maupun tanda pelunasan harus dibuat dengan akta otentik, dan dalam surat perjanjian

pinjam uangnya harus diterangkan bahwa uang itu dipinjam guna melunasi utang tersebut; sedangkan selanjutnya surat tanda pelunasannya harus menerangkan bahwa pembayaran dilakukan dengan uang yang untuk itu dipinjamkan oleh si berpiutang baru. Subrogasi ini dilaksanakan tanpa bantuan si berpiutang. 1402. Subrogasi terjadi demi undang-undang: 1. untuk seorang yang, sedang ia sendiri orang berpiutang, melunasi seorang berpiutang lain, yang berdasarkan hak-hak istimewanya atau hipotik, mempunyai suatu hak yang lebih tinggi; 2. untuk seorang pernbeli sesuatu benda tak bergerak, yang telah mernakai uang harga benda tersebut untuk melunasi orang-orang berpiutang, kepada siapa benda itu cliperikatkan dalam hipotik; 3. untuk seorang yang bersama-sama dengan orang lain, atau untuk orangorang lain, diwajibkan membayar suatu utang, berkepentingan untuk membayar suatu utang, berkepentingan untuk melunasi utang itu; 4. untuk seorang ahli waris yang, sedang ia menerima suatu warisan dengan hak istimewa untuk mengadakan pencatatan tentang keadaan harta peninggalan, telah membayar utang-utang warisan dengan uangnya sendiri. 1403. Subrogasi yang ditetapkan dalam pasal-pasal yang lalu, terjadi baik terhadap orang-orang penanggung utang maupun terhadap para berutang; subrogasi tersebut tidak dapat mengurangi hak-hak si berpiutang jika ia hanya menerima pembayaran sebagian; dalam hal ini ia dapat melaksanakan hak-haknya, mengenai apa yang masih harus dibayar kepadanya, lebih dahulu daripada orang dari siapa ia hanya menerima suatu pembayaran sebagian. BAGIAN KE DUA Tentang penawaran pembayaran tunai, diikuti oleh penyimpanan atau penitipan 1404. Jika si berpiutang menolak pembayaran, maka si berutang dapat melakukan penawaran pembayaran tunai apa yang diutangnya, dan, jika si berpiutang menolaknya, menitipkan uang atau barangnya kepada Pengadilan. Penawaran yang sedemikian, diikuti dengan penitipan, membebaskan si

berutang, dan berlaku baginya sebagai pembayaran, asal penawaran itu telah dilakukan dengan cara, menurut undang-undang; sedangkan apa yang dititipkan secara itu tetap atas tanggungan si berpiutang. 1405. Agar penawaran yang sedemikian itu sah, adalah perlu : 1. bahwa ia dilakukan kepada seorang berpiutang atau kepada seorang yang berkuasa menerimanya untuk dia; 2. bahwa ia dilakukan oleh seorang yang berkuasa membayar; 3. bahwa ia mengenai semua uang pokok dan bunga yang dapat ditagih, beserta biaya yang telah ditetapkan dan mengenai sejumlah uang untuk biaya yang belum ditetapkan, dengan tidak mengurangi penetapan terkemudian; 4. bahwa ketetapan waktu telah tiba, jika itu dibuat untuk kepentingan si berpiutang; 5. bahwa syarat dengan mana utang telah dibuat, telah terpenuhi; 6. bahwa penawaran dilakukan di tempat, dimana menurut perjanjian pembayaran harus dilakukan, dan jika tiada suatu perjanjian khusus mengenai itu, kepada si berpiutang pribadi atau di tempat tinggal yang sungguh-sungguh atau di tempat tinggal yang telah dipilihnya. 7. bahwa penawaran itu dilakukan oleh seorang notaris atau juru sita, kedua-duanya disertai dua orang saksi. 1406. Agar suatu penyimpanan sah, tidak diperlukan suatu penguasaan oleh Hakim; cukuplah: 1. bahwa penyimpanan itu didahului oleh suatu keterangan yang diberitahukan kepada si berpiutang, yang memuat penunjukan hari, jam dan tempat dimana barang yang ditawarkan akan disimpan; 2. bahwa si berutang telah melepaskan barang yang ditawarkan, dengan menitipkannya kepada kas penyimpanan atau penitipan di kepaniteraan Pengadilan, yang, jika ada perselisihan, akan mengadilinya, disertai dengan bunga sampai pada hari penitipan; 3. bahwa oleh notaris atau juru sita, kedua-duanya disertai dua orang saksi, dibuat sepucuk pemberitaan, yang menerangkan ujudnya mata uang yang ditawarkan, penolakan si berpiutang, atau bahwa ia tidak datang untuk

menerimanya, dan akhirnya tentang dilakukannya penyimpanannya sendiri; 4. bahwa jika si berpiutang tidak datang untuk menerimanya, pemberitaan penyimpanan itu diberitahukan kepadanya, dengan peringatan untuk mengambil apa yang telah dititipkan itu. 1407. Biaya yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan penawaran pembayaran tunai dan penyimpanan, harus dipikul oleh si berpiutang, jika perbuatan-perbuatan itu telah dilakukan menurut undang-undang. 1408. Selama apa yang dititipkan tidak diambil oleh si berpiutang, si berutang dapat mengambilnya kembali; dalam hal itu orang-orang yang turut berutang dan para penanggung utang tidak dibebaskan. 1409. Apabila si berutang sendiri sudah memperoleh suatu putusan Hakim yang telah memperoleh kekuatan mutlak, dan dengan putusan itu penawaran yang dilakukannya telah dinyatakan sah, ia tak dapat lagi mengambil kembali apa yang dititipkan, untuk kerugian teman-temannya berutang dan para penanggung utang, meskipun dengan izin si berpiutang. 1410. Para kawan berutang dan para penanggung utang dibebaskan juga, jika si berpiutang, semenjak hari pemberitahuan penyimpanan, telah melampaukan satu tahun, tanpa menyangkal sahnya penyimpanan itu. 1411. Si berpiutang yang telah mengizinkan barang yang dititipkan itu diambil kembali oleh si berutang setelah penitipan dikuatkan dengan putusan Hakim yang telah memperoleh kekuatan mutlak, tak dapat lagi, untuk mendapat pembayaran piutangnya, menggunakan hak-hak istimewanya atau hipotik-hipotik yang melekat pada piutang tersebut. 1412. Jika apa yang harus dibayarkan berupa sesuatu barang yang harus diserahkan di tempat dimana barang itu berada, maka si berutang harus memperingatkan si berpiutang dengan perantaraan Pengadilan supaya mengambilnya dengan sepucuk akta, yang harus diberitahukan kepada si berpiutang pribadi atau kepada alamat tempat tinggalnya, maupun kepada alamat tempat tinggal yang dipilih untuk pelaksanaan perjanjian. Jika peringatan ini telah dijalankan dan si berpiutang tidak mengambil barangnya maka si berutang dapat diizinkan oleh Hakim untuk menitipkan barang tersebut di suatu tempat lain.

BAGIAN KE TIGA Tentang pembaharuan utang 1413. Ada tiga macam jalan untuk melaksanakan pembaharuan utang: 1. apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru guna orang yang mengutangkan kepadanya, yang menggantikan utang yang lama, yang dihapuskan karenanya; 2. apabila seorang berutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang berutang lama, yang oleh si berpiutang dibebaskan dari perikatannya; 3. apabila, sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang berpiutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang berpiutang lama, terhadap siapa si berutang dibebaskan dari perikatannya. 1414. Pembaharuan utang hanya dapat terlaksana antara orang-orang yang cakap untuk mengadakan perikatan-perikatan. 1415. Tiada pembaharuan utang yang dipersangkakan, kehendak seorang untuk mengadakannya harus dengan tegas ternyata dari perbuatannya. 1416. Pembaharuan utang dengan penunjukan seorang berutang baru untuk mengganti yang lama, dapat dijalankan tanpa bantuan orang berutang yang pertama. 1417. Delegasi atau pemindahan, dengan mana seorang berutang memberikan kepada orang yang mengutangkan padanya seorang berutang baru mengikatkan dirinya kepada si berpiutang, tidak menerbitkan suatu pembaharuan utang, jika si berpiutang tidak secara tegas menyatakan bahwa ia bermaksud membebaskan orang berutang yang melakukan pemindahan itu, dari perikatannya. 1418. Si berpiutang yang. membebaskan si berutang yang telah melakukan pemindahan, tak dapat menuntut orang tersebut, jika orang yang ditunjuk untuk menggantikan itu jatuh dalam keadaan pailit atau nyata-nyata tak mampu, terkecuali jika hak penuntutan itu dengan tegas dipertahankan dalam perjanjian, atau jika orang berutang yang ditunjuk sebagai pengganti itu pada saat pemindahan telah nyata-nyata bangkrut, atau telah berada dalam keadaan terus-menerus merosot kekayaannya. 1419. Si berutang yang, secara pemindahan, telah mengikatkan dirinya kepada seorang berpiutang baru, dan dengan demikian telah dibebaskan terhadap si

berpiutang lama, tak dapat terhadap si berpiutang baru memajukan tangkisantangkisan, yang sebenarnya ia dapat majukan terhadap si berpiutang lama, meskipun ini tidak diketahuinya sewaktu membuat perikatan baru, namun itu dengan tidak mengurangi, dalam hal yang terakhir tadi, hak untuk menuntut si berpiutang lama. 1420. Dengan hanya adanya si berutang menunjuk seorang lain yang harus membayar untuk dia, tidak diterbitkan suatu pembaharuan utang. Hal yang sama berlaku terhadap hanya adanya si berpiutang menunjuk seorang lain, yang diwajibkan menerima untuk dia. 1421. Hak-hak istimewa dan hipotik-hipotik yang melekat pada piutang lama. tidak berpinclah pada piutang baru menggantikannya, kecuali kalau hal itu secara tegas dipertahankan oleh si berpiutang. 1422. Apabila pembaharuan utang diterbitkan dengan penunjukan seorang berutang baru yang menggantikan orang berutang lama, maka hak-hak istimewa dan hipotik-hipotik yang dari semula mengikuti piutang, tidak berpindah atas barang-barang si berutang baru. 1423. Apabila pembaharuan utang terjadi antara si berpiutang dan salah satu dari orang-orang yang berutang secara tanggung-menanggung maka hak-hak istimewa dan hipotik-hipotik tidak dapat dipertahankan, selain atas. benda-benda orang yang membuat perikatan baru itu. 1424. Karena adanya suatu pembaharuan utang antara si berpiutang dan salah satu dari orang-orang yang berutang secara tanggung-menanggung, maka orang-orang lainnya yang turut berutang dibebaskan dari perikatannya. Pembaharuan utang yang dilakukan terhadap si berutang utama membebaskan para penanggung utang Jika meskipun demikian, dalam hal yang pertama, berpiutang telah menuntut orang-orang lainnya yang turut berutang, atau dalam hal yang kedua, telah menuntut para penanggung utang supaya mereka turut serta pada perjanjian baru, dan orang-orang itu menolak, maka perikatan utang lama tetap berlaku. BAGIAN KE EMPAT Tentang kompensasi atau perjumpaan utang

1425. Jika dua orang saling berutang satu pada yang lain, maka terjadilah antara mereka suatu perumpaan, dengan mana utang-utang antara kedua orang tersebut dihapuskan, dengan cara dan dalam hal-hal yang akan disebutkan sesudah ini. 1426. Perjumpaan terjadi demi hukum, bahkan dengan tidak setahunya orang-orang yang berutang, dan kedua utang itu yang satu menghapuskan yang lain dan sebaliknya, pada saat utang-utang itu bersama-sama ada, bertimbal-balik untuk suatu jumlah yang sama. 1427. Perjumpaan hanyalah terjadi antara dua asang yang kedua-duanya berpokok sejumlah uang, atau sesuatu jumlah barang yang dapat dihabiskan, dari jenis yang sama, dan yang kedua-duanya dapat ditetapkan serta ditagih seketika. Penyerahan-penyerahan bahan makanan, gandum, dan lain-lain hasil pertanian, yang tidak dibantah, dan harganya dapat ditetapkan menurut catatan harga atau lain-lain keterangan yang lazim dipakai di Indonesia, dapat dijumpakan dengan jumlah-jumlah uang yang telah ditetapkan dan seketika dapat di tagih. 1428. Suatu penundaan pembayaran yang diberikan kepada seorang tidak menghalangi suatu perjumpaan. 1429. Perjumpaan terjadi, dengan tidak dibedakan dari sumber apa utangpiutang antara kedua belah pihak itu dilahirkan, terkecuali : 1. apabila dituntutnya pengembalian suatu barang yang secara berlawanan dengan hukum dirampas dari pemiliknya; 2. apabila dituntutnya pengembalian barang sesuatu yang dititipkan atau dipinjamkan; 3. terhadap suatu utang yang bersumber pada tunjangan nafkah yang telah dinyatakan tak dapat disita. 1430. Seorang penanggung utang boleh menjumpakan apa yang si berpiutang wajib membayar kepada si berutang utama, tetapi si berutang utama tak diperkenankan menjumpakan apa yang si berpiutang wajib membayar kepada si penanggung utang. Si berutang dalam perikatan tanggung-menanggung juga tidak diperbolehkan menjumpakan apa yang si berpiutang wajib membayar kepada

temannya berutang. 1431. Seorang berutang yang secara murni dan sederhana telah menyetujui pemindahan hak-hak yang dilakukan oleh si berpiutang kepada seorang pihak ke tiga, tak lagi diperbolehkan terhadap pihak ke tiga untuk siapa permindahan hakhak itu telah dilakukan, menggunakan suatu perjumpaan yang sedianya dapat dimajukannya kepada si berpiutang sebelum pemindahan tersebut. Pemindahan hak-hak yang tidak disetujui oleh si berutang, tetapi telah diberitahukan kepadanya, hanyalah menghalangi perjumpaan utang-utang yang terbit sesudah pemberitahuan tersebut. 1432. Jika utang-utang dari kedua belah pihak tidak harus dibayar di tempat yang sama, maka utang-utang itu tidak dapat diperjumpakan, selain dengan penggantian biaya pengiriman. 1433. Jika terdapat berbagai utang yang dapat diperjumpakan dan harus ditagih dari satu orang maka dalam hal melakukan perjumpaan, harus diturut peraturan-peraturan yang ditulis dalam pasal 1399. 1434. Perjumpaan tidak dapat terjadi atas kerugian hak-hak yang diperoleh seorang pihak ke tiga. Dengan demikian maka tak dapatlah seorang yang sebagai orang berutang menjadi orang berpiutang, setelah oleh satu pihak ke tiga ditaruh penyitaan atas barang yang harus dibayarkan, menggunakan perjumpaan utang untuk kerugian si penyita. 1435. Seorang yang telah membayar suatu utang, yang telah dihapuskan demi hukum karena perjumpaan, pada waktu menagih suatu piutang yang tidak telah diperjumpakan, tak lagi dapat menggunakan hak-hak istimewa dan hipotikhipotik yang melekat pada piutang ini untuk kerugian orang-orang pihak ke tiga, kecuali jika ada suatu alasan yang sah yang menyebabkan ia tidak tahu tentang adanya piutang tersebut yang seharusnya dijumpakan dengan utangnya. BAGIAN KE LIMA Tentang percampuran utang 1436. Apabila kedudukan-kedudukan sebagai yang berpiutang dan orang berutang berkumpul pada satu orang, maka terjadilah demi hukum suatu

percampuran utang, dengan mana piutang dihapuskan. 1437. Percampuran utang yang terjadi pada diri si berutang utama, berlaku juga untuk keuntungan para penanggung utangnya. Percampuran yang terjadi pada dirinya si penanggung utang, tak sekali-kali mengakibatkan hapusnya utang pokok. Percampuran yang terjadi pada dirinya salah satu dari orang-orang yang berutang secara tanggung-menanggung, tidak berlaku untuk keuntungan temantemannya berutang secara tanggung-menanggung hingga melebihi bagiannya dalam utang yang ia sendiri menjadi orang berutang. BAGIAN KE ENAM Tentang pembebasan utang 1438. Pembebasan sesuatu utang tidak dipersangkakan, tetapi harus dibuktikan. 1439. Pengembalian sepucuk tanda piutang asli secara suka rela, oleh si berpiutang kepada si berutang, merupakan suatu bukti tentang pembebasan utangnya, bahkan terhadap orang-orang lain yang turut berutang secara tanggungmenanggung. 1440. Pembebasan suatu utang atau penglepasan menurut perjanjian untuk kepentingan salah seorang kawan berutang secara tanggung-menanggung, membebaskan semua orang berutang yang lainnya, kecuali jika si berpiutang dengan tegas telah menyatakan hendak mempertahankan hak-haknya terhadap orang-orang yang tersebut belakangan tadi dalam hal mana ia tak dapat menagih utangnya selain setelah dipotong bagian orang yang telah dibebaskan olehnya. 1441. Pengembalian barang yang diberikan dalam gadai tidaklah cukup dijadikan persangkaan tentang pembebasan utangnya. 1442. Pembebasan sesuatu utang atau pelepasan menurut perjanjian, yang diberikan kepada si berutang utama, membebaskan para penanggung utang. Pembebasan yang diberikan membebaskan si berutang utama. Pembebasan yang diberikan kepada salah seorang penanggung utang, tidak membebaskan para penanggung lainnya. kepada si penanggung utang, tidak

1443. Apa yang si berpiutang telah terima dari seorang penanggung utang sebagai pelunasan penanggungannya, harus dianggap telah dibayarkan untuk mengurangi utangnya, dan harus digunakan untuk pelunasan si berutang utama dan para penanggung lainnya. BAGIAN KE TUJUH Tentang musnahnya barang yang terutang 1444. Jika barang tertentu yang menjadi bahan perjanjian, musnah, tak lagi dapat diperdagangkan, atau hilang, sedemikian hingga sama sekali tak diketahui apakah barang itu masih ada, maka hapuslah perikatannya, asal barang itu musnah atau hilang diluar salahnya si berutang, dan sebelum ia lalai menyerahkannya. Bahkan meskipun si berutang lalai menyerahkan sesuatu barang sedangkan ia tidak telah menanggung terhadap kejadian-kejadian yang tak terduga, perikatan hapus jika barangnya akan musnah secara yang sama di tangan si berpiutang, seandainya sudah diserahkan kepadanya. Si berutang diwajibkan membuktikan kejadian yang tak terduga, yang dimajukan itu. Dengan cara bagaimanapun sesuatu barang, yang telah dicuri, musnah atau hilang, hilangnya barang ini tidak sekali-kali membebaskan orang yang mencuri barang dari kewajibannya untuk mengganti harganya. 1445. Jika barang yang terutang, diluar salahnya si berutang musnah, tak lagi dapat diperdagangkan, atau hilang, maka si berutang, jika ia mempunyai hakhak atau tuntutan-tuntutan ganti rugi mengenai barang tersebut, diwajibkan memberikan hak-hak dan tuntutan-tuntutan tersebut kepada orang yang mengutangkan padanya. BAGIAN KE DELAPAN Tentang kebatalan dan pembatalan perikatan-perikatan 1446. Semua perikatan yang dibuat oleh orang-orang belum dewasa atau orang-orang yang ditaruh di bawah pengampuan, adalah batal demi hukum, dan atas penuntutan yang dimajukan oleh atau dari pihak mereka, harus dinyatakan batal, semata-mata atas dasar kebelumdewasaan atau pengampuannya. Perikatan-perikatan yang dibuat oleh orang-orang perempuan yang bersuami

dan oleh orang-orang belum dewasa yang telah mendapat suatu pernyataan persamaan dengan orang dewasa, hanyalah batal demi hukum, sekadar perikatanperikatan tersebut melampaui kekuasaan mereka. 1447. Ketentuan dalam pasal yang.lalu tidak berlaku terhadap perikatanperikatan yang diterbitkan dari suatu kejahatan atau pelanggaran, atau dari suatu perbuatan yang telah menerbitkan kerugian bagi seorang lain. Begitu juga kebelumdewasaan tidak dapat dimajukan terhadap perikatanperikatan yang dibuat oleh orang-orang belum dewasa dalam perjanjian perkawinan dengan mengindahkan pasal 151, atau dalam perjanjian-perjanjian perburuhan dengan mengingat pasal 1601g, atau perjanjian-perjanjian perburuhan terhadap mana berlaku pasal 1601 h. 1448. Jika acara-acara yang ditentukan untuk sahnya sementara perbuatan, untuk manfaat orang-orang belum dewasa dan orang-orang yang ditaruh di bawah pengampuan, telah terpenuhi, atau orang yang melakukan kekuasaan orang tua, wali, atau pengampu telah melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak melampaui batas-batas kekuasaannya, maka mengenai perbuatan-perbuatan tersebut, orangorang belum dewasa dan orang-orang yang ditaruh di bawah pengampuan itu dianggap seolah-olah mereka sendiri telah melakukan perbuatan-perbuatan itu setelah mereka menjadi dewasa atau tidak lagi berada di bawah pengampuan, dengan tidak mengurangi hak mereka untuk menuntut orang yang melakukan kekuasaan orang tua, si wali atau si pengampu, apabila ada alasan untuk itu. 1449. Perikatan-perikatan yang dibuat dengan paksaan, kekhilafan atau penipuan, menerbitkan suatu tuntutan untuk membatalkannya. 1450. Dengan alasan dirugikan, orang-orang dewasa dan juga orang-orang belum dewasa, apabila mereka ini dianggap sebagai orang dewasa, hanyalah dapat menuntut pembatalan perikatan-perikatan yang telah mereka perbuat, dalam hal-hal khusus yang ditetapkan dengan undang-undang. 1451. Pernyataan batalnya perikatan-perikatan berdasarkan ketidakcakapan orang-orang yang disebutkan dalam pasal 1330, berakibat bahwa barang dan orangorangnya dipulihkan dalam keadaan sebelum perikatan dibuat, dengan pengertian bahwa segala apa yang telah diberikan atau dibayarkan kepada orang-orang yang

tidak berkuasa, sebagai akibat perikatan, hanya dapat dituntut kembali, sekadar barangnya masih berada di tangan orang yang tidak berkuasa itu, atau sekadar ternyata bahwa orang ini telah mendapat manfaat dari apa yang diberikan atau dibayarkan, atau bahwa apa yang dinikmati telah dipakai atau berguna bagi kepentingannya. 1452. Pemyataan batal berdasarkan paksaan, kekhilafan atau penipuan, juga berakibat bahwa barang dan orang-orangnya dipulihkan dalam keadaan sewaktu sebelum perikatan dibuat. 1453. Dalam hal-hal yang diatur dalam pasal-pasal 1446 dan 1449, orang terhadap siapa tuntutan untuk pernyataan batal itu dikabulkan, selain itu diwajibkan pula mengganti biaya, kerugian dan bunga, jika ada alasan untuk itu. 1454. Dalam semua hal, dimana suatu tuntutan untuk pemyataan batalnya suatu perikatan tidak dibatasi dengan suatu ketentuan undang-undang khusus hingga suatu waktu yang lebih pendek, waktu itu adalah lima tahun. Waktu tersebut mulai berlaku: dalam halnya kebelumdewasaan, sejak hari kedewasaan; dalam halnya pengampuan, sejak hari pencabutan pengampuan; dalam halnya paksaan, sejak hari paksaan itu telah berhenti; dalam halnya kekhilafan atau penipuan, sejak hari diketahuinya kekhilafan atau penipuan itu; dalam halnya perbuatan seorang perempuan yang bersuami, yang dilakukan tanpa kuasa si suami, sejak hari pembubaran perkawinan; dalam halnya kebatalan, yang dimaksud dalam pasal 1341, sejak hari diketahuinya, bahwa kesadaran yang diperlukan untuk kebatalan itu ada. Waktu yang disebutkan di atas ini, yang ditetapkan untuk memajukan tuntutan, tidaklah berlaku terhadap kebatalan yang dimajukan selaku pembelaan atau tangkisan, yang mana selalu dapat dikemukakan. 1455. Barang siapa mengira bahwa ia dapat menuntut pembatalan suatu perikatan atas dasar berbagai alasan, diwajibkan memajukan alasan-alasan itu sekaligus, atas ancaman ditolaknya alasan-alasan yang dimajukan terkemudian, kecuali apabila alasan-alasan yang dimajukan terkemudian itu, karena salahnya

pihak lawan tidak dapat diketahui lebih dahulu. 1456. Tuntutan untuk pernyataan batal gugur, jika orang belum dewasa, orang yang ditaruh di bawah pengampuan, perempuan yang bersuami yang bertindak tanpa bantuan suaminya, atau orang yang dapat memajukan adanya paksaan, kekhilafan atau penipuan, secara tegas atau secara diam-diam telah menguatkan perikatannya setelah ia menjadi dewasa, setelah penghapusan pengampuannya, setelah pembubaran perkawinannya, setelah paksaan berhenti, atau setelah diketahuinya tentang adanya kekhilafan atau penipuan. BAB KE LIMA Tentang jual-beli BAGIAN KE SATU Ketentuan-ketentuan umum 1457. Jual-beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. 1458. Jual-beli itu dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum diserahkan, maupun harganya belum dibayar. 1459. Hak milik atas barang yang dijual tidaklah berpindah kepada si pembeli, selama penyerahannya belum dilakukan menurut pasal 612, 613 dan 616. 1460. Jika kebendaan yang dijual itu berupa suatu barang yang sudah ditentukan, maka barang ini sejak saat pembelian adalah atas tanggungan si pembeli, meskipun penyerahannya belum dilakukan, dan si penjual berhak menuntut harganya. 1461. Jika barang-barang tidak dijual menurut tumpukan, tetapi menurut berat, jumlah atau ukuran, maka barang-barang itu tetap atas tanggungan si penjual hingga barang-barang ditimbang, dihitung atau diukur. 1462. Jika sebaliknya barang-barangnya dijual menurut tumpukan, maka barang-barang itu adalah atas tanggungan si pembeli, meskipun belum ditimbang, dihitung atau diukur.

1463. Jual-beli yang dilakukan dengan percobaan, atau mengenai barangbarang yang biasanya dicoba terlebih dahulu, selalu dianggap telah dibuat dengan suatu syarat tangguh. 1464. Jika pembelian dibuat dengan memberi uang panjar tak dapatlah salah satu pihak meniadakan pembelian itu dengan menyuruh memiliki atau mengembalikan uang panjarnya. 1465. Harga beli harus ditetapkan oleh kedua belah pihak. Harga beli namun itu dapat diserahkan kepada perkiraan seorang pihak ke tiga., Jika pihak ke tiga ini tidak suka atau tidak mampu membuat perkiraan tersebut, maka tidaklah terjadi suatu pembelian. 1466. Biaya akta-akta jual-beli dan lain-lain biaya tambahan dipikul oleh si pembeli, jika tidak telah diperjanjikan sebaliknya. 1467. Antara suami-istri tak boleh terjadi jual-beli, kecuali dalam ke tiga hal berikut: 1e. jika seorang suami atau seorang istri menyerahkan benda-benda kepada istri atau kepada suaminya, dari siapa ia oleh Pengadilan telah dipisahkan, untuk memenuhi apa yang menjadi haknya istri atau suaminya itu menurut hukum; 2e. jika penyerahan yang dilakukan oleh seorang suami kepada istrinya, juga dari siapa ia tidak dipisahkan, berdasarkan pada suatu alasan yang sah, misalnya untuk mengembalikan benda-benda si istri yang telah dijual, atau uang yang menjadi kepunyaan si istri, demikian itu jika benda-benda atau uang tersebut dikecualikan dari persatuan; 3e. jika si istri menyerahkan barang-barang kepada suaminya untuk melunasi suatu jumlah uang, yang ia telah janjikan kepada suaminya sebagai harta perkawinan, sekadar benda-benda itu dikecualikan dari persatuan. Dengan tidak mengurangi namun itu dalam ke tiga hal ini, hak-hak para ahli waris pihak-pihak yang melakukan perbuatan, apabila salah satu pihak dengan cara demikian telah memperoleh suatu keuntungan secara tak langsung. 1468. Para Hakim, jaksa, panitera, advokat, pengacara, juru sita dan notaris tidak diperbolehkan karena penyerahan menjadi pemilik hak-hak dan tuntutan-

tuntutan yang menjadi pokok perkara-perkara yang sedang bergantung pada Pengadilan Negeri yang dalam wilayah mereka melakukan pekerjaan mereka atas ancaman kebatalan, serta penggantian biaya, rugi dan bunga. 1469. Pegawai-pegawai yang memangku suatu jabatan umum tidak diperbolehkan, atas ancaman yang sama, membeli untuk dirinya sendiri atau untuk orang-orang perantara, barang-barang yang dijual oleh atau di hadapan mereka. Sekadar mengenai benda-benda bergerak, Presiden berkuasa, untuk kepentingan umum, jika dianggapnya perlu, membebaskan pegawai-pegawai tersebut dari larangan tersebut di muka. Demikian pula Presiden, dalam hal-hal istimewa, tetapi hanya untuk kepentingan para penjual, boleh memberikan izin kepada pegawai-pegawai yang dimaksudkan dalam pasal ini, untuk membeli benda-benda tak bergerak, yang dijual di hadapan mereka. 1470. Begitu pula tidak diperbolehkan menjadi pembeli pada penjualan di bawah tangan, atas ancaman yang sama, baik pembelian itu dilakukan oleh mereka sendiri maupun oleh orang-orang perantara: kuasa-kuasa mengenai barang-barang yang mereka dikuasakan menjualnya, pengurus-pengurus, mengenai benda-benda milik Negara dan milik badan-badan umum, yang dipercayakan kepada pemeliharaan dan pengurusan mereka. Namun itu adalah terserah kepada Presiden untuk memberikan kebebasan dari larangan itu kepada pengurus-pengurus umum. Segala wali dapat membeli benda-benda tak bergerak kepunyaan anak-anak yang berada di bawah perwalian mereka, dengan cara yang ditetapkan dalam pasal 399. 1471. Jual-beli barang orang lain adalah batal, dan dapat memberikan dasar untuk penggantian biaya, kerugian dan bunga, jika si pembeli tidak telah mengetahui bahwa barang itu kepunyaan orang lain. 1472. Jika pada saat penjualan, barang yang dijual sama sekali telah musnah, maka pembelian adalah batal. Jika hanya sebagian saja yang musnah, maka si pembeli adalah leluasa

untuk meniadakan pembelian atau menuntut bagian yang masih ada, serta menyuruh menetapkan harganya menurut penilaian yang seimbang. BAGIAN KE DUA Tentang kewajiban-kewajiban si penjual 1473. Si penjual diwajibkan menyatakan dengan segas untuk apa ia mengikatkan dirinya; segala janji yang tidak terang dan dapat diberikan berbagai pengertian, harus ditafsirkan untuk kerugiannya. 1474. Ia mempunyai dua kewajiban utama, yaitu menyerahkan barangnya dan menanggungnya. 1475. Penyerahan ialah suatu pemindahan barang yang telah dijual kedalam kekuasaan dan kepunyaan si pembeli. 1476. Biaya penyerahan dipikul oleh si penjual, sedangkan biaya pengambilan dipikul oleh si pembeli, jika tidak telah diperjanjikan sebaliknya. 1477. Penyerahan harus terjadi di tempat dimana barang yang terjual berada pada waktu penjualan, jika tentang itu tidak telah diadakan persetujuan lain. 1478. Si penjual tidak diwajibkan menyerahkan barangnya, jika si pembeli belum membayar harga si penjual tidak telah mengizinkan penundaan pembayaran kepadanya. 1479. Dicabut 1480. Jika penyerahan karena kelalaian si penjual tidak dapat dilaksanakan, maka si pembeli dapat menuntut pembatalan pembelian, menurut ketentuanketentuan pasal 1266 dan 1267. 1481. Barangnya harus diserahkan dalam keadaan dimana barang itu berada pada waktu penjualan. Sejak waktu itu segala hasil menjadi kepunyaan si pembeli. 1482. Kewajiban menyerahkan suatu barang meliputi segala sesuatu yang menjadi perlengkapannya serta dimaksudkan bagi pemakaiannya yang tetap, beserta surat-surat bukti milik, jika ada. 1483. Si penjual diwajibkan menyerahkan barang yang dijual seutuhnya, sebagaimana dinyatakan dalam perjanjian, dengan perubahan-perubahan seperti yang berikut.

1484. Jika penjualan sebuah benda tak bergerak terjadi dengan penyebutan luasnya atau isinya, dengan ditentukan suatu harga menurut ukurannya, maka si penjual diwajibkan menyerahkan jumlah yang dinyatakan dalam persetujuan; dan jika ia tak mampu melakukannya, atau si pembeli tidak menuntutnya, maka si penjual harus bersedia menerima suatu pengurangan harga menurut imbangan. 1485. Jika sebaliknya dalam hal yang disebutkan dalam pasal yang lalu, bendanya tak bergerak ada lebih luas daripida apa yang dinyatakan dalmn perjanjian, maka si pembeli dapat memilih apakah ia akan menambah harganya menurut imbangan atau apakah ia akan meniadakan pembelian, demikian itu jikalau kelebihannya ada seperduapuluh dari luasnya yang dinyatakan dalam perjanjian. 1486. Dalmn hal-hal lain, baik jika yang dijual suatu benda tertentu, maupun jika penjualan itu mengenai pekarangan-pekarangan yang terbatas dan terpisah satu sama lain, atau lagi jika penjualan mengenai benda, baik yang dari semula disebutkan ukurannya, maupun yang keterangan tentang ukurannya menyusuli, maka penyebutan ukuran itu tidak memberikan alasan bagi si penjual untuk menambah harga untuk apa yang melebihi ukuran, bagitu pula tidak memberikan alasan bagi si pembeli untak mengurangi harga untuk kekurangannya, selain apabila selisih antara ukuran yang sebenarnya dan ukuran yang dinyatakan dalam perjanjian ada berjumlah seper dua puluh lebih atau seper dua puluh kurang, dihitung menurut harga seluruhnya dari benda-benda yang dijual, kecuali jika dijanjikan sebaliknya. 1487. Jika menurut pasal yang lalu ada alasan untuk menaikkan harga untuk selebihnya dari ukuran, maka si pembeli boleh memilih, apakah ia akan meniadakan pembelian atau membayar harga yang telah dinaikkan, dan demikian itu dengan pembayaran bunga dalam halnya ia telah memegang bendanya tak bergerak. 1488. Dalam semua hal dimana si pembeli berhak meniadakan pembelian, si penjual diwajibkan, selainnya mengembalikan harga barang, jika itu telah diterimanya, juga mengembalikan biaya, yang telah dikeluarkan untuk melakukan pembelian dan menyerahan, sekadar si pembeli menurut perjanjian telah membayarnya. 1489. Tuntutan untuk diberikan penambahan uang harga dari pihak si

penjual, dan untuk diberikan pengurangan uang harga atau pembatalan pembelian, dari pihak si pembeli harus dimajukan dalam waktu satu tahun, terhitung mulai hari dilakukannya penyerahan, jika tidak, maka tuntutan-tuntutan itu akan gugur. 1490. Jika dua bidang pekarangan dijual bersama-sama dalam satu persetujuan dengan satu harga, dengan penyebutan tentang luasnya masing-masing, dan ternyata satu ada lebih, sedangkan yang lainnya ada kurang luasnya, maka selisih ini dihapuskan dengan cara perjumpaan sampai jumlah yang diperlukan dan tuntutan untuk mendapat penambahan atau untuk mendapat pengurangan tidaklah terjadi lebih lanjut selain menurut aturan-aturan yang ditentukan di atas. 1491. Penanggungan yang menjadi kewajiban si penjual terhadap si pembeli, adalah untuk menjamin dua hal, yaitu pertama penguasaan benda yang dijual secara aman dan tenteram, kedua terhadap adanya cacat-cacat barang tersebut yang tersembunyi, atau yang sedemikian rupa hingga menerbitkan alasan untuk pembatalan pembeliannya. 1492. Meskipun pada waktu penjualan dilakukan tiada dibuat janji tentang penanggungan, namun si penjual adalah demi hukum diwajibkan menanggung si pembeli terhadap suatu penghukuman untuk menyerahkan seluruh atau sebagian benda yang dijual kepada seorang pihak ke tiga, atau terhadap beban-beban yang menurut keterangan seorang pihak ke tiga dimilikinya atas benda tersebut dan yang tidak diberitahukan sewaktu pembelian dilakukan. 1493. Kedua belah pihak diperbolehkan dengan persetujuan-persetujuan istimewa, memperluas atau mengurangi kewajiban yang ditetapkan oleh undangundang ini; bahkan mereka itu diperbolehkan mengadakan perjanjian bahwa si penjual tidak akan diwajibkan menanggung sesuatu apa pun. 1494. Meskipun telah diperjanjikan bahwa si penjual tidak akan menanggung suatu apapun, namun ia tetap bertanggung jawab tentang apa yang berupa akibat dari sesuatu perbuatan yang dilakukan olehnya, segala perjanjian yang bertentangan dengan ini adalah batal. 1495. Si penjual, dalam hal adanya janji yang sama, jika terjadi suatu penghukuman untuk menyerahkan barang yang dijual kepada seorang lain, diwajibkan mengembalikan harga pembelian, kecuali apabila si pembeli pada waktu

pembelian

dilakukan,

mengetahui

tentang

adanya

penghukuman

untuk

menyerahkan barang yang dibelinya, atau jika ia telah membeli barangnya dengan pernyataan akan memikul sendiri untung-ruginya. 1496. Jika dijanjikan penanggungan, atau jika tentang itu tiada perjanjian suatu apa, maka si pembeli berhak dalam halnya suatu penghukuman untuk menyerahkan barang yang dibelinya kepada seorang lain, menuntut kembali dari si penjual. 1e. pengembalian uang harga pembelian, 2e. pengembalian hasil-hasil jika ia diwajibkan menyerahkan hasil-hasil itu kepada si pemilik yang melakukan penuntutan penyerahan; 3e. biaya yang dikeluarkan berhubung dengan gugatan si pembeli untuk ditanggung, begitu pula biaya yang telah dikeluarkan oleh si penggugat asal; 4e. penggantian biaya, kerugian dan bunga, beserta biaya perkara mengenai pembelian dan penyerahannya, sekadar itu telah dibayar oleh si pembeli. 1497. Jika pada waktu dijatuhkannya hukuman untuk menyerahkan barangnya kepada seorang lain, ternyata bahwa barang yang dijual telah merosot harganya atau sangat rusak, baik hal-hal itu disebabkan kelalaian si pembeli, maupun karena keadaan memaksa, maka si penjual namun itu diwajibkan mengembalikan uang harga seutuhnya. Tetapi, jika si pembeli telah mendapat manfaat karena kerugian yang disebabkan olehnya, maka si penjual berhak mengurangi uang harga dengan suatu jumlah yang sama dengan keuntungan tersebut. 1498. Jika ternyata bahwa barang yang dijual pada waktu dijatuhkannya hukuman untuk menyerahkannya kepada seorang lain, telah bertambah harganya, meskipun tanpa suatu perbuatan si pembeli, maka si penjual diwajibkan membayar kepada si pembeli apa yang melebihi harga pembelian itu. 1499. Si penjual diwajibkan mengembalikan kepada si pembeli, atau menyuruh mengembalikan oleh orang yang memajukan tuntutan penyerahan barang, segala apa yang telah dikeluarkan oleh si pembeli untuk pembetulan dan perbaikan yang perlu pada barangnya. Jika si penjual dengan itikad buruk telah menjual barang milik orang lain,

maka ia diwajibkan mengembalikan kepada si pembeli segala biaya yang telah dikeluarkan, bahkan juga biaya yang dikeluarkan untuk barangnya, semata-mata untuk perhiasan atau kesenangan. 1500. Jika yang harus diserahkan hanya sebagian dari barangnya, sedangkan bagian itu, dalam hubungan dengan keseluruhannya, adalah sedemikian pentingnya, hingga si pembeli, seandainya bagian itu tidak ada, takkan membeli barangnya, maka ia dapat meminta pembatalan pembeliannya, asal ia memajukan tuntutannya untuk itu dalam satu tahun setelah hari putusan tentang penghukuman menyerahkan barangnya itu memperoleh kekuatan mutlak. 1501. Apabila, dalam hal adanya penghukuman menyerahkan sebagian dari barang yang dijual, pembelian tidak dibatalkan, si pembeli harus diberikan ganti rugi untuk bagian yang harus diserahkan, menurut harga taksiran sewaktu ia diharuskan menyerahkan sebagian dari barangnya itu, tetapi tidak menurut imbangan terhadap seluruh harga pembelian, baik barangnya yang dijual telah naik maupun telah turun harganya. 1502. Jika ternyata bahwa benda yang dijual dibebani dengan pengabdianpengabdian tanah, dengan tidak diberitahukannya hal itu kepada si pembeli, atau dengan tidak dapat diketahuinya hal itu oleh si pembeli, sedangkan pengabdianpengabdian tanah itu sedemikian pentingnya, hingga dapat disangka bahwa si pembeli tidak akan melakukan pembelian jika hal itu telah diketahuinya, maka dapatlah ia menuntut pembatalan pembelian, kecuali jika ia memilih menerima suatu ganti rugi. 1503. Penanggungan terhadap penghukuman menyerahkan barangnya kepada seorang lain, berhenti jika si pembeli telah membiarkan dirinya dihukum menurut suatu putusan Hakim yang telah memperoleh kekuatan mutlak, dengan tidak memanggil si penjual, sedangkan pihak ini membuktikan bahwa alasan-alasan cukup untuk menolak gugatannya. 1504. Si penjual diwajibkan menanggung terhadap cacat tersembunyi pada barang yang dijual, yang membuat barang itu tak sanggup untuk pemakaian yang dimaksud, atau yang demikian mengurangi pemakaian itu sehingga, seandainya si pembeli mengetahui cacat itu, ia sama sekali tidak akan membeli barangnya, atau

tidak akan membelinya selain dengan harga yang kurang. 1505. Si penjual tidaklah diwajibkan menanggung terhadap cacat yang kelihatan, yang dapat diketahui sendiri oleh si pembeli. 1506. Ia diwajibkan menanggung terhadap cacat yang tersembunyi, meskipun ia sendiri tidak mengetahui adanya cacat itu, kecuali jika ia, dalam hal yang demikian, telah meminta diperjanjikan bahwa ia tidak diwajibkan menanggung sesuatu apa pun. 1507. Dalam hal-hal yang disebutkan dalam pasal 1504 dan 1506, si pembeli dapat memilih apakah ia akan mengembalikan barangnya sambil menuntut kembali harga pembeliannya, atau apakah ia akan tetap memiliki barangnya sambil menuntut pengembalian sebagian harta, sebagaimana akan ditentukan oleh Hakim, setelah mendengar ahli-ahli tentang itu. 1508. Jika si penjual telah mengetahui cacat-cacatnya barang, maka selain diwajibkan mengembalikan harga pembelian yang telah diterimanya, ia juga diwajibkan mengganti segala biaya, kerugian dan bunga kepada si pembeli. 1509. Jika si penjual tidak telah mengetahui cacat-cacatnya barang maka ia hanya diwajibkan mengembalikan harga pembelian, dan mengganti kepada si pembeli biaya yang telah dikeluarkan untuk penyelenggaraan pembelian dan penyerahan, sekadar itu telah dibayar oleh si pembeli. 1510. Jika barang yang dijual, yang mengandung cacat-cacat tersembunyi, musnah disebabkan cacat-cacat itu, maka kerugiannya dipikul oleh si penjual, yang terhadap si pembeli diwajibkan mengembalikan uang harga pembelian dan mengganti segala kerugian lainnya yang disebutkan dalam kedua pasal yang lalu; tetap kerugian yang disebabkan kejadian yang tak disengaja, harus dipikul oleh si pembeli. 1511. Tuntutan yang didasarkan pada cacat-cacat yang dapat menyebabkan pembatalan pembelian harus oleh si pembeli dimajukan dalam suatu waktu yang pendek, menurut sifat cacat itu, dan dengan mengindahkan kebiasaan-kebiasaan dari tempat mana perjanjian pembelian dibuat. 1512. Tuntutan ini tidak diberikan dalam hal penjualan-penjualan yang dilakukan atas kuasa Hakim.

BAGIAN KE TIGA Tentang kewajiban si pembeli 1513. Kewajiban utama si pembeli ialah membayar pembelian, pada waktu dan di tempat sebagaimana ditetapkan menurut perjanjian. 1514. Jika pada waktu membuat perjanjian tidak ditetapkan tentang itu, si pembeli harus membayar di tempat dan pada waktu dimana penyerahan harus dilakukan 1515. Si pembeli, biarpun tidak ada suatu janji tegas, diwajibkan membayar bunga dari harga pembelian, jika barang yang dijual dan diserahkan memberi hasil atau lain pendapatan. 1516. Jika si pembeli, dalam penguasaannya, diganggu oleh suatu tuntutan hukum yang berdasarkan hipotik atau suatu tuntutan untuk meminta kembali barangnya, atau jika si pembeli mempunyai suatu alasan yang patut untuk berkhawatir bahwa ia akan diganggu dalam penguasaannya, maka ia dapat menangguhkan pembayaran harga pembelian, hingga si penjual telah menghentikan gangguan tersebut, kecuali jika si penjual memilih memberikan jaminan, atau jika telah diperjanjikan bahwa si pembeli diwajibkan membayar biarpun segala gangguan. 1517. Jika si pembeli tidak membayar harga pembelian, si penjual dapat menuntut pembatalan pembelian, menurut ketentuan-ketentuan pasal 1266 dan 1267. 1518. Meskipun demikian, dalam hal penjualan barang-barang dagangan dan barang-barang perabot rumah, pembatalan pembelian, untuk keperluan si penjual, akan terjadi demi hukum dan tanpa peringatan, setelah lewatnya waktu yang ditentukan untuk mengambil barang yang dijual. BAGIAN KE EMPAT Tentang hak membeli kembali 1519. Kekuasaan untuk membeli kembali barang yang telah dijual diterbitkan dari suatu janji, dimana si penjual diberikan hak untuk mengambil kembali barang yang dijualnya, dengan mengembalikan harga pembelian asal, dengan disertai penggantian yang disebutkan dalam pasal 1532.

1520. Hak membeli kembali tidak boleh diperjanjikan untuk suatu waktu yang lebih lama dari lima tahun. Jika hak tersebut diperjanjikan untuk suatu waktu yang lebih lama, maka waktu itu diperpendek sampai lima tahun itu. 1521. Jangka waktu yang ditentukan harus diartikan secara mutlak, ia tak boleh diperpanjang oleh Hakim, dan apabila si penjual lalai memajukan tuntutannya untuk membeli kembali didalam tenggang yang telah ditetapkan, maka tetaplah si pembeli sebagai pemilik barang yang dibeli. 1522. Jangka waktu ini berjalan untuk kerugian tiap orang, bahkan untuk kerugian orang-orang yang belum dewasa, dengan tidak mengurangi hak mereka untuk menuntut penggantian kepada orang yang bersangkutan, jika ada alasan untuk itu. 1523. Si penjual suatu benda tak bergerak yang telah meminta diperjanjikannya kekuasaan untuk membeli kembali barang yang dijual, boleh menggunakan haknya terhadap seorang pembeli ke dua, meskipun dalam perjanjian kedua itu tidak disebutkan tentang janji tersebut. 1524. Barangsiapa membeli dengan janji beli kembali, menggantikan segala hak-hak dari penjualnya; ia dapat menggunakan daluwarsa baik terhadap si pemilik sejati, maupun terhadap siapa yang mengira mempunyai hak-hak hipotik atau lainlain hak atas barang yang dijual. 1525. Terhadap orang-orang berpiutangnya si penjual ia dapat menggunakan hak istimewa untuk menuntut supaya terhadap si penjual itu lebih dahulu diadakan penyitaan kekayaannya untuk melunasi utang-utangnya. 1526. Jika seorang yang dengan janji beli kembali telah membeli suatu bagian yang belum terbagi dalam suatu benda tak bergerak, setelah terhadapnya dimajukan suatu gugatan untuk pemisahan dan pembagian, menjadi pembeli dari seluruh benda tersebut, maka ia dapat mewajibkan si penjual untuk mengoper seluruh benda tersebut manakala orang ini hendak menggunakan haknya membeli kembali. 1527. Jika berbagai orang bersama-sama dan dalam satu perjanjian telah menjual suatu benda yang menjadi hak mereka bersama, maka masing-masing di

antara mereka hanyalah dapat menggunakan haknya membeli kembali sekadar mengenai suatu jumlah sebesar bagiannya. 1528. Hal yang sama terjadi apabila seoraog yang sendirian telah menjual suatu benda, meninggalkan berbagai orang ahli waris. Masing-masing di antara para ahli waris ini hanyalah boleh menggunakan hak membeli kembali untuk suatu jumlah sebesar bagiannya. 1529. Tetapi, dalam hal yang termaksud dalam kedua pasal yang lalu, si pembeli dapat menuntut supaya semua orang yang turut menjual atau semua orang yang turut menjadi ahli waris dipanggil agar mereka bermufakat tentang pembelian kembali bendanya seluruhnya, dan jika mereka tidak mencapai sepakat, maka tuntutan membeli kembali harus ditolak. 1530. Jika penjualan suatu barang kepunyaan berbagai orang, tidak dilakukan oleh sekalian mereka bersama dan untuk seluruhnya, tetapi masingmasing dari mereka itu telah menjual sendiri-sendiri apa yang menjadi bagiannya, maka masing-masing dari mereka sendiri-sendiri dapat menggunakan haknya membeli kembali terhadap bagian yang menjadi haknya; dan si pembeli tidak boleh memaksa siapa yang menggunakan haknya secara demikian, untuk mengoper barangnya seluruhnya. 1531. Jika si pembeli meninggalkan beberapa orang ahli waris, maka hak membeli kembali tidak dapat dipergunakan terhadap masing-masing dari mereka selain untuk sejumlah sebesar bagiannya, baik dalam halnya harta peninggalan yang belum dibagi, maupun dalam halnya harta peninggalan itu sudah dibagi di antara para ahli waris. Tetapi jika harta peninggalan telah dibagi, dan barang yang dijual itu jatuh pada salah seorang maka tuntutan untuk membeli kembali dapat ditujukan untuk seluruhnya kepada orang ini. 1532. Si penjual yang menggunakan janji membeli kembali tidak saja diwajibkan mengembalikan seluruh harga pembelian asal, tetapi juga diwajibkan mengganti semua biaya menurut hukum yang telah dikeluarkan untuk menyelenggarakan pembelian serta penyerahannya, begitu pula biaya yang perlu untuk pembetulan-pembetulan, dan biaya yang menyebabkan barangnya yang dijual

bertambah harganya, sejumlah tambahnya ini. Ia tidak dapat memperoleh penguasaan atas barang yang dibeli kembali, selain setelah memenuhi segala kewajiban ini. Apabila si penjual, sebagai akibat janji beli kembali, memperoleh kembali barangnya, maka barang itu harus diserahkan kepadanya bebas dari semua beban dan hipotik yang diletakkan oleh si pembeli di atasnya; ia namun itu diwajibkan menetapi perjanjian-perjanjian sewa yang dengan itikad baik ialah dibuat oleh si pembeli. BAGIAN KE LIMA Ketentuan-ketentuan khusus mengenai jual-beli piutang dan lain-lain hak tak bertubuh 1533. Penjualan suatu piutang meliputi segala sesuatu yang melekat padanya, sepertinya penanggungan-penanggungan, hak istimewa dan hipotikhipotik. 1534. Barangsiapa menjual suatu piutang atau suatu hak tak bertubuh lainnya, harus menanggung bahwa hak-hak itu benar dan sewaktu diserahkannya biarpun penjualan dilakukan tanpa janji penanggungan. 1535. Ia tidak bertanggung jawab tentang cukup mampunya si berutang, kecuali jika ia telah mengikatkan dirinya untuk itu, dan hanya untuk jumlah harga pembelian, yang telah diterimanya untuk piutangnya. 1536. Jika ia telah berjanji untuk menanggung terhadap cukup mampunya si berutang, maka janji ini harus diartikan sebagai mengenai kemampuannya sekarang, dan tidak mengenai keadaan di kemudian hari, kecuali jika dengan tegas dijanjikan sebaliknya. 1537. Barangsiapa menjual suatu warisan dengan tidak diterangkan barang demi barang, tidaklah diwajibkan menanggung selain hanya terhadap kedudukannya sebagai ahli waris. 1538. Jika ia telah menikmati hasil-hasilnya sesuatu benda atau telah menerima suatu jumlah sebesar sesuatu piutang yang termasuk warisan tersebut, atau lagi telah menjual beberapa benda dari harta peninggalan itu, maka ia diwajibkan menggantinya, jika tidak dengan tegas telah diperjanjikan lain.

1539. Sebaliknya si pembeli diwajibkan mengganti kepada si penjual segala sesuatu yang oleh orang ini telah dikeluarkan untuk membayar utang-utang dan beban-beban warisan, lagi pula untuk memenuhi kepada si penjual apa yang si penjual ini dapat menagih selaku orang yang memegang sesuatu piutang terhadap warisan. 1540. Apabila sebelum penyerahan suatu piutang yang telah dijual, orangnya yang berutang membayar utangnya kepada si penjual, maka itu cukuplah untuk membebaskan si berutang. BAB KE ENAM Tentang tukar-menukar 1541. Tukat-menukar ialah suatu perjanjian, dengan mana kedua belah pihak mengikatkan dirinya untuk saling memberikan suatu barang secara bertimbal-balik, sebagai gantinya suatu barang lain. 1542. Segala apa yang dapat dijual, dapat pula menjadi bahan tukar-menukar. 1543. Jika pihak yang satu telah menerima barang yang ditukarkan kepadanya, dan kemudian ia membuktikan bahwa pihak yang lain bukan pemilik barang tersebut, maka tak dapatlah ia dipaksa menyerahkan barang yang ia telah janjikan dari pihaknya sendiri, melainkan hanya untuk mengembalikan barang yang telah diterimanya. 1544. Siapa yang karena suatu penghukuman untuk menyerahkan barangnya kepada seorang lain, telah terpaksa melepaskan barang yang diterimanya dalam tukar-menukar, dapat memilih apakah ia akan menuntut panggantian biaya, rugi dan bunga dari pihak lawannya ataukah ia akan menuntut pengembalian barang yang ia telah berikan. 1545. Jika suatu barang tertentu, yang telah dijanjikan untuk ditukar, musnah diluar salah pemiliknya, maka perjanjian dianggap sebagai gugur, dan siapa yang dari pihaknya telah memenuhi perjanjian, dapat menuntut kembali barang yang ia telah berikan dalam tukar-menukar. 1546. Untuk selainnya aturan-aturan tentang perjanjian jual-beli berlaku terhadap perjanjian tukar-menukar.

BAB KE TUJUH Tentang sewa-menyewa BAGIAN KE SATU Ketentuan Umum 1547. Dihapuskan. 1548. Sewa-menyewa ialah suatu pcrjanjian denan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari sesuatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran sesuatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itti disanggupi pembayarannya. 1549. Dihapuskan. Semua jenis barang, baik yang tak bergerak, baik yang bergerak dapat disewakan. BAGIAN KE DUA Tentang aturan-aturan yang sama-sama berlaku terhadap penyewaan rumah dan penyewaan tanah 1550. Pihak yang menyewakan diwajibkan karena sifat perjanjian, dan dengan tak perlu adanya sesuatu janji untuk itu : 1e. menyerahkan barang yang disewakan kepada si penyewa; 2e. memelibara barang yang disewakan sedemikian, hingga barang itu dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan; 3c. memberikan si penyewa kenikmatan yang tenteram daripada barang yang disewakan selama berlangsungnya sewa. 1551. Pihak yang menyewakan diwajibkan mesyemhkan barang yang disewakan dalam keadaan terpelihara segala-galanya. Ia harus selama waktu sewa menyuruh melakukan pembetulan-pembetulan pada barang yang disewakan yang perlu dilakukan, terkecuali pembetulanpembetulan yang menjadi kewajiban si penyewa. 1552. Pihak yang menyewakan harus menanggung si penyewa terhadap semua cacat dari barang yang disewakan, yang merintangi pemakaian barang itu, biarpun pihak yang menyewakan itu sendiri tidak mengetahuinya pada waktu dibuatnya perjanjian sewa.

Jika cacat-cacat itu telah mengakibatkan sesuatu kerugian bagi si penyewa, maka kepadanya pihak yang menyewakan diwajibkan memberikan ganti rugi. 1553. Jika selama waktu sewa, barang yang disewakan sama sekali musnah karena suatu kejadian yang tak disengaja, maka perjanjian sewa gugur demi hukum. Jika barangnya hanya sebagian musnah, si penyewa dapat memilih, menurut keadaan, apakah ia akan meminta pengurangan harga sewa, ataukah ia akan meminta bahkan pembatalan perjanjian sewanya, tetapi tidak dalam satu dari kedua hal itu pun ia berhak atas suatu ganti rugi. 1554. Pihak yang menyewakan tidak diperkenankan selama waktu sewa mengubah ujud maupun tataan barang yang disewakan. 1555. Jika, selama waktu sewa, pada barang yang disewakan terpaksa diadakan pembetulan-pembetulan, yang tidak dapat menunggu sampai berakhirnya sewa, maka si penyewa harus menerimanya, betapa pun kesusahan yang disebabkannya, dan meskipun ia selama dilakukannya pembetulan-pembetulan itu terpaksa kehilangan sebagian dari barang yang disewakan. Tetapi, jika pembetulan-pembetulan ini berlangsung lebih lama dari empat puluh hari, maka harga sewa harus dikurangi menurut imbangan waktu dan bahagian dari barang yang disewakan yang tidak dapat dipakai oleh si penyewa. Jika pembetulan-pembetulan sedemikian sifatnya, hingga barang yang disewakan, yang perlu ditempati oleh si penyewa dan keluarganya, tak dapat didiami, maka si penyewa dapat memutuskan sewanya. 1556. Pihak yang menyewakan tidaklah diwajibkan menjamin si penyewa terhadap rintangan-rintangan dalam kenikmatannya, yang dilakukan oleh orangorang pihak ke tiga dengan peristiwa-peristiwa dengan tidak memajukan sesuatu hak atas barang yang disewa; dengan tidak mengurangi hak si penyewa untuk menuntut sendiri orang itu. 1557. Jika sebaliknya si penyewa diganggu dakam kenikmatannya, disebabkan karena suatu tuntutan hukum yang bersangkutan dengan hak milik atas barangnya, maka ia berhak menuntut suatu pengurangan harga sewa menurut imbangan, asal tentang gangguan atau rintangan itu telah diberitahukan secara sah kepada si pemilik.

1558. Jika orang-orang yang telah melakukan peristiwa-peristiwa, memajukan bahwa mereka mempunyai sesuatu hak atas barang yang disewakan, atau jika si penyewa sendiri digugat untuk mengosongkan seluruh atau sebagian dari barangnya yang disewa, atau untuk menerima pelaksanaan sementara pengabdian pekarangan, maka ia diwajibkan memberitahukan tentang; itu kepada pihak yang menyewakan, dan ia dapat memanggil pihak tersebut untuk penanggungan. Bahkan bolehlah ia menuntut supaya ia dikeluarkan sebagai pihak dalam perkara, asal ia menunjuk orangnya untuk siapa ia menguasai barangnya. 1559. Si penyewa, jika kepadanya tidak telah diperizinkan, tidak diperbolehkan mengulang-sewakan barang, yang disewanya, maupun melepaskan sewanya kepada seorang lain, atas ancaman pembatalan perjanjian sewa dan penggantian biaya, rugi dan bunga, sedangkan pihak yang menyewakan, setelah pembatalan itu, tidak diwajibkan mentaati perjanjiannya ulang sewa. Jika yang disewa itu berupa sebuah rumah, yang didiami sendiri oleh si penyewa, maka dapatlah ia atas tanggung jawab sendiri, menyewakan sebagian kepada orang lain, jika kekuasaan itu tidak telah dilarang dalam perjanjiannya. 1560. Si penyewa harus menepati dua kewajiban utama: 1e. untuk memakai barang yang disewa sebagai seorang bapak rumah yang baik, sesuai dengan tujuan yang diberikan pada barang itu menurut perjanjian sewanya, atau jika tidak ada suatu perjanjian mengenai itu, menurut tujuan yang dipersangkakan berhubung dengan keadaan; 2c. untuk membayar harga sewa pada waktu-waktu yang telah ditentukan. 1561. Jika si penyewa memakai barang yang disewa untuk suatu keperluan lain dari yang menjadi tujuannya, atau untuk suatu keperluan sedemikian rupa hingga dapat menerbitkan suatu kerugian kepada pihak yang menyewakan, maka pihak ini, menurut keadaan, dapat meminta pembatalan sewanya. 1562. Jika antara pihak yang menyewakan dan pihak yang menyewa telah dibuat suatu pratelan tentang barang yang disewakan, maka pihak yang belakangan ini diwajibkan mengembalikan barangnya dalam keadaan dimana barang itu diterimanya menurut pratelan tersebut; dengan kekecualian apa yang telah musnah

atau berkurang harganya sebagai akibat dari tuanya barang atau dari kejadiankejadian yang tak disengaja yang tidak dapat dihindarkan. 1563. Jika tidak dibuat suatu pratelan, maka si penyewa, mengenai pemeliharaan, yang menjadi beban para penyewa, dianggap telah menerima barang yang disewa dalam keadaan yang baik, kecuali jika dibuktikan sebaliknya dan ia harus mengembalikan barangnya dalam keadaan yang sama. 1564. Si penyewa bertanggung jawab untuk segala kerusakan yang diterbitkan pada barang yang disewa selama waktu sewa, kecuali jika ia membuktikan bahwa kerusakan itu terjadi diluar salahnya. 1565. Ia namun itu tidak bertanggung jawab untuk kebakaran, kecuali jika pihak yang menyewakan membuktikan bahwa kebakaran itu disebabkan kesalahan si penyewa. 1566. Si penyewa adalah bertanggungjawab untuk segala kerusakan dan kerugian yang diterbitkan pada barang yang disewa, oleh kawan-kawannya serumah atau oleh mereka kepada siapa ia telah mengoperkan sewanya. 1567. Si penyewa diperbolehkan, pada waktu mengosongkan barang yang disewa, membongkar dan membawa segala apa yang ia dengan biaya sendiri telah menyuruh membuat pada barang yang disewa, asal pembongkaran dan pembawaan itu dilakukan dengan tidak merusakkan barang yang disewa. 1568. Dihapuskan. 1569. Jika terjadi perselisihan tentang harga suatu penyewaan, yang dibuat dengan lisan, yang sudah dijalankan, dan tidak terdapat suatu tanda pembayaran, maka pihak yang menyewakan harus dipercaya atas sumpahnya, kecuali apabila si penyewa memilih untuk menyuruh menaksir harga sewanya oleh orang-orang ahli. 1570. Jika sewa dibuat dengan tulisan, maka sewa itu berakhir demi hukum, apabila waktu yang ditentukan telah lampau, tanpa diperlukannya sesuatu pemberhentian untuk itu. 1571. Jika sewa tidak dibuat dengan tulisan, maka sewa itu tidak berakhir pada waktu yang ditentukan, melainkan jika pihak lain bahwa ia hendak menghentikan sewanya, dengan mengindahkan tenggang-tenggang waktu yang diharuskan menurut kebiasaan setempat.

1572. Jika pihak yang satu telah memberitahukan kepada pihak yang lainnya bahwa ia hendak menghentikan sewanya, maka si penyewa, meskipun ia tetap menikmati barangnya, tidak dapat memajukan tentang adanya suatu penyewaan ulang secara diam-diam. 1573. Jika, setelah berakhirnya suatu penyewaan yang dibuat dengan tulisan, si penyewa tetap menguasai barang yang disewa dan dibiarkan menguasainya, maka terjadilah dengan itu suatu sewa baru, yang akibat-akibatnya diatur dalam pasal-pasal yang mengenai penyewaan-penyewaan dengan lisan. 1574. Dalam halnya kedua pasal yang lalu, penanggungan utang yang dibuat untuk sewanya, tidak meliputi kewajiban-kewajiban yang terbit dari perpanjangan sewa. 1575. Perjanjian sewa tidak sekali-kali hapus dengan meninggalnya pihak yang menyewakan, maupun dengan meninggalnya pihak yang menyewa. 1576. Dengan dijualnya barang yang disewa, suatu persewaan yang dibuat sebelumnya, tidaklah diputuskan kecuali apabila ini telah diperjanjikan pada waktu menyewakan barang. Jika ada suatu perjanjian yang demikian, si penyewa tidak berhak menuntut suatu ganti rugi apabila tidak ada suatu janji yang tegas, tetapi jika ada suatu janji seperti tersebut belakangan ini, ia tidak diwajibkan mengosongkan barang yang disewa, selama ganti rugi yang terutang belum dilunasi. 1577. Si pembeli dengan janji membeli kembali, tidak dapat menggunakan kekuasaannya untuk memaksa si penyewa mengosongkan barang yang disewa, sebelum ia dengan lewatnya tenggang waktu yang ditentukan untuk pembelian kembali, menjadi pemilik mutlak. 1578. Seorang pembeli yang hendak menggunakan kekuasaan yang diperjanjikan dalam perjanjian sewa, untuk, jika barangnya dijual, memaksa si penyewa mengosongkan barang yang disewa, diwajibkan memperingatkan si penyewa sekian lama sebelumnya, sebagaimana diharuskan oleh adat kebiasaan setempat mengenai pemberhentian-pemberhentian sewa. Dalam hal sewa tanah, peringatan tersebut harus paling sedikit satu tahun sebelum pengosongan.

1579. Pihak yang menyewakan tidak dapat menghentikan sewa dengan menyatakan hendak memakai sendiri barang yang disewakan, kecuali jika telah diperjanjikan sebaliknya. 1580. Jika dalam perjanjian sewa telah disetujui bahwa pihak yang menyewakan akan mempunyai kekuasaan memakai sendiri rumah atau tanah yang disewakan, maka ia diwajibkan sebelum itu memberitahukan tentang kehendaknya untuk menghentikan sewanya sebegitu lama sebelumnya, sebagaimana ditetapkan dalam pasal 1578. BAGIAN KE TIGA Tentang aturan-aturan yang khusus berlaku bagi sewa rumah dan perabot rumah 1581. Si penyewa yang tidak memperlengkapi sebuah rumah yang disewa, dengan perabot rumah secukupnya, dapat dipaksa untuk mengosongkan rumah itu, kecuali apabila ia memberikan cukup jaminan untuk pembayaran uang sewa. 1582. Seorang penyewa kedua tidaklah berwajib membayar kepada si pemilik lebih dari jumlah harga sewa dari penyewaan kedua, yang ia pada waktu dilakukannya suatu penyitaan, berutang pada si penyewa pertama, dan dengan tak diperbolehkan ia memajukan pembayaran-pembayaran yang dilakukan sebelumnya, kecuali jika pembayaran-pembayaran itu telah dilakukan menurut suatu janji yang dinyatakan dalam dia punya perjanjian sewa, atau menurut kebiasaan-kebiasaan setempat. 1583. Pembetulan-pembetulan kecil dan sehari-hari dipukul oleh si penyewa. Jika tidak ada perjanjian, maka dianggap sebagai demikian pembetulanpembetulan pada lemari-lemari toko, tutupan jendela, kunci-kunci dalam, kaca-kaca jendela, baik didalam maupun diluar rumah dan segala sesuatu yang dianggap termasuk itu, menurut kebiasaan setempat. Meskipun demikian, pembetulan-pembetulan tersebut harus dipikul oleh pihak yang menyewakan, apabila pembetulan-pembetulan itu terpaksa dilakukan karena keadaan rusak dari barang yang disewa atau karena keadaan memaksa. 1584. Menjaga kebersihan sumur-sumur, kolam-kolam hujan, dan

tandas-tandas dibebankan kepada pihak yang menyewakan, jika tidak telah dijanjikan sebaliknya. Menjaga kebersihan pipa-pipa asap, jika tidak ada suatu janji, dibebankan kepada pihak yang menyewa. 1585. Sewa mebel untuk memperlengkapi sebuah rumah seluruhnya, sebuah tempat kediaman seluruhnya, sebuah toko, atau suatu ruangan lainnya, harus dianggap telah dibuat untuk lamanya, sebagaimana rumah-rumah tempat-tempat kediaman, toko-toko atau ruangan-ruangan selalu disewakan menurut kebiasaan setempat. 1586. Penyewaan kamar-kamar yang diperlengkapi dengan mebel harus dianggap telah dilakukan milik tahunan, apabila dibuat atas pembayaran sejumlah uang tiap tahun; untuk bulanan, apabila dibuat atas pembayaran sejumlah uang tiap bulan; untuk harian, apabila dibuat atas pembayaran sejumlah uang tiap hari. Jika tidak ternyata bahwa penyewaan dibuat atas sejumlah uang tiap tahun, tiap bulan, atau tiap hari, maka penyewaan dianggap telah dibuat menurut kebiasaan setempat. 1587. Jika si penyewa sebuah rumah atau ruangan, setelah berakhirnya waktu sewa, yang ditentukan dalam suatu perjanjian tertulis, tetap menguasai barang yang disewa, sedangkan pihak yang menyewakan tidak melawannya, maka dianggaplah si penyewa itu tetap memegang barang yang disewakan atas dasar syarat-syarat yang sama, untuk waktu yang ditentukan oleh kebiasaan setempat, dan tak dapatlah ia meninggalkan barang yang disewa, maupun dikeluarkan dari situ, melainkan sesudahnya suatu pemberitahuan tentang penghentian sewa, yang dilakukan menurut kebiasaan setempat. BAGIAN KE EMPAT Tentang aturan-aturan yang khusus berlaku bagi sewa tanah 1588. Jika didalam suatu perjanjian sewa tanah disebutkan suatu keluasan yang kurang atau yang lebih daripada keluasan yang sungguh-sungguh, maka hal itu tidaklah menjadi alasan untuk menambah atau mengurangi harga sewa, melainkan hanya dalam hal-hal dan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum

dalam bab kelima dari buku ini. 1589. Jika si penyewa tanah tidak melengkapi taman yang diperlukan untuk penggembalaan atau tanah itu dengan hewan-hewan atau perkakas-perkakas penanaman; jika ia berhenti melakukan penggembalaan atau penanaman, atau dalam hal itu tidak berlaku sebagai seorang bapak rumah yang baik; jika ia memakai barang yang disewa untuk suatu tujuan lain dari tujuan yang dimaksudkan; atau, pada umumnya, jika ia tidak memenuhi janji-janji yang dibuat dalam perjanjian sewa, dan karena itu diterbitkan sesuatu kerugian bagi pihak yang menyewakan, maka pihak ini adalah berhak untuk, menurut keadaan, menuntut pembatalan sewa, disertai penggantian biaya, kerugian dan bunga. 1590. Semua penyewa tanah diwajibkan menyimpan hasil-hasil tanahnya didalam tempat, penyimpanan yang telah disediakan untuk itu. 1591. Si penyewa tanah diwajibkan, atas ancaman penggantian biaya kerugian dan bunga, melaporkan kepada si pemilik tentang segala peristiwa yang dilakukan didalam pekarangan-pekarangan yang disewa. Pemberitahuan ini harus dilakukan didalam tenggang yang sama sebagaimana ditentukan antara waktu gugatan dan hari menghadapnya di muka sidang Pengadilan, menurut jaraknya tempat-tempat. 1592. Jika dalam suatu sewa untuk beberapa tahun, selama waktu sewa, seluruh atau separuh penghasilan setahun telah hilang karena kejadian-kejadian yang tak dapat dihindarkan, maka si penyewa dapat menuntut suatu pengurangan uang sewa, kecuali jika ia telah memperoleh penggantian kerugian karena penghasilan tahun-tahun yang lalu. Jika ia tidak telah mendapat penggantian kerugian, maka perkiraan tentang pengurangan uang sewa tidak dapat dilakukan selainnya pada waktu berakhirnya sewa, apabila kenikmatan dari semua tahun telah diperjumpakan satu sama lain. Hakim namun itu dapat mengizinkan si penyewa untuk sementara waktu, menahan sebagian dari uang sewa, menurut kerugian yang telah diderita. 1593. Jika sewa hanya dilakukan untuk satu tahun, sedangkan penghasilan telah hilang seluruhnya atau separuh, maka si penyewa dibebaskan dari pembayaran seluruh jumlah harga sewa atau sebagian harga sewa menurut imbangan.

Apabila kerugiannya kurang dari separuh, maka ia tidak berhak atas sesuatu pengurangan . 1594. Si penyewa tidak dapat diberikan pengurangan apabila kerugian penghasilan itu diderita setelah penghasilan ini dipisahkan dari tanah, kecuali jika dalam perjanjian sewa bagi si pemilik harus memikul bagiannya dalam kerugian, asal si penyewa tidak lalai menyerahkan kepada si pemilik bagiannya dari penghasilan. Begitu pula si penyewa tidak dapat menuntut sesuatu pengurangan, jika, hal yang menyebabkan kejadian sudah ada dan sudah diketahui sewaktu perjanjian sewa dibuat. 1595. Dengan suatu janji yang dinyatakan dengan tegas si penyewa dapat dipertanggungjawabkan tentang kejadian-kejadian yang tak dapat diduga. 1596. Janji yang sedemikian namun itu hanya dianggap dibuat untuk kejadian-kejadian biasa yang tak dapat diduga, sepertinya: peletusan gunung, gempa bumi, kemarau yang terlalu lama, hama-hama yang merusak penghasilan, kilat atau rontoknya bunga dari pohon sebelum waktunya. Janji tersebut di atas tidak meliputi kejadian-kejadian luar biasa, sepertinya: kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh peperangan atau kebanjiran yang tidak biasa menimpa negeri ini; kecuali jika si penyewa telah menyanggupi untuk memikul akibat dari semua kejadian, baik yang dapat diduga maupun yang tak dapat diduga. 1597. Sewa tanah, yang dibuat dengan tidak memakai tulisan, dihitung telah dibuat untuk sekian lama waktu, sebagaimana dibutuhkan oleh si penyewa untuk mengumpulkan semua hasil dari tanah yang disewa. Demikianlah maka sewa sebidang padang rumput, sebidang kebun buahbuahan, dan semua tanah lain yang hasilnya dikumpulkan seluruhnya didalam waktu satu tahun, dihitung sebagai dibuat untuk satu tahun. Sewa tanah pertanian, yang ditanami berganti-ganti dengan bermacammacam tanaman, dianggap sebagai dibuat untuk sekian tahun, menurut adanya macam tanaman. 1598. Jika setelah berakhirnya suatu sewa yang dibuat tertulis, si penyewa

tetap menguasai barangnya, dan dibiarkan menguasainya, maka akibat-akibat sewa yang baru diatur dalam pasal yang lalu. 1599. Si penyewa yang sewanya berakhir dan orang yang menggantinya, diwajibkan bantu-membantu sedemikian rupa hingga memudahkan keluarnya yang satu dan masuknya yang lain, baik yang mengenai penanaman untuk tahun yang akan datang, maupun yang mengenai pemungutan hasil-hasil yang masih berada di ladang, maupun lagi yang mengenai hal-hal lain; segala sesuatu menurut kebiasaan setempat. 1600. Begitu pula si penyewa, apabila ia berangkat, harus meninggalkan jerami dan gemuk dari tahun yang lalu, jika ia menerimanya pada waktu mulai sewanya; dan meskipun ia tidak telah menerimanya, namun si pemilik dapat meminta supaya jerami dan gemuk tersebut ditinggalkan padanya, menurut suatu perkiraan yang akan dibuat. BAB KE TUJUH A Tentang perjanjian-perjanjian untuk melakukan pekerjaan BAGIAN KE SATU Ketentuan-ketentuan umum 1601. Selain perjanjian-perjanjian untuk melakukan sementara jasa-jasa, yang diatur oleh ketentuan-ketentuan yang khusus untuk itu dan oleh syarat-syarat yang diperjanjikan, dan jika itu tidak ada, oleh kebiasaan, maka adalah dua macam perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk melakukan pekerjaan bagi pihak yang lainnya dengan menerima upah; perjanjian perburuhan dan pemborongan pekerjaan. 1601 a. Perjanjian perburuhan adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu, si buruh, mengikatkan dirinya untuk di bawah perintah pihak yang lain si majikan, untuk sesuatu waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan menerima upah.*) 1601 b. Pemborongan pekerjaan adalah perjanjian, dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi
*) Menurut UU 21/1954: perjanjian perburuhan diadakan antara majikan dan serikat buruh, perjanjian kerja antara majikan dan buruh secara perseorangan.

pihak yang lain, pihak yang memborongkan, dengan menerima suatu harga yang ditentukan. 1601 c. Jika suatu perjanjian mengandung tanda-tanda suatu perjanjian perburuhan beserta tanda-tanda suatu perjanjian dari lain jenis, maka berlakulah baik ketentuan-ketentuan perihal perjanjian perburuhan, maupun ketentuanketentuan perihal perjanjian lain, yang tanda-tandanya ikut terkandung didalamnya itu; jika ada pertentangan di antara ketentuan-ketentuan ini, maka bertakulah ketentuan-ketentuan perihal perjanjian perburuhan. Jika suatu pemborongan pekerjaan diikuti oleh beberapa perjanjian yang semacam, meskipun tiap kali dengan sesuatu waktu selang, atau jika sewaktu dibuatnya perjanjian pemborongan, ternyata maksud kedua belah pihak untuk membuat beberapa perjanjian lagi yang semacam, sedemikian bahwa pemboronganpemborongan itu kesemuanya dapat dianggap sebagai satu perjanjian perburuhan, maka ketentuan-ketentuan perihal perjanjian perburuhan akan berlaku terhadap baik perjanjian-perjanjian tersebut kesemuanya, maupun masing-masing perjanjian tersendiri, dengan pengecualian ketentuan-ketentuan bagian ke enam dari bab ini. Tetapi jika dalam hal yang demikian itu perjanjian yang pertama dibuat sebagai suatu percobaan, maka perjanjian ini dianggap tetap memiliki sifat-sifatnya sebagai pemborongan pekerjaan, dan ketentuan-ketentuan dari bagian ke enam akan berlaku baginya. BAGIAN KE DUA Tentang perjanjian perburuhan umumnya 1601 d. Apabila suatu perjanjian perburuhan dibuat tertulis, maka biaya akta beserta lain-lain biaya tambahan harus dipikul oleh majikan. 1601 e. Jika pada waktu membuat perjanjian diberikan dan diterima suatu panjar, maka tidak satu pihak berhak karenanya meniadakan perjanjian dengan menyuruh memiliki atau dengan mengembalikan uang panjar itu. Uang panjar hanya dapat dikurangkan dari upah, jika hubungan kerja telah berlangsung untuk waktu yang tidak melebihi tiga bulan, sedangkan perjanjian telah dibuat untuk waktu lebih lama atau untuk waktu tak tertentu. 1601 f. Terhadap perjanjian-perjanjian perburuhan yang dibuat oleh seorang

perempuan yang bersuami sebagai buruh, undang-undang menganggap bahwa ia telah mendapat perizinan dari suaminya. Oleh karena itu maka ia dapat melakukan sendiri semua perbuatan yang berdasarkan perjanjian tadi, termasuk pula memberikan pembebasan-pembebasan dan menghadap di muka Hakim, dengan tidak memakai bantuan suaminya. Ia berhak memakai apa yang diterimanya atau apa yang ia berhak menuntut berdasarkan perjanjian perburuhan tersebut, guna kepentingan keluarga. 1601 g. Seorang belum dewasa adalah cakap membuat perjanjian perburuhan sebagai buruh, jika ia untuk itu dikuasakan oleh wakilnya menurut undang-undang, baik dengan lisan maupun tertulis. Suatu kuasa lisan hanya dapat berlaku untuk pembuatan suatu perjanjian perburuhan tertentu. Jika si belum dewasa belum berusia genap delapan belas tahun, maka, kuasa itu harus diberikan di hadapan si majikan atau siapa yang mewakilinya. Kuasa tersebut tak dapat diberikan dengan bersyarat. Jika kuasa diberikan tertutis, maka si belum dewasa diwajibkan menyerahkan surat-kuasa kepada si majikan, yang harus segera mengirimkan suatu salinan yang ditandatangani kepada si belum dewasa dan pada waktu berakhirnya hubungan kerja mengembalikan surat kuasa tersebut kepada si belum dewasa atau orang-orang yang mendapat hak daripadanya. Sekadar tidak secara tegas dikecualikan dengan dibuatnya syarat-syarat tertentu, maka didalam segala hal yang mengenai perjanjian perburuhan yang dibuat berdasarkan kuasa yang telah diberikan itu, si belum dewasa dipersamakan dengan orang yang dewasa, dengan tidak mengurangi ketentuan dalam ayat ke tiga pasal 1602. f. Namun itu ia tidak dapat menghadap dimuka Hakim jika tidak dibantu oleh orang yang diwajibkan mewakilinya menurut undang-undang, kecuali jika kepada Hakim ternyata bahwa orang tersebut tidak mampu menyatakan ke hendaknya. 1601 h. Jika seorang belum dewasa yang belum cakap untuk membuat suatu perjanjian perburuhan, telah membuat suatu perjanjian dan karena itu selama enam minggu telah melakukan pekerjaan di bawah perintah majikan, dengan tiada perlawanan dari pihak wakilnya menurut undang-undang, maka dianggaplah ia

telah dikuasakan dengan lisan oleh wakilnya itu untuk membuat perjanjian perburuhan tersebut. 1601 i. Suatu perjanjian perburuhan antara suami-istri adalah batal. 1601 j. Surat reglemen yang ditetapkan oleh si majikan hanya mengikat si buruh jika si buruh ini secara tertulis telah menyatakan menyetujui reglemen tersebut dan selainnya itu telah dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1e. bahwa selembar lengkap dari reglemen tersebut dengan cuma-cuma oleh atau atas nama si majikan telah diberikan kepada si buruh; 2e. bahwa oleh atas nama si majikan telah diserahkan kepada Kementerian Perburuhan suatu lembar lengkap dari reglemen tersebut yang ditandatangani oleh si majikan, tersedia untuk dibaca oleh umum. 3e. bahwa suatu lembar lengkap dari reglemen tersebut ditempelkan dan tetap berada di suatu tempat yang mudah dapat didatangi si buruh, sedapat mungkin dalam ruangan bekerja, hingga dapat dibaca dengan terang. Penyerahan dan pembacaan reglemen di Kementerian Perburuhan adalah dengan cuma-cuma. Setiap orang berkepentingan dapat memperoleh suatu salinan dan reglemen tersebut dengan cuma-cuma. Tiap janji yang bertentangan dengan sesuatu ketentuan dalam pasal ini, adalah batal. 1601 k. Jika selama hubungan kerja ditetapkan suatu reglemen atau reglemen yang telah ada diubah, maka reglemen baru atau reglemen yang lelah diubah ini hanyalah berlaku bagi si buruh, jika suatu lembar lengkap dari rancangan reglemen atau perubahan-perubahan yang dirancangkan, sebelumnya ditetapkan, selama suatu waktu disediakan untuk dibaca dengan cuma-cuma oleh si buruh, sehingga ia dapat memikir masak-masak tentang isinya. Jika si buruh, setelahnya reglemen baru atau reglemen yang diubah, ditetapkan, tidak dapat menyetujuinya, maka dapatlah ia dalam jangka waktu empat minggu setelah ia mengetahui penetapan itu, menuntut di muka Hakim supaya perjanjian perburuhan dibatalkan. Setelah pihak lawan diperiksa atau dipanggil secara sah, Hakim memutus dalam angkatan terakhir dan ia akan mengabulkan tuntutan, kecuali jika ia berpendapat bahwa si buruh tidak atau tidak sebegitu

banyak dirugikan oleh reglemen baru atau reglemen yang diubah. Dalam menunggu putusan Hakim dan apabila gugatan ditolak, hubungan kerja berlangsung terus, sedangkan reglemen baru atau reglemen yang diubah adalah sah sejak hari ia mulai berlaku. Jika gugatan dikabulkan, Hakim menetapkan pada saat mana hubungan kerja akan berakhir dan si buruh berhak atas suatu ganti rugi berdasarkan apa yang ditentukan dalam pasal 1603 q dalam hal pengakhiran oleh si majikan. Tiap janji yang bertentangan dengan sesuatu ketentuan dalam pasal ini adalah batal. 1601 l. Suatu pernyataan dari pihak si buruh, dengan mana ia mengikatkan diri akan menyetujui tiap reglernen yang ditetapkan di kemudian hari atau tiap perubahan di dalam suatu reglemen yang telah ada, adalah batal. 1601 m. Dari ketentuan-ketentuan reglernen hanyalah diperkenankan mengadakan penyimpangan dengan pembuatan suatu perjanjian khusus, apabila perjanjian khusas ini dibuat tertulis. 1601 n. Tiap janji antara majikan dan buruh, yang bertentangan dengan suatu perjanjian perburuhan kolektif yang mengikat mereka kedua, dapat dibatalkan atas permintaan-pertnintaan masing-masing dari mereka yang menjadi pihak dalam perjanjian perburuhan kolektif, kecuali namun itu si majikan sendiri. Yang dinamakan perjanjian perburuhan kolektif ialah suatu peraturan yang dibuat oleh seorang majikan atau lebih atau pun suatu perkumpulan majikan atau lebih yang berbentuk badan hukum di satu pihak, dan suatu perkumpulan buruh atau lebih yang berbentuk badan hukum, tentang syarat-syarat pekerjaan yang harus diindahkan sewaktu membuat perjanjian perburuhan. 1601 o. Untuk menghitung upah seharinya yang ditetapkan dalam uang, maka bagi pemakaian bab ini, satu hari ditetapkan atas sepuluh jam, satu minggu atas enam hari, satu bulan atas dua puluh lima hari dan satu tahun atas tiga ratus hari. Jika upah seluruhnya atau sebagian ditetapkan secara lain daripada menurut waktu, maka sebagai upah harian yang ditetapkan dalam jumlah uang harus diambil upah rata-rata dari si buruh, dihitung selarna tiga puluh hari kerja yang telah lalu; jika tidak terdapat ukuran seperti itu, maka sebagai upah harus diambil upah yang biasa untuk pekerjaan yang paling menyerupai, mengingat sifat, tempat dan waktu.

1601 p. Upah buruh-buruh yang tidak bertinggal pada si majikan, tidak boleh ditetapkan lain selainnya dalam le. uang; 2e. makanan yang harus dimakan, beserta bahan makanan, penerangan dan pemanas yang harus dipakai di tempat dimana barang-barang itu diberikan; 3e. pakaian yang harus dikenakan oleh buruh-buruh pada waktu mereka melakukan pekerjaan; 4e. suatu jumlah tertentu dari hasil-hasil perusahaan atau dari bahan-bahan dasar maupun bahan-bahan pembantu yang dipakai dalam perusahaan tersebut, satu dan lain sekadar hasil-hasil atau bahan-bahan dasar maupun bahan-bahan pembantu itu termasuk keperluan hidup utama bagi si buruh dan keluarganya, atau dapat dipakai sebagai bahan dasar atau bahan pembantu, piranti atau perkakas dalam perusahaan si buruh, dan bagaimana pun dengan pengecualian minuman keras dan candu; 5e. pemakaian sebidang tanah, baik untuk penggembalaan maupun untuk mengandangkan sejumlah hewan tertentu dari suatu jenis, kepunyaan si buruh atau salah seorang anggota keluarganya, pemakaian piranti atau alat-alat, begitu pula pemeliharaannya; 6e. pekerjaan-pekerjaan atau jasa-jasa tertentu yang harus dilakukan oleh atau atas tanggungan si majikan guna keperluan si buruh; 7e. pemakaian sebuah rumah atau bagian rumah yang ditunjuk, pengobatan dengan cuma-cuma bagi si buruh dan keluarganya, pemakaian seorang pelayan atau lebih dengan cuma-cuma, pemakaian sebuah mobil atau lain alat pengangkut atau seekor kuda atau lebih dengan cuma-cuma atau pun lain-lain tunjangan dalam pembiayaan rumah tangga yang semacam itu, sekadar tidak termasuk nomor-nomor yang lalu; 8e. pemberian gaji selama suatu waktu cuti setelah sesuatu masa kerja tertentu atau hak atas pengangkutan dengan cuma-cuma ke tempat asalnya atau ke tempat cuti pulang-pergi. 1601 q. Jika dalam perjanjian atau dalam reglemen tidak ditetapkan suatu upah tertentu, maka si buruh berhak atas upah yang sedemikian sebagaimana biasa

untuk pekerjaan yang dijanjikan pada waktu perjanjian dibuat dan di tempat dimana pekerjaan tersebut harus dilakukan. Jika kebiasaan seperti itu tidak ada, maka upah harus ditetapkan, dengan mengingat keadaan, menurut keadilan. 1601 r. Sekadar upah telah ditetapkan berlainan dengan apa yang diperizinkan menurut pasal 1601 p. maka upah itu harus dinilaikan atas suatu jumlah berupa uang dan dianggap sebagai telah ditetapkan atas sejumlah yang lima kali lipat jumlah tersebut. Seluruh upah yang akan harus dibayar karena itu namun itu tidak boleh melampaui upah yang dihitung menurut ketentuan-ketentuan pasal yang lalu dengan sepertiga. Tiap janji yang bertentangan dengan sesuatu ketentuan dari pasal ini adalah batal. 1601 s. Tidak diperbolehkan dan batal adalah tiap janji antara si majikan atau pegawai maupun kuasanya di satu pihak dan seorang buruh yang bekerja di dibawah salah seorang dari mereka di lain pihak, dengan mana si buruh ini mengikatkan dirinya untuk menggunakan upah atau lain-lain pendapatannya atau sebagian daripadanya menurut suatu cara tertentu, atau pun untuk membeli barang-barang keperluannya di suatu tempat atau dari seorang tertentu. Dari ketentuan ini dikecualikan janji, dengan mana si buruh mengambil bagian dalam suatu dana, asal dana tersebut memenuhi syarat-syarat, yang ditetapkan dalam undang-undang. 1601 t. Jika si buruh karena sesuatu janji yang tak diperbolehkan dan batal, sebagaimana dimaksudkan dalam pasal yang lalu, telah membuat se suatu perjanjian dengan si majikan, maka tidak suatu perikatan pun dilahirkan dari perbuatan itu. Si buruh adalah berhak menuntut kembali dari si majikan apa yang telah dideritanya atau dibayarnya sebagai perhitungan terhadap upahnya, dengan tiada kewajiban mengembalikan apa yang telah diberikan kepadanya untuk memenuhi perjanjiannya. Meskipun demikian Hakim, jika ia mengabulkan tuntutan si buruh, berkuasa membatasi penghukuman sampai suatu jumlah sebagaimana dianggapnya adil

mengingat keadaan, namun paling sedikit sampai jumlah sebesar kerugian yang diderita oleh si buruh, menurut taksiran Hakim. Jika si buruh karena suatu janji yang tidak diperbolehkan dan batal, sebagai disebutkan di atas, telah membuat sesuatu perjanjian dengan seorang lain daripada si majikan, maka ia berhak menuntut dari si majikan jumlah yang karena itu telah dibayarkannya atau yang masih terutang. Ketentuan dari ayat kedua juga berlaku dalam hal ini. Tiap hak dari si buruh untuk menuntut sesuatu yang berdasarkan pasal ini gugur setelah lewat enam bulan. 1601 u. Si majikan hanya dapat menetapkan denda atas pelanggaran ketentuan-ketentuan dari suatu perjanjian yang dibuat tertulis atau dari suatu reglemen, jika ketentuan-ketentuan itu ditunjuk dengan tegas dan lagi dendanya disebutkan di dalam perjanjian atau reglemen. Perjanjian atau reglemen, dengan mana telah diperjanjikan denda, harus menyebutkan dengan saksama untuk apa denda-denda itu diperuntukkannya. Denda-denda tersebut tidak boleh membawa keuntungan pribadi bagi si majikan sendiri atau bagi siapa yang dikuasakan olehnya untuk menjatuhkan denda kepada si buruh. Tiap denda, yang diperjanjikan dalam suatu reglemen atau dalam suatu perjanjian, harus ditetapkan pada suatu jumlah tertentu, yang dinyatakan dalam mata uang, dalam mana upah yang berupa uang telah ditetapkannya. Didalam satu minggu kepada seorang buruh tidak boleh dikenakan denda-denda yang jumlahnya melebihi upahnya yang ditetapkan dalam uang untuk satu hari. Tidak satu denda tersendiri pun boleh ditetapkan lebih dari jumlah ini. Tiap janji yang bertentangan dengan sesuatu ketentuan dari pasal ini adalah batal. Namun itu, tetapi hanya mengenai buruh-buruh yang upahnya berupa uang berjumlah lebih dari delapan rupiah sehari, diperbolehkan dengan perjanjian yang dibuat tertulis atau dengan reglemen diadakan penyimpangan dari ketentuan ayat ke dua, ke tiga dan ke empat. Jika itu terjadi, maka Hakim senantiasa berkuasa menetapkan denda pada suatu jumlah yang kurang, jika denda yang telah ditetapkan menurut pendapatnya lebih dari sepantasnya.

Termasuk hal menetapkan dan memperjanjikan denda dalam arti pasal ini adalah hal memperjanjikan hukuman, sebagaimana dimaksudkan dalam Bagian ke sepuluh dari Bab pertama Buku ini. 1601 v. Untuk satu perbuatan tidak diperbolehkan si majikan memungut denda sambil menuntut pula ganti rugi. Tiap janji yang bertentangan dengin ketentuan ini adalah batal. 1601 w. Jika salah satu pihak dengan sengaja atau karena salahnya telah berbuat berlawanan dengan salah satu kewajibannya dan kerugian yang karenanya diderita oleh pihak lawan tidak dapat dinilaikan dengan uang, maka Hakim akan menetapkan suatu jumlah uang menurut keadilan, sebagai ganti rugi. 1601 x. Suatu janji antara si majikan dan si buruh, dengan mana pihak yang belakangan ini dibatasi dalam kekuasaannya untuk setelah berakhirnya hubungan kerja melakukan pekerjaan dengan sesuatu cara, hanyalah sah apabila janji itu dibuat dalam suatu perjanjian tertulis atau dalam suatu reglemen, dengan seorang buruh yang dewasa. Hakim diperbolehkan atas tuntutan si buruh atau karena dimintanya dalam pembelaannya di dalam suatu perkara, meniadakan seluruhnya atau sebagian suatu janji seperti itu dengan alasan bahwa dibandingkan dengan kepentingan si majikan yang harus dilindungi, si buruh dirugikan secara tidak adil oleh janji tersebut. Si majikan tidak dapat memperoleh hak-hak dari suatu janji sebagai yang dimaksudkan dalam ayat ke satu, jika ia telah mengakhiri hubungan kerja secara melanggar hukum, atau jika ia dengan sengaja atau karena kesalahannya telah memberi suatu alasan yang mendesak kepada si buruh untuk mengakhiri hubungan kerjanya, sedangkan si buruh ini telah mempergunakan kekuasaan itu, demikian pun tidak, jika Hakim atas permintaan atau tuntutan si buruh telah menyatakan bubarnya perjanjian berdasarkan suatu alasan yang mendesak, yang diberikan kepada si buruh karena kesengajaan atau kesalahan si majikan. Jika oleh si majikan telah diperjanjikan suatu ganti rugi dari si buruh manakala si buruh ini melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan sesuatu janji, seperti yang dimaksudkan dalam ayat ke satu, maka Hakim senantiasa berkuasa menetapkan ganti rugi, pada suatu jumlah yang kurang, jika menurut

pendapatnya jumlah yang diperjanjikan itu lebih dari sepantasnya. 1601y. Dicabut. BACAAN KE TIGA Tentang kewajiban majikan 1602. Si majikan diwajibkan membayar kepada si buruh upahnya pada waktu yang telah ditentukan. 1602a. Upah yang ditetapkan menurut lamanya waktu, harus dibayar sejak saat si buruh mulai bekerja hingga saat berakhirnya hubungan kerja. 1602b. Tiada upah yang harus dibayar untuk waktu selama mana si buruh tidak melakukan pekerjaan yang dijanjikan. 1602c. Namun itu si buruh tetap memiliki haknya atas upah yang ditetapkan menurut lamanya waktu untuk suatu waktu yang tidak sebegitu lama, apabila ia karena sakit atau karena suatu kecelakaam telah berhalangan melakukan pekerjaannya, kecuali jika sakit atau kecelakaan tersebut disebab kesengajaan atau tak susila si buruh atau suatu akibat dari suatu cacat badan tentang mana ia sewaktu membuat perjanjian dengan sengaja memberikan keterangan-keterangan palsu kepada si majikan. Jika dalam hal yang sedemikian si buruh berhak atas sesuatu ganti rugi berupa uang atau sesuatu pembayaran berdasarkan sesuatu peraturan sakit atau kecelakaan yang diharuskan oleh undang-undang, atau berdasarkan sesuatu pertanggungan maupun sesuatu dana yang ia diwajibkan turut serta menurut sesuatu janji dalam perjanjian perburuhan atau menurut apa yang dapat disimpulkan dari perjanjian tersebut, maka upah si buruh harus dikurangi dengan jumlah penggantian atau pembayaran tersebut. Begitu pula si buruh tetap memiliki haknya atas upah yang ditetapkan menurut lamanya waktu untuk waktu pendek yang harus dihitung menurut keadilan, apabila ia baik karena pemenuhan suatu kewajiban yang diletakkan padanya oleh undang-undang atau penguasa Negara tanpa penggantian berupa uang yang tidak dapat dilakukan diluar waktu bekerja, maupun karena keadaan-keadaan yang sangat istimewa yang terjadi diluar salahnya, telah berhalangan melakukan pekerjaannya. Dalam keadaan-keadaan yang sangat istimewa termasuk, untuk pemakaian

pasal ini: hal istri si buruh melahirkan anak, begitu pula meninggalnya serta mengubumya salah seorang teman serumah atau salah seorang sanak keluarga dalam garis lencang tak terbatas dan dalam derajat kedua dari garis samping. Begitu pula termasuk pemenuhan kewajiban yang diletakkan oleh undang-undang atau penguasa Negara hal melakukan hak pilih. Jika upah yang berupa uang ditetapkan secara lain daripada menurut lamanya waktu, maka berlakulah juga ketentuan-ketentuan pasal ini, dengan pengertian bahwa sebagai upah harus diambil upah rata-rata yang seharusnya dapat diperoleh si buruh, jika tidak berhalangan melakukan pekerjaannya. Upah tersebut namun itu dikurangi dengan biaya yang telah dapat dihemat oleh si buruh karena ia tidak melakukan pekerjaannya. Dari ketentuan-ketentuan pasal ini hanyalah diperbolehkan menyimpang dengan perjanjian yang dibuat tertulis atau dengan reglemen. 1602d. Juga si buruh tidak kehilangan haknya atas upah yang ditentukan menurut lamanya waktu, jika ia telah bersedia melakukan pekerjaan yang dijanjikan tetapi si majikan tidak menggunakannya baik karena salahnya sendiri maupun bahkan karena halangan yang tak disengaja yang mengenai dirinya pribadi. Ketentuan-ketentuan ayat ke dua, ke lima, ke enam dan ke tujuh dari pasal yang lalu adalah berlaku. 1602e. Jika upah seluruhnya atau sebagian terdiri atas suatu jumlah yang digantungkan pada sesuatu keterangan yang harus dapat ternyata dari pemegangan buku si majikan, maka berhaklah si buruh untuk meminta kepada si majikan diberitahukannya surat-surat bukti yang sedemikian sebagaimana diperlukannya untuk mengetahui keterangan tersebut. Dengan perjanjian yang dibuat tertulis atau dengan reglemen dapat ditentukan bahwa pemberitahuan surat-surat bukti tersebut tidak akan dilakukan kepada masing-masing buruh tersendiri, tetapi sebagai gantinya akan dilakukan kepada sejumlah buruh tertentu yang bekerja pada si majikan atau kepada seorang ahli atau lebih dalam hal pemegangan buku yang semuanya ditunjuk oleh para buruh secara tertulis. Pemberitahuan-pemberitahuan surat-surat bukti oleh atau atas kuasa si

majikan jika dikehendaki, dilakukan dengan kewajiban yang dinyatakan dengan tegas bahwa si buruh dan siapa yang menurut ayat yang lalu mewakilinya, harus merahasiakannya; orang yang tersebut belakangan ini namun itu tak sekali-kali dapat mewajibkan merahasiakannya terhadap si buruh. Kewajiban merahasiakan dihapuskan sekadar perlu, jika laporan dibantah di muka Pengadilan. Sekadar keterangan, yang dimaksudkan dalam ayat ke satu, mengenai keuntungan yang diperoleh didalam perusahaannya si majikan atau di dalam sebagian dari perusahaan itu, maka dapatlah diadakan penyimpangan dari ketentuan-ketentuan ayat ke satu bahkan dengan suatu cara lain daripada yang diterangkan dalam ayat ke dua, namun itu dengan pengertian bahwa, dengan mengingat ketentuan ayat ke dua, senantiasa kepada si buruh harus diberikan suatu laporan tertulis yang terang serta jelas, dari mana ternyata perhitungan jumlah yang dimaksudkan dalam ayat ke satu. Dengan tidak mengurangi berlakunya ayat ke empat, pemberian laporan yang dimaksudkan dalam ayat yang lalu, jika dikehendaki, harus dilakukan dengan kewajiban merahasiakan oleh si buruh seperti diuraikan dalam ayat ke tiga. 1602f. Untuk pembayaran upah yang harus dibayar kepada si buruh, kuasa yang dimaksudkan dalam ayat ke satu dari pasal 1385 harus suatu kuasa tertulis. Jika di dalam kuasa tertulis yang disebutkan dalam pasal 1601g, dimuat syarat bahwa upah yang ditetapkan berupa uang seluruhnya atau sebagian, tidak akan dibayarkan kepada si belum dewasa, tetapi sebagai gantinya harus dibayarkan kepada wakilnya menurut undang-undang sendiri, maka orang ini mengenai hal pembayaran upah atau bagian yang harus dibayarkan kepadanya, dianggap sebagai si buruh. Pun jika tidak dimuat syarat yang demikian didalam surat kuasa dan bahkan dalam hal adanya kuasa lisan, upah yang ditetapkan dalam uang yang harus dibayarkan kepada si belum dewasa, harus dibayarkan kepada wakilnya menurut undang-undang apabila orang ini secara tertulis melawan pembayarannya kepada si belum dewasa. Dalam hal-hal yang lain daripada yang dimaksudkan dalam ayat ke dua dan

ayat ke tiga pasal ini, si majikan dibebaskan secara sah dengan pembayaran kepada si belum dewasa. Pembayaran kepada orang-orang pihak ke tiga, berlawanan dengan ketentuan-ketentuan pasal ini atau pasal berikut, adalah batal. 1602g. Jika terjadi penyitaan pada si majikan atas upah yang harus dibayarkan kepada si buruh, sedangkan upah yang ditetapkan dalam uang berjumlah delapan rupiah atau kurang sehari, maka penyitaan tersebut tidak berlaku untuk lebih dari seperlima bagian dari upah yang ditetapkan dalam uang tersebut. Apabila upah yang ditetapkan dalam uang berjumlah lebih dari delapan rupiah, maka terhadap jumlah ini pun penyitaan hanya sah untuk seperlima bagian tetapi untuk jumlah yang selebihnya dapat dilakukan penyitaan dengan tak terbatas. Tiada suatu pembatasan berlaku, jika penyitaan adalah untuk penagihan tunjangan nafkah, yang menjadi hak orang yang melakukan penyitaan menurut undang-undang. Menyerahkan, memberikan dalam gadai atau lain perbuatan dengan mana si buruh memberikan sesuatu hak atas upahnya kepada seorang pihak ketiga, hanyalah sah sekadar suatu penyitaan atas upahnya akan sah juga. Suatu kuasa untuk menagih upahnya, yang diberikan oleh si buruh dalam bentuk atau dengan nama apapun juga, selamanya dapat ditarik kembali. Tiap janji yang bertentangan dengan sesuatu ketentuan dalam pasal ini adalah batal. 1602h. Pembayaran upah yang ditetapkan dalam uang harus dilakukan dalam alat pembayaran yang sah di Indonesia, dengan pengertian bahwa upah yang ditetapkan dalam uang suatu negeri asing harus dihitung menurut nilai dari hari dan tempat dimana pembayaran dilakukan, atau, jika di tempat tersebut tidak ada nilai, menurut nilai dari kota dagang yang paling dekat dimana ada suatu nilai. Namun itu untuk keresidenan-keresidenan tertentu atau bagian-bagian dari keresidenan-keresidenan dengan undang-undang dapat diadakan penyimpangan dari apa yang ditetapkan dalam ayat ke satu. 1602i. Pembayaran upah sekadar ditetapkan dalam unsur-unsur yang lain daripada uang, dilakukan menurut apa yang diperjanjikan dalam perjanjian atau reglemen, atau dalam hal yang dimaksudkan dalam pasal 1601 r. menurut apa yang

ditetapkan disitu. 1602j. Pembayaran upah, sekadar dilakukan lain daripada yang ditentukan dalam kedua pasal yang lalu, adalah batal. Si buruh tetap memiliki haknya untuk menuntut upahnya yang terutang dari si majikan, sedangkan ia sendiri tidak diwajibkan mengembalikan apa yang telah diterimanya dengan pembayaran yang batal itu. Namun itu Hakim adalah berkuasa, jika ia mengabulkan tuntutan si buruh, untuk membatasi penghukuman sampai suatu jumlah yang dianggapnya adil mengingat keadaan-keadaan peristiwa, tetapi paling banyak sampai jumlah pada mana kerugian yang diderita oleh si buruh dinilaikannya. Tiap hak dari si buruh untuk menuntut sesuatu berdasarkan pasal ini gugur dengan lewatnya waktu enam bulan. 1602k. Jika tempat pembayaran upah tidak ditetapkan dalam perjanjian atau reglemen atau oleh kebiasaan, maka pembayaran itu harus dilakukan, baik di tempat dimana pekerjaan lazimnya dilakukan, maupun di kantor si majikan, jika kantor itu terletak di tempat dimana bertinggal jumlah terbanyak daripara buruh, atau pun lagi di rumah si buruh, satu dan lain terserah kepada si majikan. 16021. Pembayaran upah yang ditetapkan dalam uang menurut lamanya waktu harus dilakukan sebagai berikut : jika upah ditetapkan untuk tiap minggu atau suatu waktu yang lebih pendek, tiap-tiap kali setelah lewat satu minggu; jika upah ditetapkan untuk suatu waktu yang lebih lama dari satu minggu tetapi lebih pendek dari satu bulan, tiap-tiap, kali setelah lewatnya waktu untuk mana upah telah ditetapkan; jika upah ditetapkan untuk tiap, bulan, tiap-tiap kali setelah lewat satu bulan; jika upah ditetapkan untuk suatu waktu yang lebih lama dari satu bulan, tiap-tiap kali setelah lewat satu triwulan. Dari aturan ini hanyalah boleh diadakan penyimpangan sedemikian rupa, bahwa dengan perjanjian yang dibuat tertulis atau dengan reglemen dapat ditentukan bahwa pembayaran upah yang ditetapkan untuk suatu waktu yang lebih pendek dari setengah bulan harus dilakukan tiap-tiap kali

setelah tewatnya waktu setengah bulan, dan bahwa pembayaran upah yang ditetapkan untuk suatu bulan harus dilakukan tiap-tiap kali setelah lewatnya satu triwulan. Pembayaran upah dari buruh-buruh yang tinggal pada si majikan harus terjadi, dengan penyimpangan sekadarnya dari ketentuan-ketentuan di atas, tiap-tiap kali setelah lewatnya waktu yang ditentukan oleh kebiasaan setempat, kecuali jika dengan perjanjian yang dibuat tertulis atau dengan reglemen telah diperjanjikan bahwa pembayaran akan terjadi menurut ketentuan-ketentuan ayat ke satu. Tenggang-tenggang waktu pembayaran, yang ditetapkan dalam pasal ini atau berdasarkan pasal ini, senantiasa boleh diperpendek oleh kedua belah pihak dengan kata sepakat. 1602m. Pembayaran upah yang ditetapkan dalam uang tetapi tidak menurut lamanya waktu, harus terjadi dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan pasal yang lalu, dengan pengertian bahwa upah ini harus dianggap telah ditetapkan menurut waktu yang lazim dipakai dalam menentukan upah untuk pekerjaan yang paling mirip dengan pekerjaan untuk mana upahnya harus dibayar itu, menurut sifat, tempat dan waktu. 1602n. Sekadar upah yang ditentukan dalam uang terdiri atas suatu jumlah yang digantungkan pada sesuatu keterangan yang harus dapat ternyata dari pemegangan buku si majikan, pembayarannya harus dilakukan tiap kali apabila jumlah upah itu telah dapat ditetapkan, dengan pengertian bahwa pembayaran paling sedikit harus dilakukan sekali setahun. Sekadar keterangan yang dimaksud dalam ayat satu mengenai keuntungan yang diperoleh dali perusahaan si majikan atau dalam sebagian dari perusahaan itu, sedangkan menurut sifat perusahaan atau kebiasaan keuntungan tersebut baru ditetapkan setelah lewatnya waktu yang lebih dari satu tahun maka dengan perjanjian yang dibuat tertulis atau dengan reglemen dapat diperjanjikan bahwa pembayaran akan dilakukan tiap kali setelah diadakan penetapan itu. 1602o. Jika upah yang berupa uang sebagian ditetapkan menurut lamanya waktu, dan untuk sebagian lagi ditetapkan secara lain, atau pun jika upah ditetapkan sebagian demi sebagian menurut beberapa waktu yang berbeda-beda, maka untuk

masing-masing bagian itu berlakulah ketentuan-ketentuan dari pasal-pasal 16021 sampai 1602n. 1602p. Pada tiap pembayaran, seluruh jumlah upah yang terutang harus dilunasi. Namun itu, mengenai upah yang ditetapkan dalam uang tetapi digantungkan pada hasil pekerjaan yang harus dilakukan, dengan perjanjian yang dibuat tertulis atau dengan reglemen dapat diperjanjikan bahwa tiap kali, dengan tidak mengurangi perhitungan yang tetap, pada hari pembayaran pertama pada mana itu dapat dilakukan, akan dibayar suatu bagian tertentu dari upahnya, yang berjumlah paling sedikit tiga seperempat dari upah yang biasa dibayar untuk pekerjaan yang paling mirip dengan pekerjaan yang bersangkutan, mengingat sifat, tempat dan waktu. 1602q. Jika upah yang ditetapkan dalam uang atau bagian dari upah itu yang merupakan sisa setelahnya dipotong apa yang tidak usah dibayar apa yang dituntut oleh pihak-pihak ke tiga menurut ketentuan-ketentuan bab ini, tidak dibayar paling lambat pada hari kerja ke tiga setelah hari pada mana menurut pasal-pasal 1602l, 1602m dan 1602o pembayaran itu harus dilakukan, maka si buruh berhak, jika tidak dilakukan pembayaran ini disebabkan kesalahan si majikan, atas suatu tambahan upah karena kelambatan, tambahan mana untuk hari kerja ke empat sampai dengan hari kerja ke delapan berjumlah lima persen sehari dan untuk tiap-tiap hari seterusnya satu persen dengan pengertian bahwa tambahan karena kelambatan itu sekali-kali tidak boleh melebihi separuh dari jumlah yang terutang. Namun itu Hakim adalah berkuasa membatasi tambahan sampai suatu jumlah yang dianggapnya adil mengingat keadaan-keadaan peristiwa. Suatu janji dengan mana diadakan penyimpangan dari sesuatu ketentuan dalam pasal ini hanyalah sah terhadap buruh-buruh yang upahnya berupa uang ada berjumlah lebih dari delapan rupiah sehari. 1602r. Selain pada waktu berakhirnya hubungan kerja, maka terhadap tuntutan pembayaran upah hanyalah diperbolehkan mengadakan perjumpaan utang tentang utang-utang si buruh yang berikut: 1o. ganti-rugi yang ia wajib bayar kepada si majikan; 2o. denda-denda yang ia wajib bayar kepada si majikan menurut pasal

1601u, asal oleh si majikan ini diberikan sepucuk surat bukti yang menerangkan jumlah tiap-tiap denda, serta kapan dan sebabnya denda itu dikenakan dengan penyebutan ketentuan reglemen atau perjanjian tertulis yang telah dilanggar; 3o. iuran untuk suatu dana yang menurut ayat ke dua dari pasal 1601s. telah dipenuhi oleh si majikan untuk keperluan si buruh:, 4o. harga sewa sebuah rumah, suatu ruangan, sebidang tanah atau piranti maupun perkakas yang dipakai si buruh dalam perusahaannya sendiri, yang dengan suatu perjanjian tertulis telah disewakan oleh si majikan; 5o. harga pembelian barang-barang keperluan rumah tangga biasa dan sehari-hari, dalam mana tidak termasuk minuman keras dan candu, beserta bahan-bahan dasar dan bahan-bahan pembantu yang dipakai si buruh dalam perusahaannya sendiri, satu dan lain yang oleh si majikan telah diserahkan kepada si buruh, asal penyerahan itu dapat dinyatakan dari suatu keterangan tertulis diberikan oleh si buruh yang menyebutkan sebab serta jumlah utang dan lagi asal si majikan tidak meminta untuk barang-barang itu lebih dari harga pembelian, sedangkan harga itu tidak melebihi pula harga untuk mana si buruh dapat membeli barang-barang keperluan rumah tangga, bahan-bahan dasar dan bahan-bahan pembantu tersebut di lain tempat; 6o. persekot-persekot atas upah, yang diberikan oleh si majikan berupa uang kepada si buruh, asal itu ternyata dari suatu keterangan sebagai tersebut dalam nomor yang lalu; 7o. jumlah yang telah dibayar secara kelebihan atas upah; 8o. biaya perawatan dan pengobatan yang menurut pasal 1602x harus dipikul oleh si buruh. Untuk apa yang si majikan sedianya akan dapat menuntut berdasarkan nomor-nomor 2o, 3o dan 5o, maka pada tiap-tiap pembayaran tidak diperbolehkan ia menjumpakan lebih dari seperlima bagim dari upah yang ditetapkan dalam uang yang sedianya harus dibayar; untuk apa yang ia seluruhnya dapat menjumpakan berdasarkan ketentuan-ketentum pasal ini, perjumpaan utang tidak boleh melampaui dua seperlima dari jumlah yang sama. Tiap janji dengan mana kepada si majikan diberikan suatu kekuasaan yang

lebih luas untuk menjumpakan utang adalah batal. 1602s. Jika upah si buruh seluruhnya atau sebagian ditetapkan dalam perumahan, makan atau lainlain keperluan hidup, maka si majikan diwajibkan, asal menurut syarat-syarat kesehatan dan kesusilaan baik, memenuhinya menurut kebiasaan setempat. Tiap janji yang kiranya dapat mengakibatkan, bahwa kewajiban si majikan ini akan dikecualikan atau dibatasi, adalah batal. 1602t. Si majikan, yang untuk sementara waktu berhalangan memenuhi upah, sekadar ini ditetapkan dalam perumahan, makan dan lain-lain keperluan hidup, sedangkan halangan ini tidak disebabkan oleh perbuatan si buruh sendiri, diwajibkan memberikan kepada si buruh ini suatu ganti rugi, yang jumlahnya ditetapkan dengan perjanjian atau jika tidak ada suatu perjanjian, oleh kebiasaan setempat. 1602u. Si majikan diwajibkan kepada buruh-buruh yang bertinggal padanya, memberikan kesempatan, dengan tidak dipotong upahnya, memenuhi ibadat-ibadat agamanya, begitu pula menikmati istirahat dari pekerjaannya, dalam kedua-dua hal secara yang ditetapkan dengan perjanjian atau, jika itu tidak ada, menurut kebiasaan setempat. 1602v. Si majikan diwajibkan mengatur pekerjaan sedemikian rupa, hingga si buruh tidak usah melakukan pekerjaan pada hari Minggu dan hari-hari yang menurut kebiasaan setempat, sekadar mengenai pekerjaan yang diperjanjikan, dipersamakan dengan hari Minggu. Jika sifat pekerjaan menghendakinya, si majikan adalah berhak untuk menyimpang dari ketentuan dalam ayat yang lalu, asal dalam satu bulan paling sedikit diberikan dua hari Minggu libur, sedangkan jumlah hari libur dalam satu tahun paling sedikit 52 hari. Jika berhubung dengan syarat-syarat istimewa dari perusahaan-perusahaan tertentu sepatutnya tidak dapat diharapkan, bahwa dalam perusahaan itu atau dalam bagian-bagian maupun babakan-babakan dari perusahaan-perusahaan itu paling sedikit diberikan dua hari Minggu libur dalam satu bulan, maka dengan izin sebelumnya dari Menteri Sosial bagi buruh-buruh atau golongan-golongan buruh

dalam perusahaan-perusahaan tersebut dapat diadakan aturan yang menyimpang dari ayat yang lalu, asal jumlah hari libur dalam satu tahun paling sedikit 52 hari. Dengan peraturan Pernerintah dapat ditetapkan aturan untuk pernberian izin yang termaksud ini. Jika telah diperbuat bertentangan dengan apa yang ditentukan dalam ayat ke satu atau ayat ke dua atau pun bertentangan dengan suatu aturan menyimpang sebagaimana dimaksudkan dalam ayat ke tiga, maka si buruh, dengan menyimpang sekadarnya dari apa yang ditentukan dalam pasal 1601w, berhak atas suatu ganti rugi untuk tiap hari Minggu atau hari raya lain, yang ia tidak mendapat libur, sejumlah dua kali lipat upah sehari yang ditetapkan dalam uang. Tiap hak untuk menuntut sesuatu berdasarkan pasal ini, gugur setelah waktu tiga tahun, terhitung mulai hari penghabisan dari tahun penanggalan, dalam mana telah secara kurang diberikan libur pada hari Minggu atau lain hari raya. Terhadap buruh-buruh yang belum dewasa si majikan diwajibkan mengatur pekerjaannya sedemikian rupa, hingga mereka itu menurut kebiasaan setempat mempunyai kesempatan mengikuti pelajaran-pelajaran dalam lembaga-lembaga untuk agama, pengajaran lanjutan, pengajaran ulangan atau pengajaran keahlian. Tiap janji yang bertentangan dengan aturan ini adalah batal. Dengan peraturan pernerintah dapat diadakan aturan-aturan untuk sedapat-dapatnya mewajibkan si majikan mengadakan pencatatan tentang hari-hari libur yang diberikan kepada si buruh dalam register-register yang disediakan untuk itu. 1602w. Si majikan diwajibkan untuk mengatur dan memelihara ruanganruangan, piranti-piranti atau perkakas-perkakas dalam mana atau dengan mana ia menyuruh melakukan pekerjaan sedemikian rupa, begitu pula untuk mengenai hal melakukannya pekerjaan mengadakan aturan yang sedemikian serta memberikan petunjuk-petunjuk, hingga si buruh diperlindungi terhadap bahaya bagi jiwa, kehormatan dan harta-bendanya, sebegitu jauh, sebagaimana dapat dituntut sepantasnya berhubung dengan sifat pekerjaan. Jika kewajiban-kewajiban itu tidak dipenuhi, si majikan diwajibkan mengganti kerugian yang karenanya menimpa si buruh dalam menjalankan

pekerjaannya, kecuali apabila ia dapat membuktikan bahwa tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban itu disebabkan keadaan memaksa atau bahwa kerugian tersebut sebagian besar ada juga disebabkan oleh kesalahan kasar dari si buruh sendiri. Jika sebagai akibat dari tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban itu oleh si majikan, si buruh didalam melakukan pekerjaannya mendapat luka yang sedemikian hingga ia meninggal karenanya, maka si majikan diwajibkan memberikan ganti rugi kepada suami atau istri si buruh yang ditinggalkan, anak-anak atau orang tua si meninggal, yang lazimnya dipelihara dengan pekerjaannya, kecuali apabila si majikan itu dapat membuktikan, bahwa tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban itu disebabkan keadaan memaksa atau bahwa meninggalnya si buruh itu sebagian besar ada juga disebabkan oleh kesalahan kasar dari si buruh sendiri. Tiap janji yang kiranya akan mengakibatkan bahwa kewajiban-kewajiban si majikan ini dikecualikan atau dibatasi, adalah batal. Dengan undang-undang natnun itu dapat diadakan aturan-aturan yang menetapkan, bahwa kewajiban mengganti kerugian, yang dimaksudkan dalam ayat ke dua dan ayat ke tiga, oleh si majikan dapat dilimpahkan kepada orang-orang lain. 1602x. Si majikan diwajibkan, jika seorang buruh yang bertinggal padanya, sakit atau mendapat kecelakaan, selama berlangsungnya perhubungan kerja tetapi paling lama untuk waktu enam minggu, rnenguruskan perawatan dan pengobatannya sepantasnya, sekadar tentang hal itu tidak telah diadakan aturan atas dasar lain. Ia berhak menuntut kembali biayanya dari si buruh, tetapi yang mengenai biaya selama empat minggu yang pertama hanyalah apabila sakit atau kecelakaan itu disebabkan kesengajaan atau tak susila si buruh atau akibat dari suatu cacat badan tentang mana si buruh sewaktu membuat perjanjian dengan sengaja telah memberikan keterangan-keterangan palsu kepada si majikan. Tiap janji, yang kiranya akan mengakibatkan bahwa kewajiban-kewajiban si majikan ini dikecualikan atau dibatasi, adalah batal. 1602y. Si majikan pada umunya diwajibkan melakukan atau pun tidak berbuat segala apa yang didalam keadaan yang sama sepatutnya harus dilakukan

atau tidak diperbuat oleh seorang majikan yang baik. 1602z. Si majikan diwajibkan pada waktu berakhirnya perhubungan kerja, atas permintaan si buruh, memberikan kepadanya sepucuk surat pernyataan yang ditandatangani olehnya. Surat pemyataan itu memuat suatu keterangan yang sesungguhnya tentang sifat pekerjaan yang telah dilakukan serta lamanya hubungan kerja, begitu pula, tetapi hanya atas permintaan khusus dari orang kepada siapa surat pernyataan itu harus diberikan, tentang cara bagaimana si buruh telah menunaikan kewajiban-kewajibannya dan cara bagaimana hubungan kerja berakhir; jika namun itu si majikan telah mengakhiri hubungan kerja dengan tidak memajukan sesuatu alasan maka ia hanya diwajibkan menyebutkan apa alasan-alasan itu; jika si buruh telah mengakhiri hubungan kerja secara berlawanan dengan hukum, maka si majikan adalah berhak untuk menyebutkan hal itu didalam surat pernyataannya. Si majikan yang menolak memberikan surat pernyataan yang diminta, atau dengan sengaja menuliskan keterangan-keterangan yang tidak benar, atau pula memberikan suatu tanda pada surat pernyataannya yang dimaksudkan untuk memberikan sesuatu keterangan tentang si buruh yang tidak termuat dalam surat pemyataannya sendiri, atau lagi memberikan keterangan-keterangan kepada orang-orang pihak ke tiga yang bertentangan dengan surat pernyataannya, adalah bertanggung jawab baik terhadap si buruh maupun terhadap orang-orang pihak ke tiga tentang kerugian yang diterbitkan karenanya. Tiap janji yang kiranya akan mengakibatkan, bahwa kewajiban-kewajiban si majikan ini dikecualikan atau dibatasi, adalah batal. BAGIAN KE EMPAT Tentang kewajiban buruh 1603. Si buruh diwajibkan melakukan pekerjaan yang dijanjikan menurut kemampuannya yang sebaik-baiknya. Sekadar tentang sifat serta luasnya pekerjaan yang harus dilakukan tidak dijelaskan dalam perjanjian atau reglemen, maka hal itu ditentukan oleh kebiasaan. 1603a. Si buruh diwajibkan sendiri melakukan pekerjaannya; tak bolehlah ia, selain dengan izin si majikan dalam melakukan pekerjaannya itu digantikan oleh

orang ke tiga. 1603b. Si buruh diwajibkan mentaati aturan-aturan tentang hal melakukan pekerjaan serta aturan-aturan yang ditujukan pada perbaikan tata tertib dalam perusahaan si majikan, yang diberikan kepadanya oleh atau atas nama si majikan didalam batas-batas aturan-aturan undang-undang atau perjanjian maupun reglemen, atau jika itu tidak ada, menurut kebiasaan. 1603c. Si buruh yang bertinggal pada si majikan, harus bertingkah laku menurut tertibnya rumah. 1603d. Si buruh pada umumnya diwajibkan melakukan, maupun tidak berbuat segala apa yang didalam keadaan yang sama, patut dilakukan atau tidak diperbuat oleh seorang buruh yang baik. BAGIAN KE LIMA Tentang bermacam-macam cara berakhirnya hubungan kerja, yang diterbitkan dari perjanjian 1603e. Hubungan kerja berakhir demi hukum, dengan lewatnya waktu yang ditetapkan dalam perjanjian maupun reglemen, atau dalam ketentuan undang-undang atau lagi, jika itu tidak ada, oleh kebiasaan. Pemberitahuan sebelumnya tentang kehendak untuk mengakhiri hubungan kerja hanya diperlukan : 1o. jika demikian itu telah diperjanjikan dalam perjanjian yang dibuat tertulis atau dalam reglemen, 2o. jika menurut aturan undang-undang atau menurut kebiasaan, juga dalam hal lamanya hubungan kerja telah ditetapkan sebelumnya, harus ada suatu pemberitahuan tentang kehendak untuk mengakhirinya, sedangkan kedua belah pihak, sekadar itu diperbolehkan, tidak telah menyimpang dengan perjanjian yang dibuatnya tertulis atau dalam reglemen. 1603f. Jika hubungan kerja, setelah lewatnya waktu, yang disebutkan dalam ayat ke satu dari pasal yang lalu, diteruskan oleh kedua belah pihak dengan tidak ada bantahan, maka dianggap bahwa hubungan itu dilangsungkan lagi untuk waktu yang sama, tetapi paling lama untuk satu tahun dan atas dasar syarat-syarat lama. Sekadar hubungan kerja yang diperpanjang itu akan berlangsung untuk waktu yang

kurang dari enam bulan, maka dianggap bahwa hubungan itu dibuat untuk waktu tidak tertentu, tetapi untuk selainnya atas dasar syarat-syarat lama. Aturan yang sama berlaku jika didalam hal-hal yang disebutkan dalam ayat ke dua dari pasal yang lalu tidak dilakukan pernberitahuan penghentian pada waktu yang tepat. Dengan perjanjian tertulis atau dengan reglemen, akibat-akibat pernberitahuan penghentian yang tidak dilakukan pada tepat waktu dapat diatur lain, asal hubungan kerja diperpanjang dengan waktu paling sedikit enam bulan. 1603g. Jika lamanya suatu hubungan kerja tidak telah ditentukan dengan perjanjian atau reglemen maupun dengan suatu aturan undang-undang, atau pula oleb kebiasaan, maka dianggaplah hubungan kerja itu sebagai dibuat untuk waktu tak tertentu. Jika hubungan kerja telah dibuat untuk waktu tak tertentu atau hingga diakhiri, maka masing-masing pihak adalah berhak mengakhirinya dengan pemberitahuan penghentian dengan mengindahkan ketentuan-ketentuan dalam dua pasal yang berikut. 1603h. Pemberitahuan untuk mengakhiri hubungan kerja hanyalah boleh dilakukan menjelang hari terakhir dari tiap-tiap bulan penanggalan. Tiap janji dengan mana kiranya akan diberikan keleluasaan untuk menghentikan hubungan kerja menjelang suatu hari lain, selainnya hari terakhir dari tiap-tiap bulan penanggalan, adalah batal. 1603i. Kecuali dalam hal yang ditentukan dalam kedua ayat yang berikut dari pasal ini, maka dalam hal menghentikan hubungan kerja harus paling sedikit diindahkan suatu tenggang waktu yang lamanya satu bulan. Dengan perjanjian yang dibuat tertulis atau dengan reglemen, boleh ditentukan bahwa tenggang yang dimaksudkan dalam ayat yang lalu bagi si buruh dapat diperpanjang dengan waktu paling lama satu bulan, apabila hubungan kerja pada waktu penghentian itu sudah berlangsung selama paling sedikit dua tahun terus-menerus. Tenggang waktu yang dimaksudkan dalam ayat ke satu, bagi si majikan diperpanjang berturut-turut dengan satu bulan, dua bulan atau tiga bulan, apabila pada waktu penghentian hubungan kerja telah berlangsung berturut-turut paling

sedikit satu tahun tetapi kurang dari dua tahun, paling sedikit dua tahun tetapi kurang dari tiga tahun dan paling sedikit tiga tahun terus-menerus. Tiap janji yang bertentangan dengan sesuatu ketentuan dari pasal ini, adalah batal. 1603i bis. Suatu perjanjian perburuhan baru, yang dibuat oleh seorang buruh didalam waktu empat minggu setelah berakhirnya hubungan kerja yang lama, dengan tidak membedakan apakah ini telah dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tak tertentu, pada majikan yang sama, untuk suatu waktu tertentu yang kurang dari enam bulan dianggap sebagai dibuat untuk waktu tak tertentu. 1603i. ter. Hubungan-hubungan kerja pada majikan yang sama, yang terputus selama suatu waktu yang kurang dari empat minggu atau pun yang bersambungan seketika satu sama lain, secara yang dimaksudkan dalam pasal 1603f dianggap, sekadar mengenai hal tenggang waktu penghentian yang dimaksudkan dalam pasal 1603i, sebagai suatu hubungan perburuhan yang tak pernah terputus. 1603j. Hubungan kerja berakhir dengan meninggalnya si buruh. 1603k. Hubungan kerja tidak berakhir dengan meninggalnya si majikan, kecuali jika dari perjanjiannya dapat disimpulkan sebaliknya. Namun itu baik para ahli warisnya si majikan di satu pihak maupun si buruh di lain pihak berhak mengakhiri hubungan kerja yang dibuat untuk suatu waktu tertentu, dengan pemberitahuan penghentian dengan mengindahkan ketentuan-ketentuan pasal-pasal 1603 h dan 1603 i, seakan-akan hubungan kerja tersebut telah dibuat untuk waktu tak tertentu. 1603 l. Jika telah diperjanjikan suatu waktu percobaan, maka selama waktu itu masing-masing pihak adalah berhak seketika, mengakhiri hubungan kerja dengan pemberitahuan penghentian. Tiap janji dengan mana waktu percobaan tidak ditetapkan sama untuk kedua belah pihak atau ditetapkan untuk waktu yang lebih lama dari tiga bulan, begitu pula tiap janji dengan mana antara dua pihak yang sama ditetapkan lagi suatu waktu percobaan baru, adalah batal. 1603 m. Jika wakil menurut undang-undang dari seorang belum dewasa berpendapat, bahwa perjanjian perburuhan yang dibuat oleh si belum dewasa itu

akan mempunyai akibat, atau sudah mempunyai akibat yang merugikan bagi si belum dewasa, atau pula jika ia berpendapat, bahwa syarat-syarat yang disebutkan dalam surat kuasa yang diterangkan dalam pasal 1601 g tidak dipenuhi, maka, bolehlah ia memajukan permohonan tertulis kepada Hakim di tempat dimana si belum dewasa sesungguhnya berdiam, supaya perjanjian perburuhan tersebut dinyatakan putus. Hakim takkan meluluskan permohonan, melainkan setelah mendengar atau memanggil dengan sah si belum dewasa si majikan dan lagi Balai Harta Peninggalan jika si belum dewasa berada di bawah perwalian dimana Balai Harta Peninggalan itu menjadi wali pengawasnya. Jika Hakim mengabulkan permohonan, ia menetapkah pada waktu mana hubungan kerjanya akan berakhir. Terhadap penetapan tersebut tidak ada jalan untak melawannya, kecuali adanya kekuasaan Jaksa Agung untuk semata-mata demi kepentingan undangundang, memajukan permintaan kasasi terhadap penetapan tersebut. 1603 n. Masing-masing pihak dapat mengakhiri hubungan kerjanya tanpa pemberitahuan penghentian atau mengindahkan ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk pemberitahuan-pemberitahuan penghentian, tetapi pihak yang melakukan ini, jika pihak lawan tidak menyetujuinya, berbuat berlawanan dengan hukum, kecuali apabila ia pada waktu itu juga membayar ganti rugi atas dasar yang ditentukan dalam pasal 1603 q, atau apabila ia mengakhiri hubungan kerja secara demikian itu karena suatu alasan yang mendesak yang seketika diberitahukan kepada pihak lawan. 1603 o. Bagi si majikan dianggap sebagai alasan-alasan yang mendesak dalam arti pasal yang lalu perbuatan-perbuatan, sifat-sifat atau tingkah laku si buruh yang demikian hingga karenanya dari pihaknya si majikan tidak sepatutnya dapat diminta untuk meneruskan hubungan kerjanya. Alasan-alasan yang mendesak antara lain dapat dianggap ada: 1 o. apabila si buruh pada waktu menutup perjanjiannya telah menyesatkan si majikan dengan memperlihatkan surat-surat pernyataan yang palsu atau dipalsukan, atau kepada si majikan ini dengan sengaja telah memberikan

keterangan-keterangan palsu tentang cara bagaimana hubungan kerja yang lama telah berakhir, 2 o. apabila ia ternyata terlalu arnat kurang mempunyai kecakapan atau kesanggupan untuk pekerjaan untuk mana ia telah mengikatkan dirinya; 3 o. apabila ia, meskipun telah diperingatkan, masih saja gernar akan mabuk, madat atau berbuat tingkah laku yang buruk lainnya; 4 o. apabila ia telah melakukan pencurian, penggelapan, penipuan atau lain-lain kejahatan, yang menyebabkan ia tidak patut lagi mendapat kepercayaan dari si majikan; 5 o. apabila ia menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam sungguh-sungguh si majikan, sanak keluarga atau teman-teman serumah si majikan, atau teman-teman sekerjanya; 6 o. apabila ia membujuk atau mencoba membujuk si majikan, sanak keluarga atau teman-teman serumah si majikan atau teman-teman sekerjanya, untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan baik; 7 o. apabila ia dengan sengaja atau, meskipun telah diperingatkan, secara sembrono merusakkan milik si majikan atau menerbitkan bahaya yang sungguhsungguh mengancam milik itu; 8 o. apabila ia dengan sengaja atau, meskipun telah diperingatkan, menerbitkan bahaya yang sungguh-sungguh mengancam pada dirinya sendiri atau lain-lain orang; 9 o. apabila ia mengumumkan hal-hal istimewa mengenai rumah tangga atau perusahaan si majikan, yang ia diwajibkan merahasiakan; 10 o. apabila ia berkeras kepala menolak akan memenuhi perintah-perintah yang patut yang diberikan kepadanya oleh atau atas nama si majikan; 11 o. apabila ia dengan cara lain sangat melalaikan kewajiban-kewajiban yang oleh perjanjian dibebankan padanya; 12 o. apabila ia karena sengaja atau sembrono telah menjadi tak mampu melakukan pekerjaannya; Janji-janji yang menetapkan bahwa kepada si majikan akan diserahkan

untuk menentukan apakah ada suatu alasan yang mendesak dalam arti pasal 1603 n, adalah batal. 1603 p. Bagi si buruh dianggap sebagai alasan-alasan yang mendesak dalam arti pasal 1603 n keadaan-keadaan yang demikian sehingga karenanya tidak sepantasnya dapat diharapkan dari si buruh untuk meneruskan hubungan kerjanya. Alasan-alasan yang mendesak antara lain harus dianggap ada: 1 o. apabila si majikan menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam sungguh-sungguh si buruh, atau membiarkan bahwa perbuatan-perbuatan semacam itu dilakukan oleh salah seorang teman serumahnya atau bawahannya; 2 o. apabila ia membujuk atau mencoba membujuk si buruh, sanak keluarga atau teman-teman serumah si buruh untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan baik, atau membiarkan bahwa pembujukan atau percobaan membujuk yang demikian itu dilakukan oleh salah seorang teman serumah atau bawahannya; 3 o. apabila ia tidak membayar upah pada waktu yang ditentukan; 4o. apabila, dalam hal telah diperjanjikan makan dan perumahan, ia tidak menyelenggarakan hal-hal itu sepantasnya; 5 o. apabila ia tidak memberikan pekerjaan secukupnya kepada si buruh yang upahnya digantungkan pada hasil pekerjaan yang dilakukan; 6 o. apabila, jika upah si buruh digantungkan pada hasil pekerjaan yang harus dilakukan si majikan tidak memberikan bantuan yang diperjanjikan atau tidak memberikan secukupnya; 7 o. apabila ia terlalu amat melalaikan kewajiban-kewajiban yang oleh perjanjian dibebankan kepadanya; 8 o. apabila ia, jika sifat hubungan kerja tidak mengharuskannya, sedangkan si buruh menolaknya, memerintahkan kepada si buruh itu supaya ia melakukan pekerjaan dalam perusahaan seorang majikan lain; 9 o. apabila terus berlangsung hubungan kerja bagi si buruh akan membawa bahaya yang sungguh-sungguh untuk jiwa, kesehatan, kesusilaan atau nama baiknya, sedangkan itu tidak ternyata sewaktu perjanjian dibuat; 10 o. apabila si buruh karena sakit atau lain-lain sebab diluar salahnya

menjadi tak mampu melakukan pekerjaan yang diperjanjikan. Janji-janji yang menetapkan bahwa kepada si buruh akan diserahkan untuk menentukan apakah ada suatu alasan yang mendesak dalam arti pasal 1603 n, adalah batal. 1603 q: Ganti rugi yang dimaksudkan dalam pasal-pasal 1601 k dan 1603 n adalah dalam hal suatu hubungan kerja yang dibuat atau dianggap telah dibuat untuk suatu waktu tak tertentu, sama dengan jumlah upah yang harus dibayar sampai pada hari berikutnya hari pada mana hubungan kerja sedianya akan dapat diakhiri dengan pemberitahuan penghentian; dalam hal suatu hubungan kerja yang dibuat untuk suatu waktu tertentu, ganti rugi tersebut adalah sama dengan jumlah upah untuk lamanya waktu yang hubungan kerjanya itu menurut pasal 1603 e dan pasal 1603 f sedianya harus berlangsung terus. Disini yang dimaksudkan dengan upah ialah unsur-unsur upah yang disebutkan di bawah nomor 1o dan 7o dari pasal 1601 p. Jika upah si buruh, seluruhnya atau sebagian tidak ditetapkan menurut lamanya waktu, maka berlakulah ukuran dari pasal 1601 o. Tiap janji dengan mana bagi si buruh diperjanjikan suatu ganti rugi yang jumlahnya kurang, adalah batal. Dengan perjanjian yang dibuat tertulis atau dengan reglemen boleh ditetapkan suatu ganti rugi yang lebih jumlahnya. Hakim berkuasa menetapkan ganti rugi yang dimaksudkan dalam ayat ke satu dan ayat ke empat pasal ini, pada suatu jumlah yang kurang, jika ganti rugi itu menurut pendapatnya melampaui yang sepantasnya. Dari jumlah ganti rugi yang terutang harus dibayar suatu bunga, yang ditetapkan sebanyak enam persen setahun, terhitung mulai hari hubungan kerjanya telah berakhir. 1603 r. Jika salah satu pihak telah mengakhiri hubungan kerjanya tanpa pemberitahuan penghentian atau dengan tidak mengindahkan peraturan-peraturan yang berlaku untuk pemberitahuan penghentian seraya memberikan ganti rugi kepada pihak lawan atas dasar ketentuan ayat ke satu pasal yang lalu, maka jika hal itu disertai alasan-alasan istimewa hingga kerugian yang disebabkan dapat dianggap

tidak cukup diganti dengan ganti rugi yang diterimanya, pihak lawan tersebut berhak menuntut penggantian kerugian lagi. 1603 s. Jika salah satu pihak telah mengakhiri hubungan kerjanya secara berlawanan dengan hukum, maka pihak lawannya berhak menuntut jumlah yang termaksud dalam pasal 1603 q, atau suatu ganti rugi sepenuhnya. Hal yang sama berlaku, jika salah satu pihak telah memberikan suatu alasan yang mendesak kepada pihak lawannya untuk mengakhiri hubungan kerjanya tanpa pemberitahuan penghentian atau dengan tidak mengindahkan peraturan-peraturan yang berlaku untuk pemberitahuan penghentian, dan pihak lawan itu telah menggunakan haknya tersebut. 1603 s. bis. Jika si majikan mengakhiri hubungan kedanya dengan maksud meluputkan diri dari kewajibannya untuk memberikan suatu cuti setelah suatu masa kerja tertentu yang telah dijanjikan dalam atau berhubung dengan perjanjiannya, maka si buruh adalah berhak untuk, selebihnya dan selainnya apa yang kiranya menjadi haknya berhubung dengan pemecatannya atas dasar lain, menuntut suatu ganti rugi sebesar gaji yang ia sedianya akan memperolehnya selama waktu cuti, beserta, jika didalam perjanjian telah diperjanjikan suatu hak atas pelayaran dengan cuma-cuma, biaya yang diperlukan untuk pelayaran itu, ke tempat asalnya atau ke tempat cuti, pada saat hubungan kerjanya diakhirinya. Jika diluar hal yang termaksud dalam ayat yang lalu, setelah separuh dari masa kerja dalam perjanjian ditentukan untuk pemberian cuti lampau si majikan sepihak mengakhiri perjanjian tanpa alasan yang mendesak, maka ia diwajibkan selain apa yang ia wajib membayar kepada si buruh atas dasar lain, membayar kepadanya suatu jumlah uang, yang imbangannya terhadap jumlah ganti rugi yang termaksud dalam ayat ke satu adalah sama dengan imbangan antara masa kerja yang dibutuhkan untuk perolehan cuti yang telah lampau pada saat berakhirnya perjanjian dan masa kerja yang dibutuhkan untuk perolehan cuti. Dalam hal menghitung masa kerja maka bulan dalam mana perjanjiannya berakhir dihitung sebagai satu bulan penuh. Hal yang sama berlaku juga, jika si buruh, setelah bagian dari masa kerja yang tersebut dalam ayat yang lalu telah lampau, mengakhiri hubungan kerjanya

karena suatu alasan yang mendesak yang diberikan oleh si majikan, atau jika Hakim menyatakan bubarnya perjanjian karena alasan-alasan penting yang tidak mendesak sebagaimana termaksud dalam pasal 1603 v, atau karena suatu alasan mendesak yang diberikan oleh si majikan, atau berdasarkan pasal 1267, karena si majikan tidak memenuhi kewajiban-kewajibannya. Jika Hakim menyatakan bubarnya perjanjian atas alasan lain daripada alasan-alasan yang mendesak, maka ia adalah berkuasa mengurangi jumlah uang yang ditetapkan dalam ayat ke dua hingga suatu jumlah yang sedemikian yang dianggapnya adil mengingat keadaan-keadaan kejadian. 1603 t. Tiap hak untuk menuntut sesuatu yang berdasarkan pasal yang lalu, gugur dengan lewatnya waktu satu tahun. 1603 u. Jika hubungan kerja dibuat untuk waktu yang lebih lama dari lima tahun atau untuk selama hidupnya seorang tertentu, maka, si buruh namun itu adalah berhak menghentikannya dengan pemberitahuan penghentian mulai saat, pada mana lima tahun telah lampau sejak ia mulai berlaku, dengan mengindahkan suatu tenggang waktu enam bulan. Tiap janji yang mungkin menyebabkan kekuasaan menghentikan ini akan dikecualikan atau dibatasi adalah batal. 1603 v. Masing-masing pihak adalah setiap waktu berhak, juga sebelumnya pekerjaan dimulai, karena alasan-alasan penting, memajukan permohonan tertulis kepada Pengadilan Negeri dari tempat kediamannya yang sesungguhnya, supaya perjanjian perburuhan dinyatakan bubar. Tiap janji yang mungkin berakibat bahwa kekuasaan ini akan dikecualikan atau dibatasi, adalah batal. Sebagai alasan-alasan panting, kecuali alasan-alasan mendesak sebagai termaksud dalam pasal 1603 n, harus dianggap juga perubahan-perubahan keadaan pribadi atau kekayaan si pemohon atau pihak lawan ataupun perubahan-perubahan keadaan-keadaan dalam mana pekerjaannya dilakukan, yang demikian sifatnya, hingga sepantasnya hubungan kerjanya harus berakhir seketika atau setelah suatu waktu yang pendek. Hakim takkan meluluskan permohonan, selain setelahnya mendengar pihak lawan atau memanggilnya secara sah.

Kedua ayat terakhir dari pasal 1603 m adalah berlaku. 1603 w. Kekuasaan para pihak untuk menuntut punbatalan perjanjian berdasarkan pasal 1267 disertai penggantian biaya, rugi dan bunga, tidak dikecualikan oleh ketentuan-ketentuan dalam bagian ini. Ketentuan-ketentuan penutup 1603 x. Perjanjian-perjanjian perburuhan yang dibuat antara seorang majikan yang tunduk dan seorang buruh yang tidak tunduk pada ketentuanketentuan yang lalu dari bab ini, dikuasai oleh ketentuan-ketentuan ini, dengan tidak memandang maksudnya para pihak, jika perjanjian-perjanjian tersebut mengenai pekerjaan yang sama atau hampir sama dengan pekerjaan yang lazimnya dilakukan oleh buruh-buruh yang tunduk pada ketentuan-ketentuan dari bab ini. Perjanjian-perjanjian perburuhan yang dibuat antara seorang majikan yang tidak tunduk dan seorang buruh yang tunduk pada ketentuan-ketentuan yang lalu dari bab ini, dikuasai oleh ketentuan-ketentuan ini, dengan tidak mengingat maksudnya para pihak. 1603 y. Ketentuan-ketentuan yang lalu dari bab ini tidak berlaku bagi orangorang yang bekerja pada Negara daerah atau bagian daerah, kota praja, badan untuk menyelenggarakan perairan atak lain badan kecuali jika sebelum atau pada waktu mulai berlakunya hubungan kerja, ketentuan-ketentuan tersebut oleh kedua belah pihak atau atas nama mereka, ataupun oleh suatu ketentuan undang-undang dinyatakan berlaku. 1603 z. Dengan undang-undang dapat ditetapkan aturan-aturan khusus bagi perjanjian-perjanjian untuk melakukan pekerjaan dalam perusahaan-perusahaan pertanian atau kerajinan, untuk melakukan pekerjaan pada kereta api atau pada perusahaan-perusahaan pengangkutan dan lain-lain perusahaan. BAGIAN KE ENAM Tentang pemborongan pekerjaan 1604. Dalam hal pemborongan pekerjaan dapat ditetapkan dalam perjanjian bahwa si pemborong hanya akan melakukan pekerjaan saja atau bahwa ia juga akan memberikan bahannya.

1605. Dalam halnya si pemborong diwajibkan memberikan bahannya, dan pekerjaannya dengan cara bagaimana pun musnah sebelumnya pekerjaan itu diserahkan, maka segala kerugian adalah atas tanggungan si pemborong, kecuali apabila pihak yang memborongkan telah lalai untuk menerima pekerjaan tersebut. 1606. Jika si pemborong diwajibkan melakukan pekerjaan saja dan pekerjaannya musnah, maka ia hanya bertanggungjawab untuk kesalahannya. 1607. Jika didalam hal yang tersebut dalam pasal yang lalu, musnahnya pekerjaan itu terjadi diluar sesuatu kelalaian dari pihak si pemborong, sebelum pekerjaan itu diserahkan, sedangkan pihak yang memborongkan tidak telah lalu untuk memeriksa dan menyetujui pekerjaannya, maka si pemborong tidaklah berhak atas harga yang dijanjikan, kecuali apabila musnahnya barang itu disebabkan oleh sesuatu cacat dalam bahannya. 1608. Jika suatu pekerjaan dikerjakan sepotong demi sepotong atau seukuran demi seukuran, maka pekerjaan itu dapat diperiksa sebagian demi sebagian; pemeriksaan tersebut dianggap terjadi untuk semua bagian yang telah dibayar, apabila pihak yang memborongkan tiap-tiap kali membayar si pemborong menurut imbangan dari apa yang telah selesai dikerjakan. 1609. Jika suatu gedung, yang telah diborongkan dan dibuat untuk suatu harga tertentu, seluruhnya atau sebagian musnah disebabkan suatu cacat dalam penyusunannya atau bahkan karena tidak sanggupnya tanahnya, maka para ahli pembangunannya serta para pemborongnya adalah bertanggung jawab untuk itu selama sepuluh tahun. 1610. Jika seorang ahli pembangun atau seorang pemborong telah menyanggupi untuk membuat suatu gedung secara memborong, menurut suatu rencana yang telah diperkirakan serta ditetapkan bersama-sama dengan si pemilik tanah, maka tak dapatlah ia menuntut suatu penambahan harga, baik dengan dalih tambahnya upah-upah buruh atau bahan-bahan bangunan, maupun dengan dalih telah dibuatnya perubahan-perubahan dan tambahan-tambahan yang tidak termasuk dalam rencana, jika perubahan-perubahan atau perbesaran-perbesaran itu tidak telah disetujui tertulis dan tentang harganya tidak telah diadakan perjanjian dengan si pemilik.

1611. Pihak yang memborongkan, jika dikehendakinya demikian, boleh menghentikan pemborongannya, meskipun pekerjaannya telah dimulai, asal ia memberikan ganti rugi sepenuhnya kepada si pemborong untuk segaia biaya yang telah dikeluarkannya guna pekerjaannya serta untuk keuntungan yang terhilang karenanya. 1612. pemborong. Namun itu pihak yang memborongkan diwajibkan untuk membayar kepada para ahli waris si pemborong harga pekerjaan yang telah dikerjakan menurut imbangannya terhadap harga pekerjaan yang telah dijanjikan dalam perjanjian, serta harga bahan-bahan bangunan yang telah disediakan, asal pekerjaan atau bahan yang telah disediakan, asal pekerjaan atau bahan tersebut dapat mempunyai suatu manfaat baginya. 1613. Si pemborong adalah bertanggung jawab terhadap perbuatanperbuatan orang-orang yang dipekerjakan olehnya. 1614. Tukang-tukang batu, tukang-tukang kayu, tukang-tukang besi dan lain-lain tukang, yang lelah dipakai untuk mendirikan sebuah gedung atau untuk membuat sesuatu pekerjaan lain yang diborongkan, tidak mempunyai tuntutan terhadap orang untuk siapa pekerjaan-pekerjaan itu telah dibuatnya, selainnya untuk sejumlah yang orang ini berutang kepada si pemborong pada saat mereka memajukan runtutannya. 1615. Tukang-tukang batu, tukang-tukang kayu, tukang-tukang besi dan lain-lain tukang, yang atas tanggung jawab sendiri secara langsung dan untuk suatu harga tertentu menyanggupi melaksanakan suatu pekerjaan, tunduk pada aturanaturan yang diberikan dalam bagian ini. Mereka adalah pemborong-pemborong didalam bagian pekerjaan yang mereka lakukan. 1616. Orang-orang buruh yang memegang sesuatu barang kepunyaan orang lain, untuk mengerjakan sesuatu pada barang tersebut, adalah berhak menahan barang itu, sampai biaya dan upah-upah yang dikeluarkan untuk barang itu dipenuhi seluruhnya, kecuali jika pihak yang memborongkan telah memberikan jaminan Pemborongan pekerjaan berhenti dengan meninggainya si

secukupnya untuk pembayaran biaya dan upah-upah tersebut. 1617. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban jurujuru pengangkut dan nakhodanakhoda diatur didalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. BAB KE DELAPAN Tentang Persekutuan BAGIAN KE SATU Ketentuan-ketentuan umum 1618. Persekutuan adalah suatu perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan, dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya. 1619. Segala persekutuan harus mengenai suatu usaha yang halal, dan harus dibuat untuk manfaat bersama para pihak. Masing-masing sekutu diwajibkan memasukkan uang, barang-barang lain atau pun kerajinannya kedalam perseroan itu. 1620. Persekutuan-persekutuan adalah penuh atau khusus. 1621. Undang-undang hanyalah mengenal persekutuan penuh tentang keuntungan. Dilarang adalah segala persekutuan, baik dari sernua kekayaan maupun dari sebagian tertentu dari kekayaan seorang secara percampuran seumumnya; dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam bab ke enam dan ke tujuh dari Buku ke satu Kitab Undang-undang ini. 1622. Persekutuan penuh tentang keuntungan hanyalah mengenai segala apa yang akan diperoleh para pihak dengan nama apa pun, selama berlangsungnya persekutuan sebagai hasil dari kerajinan mereka. 1623. Persekutuan khusus ialah persekutuan yang sedemikian yang hanya mengenai barang-barang tertentu saja. atau pemakaiannya, atau hasil-hasil yang akan didapatnya dari barang-barang itu, atau lagi mengenai suatu perusahaan maupun mengenai hal menjalankan sesuatu perusahaan atau pekerjaan tetap. BAGIAN KE DUA Tentang perikatan-perikstan antara para sekutu 1624. Persekutuan mulai berlaku sejak saat perjanjian, jika dalam perjanjian ini tidak telah ditetapkan suatu saat lain.

1625. Masing-masing sekutu berutang kepada persekutuan segala apa yang ia telah menyanggupi memasukkan didalamnya; dan jika pemasukan ini terdiri atas suatu barang tertentu, maka ia diwajibkan menanggung, dengan cara yang sama seperti dalam jual beli. 1626. Sekutu yang diwajibkan memasukkan sejumlah uang dan tidak melakukannya itu, menjadi berutang bunga atas jumlah itu derni hukum dan dengan tidak usah ditagihnya pembayaran uang tersebut terhitung sejak hari uang tersebut sedianya harus dimasukkan. Hal yang sama berlaku terhadap jumlah-jumlah uang yang telah diambilnya dari kas bersama, terhitung sejak hari ia telah mengambilnya guna kepentingannya pribadi. Kesemuanya itu tidak mengurangi penggantian tambahan biaya, rugi dan bunga jika ada alasan untuk itu.] 1627. Para sekutu yang telah mengikatkan dirinya untuk memasukkan tenaga dan kerajinannya kedalam persekutuan diwajibkan memberikan perhitungan kepada persekutuan tentang semua keuntungan yang mereka telah peroleh dengan kerajinan yang sedemikian sebagaimana menjadi hal dari persekutuan. 1628. Jika salah seorang sekutu atas namanya sendiri, mempunyai suatu penagihan sejumlah uang terhadap seorang yang disamping itu juga mempunyai suatu utang yang dapat ditagih pula kepada persekutuan maka setiap pembayaran yang diterima oleh sekutu tersebut harus dianggap berlaku baik untuk membayar piutang persekutuan maupun untuk membayar piutang si sekutu sendiri, menurut imbangan di antara jumlah-jumlah kedua piutang tersebut, demikian itu meskipun ia pada waktu menerima pembayaran tersebut menyatakan bahwa semuanya adalah untuk pengurangan atau pelunasan piutangnya pribadi; namun itu jika ia pada waktu menerima pembayaran menenukan bahwa seluruh pembayaran adalah untuk membayar piutang persekutuan maka apa yang ditentukan itulah yang berlaku. 1629. Jika salah seorang sekutu telah menerima seluruh bagiannya dalam suatu piutang bersama, dan si berutang terkemudian jatuh kedalam keadaan tak mampu, maka selcutu tersebut diwajibkan memasukkan apa yang telah diterimanya itu kedalam kas bersama, meskipun ia telah menyatakan menerima pembayaran itu

sebagai pelunasan bagiannya. 1630. Masing-masing sekutu diwajibkan memberikan ganti rugi kepada persekutuan tentang kerugian-kerugian yang diderita oleh persekutuan yang disebabkan salahnya si sekutu sedangkan ia tidak diperbolehkan menjumpakannya dengan keuntungan-keuntungan yang diperolehnya untuk persekutuan berkat pekerjaan dan kerajinannya dalam urusan-urusan lain. 1631. Jika barang-barang yang hanya kenikmatannya saja dimasukkan, terdiri atas benda-benda tertentu yang tidak musnah karena pemakaian, maka barang-barang tersebut adalah atas tanggungan si sekutu yang menjadi pemiliknya. Jika barang-barang tersebut musnah karena pemakaian; jika barang-barang tersebut turun harganya karena ditahan, jika barang-barang tersebut telah dimaksudkan untuk dijual, atau jika barangbarang itu dimasukkan dalam persekutuan menurut suatu perkiraan yang ditetapkan dalam suatu protelan atau inventaris, maka barang-barang itu adalah atas tanggungan persekutuan. Jika barang itu telah ditaksir, maka tak dapatlah si sekutu menuntut lebih daripada harganya menurut taksiran. 1632. Seorang sekutu mempunyai tuntutan terhadap persekutuan tidak saja tentang uang-uang yang ia telah keluarkan lebih dahulu untuk perkutuan tetapi juga tentang perikatan-perikatan yang ia telah perbuat dengan itikad baik guna kepentingan persekutuan dan lagi tentang kerugian-kerugian yang dideritanya yang tidak dapat dipisahkan dari pengurusannya. 1633. Jika didalam perjanjian persekutuan tidak telah ditentukan bagian masing-masing sekutu dalam untung dan ruginya persekutuan maka bagian masing-masing adalah seimbang dengan apa yang ia telah masukkan dalam persekutuan. Terhadap si sekutu yang hanya memasukkan kerajinannya, bagian dari untung rugi ditetapkan sama dengan bagian si sekutu yang memasukkan uang atau barang paling sedikit. 1634. Para sekutu tidaklah dapat memperjanji'kan bahwa mereka akan menyerahkan pengaturan tentang besarnya bagian masing-masing kepada salah seorang dari mereka atau kepada seorang pihak ke tiga.

Suatu janji yang demikian harus dianggap sebagai tidak tertulis, dan peraturan-peraturan dari pasal yang lalu harus tetap diindahkan. 1635. Janji dengan mana kepada salah seorang sekutu dijanjikan semua keuntungan, adalah batal. Namun itu adalah diperbolehkan untuk memperjanjikan bahwa semua kerugian semata-mata akan dipikul oleh salah seorang sekutu atau lebih. 1636. Si sekutu yang dengan suatu janji khusus jalam perjanjian persekutuan ditugaskan melakukan pengurusan persekutuan dapat, biarpun bertentangan dengan sekutu-sekutu lainnya, melakukan segala perbuatan yang berhubungan dengan pengurusannya asal dia dalam hal itu berlaku dengan itikad baik. Kekuasaan ini selama berlangsungnya persekutuan tak dapat ditarik kembali tanpa alasan yang sah; namun jika kekuasaan tersebut tidak telah diberikan didalam perjanjian persekutuan melainkan didalam suatu akta yang terkemudian, maka dapatlah ia ditarik kembali sebagaimana halnya dengan suatu pemberian kuasa biasa. 1637. Jika beberapa sekutu telah ditugaskan melakukan pengurusan persekutuan dengan tidak ditentukan apakah yang menjadi pekerjaannya masingmasing, atau dengan tidak ditentukan bahwa yang satu tidak diperbolehkan melakukan sesuatu apa jika tidak bersama-sama bertindak dengan teman-temannya pengurus, maka masing-masing sendirian adalah berkuasa untuk melakukan segala perbuatan yang mengenai pengurusan itu. 1638. Jika telah diperjanjikan bahwa salah seorang pengurus tidak boleh melakukan sesuatu perbuatan pun jika tidak bersama-sama bertindak dengan seorang pengurus lain, maka tak dapatlah pengurus yang satu, tanpa perjanjian baru, bertindak tanpa satu bantuan dari yang lainnya, meskipun orang yang belakangan ini pada sesuatu waktu berada dalam keadaan ketidakmampuan untuk turut melakukan perbuatan-perbuatan pengurusan. 1639. Jika tidak ada janji-janji khusus mengenai cara-caranya mengurus, harus diindahkan aturan-aturan yang berikut: 1 o. para sekutu dianggap secara bertimbal-balik telah memberikan kuasa

supaya yang satu melakukan pengurusan bagi yang lainnya. Apa yang dilakukan oleh masing-masing sekutu juga mengikat untuk bagian sekutu-sekutu yang lainnya, meskipun ia tidak telah memperoleh perizinan mereka; dengan tidak mengurang hak mereka ini atau salah seorang untuk melawan perbuatan tersebut, selama perbuatan itu belum ditutup; 2 o. masing-masing sekutu diperbolehkan memakai barang-barang kepunyaan persekutuan asal ia memakainya itu guna keperluan untuk mana barangbarang itu biasanya dimaksudkan, dan asal ia tidak memakainya berlawanan dengan kepentingan persekutuan atau secara yang demikian hingga sekutu lainnya karenanya terhalang turut memakainya menurut hak mereka; 3 o. masing-masing sekutu berhak mewajibkan sekutu-sekutu lainnya untuk turut memikul biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan barang-barang kepunyaan persekutuan; 4 o. tidak seorang sekutu pun tanpa izinnya pesero-pesero lainnya, boleh membuat hal-hal yang baru kepada benda-benda tak bergerak kepunyaan persekutuan meskipun ia mengemukakan bahwa hal-hal itu menguntungkan persekutuan. 1640. Para sekutu yang tidak menjadi pengurus bahkan tidak diperbolehkan mengasingkan, maupun menggadaikan barang-barang bergerak kepunyaan persekutuan atau pun meletakkan beban-beban di atasnya. 1641. Masing-masing sekutu diperbolehkan, bahkan tanpa izin sekutusekutu lainnya, menerima seorang ke tiga sebagai peserta dari bagiannya dalam persekutuan; tetapi sekalipun ia ditugaskan melakukan pengurusan kepentingankepentingan persekutuan tak dapatlah ia memasukkan orang ke tiga tersebut, tanpa izin sekutu-sekutu lainnya, sebagai anggota persekutuan. BAGIAN KE TIGA Tentang perikatan-perikatan para sekutu terhadap orang-orang ke tiga 1642. Para sekutu tidaklah terikat masing-masing untuk seluruh utang persekutuan; dan masing-masing sekutu tidaklah dapat mengikat sekutu-sekutu lainnya, jika mereka ini tidak telah memberikan kuasa kepadanya untuk itu.

1643. Para sekutu dapat dituntut oleh si berpiutang dengan siapa, mereka telah bertindak, masing-masing untuk suatu jumlah dan bagian yang sama, meskipun bagian sekutu yang satu dalam persekutuan adalah kurang daripada bagian sekutu yang lainya; terkecuali apabila sewaktu utang tersebut dibuatnya dengan tegas ditetapkan kewajiban para sekutu itu untuk membayar utangnya menurut imbangan besarnya bagian masing-masing dalam persekutuan. 1644. Janji bahwa suatu perbuatan telah dilakukm atas tanggungan persekutuan hanyalah mengikat si sekutu yang melakukan perbuatan itu saja, dan tidaklah mengikat sekutu-sekutu lainnya, kecoah jika orang-orang yang belakangan ini telah memberikan kuasa kepadanya untuk itu, atau urusannya telah memberikan manfaat bagi persekutuan. 1645. Jika salah seorang sekutu atas nama persekutuan telah membuat suatu perjanjian, maka persukutuan dapat menuntut pelaksanaan perjanjian BAGIAN KE EMPAT Tentang bermacam-macam cara berakhirnya persekutuan 1646. Persekutuan berakhir. 1 o. dengan lewatnya wak-tu untuk mana persekutuan telah diaclakan; 2 o. dengan musnahnya baraug afau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok persekutuan; 3 o. atas kehendak semata-mata dari beberapa atau seorang sekutu; 4 o. jika salah seorang sekutu meninggal atau ditaruh di bawah pengampuan, atau dinyatakan pailit. 1647. Pembubaran persekutuan-persekutuan yang dibuat untuk suatu waktu tertentu, sebelum waktu itu lewat tidaklah dapat dituntut oleh salah seorang sekutu selainnya atas alasan yang sah; sebagaimana jika seorang sekutu lain tidak memenuhi kewajibannya atau jika seorang sekutu lain karena sakit terus-menerus menjadi tak cakap melakukan pekerjaannya untuk persekutuan; atau lain-lain hal semacam itu yang sah maupun pentingnya diserahkan kepada pertimbangan Hakim. 1648. Jika salah seorang sekutu telah berjanji akan memasukkan miliknya atas suatu barang kedalam persekutuan, dan barang ini musnah sebelum pemasukan itu terlaksana, maka persekutuan karenanya menjadi bubar terhadap semua sekutu.

Begitu pada persekutuan dalam segala hal bubar jika barangnya musnah, apabila hanya kenikmatan atas barang itu saja yang dimasukkan dalam persatuan, sedangkan hak miliknya tetap berada pada si sekutu. Tetapi persekutuan tidak menjadi bubar karena musnahnya barang yang hak miliknya telah dimasukkan dalam persekutuan. 1649. Persekutuan hanya dapat dibubarkan atas kehendak beberapa atau seorang sekutu jika persekutuan itu telah dibuat tidak untuk suatu waktu tertentu. Pembubaran terjadi, dalam hal tersebut, dengan suatu pemberitahuan penghentian kepada segenap sekutu lainnya, asal pemberitahuan penghentian ini terjadi dengan itikad baik dan tidak dilakukan dengan secara tidak memberikan waktu. 1650. Pemberitahuan penghentian dianggap telah dilakukan tidak dengan itikad baik apabila seorang sekutu menghentikan persekutuannya dengan maksud untuk mengambil suatu keuntungan bagi diri sendiri, sedangkan para sekutu telah merancangkan akan bersama-sama menikmati keuntungan tersebut. Pemberitahuan penghentian dilakukan dengan secara tidak memberikan waktu, apabila barang-barang sedangkan persekutuan tidak lagi terdapat menuntut dalam supaya keseluruhannya, kepentingan persekutuan

pembubarannya diundurkan. 1651. Jika telah diperjanjikan bahwa apabila salah seorang sekutu meninggal, persekutuannya akan berlangsung terus dengan ahli warisnya, atau akan berlangsung terus diantara sekutu-sekutu yang masih ada maka janji tersebut harus ditaati. Dalam hal yang ke dua, ahli waris si meninggal tidak mempunyai hak yang lebih daripada atas pembagian persekutuan menurut keadaannya sewaktu meninggalnya si sekutu; tetapi ia mendapat bagian dari keuntungan serta turut memikul kerugian yang merupakan akibat-akibat mutlak dari perbuatan-perbuatan yang terjadi sebelum si sekutu dari siapa ia ahli warisnya, meninggal. 1652. Aturan-aturan tentang pembagian warisan-warisan, cara-cara pembagian itu dilakukan, scrta kewajiban-kewajiban yang terbit karenanya antara orang-orang yang turut mewaris, berlaku juga untuk pembagian di antara para

sekutu. BAB KE SEMBILAN Tentang perkumpulan 1653. Selainnya perseroan yang sejati oleh undang-undang diakui pula perhimpunan-perhimpunm orang sebagai perkumpulan-perkumpulan, baik perkumpulan-perkumpulan itu diadakan atau diakui sebagai demikian oleh kekuasaan umum, maupun perkumpulan-perkumpulan itu diterima sebagai diperbolehkan, atau telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan baik. 1654. Semua perkumpulan yang sah adalah, seperti halnya dengan orangorang preman, berkuasa melakukan tindakan-tindakan perdata, dengan tidak mengurangi peraturan-peraturan umum, dalam mana kekuasaan itu telah diubah, dibatasi atau ditundukkan pada acara-acara tertentu. 1655. Para pengurus suatu perkumpulan adalah, sekadar tentang itu tidak telah diatur secara lain dalam surat pendiriannya, perjanjian-pejanjiannya dan reglemen-reglemennya, berkuasa untuk bertindak atas nama perkumpulan, mengikat perkumpulan kepada orang-orang pihak ke tiga dan sebaliknya, begitu pula bertindak di muka Hakim, baik sebagai penggugat maupun sebagai tergugat. 1656. Segala perbuatan, untuk mana para pengurusnya tidak berkuasa melakukannya, hanyalah mengikat perkumpulan sekadar perkumpulan itu sungguhsungguh telah mendapat manfaut karenanya atau sekadar perbuatan-perbuatan itu terkemudian telah disetujui secara sah. 1657. Jika surat pendirian, perjanjian dan reglemen-reglemennya tidak memuat sesuatu ketentuan pun tentang pengurusan perkumpulan, maka tidak seorang anggota pun berkuasa untuk bertindak atas nama perkumpulan, atau mengikatkan perkumpulan dengan suatu cara lain selainnya yang telah ditetapkan pada penutup pasal yang lalu. 1658. Sekadar tentang itu tidak telah diatur secara lain dalam surat pendirian, perjanjian-perjanjian dan reglemen-reglemennya, maka para pengurus diwajibkan memberikan perhitungan dan pertanggungan kepada segenap anggota perkumpulan, untuk mana tiap anggota berkuasa memanggil mereka di muka

Hakim. 1659. Jika dalam surat pendirian, perjanjian-perjanjian dan reglemenreglemennya tidak telah dibuat ketentuan-ketentuan tentang hak bersuara, maka masing-masing anggota suatu perkumpulan mempunyai hak yang sama untuk mengeluarkan suaranya, sedangkan segata keputusan diambil dengan suara terbanyak. 1660. Hak-hak serta kewajiban-kewajiban para anggota perkumpulanperkumpulan yang sedemikian diatur menurut peraturan-peraturan dengan mana perkumpulan-perkumpulan itu telah diadakan atau diakui, atau menurut surat pendiriannya sendiri, perjanjian-perjanjian dan reglemen-reglemennya dan sekadar itu tidak ada, menurut ketentuan-ketentuan dalam bab ini. 1661. Para anggota suatu perkutnpulan tidaklah bertanggung jawab secara pribadi untuk perikatan-perikatan perkumpulan. Utang-utang hanyalah dapat dilunasi dari pendapatan penjualan barangbarang perkumpulan tersebut. 1662. Perkumpulan yang didirikan oleh kekuasaan umum, tidaklah dihapuskan dengan meninggalnya atau dilepaskannya keanggotaannya oleh semua anggota, hingga perkumpulan itu dibubarkan menurut undang-undang. Jika semua anggotanya menurut apa yang diatur di atas, tidak ada, maka Pengadilan Negeri, yang dalam daerah hukumnya perkumpulan itu berkedudukan, berkuasa untuk, atas permintaan dari yang berkepentingan, dan setelah mendengar dan bahkan atas tuntutan Kejaksaan, memerintahkan diambilnya tindakan-tindakan yang sementara waktu kiranya perlu dilakukan untuk kepentingan perkumpulan. 1663. Lain-lain perkumpulan tetap hidup hingga saat perkumpulanperkumpulan itu secara tegas dinyatakan bubar, menurut surat pendiriannya, reglemen-reglemennya, atau hingga saat berhentinya tujuan atau hal yang menjadi pokok perkumpulan. 1664. Jika peraturan-peraturan dari perkumpulan sendiri, atau surat pendiriannya, reglemen-reglemen dan perjanjian-perjanjiannya tidak mengandung ketentuan-ketentuan lain, maka, hak-hak para anggota perkumpulan adalah bersifat perseorangan dan tidak berpindah kepada ahli waris-ahli warisnya.

1665. Pada waktu membubarkan perkumpulan yang semacam itu anggotaanggota yang masih ada atau anggota yang paling akhir ada, diwajibkan melunasi utang-utang perkumpulan, sejumlah adanya kekayaan, dan mereka hanyalah diperkenankan membagi-bagi atau mengambil sisanya dan dengan demikian juga memindahkan kepada ahli waris-ahli waris mereka. Dalam hal memanggil orang-orang pemegang piutang, menyelesaikan pertanggungjawaban dan membayar utang-utang mereka itu, tunduk pada kewajiban-kewajiban seperti yang dipikul oleh ahli waris-ahli waris yang menerima suatu warisan dengan hak istimewa untuk mengadakan pencatatan harta kekayaan. Jika mereka melalaikan kewajiban-kewajiban itu, maka mereka dapat dituntut untuk membayar utang-utang masing-masing untuk seluruhnya, sedangkan beban ini dapat beralih kepada ahli waris-ahli waris mereka. BAB KE SEPULUH Tentang hibah BAGIAN KE SATU Ketentuan-ketentuan umum 1666. Hibah adalah suatu perjanjian dengan mana si penghibah, di waktu hidupnya, dengan cuma-cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan sesuatu benda guna keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan itu. Undang-undang tidak mengakui lain-lain hibah selain hibah-hibah di antara orang-orang yang masih hidup. 1667. Hibah hanyalah dapat mengenai benda-benda yang sudah ada. Jika hibah itu meliputi benda-benda yang baru akan ada di kemudian hari, maka sekadar mengenai itu hibahnya adalah batal 1668. Si penghibah tidak boleh memperjanjikan bahwa ia tetap berkuasa untuk menjual atau memberikan kepada orang lain suatu benda yang termasuk dalam hibah; hibah yang semacam itu, sekadar mengenai benda tersebut dianggap sebagai batal. 1669. Adalah diperbolehkan kepada si penghibah untuk memperjanjikan bahwa ia tetap memiliki kenikmatan atau nikmat hasil benda-benda yang dihibahkan, baik benda-benda bergerak maupun benda-benda tak bergerak atau

bahwa ia dapat memberikan kenikmatan atau nikmat hasil tersebut kepada seorang lain; dalam hal mana harus diperhatikan ketentuan-ketentuan dari bab ke sepuluh Buku ke dua Kitab Undang-undang ini. 1670. Suatu hibah adalah batal, jika dibuat dengan syarat bahwa si penerima hibah akan melunasi utang-utang atau beban-beban lain, selain yang dinyatakan dengan tegas di dalam akta hibah sendiri atau di dalam suatu daftar yang ditempelkan padanya. 1671. Si penghibah boleh memperjanjikan bahwa ia akan memakai sejumlah uang dari benda-benda yang dihibahkan. Jika ia meninggal dengan tidak telah memakai jumlah uang tersebut, maka apa yang dihibahkan tetap untuk seluruhnya pada si penerima hibah. 1672. Si penghibah dapat memperjanjikan bahwa ia tetap berhak mengambil kembali benda-benda yang telah diberikannya, baik dalam halnya si penerima hibah sendiri, maupun dalam halnya si penerima hibah beserta turunan-turunannya akan meninggal lebih dahulu daripada si penghibah; tetapi ini tidak dapat diperjanjikan selain hanya untuk kepentingan si penghibah sendiri. 1673. Akibat dari hak untuk mengambil kembali ialah bahwa segala pengasingan benda-benda yang telah dihibahkan dibatalkan, sedangkan bendabenda itu kembali kepada si penghibah, bebas ini segala beban dan hipotik yang telah diletakkan di atasnya sejak saat penghibahan. 1674. Jika terjadi suatu penghukuman untuk menyerahkan suatu barang, yang telah dihibahkan, kepada seorang lain, maka si penghibah tidak diwajibkan menanggung. 1675. Ketentuan-ketentuan pasal-pasal 879, 880, 881, 882, dan 884, ketentuan-ketentuan pasal 894 dan akhirnya bagian-bagian ke tujuh dan kedelapan dari bab ke tiga belas dari Buku ke dua, adalah berlaku untuk hibah. BAGIAN KE DUA Tentang kecakapan untuk memberikan sesuatu sebagai hibah, dan untuk menikmati keuntungan dari suatu hibah 1676. Setiap orang diperbolehkan memberi dan menerima sesuatu sebagai hibah kecuali mereka yang oleh undang-undang dinyatakan tak cakap untuk itu.

1677. Orang-orang belum dewasa tidak diperbolehkan memberi hibah, kecuali dalam hal yang ditetapkan dalam bab ke tujuh dari Buku ke satu Kitab Undang-undang ini. 1678. Dilarang adalah penghibahan antara suami-istri selama perkawinan. Namun ketentuan ini tidak berlaku terhadap hadiah-hadiah atau pemberianpemberian benda-benda bergerak yang bertubuh, yang harganya tidak terlalu tinggi mengingat kemampuan si penghibah. 1679. Agar seorang cakap untuk menikmati keuntungan dari suatu hibah, diperlukan bahwa si penerima hibah itu sudah ada pada saat terjadinya penghibahan, dengan mengindahkan aturan yang tercantum dalam pasal 2. 1680. Penghibahan-penghibahan kepada lembaga-lembaga umum atau lembaga-lembaga keagamaan, tidak mempunyai akibat, selain sekadar oleh Presiden atau penguasa-penguasa yang ditunjuk olehnya telah diberikan kekuasaan kepada para pengurus lembaga-lembaga tersebut, untuk menerima pemberianpemberian itu. 1681. Ketontuan-ketentuan ayat ke dua dan ayat terakhir dari pasal 904, begitu pula pasal 906, 907, 908, 909 dan 911 berlaku terhadap penghibahan. BAGIAN KE TIGA Tentang cara menghibahkan sesuatu 1682. Tiada suatu hibah, kecuali yang disebutkan dalam pasal 1687, dapat, atas ancaman batal, dilakukan selainnya dengan suatu akta notaris, yang aslinya disimpan oleh notaris itu. 1683. Tiada suatu hibah mengikat si penghibah, atau menerbitkan sesuatu akibat yang bagaimana pun, selain mulai hari penghibahan itu dengan kata-kata yang tegas telah diterima oleh si penerima hibah sendiri atau oleh seorang yang dengan suatu akta otentik oleh si penerima hibah itu telah dikuasakan untuk menerima pengibahan-penghibahan yang telah diberikan kepada si penerima hibah atau akan diberikan kepadanya di kemudian hari. Jika penerimaan tersebut tidak telah dilakukan didalam surat hibah sendiri, maka itu akan dapat dilakukan didalam suatu akta otentik terkemudian, yang aslinya harus disimpan, asal yang demikian itu dilakukan di waktu si penghibah

masih hidup; dalam hal mana penghibahan, terhadap orang yang belakangan disebut ini, hanya akan berlaku sejak hari penerimaan itu diberitahukan kepadanya. 1684. Penghibahan-penghibahan yang diberikan kepada seorang perempuan bersuami, tidak dapat menerima selain menurut ketentuan-ketentuan dari bab ke lima Buku kesatu Kitab Undang-undang ini. 1685. Penghibahan kepada orang-orang yang belum dewasa yang berada di bawah kekuasaan orang tua harus diterima oleh orang yang melakukm kekuasaan orang tua. Penghibahan kepada orang-orang belum dewasa yang berada di bawah perwalian atau kepada orang-orang terampu, harus diterima oleh si wali atau si pengampu, yang untuk itu harus dikuasakan oleh Pengadilan Negeri. 1686. Hak milik atas benda-benda yang termaktub dalam penghibahan, sekalipun penghibahanan telah diterima secara sah, tidaklah berpindah kepada si penerima hibah, selain dengan jalan penyerahan yang dilakukan menurut pasalpasal 612, 613, 616 dan selanjutnya. 1687. Pemberian-pemberian benda-benda bergerak yang bertubuh atau surat-surat penagihan utang kepada si penunjuk dari tangan satu ke tangan lain, tidak memerlukan suatu akta, dan adalah dengan penyerahan belaka kepada si penerima hibah atau kepada seorang pihak ke tiga yang menerima pemberian itu atas nama si penerima. BAGIAN KE EMPAT Tentang pengrikan kembali dan penghapusan hibah 1689. Suatu hibah tidak dapat ditarik kembali maupun dihapuskan karenanya, melainkan dalam hal-hal yang berikut: 1 o. karena tidak dipenuhi syarat-syarat dengan mana penghibahan telah dilakukan. 2 o. jika si penerima hibah telah bersalah melakukan atau membantu melakukan kejahatan yang bertujuan mengambil jiwa si penghibah atau suatu kejahatan lain terhadap si penghibah; 3 o. jika ia menolak memberikan tunjangan nafkah kepada si penghibah, setelah orang ini jatuh dalam kemiskinan.

1689. Dalam hal yang pertama, barang yang dihibahkan tetap pada si penghibah atau ia dapat menuntutnya kembali, bebas dari segala beban dan hipotik yang sekiranya telah diletakkan di atasnya oleh si penerima hibah, beserta hasilhasil dan pendapatan-pendapatan yang ada pada si penerima hibah yang didapatnya sejak saat kelalaiannya. Dalam hal yang demikian, si penghibah dapat, terhadap seorang pihak ke tiga yang memegang benda tak bergerak yang telah dihibahkan, melaksanakan hakhak yang sama sebagaimana dapat dilaksanakannya terhadap si penerima hibah sendiri. 1690. Dalam kedua hal yang terakhir disebutkan dalam pasal 1688, tidaklah dapat diganggu-gugat, pemindahtanganan barang yang dihibahkan atau hipotikhipotik dan lain-lain beban kebendaan, yang sekiranya telah diletakkan di atas barang tersebut oleh si penerima hibah sebelum tuntutan untuk pembatalan hibah telah didaftarkan di samping pengurnuman tersebut dalam pasal 616. Semua pemindahtanganan, hipotik atau lain-lain beban kebendaan yang dibuat terkemudian dari pada pendaftaran oleh si penerima hibah sebagaimana pendaftaran oleh si penerima hibah sebagaimana disebutkan di atas, adalah batal, apabila tuntutan soebagai akibat penarikan kembali itu dikabulkan. 1691. Si penerima hibah diwajibkan, dalam hal yang tersebut dalam pasal yang lalu, mengembalikan barang yang dihibahkan, dengan hasil-hasil dan pendapat-pendapatnya, terhitung mulai hari dimajukannya gugatan, atau jika benda telah dijualnya, mengembalikan harganya pada waktu dimasukkannya gugatan, pula disertai hasil-hasil dan pendapatan-pendapatan sejak saat itu. Selain daripada itu ia diwajibkan memberikan ganti rugi kepada si penghibah, untuk hipotik-hipotik dan beban-beban lainnya yang telah diletakkan olehnya di atas benda-benda tak bergerak, juga sebelum gugatan dimasukkan. 1692. Tuntutan hukum tersebut dalam pasal yang lalu, gugur dengan lewatnya waktu satu tahun, terhitung mulai hari terjadinya peristiwa yang menjadi alasan tuntutan itu, dan dapat diketahuinya hal itu oleh si penghibah. Tuntutan hukum tersebut tidak dapat dimajukan oleh si penghibah terhadap, para ahli warissi penerima hibah, maupun oleh para ahli waris si penghibah

terhadap si penerima hibah, terkecuali dalam hal yang terakhir, jika tuntutan itu telah dimajukan oleh si penghibah, atau pun jika orang ini telah meninggal di dalam waktu satu tahun setelah terjadinya peristiwa yang dituduhkan. 1693. Ketentuan-ketentuan dalam bab ini tidak mengurangi berlakunya apa yang telah ditetapkan dalam bab ke tujuh dari Buku ke satu Kitab Undang-undang ini. BAB KE SEBELAS Tentang penitipan barang BAGIAN KE SATU Tentang penitipan barang pada umumnya, dan tentang berbagai macam penitipan 1694. Penitipan adalah terjadi, apabila seorang menerima sesuatu barang dari seorang lain, dengan syarat bahwa ia akan menyimpannya dan mengembalikannya dalam ujud asalnya. 1695. Adalah dua macam penitipan barang: yaitu penitipan yang sejati dan sekestrasi. BAGIAN KE DUA Tentang penitipan barang yang sejati 1696. Penitipan barang yang scjati dianggap telah dibuat dengan Cumacuma, jika tidak diperjanjikan sebaliknya. Penitipan tersebut ini hanya dapat mengenai ba-rang-barang yang bergerak. 1697. Perjanjian itu tidaklah telah terlaksana selainnya dengan penyerahan barangnya secara sungguh-sungguh atau secara dipersangkakan. 1698. Penitipan barang terjadi dengan sukarela atau karena terpaksa. 1699. Penitipan barang dengan sukarela terjadi karena sepakat bertimbalbalik antara pihak yang menitipkan barang dan pihak yang menerima titipan. 1700. Dihapuskan. 1701. Penitipan barang dengan sukarela hanyalah dapat terjadi antara orangorang yang mempunyai kecakapan untuk membuat perikatan-perikatan. Jika namun itu seorang yang cakap untuk membuat perikatan-perikatan, menerima penitipan suatu barang dari seorang yang tidak cakap untuk membuat

perikatan-perikatan, maka tunduklah ia kepada segala kewajiban yang dipikul oleh seorang penerima titipan yang sungguh-sungguh. 1702. Jika penitipan dilakukan oleh seorang yang berhak kepada seorang yang tidak cakap membuat perikatan-perikatan, maka pihak yang menitipkan hanyalah mempunyai hak terhadap pihak yang menerima titipan untuk menuntut pengembalian barang yang dititipkan, selama barang ini masih ada pada pihak yang terakhir itu; atau, jika barangnya sudah tidak lagi pada si penerima titipan, maka dapatlah ia menuntut pemberian ganti rugi sekadar si penerima titipan itu telah memperoleh manfaat dari barang tersebut. 1703. Penitipam karena terpaksa ialah penitipan yang terpaksa dilaksanakan oleh seorang karena timbulnya sesuatu malapetaka, misalnya kebakaran, runtuhnya gedung-gedung, perampokan, karamnya kapal, air bah dan lain-lain peristiwa yang tak tersangka. 1704. Dihapuskan 1705. Penitipan karena terpaksa diatur menurut ketentuan seperti yang berlaku terhadap penitipan sukarela. 1706. Si penerima titipan diwajibkan mengenai perawatan barang yang dipercayakan padanya, memeliharanya dengan minat yang sama seperti ia memelihara barang-barangnya sendiri. 1707. Ketentuan Pasal yang lalu harus dilakukan lebih keras : 1 o. jika si penerima titipan telah menawarkan dirinya untuk menyimpan barangnya; 2 o. jika ia telah meminta diperjanjikannya sesuatu upah untuk menyimpan itu; 3 o. jika penitipan telah terjadi sedikit banyak untuk kepentingan si penerima titipan; 4 o. jika telah diperjanjikan bahwa si penerima titipan akan menanggung segala macam kelalaian. 1708. Tidak sekali-kali si penerima titipan bertanggung jawab tentang peristiwa-peristiwa yang tak dapat disingkiri, kecuali apabila ia lalai dalam pengembalian barang yang dititipkan.

Bahkan dalam hal yang terakhir ia tidak bertanggung jawab jika barangnya juga akan musnah seandainya telah berada di tangannya orang yang menitipkan. 1709. Orang-orang yang menyelenggarakan rumah penginapan dan penguasa-penguasa losmen adalah, sebagai orang-orang yang menerima titipan barang, bertanggung jawab untuk barang-barang yang dibawa oleh para tamu yang menginap pada mereka. Penitipan barang yang semacam itu dianggap sebagai suatu penitipan barang karena terpaksa. 1710. Mereka adalah bertanggung jawab tentang pencurian atau kerusakan pada barang-barang kepunyaan para penginap, baik pencurian itu dilakukan atau kerusakan itu diterbitkan oleh pelayann-pelayan atau lain-lain budak dari rumah penginapan maupun oleh setiap orang lain. 1711. Mereka tidak bertanggung jawab tentang pencurian-pencurian yang dilakukan dengan kekerasan, atau yang dilakukan oleh orang-orang yang telah dimasukkan sendiri oleh si penginap. 1712. Si penerima titipan barang tidak diperbolehkan mempergunakan barang yang dititipkan untuk keperluan sendiri, tanpa izin orang yang menitipkan barang, yang dinyatakan dengan tegas atau dipersangkakan, atas ancaman penggantian biaya, kerugian dan bunga, jika ada alasan untuk itu. 1713. Ia tidak diperbolehkan menyelidiki tentang ujudnya barang yang dititipkan, jika barang itu dipercayakan padanya dalam suatu kotak tertutup, atau dalam suatu sampul tersegel. 1714. Si penerima titipan diwajibkan mengembalikan barang yang sama itu telah diterimanya. Dengan demikian maka jumlah-jumlah tiang harus dikembalikan dalam mata uang yang sama seperti yang dititipkan, baik mata uang-mata uang itu telah naik atau telah turun harganya. 1715. Si penerima titipan hanya diwajibkan mengembalikan barang yang dititipkan dalam keadaannya pada saat pengembalian itu. Kemunduran-kemunduran yang dialami barangnya diluar salahnya si penerima titipan, adalah atas tanggungan pihak yang menitipkan. 1716. Jika barangnya, dengan paksaan dirampas dari tangannya si penerima

titipan dan orang ini telah menerima harganya atau sesuatu barang lain sebagai gantinya, maka ia harus mengembalikannya kepada orang yang menitipkan barang. 1717. Seorang ahli waris dari si penerima titipan yang, karena ia tidak tahu bahwa suatu barang telah diterimanya dalam penitipan, dengan itikad baik telah menjual barang tersebut, hanyalah diwajibkan mengembalikan harga pembelian yang diterimanya, atau jika ia belum menerima harga itu, menyerahkan hak tuntutannya terhadap si pembeli barang. 1718. Jika benda yang dititipkan telah memberikan hasil-hasil yang telah dipungut atau diterima oleh si penerima titipan, maka ia diwajibkan mengembalikannya. Ia tidak diharuskan membayar bunga atas jumlah-jumlah uang yang dititipkan kepadanya, selain sejak hari ia lalai mengembalikannya, setelah diperingatkan. 1719. Si penerima titipan tidak diperbolehkan mengembalikan barang titipannya selain kepada orang yang menitipkan kepadanya, atau kepada orang yang atas namanya penitipan itu telah dilakukan atau yang ditunjuk untuk menerima kembali barangnya. 1720. Tak bolehlah ia menuntut dari orang yang menitipkan barang suatu bukti bahwa orang itu pemilik barang tersebut. Jika namun itu ia mengetahui bahwa barang itu adalah barang curian, dan siapa pemilik sesungguhnya, maka haruslah ia memberitahu kepada orang ini bahwa barangnya dititipkan kepadanya, dengan peringatan supaya meminta kembali barang tersebut didalam suatu waktu tertentu yang cukup lama. Jika orang kepada siapa pernberitahuan itu telah dilakukan, melalaikan untuk meminta kembali barangnya, maka si penerima titipan dibebaskan secara sah jika ia menyerahkan barang itu kepada orang dari siapa ia telah menerimanya. 1721. Jika orang yang menitipkan barang meninggal, maka barangnya hanya dapat dikembalikan kepada ahli warisnya. Jika ada lebih dari seorang ahli waris, maka barangnya harus dikembalikan kepada mereka kesemuanya, atau kepada masing-masing untuk bagiannya. Jika barang yang dititipkan tidak dapat dibagi-bagi, maka para ahli waris

harus mengadakan mufakat tentang siapa yang diwajibkan mengopernya. 1722. Jika orang yang menitipkan barang berubah kedudukannya, misalnya jika seorang perempuan yang pada waktu menitipkan barang tidak bersuami kemudian berkawin; jika seorang dewasa yang menitipkan barang ditaruh di bawah pengampun; dalam hal ini dan dalam hal-hal semacam itu barang yang dititipkan tidak boleh dikembalikan selain kepada orang yang melakukan pengurusan atas hak-hak dan benda-benda orang yang menitipkan barang, kecuali apabila orang yang menerima titipan mempunyai alasan-alasan yang sah untuk tidak mengetahui perubahan kedudukan tersebut. 1723. Jika penitipan barang telah dilakukan oleh seorang wali, seorang pengampu, seorang suami atau seorang penguasa, dan pengurusan mereka itu telah berakhir, maka barangnya hanyalah dapat dikembalikan kepada orang yang telah diwakili oleh wali pengampu, suami atau penguasa tersebut. 1724. Pengembalian barang yang dititipkan harus dilakukan di tempat yang ditunjuk dalam perjanjian. Jika perjanjian tidak menunjuk tempat itu, barangnya harus dikembalikan di tempat terjadinya penitipan. Biaya yang harus dikeluarkan untuk itu harus ditanggung oleh orang yang menitipkan barang. 1725. Barang yang dititipkan harus dikembalikan kepada orang yang menitipkan, seketika apabila dimintanya, sekalipun dalam perjanjiannya telah ditetapkan suatu waktu lain untuk pengembaliannya, kecuali apabila telah dilakukan suatu penyitaan atas barang-barang yang berada di tangan si penerima titipan. 1726. Si penerima titipan yang mempunyai alasan yang sah untuk membebaskan diri dari barang yang dititipkan, meskipun belum tiba waktunya yang ditetapkan dalam perjanjian, juga berkuasa mengembalikan barangnya kepada orang yang menitipkan atau jika orang ini menolaknya, meminta izin Hakim untuk menitipkan barangnya di suatu tempat lain. 1727. Segala kewajiban si penerima titipan berhenti jika ia mengetahui dan dapat membuktikan bahwa ia sendiri adalah pemilik barang yang dititipkan itu. 1728. Orang yang menitipkan barang diwajibkan mengganti kepada si

penerima titipan segala biaya yang telah dikeluarkan guna menyelamatkan barang yang dititipkan, serta mengganti kepadanya segala kerugian yang disebabkan penitipan itu. 1729. Si penerima titipan adalah berhak untuk menahan barangnya hingga segala apa yang harus dibayar kepadanya karena penitipan tersebut, telah dilunasi. BAGIAN KE TIGA Tenting sekestrasi dan berbagai macam-macamnya 1730. Sekestrasi ialah penitipan barang tentang mana ada perselisihan, di tangannya seorang pihak ke tiga yang mengikatkan diri untuk, setelah perselisihan itu diputus, mengembalikan barang itu kepada siapa yang akan dinyatakan berhak, beserta hasil-hasilnya. Penitipan ini ada yang terjadi dengan perjanjian dan ada pula yang dilakukan atas perintah Hakim. 1731. Sekestrasi terjadi dengan perjarjian, apabila barang yang menjadi sengketa diserahkan kepada seorang pihak ke tiga oleh satu orang atau lebih secara sukarela. 1732. Adalah bukan syarat mutlak bahwa suatu sekestrasi terjadi dengan cuma-cuma. 1733. Sekestrasi tunduk pada aturan-aturan yang sama seperti penitipan sejati, namun dengan perkecualian-perkecualian sebagai berikut. 1734. Sekestrasi dapat mengenai baik benda-benda bergerak maupun benda-benda tak bergerak. 1735. Si penerima titipan yang ditugaskan melakukan sekestrasi, tidak dapat dibebaskan dari tugasnya sebelum persengketaan diselesaikan, kecuali apabila semua pihak yang berkepentingan menyetujuinya atau apabila ada suatu alasan lain yang sah. 1736. Sekestrasi atas perintah Hakim terjadi jika Hakim memerintahkan supaya suatu barang, tentang mana ada sengketa, dititipkan kepada seorang. 1737. Sekestrasi guna keperluan Pengadilan diperintahkan kepada seorang yang disetujui oleh pihak-pihak yang berkepentingan atau kepada seorang yang ditetapkan oleh Hakim karena jabatan.

Dalam kedua-duanya hal, orang kepada siapa barangnya telah dipercayakan, tunduk pada segala kewajiban yang terbit dalam halnya sekestrasi dengan perjanjian, dan selainnya itu ia diwajibkan setiap tahun, atas tuntutan Kejaksaan, memberikan suatu perhitungan secara ringkas kepada Hakim, dengan memperlihatkan, atau pun menunjukkan barang-barang yang dipercayakan kepadanya, namunlah perjanjian perhitungan itu tidak akan dapat dimajukan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. 1738. Hakim dapat memerintahkan sekestrasi : 1 o. terhadap barang-barang bergerak, yang telah disita di tangan seorang yang berutang; 2 o. terhadap suatu barang yang bergerak maupun yang tak bergerak, tentang mana hak miliknya atau hak penguasaannya menjadi persengketaan; 3 o. terhadap barang-barang yang ditawarkan oleh soorang yang berutang untuk melunasi utangnya. 1739. Pengangkatan seorang penyimpan barang di muka Hakim menerbitkan kewajiban-kewajiban yang bertimbal balik antara si penyita dan si penyimpan. Si penyimpan diwajibkan memelihara, barang-barang yang telah disita sebagai seorang bapak rumah yang baik. Ia harus menyerahkan barang-barang itu untuk dijual supaya dari pendapatan penjualan itu dapat dilunasi piutang-piutang si penyita, atau menyerahkannya kepada pihak terhadap siapa penyitaan telah dilakukan, jika penyitaan tersebut telah dicabut kembali. Adalah menjadi kewajiban si penyita untuk membayar kepada si penyimpan upahnya yang ditentukan dalam undang-undang. BAB KE DUA BELAS Tentang pinjam pakai BAGIAN KE SATU Ketentuan-ketentuan umum 1740. Pinjam pakai adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan suatu, barang kepada pihak yang lainnya untuk dipakai dengan cuma-

cuma, dengan syarat bahwa yang menerima barang ini, setelah memakainya atau setelah lewatnya suatu waktu tertentu, akan mengembalikannya. 1741. Pihak yang meminjamkan tetap menjadi pemilik barang yang dipinjamkan. 1742. Segala apa yang dapat dipakai orang dan tidak musnah karena pemakaian, dapat menjadi bahan perjanjian ini. 1743. Perikatan-perikatan yang terbit dari perjanjian pinjam pakai berpindah kepada para ahli waris pihak yang meminjarnkan dan para ahli waris pihak yang meminjam. Namun jika suatu peminjaman telah dilakukan karena mengingat orangnya yang menerima pinjaman, dan telah diberikan khusus kepada orang tersebut secara pribadi, maka para ahli waris orang ini tidak dapat tetap menikmati barang pinjaman itu. BAGIAN KE DUA Tentang kewajiban-kewajiban seorang yang menerima pinjaman sesuatu 1744. Siapa yang menerima pinjaman sesuatu, diwajibkan menyimpan dan memelihara barang pinjamannya sebagai seorang bapak rumah yang baik. Ia tidak boleh memakainya guna suatu keperluan lain, selain yang selaras dengan sifat barangnya, atau yang ditentukan dalam perjanjian kesemuanya atas ancaman penggantian biaya rugi dan bunga, jika ada alasan untuk itu. Jika ia memakai barang pinjamannya guna suatu keperluan lain, atau lebih lama daripada yang diperbolehkan, maka selain daripada itu ia adalah bertanggung jawab atas musnahnya barangnya, sekalipun musnahnya barang ini disebabkan suatu kejadihan yang sama sekali tidak disengaja. 1745. Jika barang yang dipinjam musnah karena suatu kejadian yang tak disengaja, yang dapat disingkiri seandainya si peminjam telah memakai barangnya sendiri, atau jika hanya satu dari kedua barang itu sajalah yang dapat diselamatkan, si peminjam telah memilih menyelamatkan dia punya barang sendiri, maka ia bertanggung jawab tentang musnahnya barang yang lainnya. 1746. Jika barangnya pada waktu dipinjamkan telah ditaksir harganya maka

musnahnya barang, biarpun ini terjadi karena suatu kejadian yang tak disengaja, adalah atas tanggungan si peminjam, kecuali apabila telah diperjanjikan sebaliknya. 1747. Jika barangnya berkurang harganya hanya karena pemakaian untuk mana barang itu telah dipinjam, dan diluar salahnya si pemakai, maka orang ini tidak bertanggung jawab tentang kemunduran itu. 1748. Jika si pemakai, untuk dapat memakai barang pinjamannya, telah mengeluarkan sementara biaya, maka tak dapatlah ia menuntutnya kembali. 1749. Jika berbagai orang bersama-sama menerima satu barang dalam peminjaman, maka mereka itu adalah masing-masing untuk seluruhnya bertanggung jawab terhadap orang yang memberikan pinjaman. BAGIAN KE TIGA Tentang kewajiban-kewajiban orang yang meminjamkan 1750. Orang yang meminjamkan tidak boleh meminta kembali barang yang dipinjamkan selain setelah lewatnya waktu yang ditentukan, atau, jika tidak ada penetapan waktu yang demikian, setelah barangnya dipergunakan atau dapat dipergunakan untuk keperluan yang dimaksudkan. 1751. Jika namun itu orang yang meminjamkan, didalam jangka waktu tersebut, atau sebelum kebutuhan si pemakai habis, karena alasan-alasan yang mendesak dan sekonyong-konyong, sendiri memerlukan barangnya, maka Hakim dapat mengingat keadaan, memaksa si pemakai mengembalikan barangnya kepada orang yang meminjamkannya. 1752. Jika si pemakai barang, selama waktu peminjaman, telah terpaksa mengeluarkan beberapa biaya luar biasa yang perlu, yang sebegitu mendesaknya hingga ia tidak sempat memberitahukan hal itu sebelumnya kepada orang yang meminjamkan, maka orang ini diwajibkan mengganti biaya-biaya tersebut kepada si pemakai itu. 1753. Jika barang yang dipinjamkan mengandung cacat-cacat yang sedemikian, hingga orang yang memakainya dapat dirugikan karenanya, maka orang yang meminjamkan, jika ia mengetahui adanya cacat-cacat itu dan tidak memberitahukannya kepada si pemakai, bertanggung jawab tentang

akibat-akibatnya. BAB KE TIGA BELAS Tentang pinjam-meminjam BAGIAN KE SATU Ketentuan-ketentuan umum 1754. Pinjam-meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula. 1755. Berdasarkan perjanjian pinjam-meminjam ini, pihak yang menerima pinjaman menjadi pemilik barang yang dipinjam; dan jika barang itu musnah, dengan cara bagaimanapun, maka kemusnahan itu adalah atas tanggungannya. 1756. Utang yang terjadi karena peminjaman uang hanyalah terdiri atas jumlah uang yang disebutkan dalam perjanjian. Jika, sebelum saat pelunasan, terjadi suatu kenaikan atau kemunduran harga atau ada perubahan mengenai berlakunya mata uang, maka pengembalian jumlah yang dipinjam harus dilakukan dalam mata uang yang berlaku pada waktu pelunasan, dihitung menurut harganya yang berlaku pada saat itu. 1757. Aturan yang ditetapkan dalam pasal yang lalu tidak berlaku jika, mengenai suatu pinjaman suatu jumlah mata uang tertentu, kedua belah pihak dengan pernyataan tegas telah bersepakat, bahwa akan dikembalikan jumlah mata uang yang sama. Dalam hal ini; pihak yang menerima pinjaman diwajibkan mengembalikan jumlah mata uang yang tepat dari macam yang sama, tidak kurang dan tidak lebih. Jika mata uang yang semacam tidak lagi terdapat dalam jumlah yang mencukupi, maka kekurangannya harus diganti dengan mata uang dari logam yang sama, sedapat-dapatnya dari kadar yang sama, dan kesemuanya mengandung logam asli yang sama beratnya sebagaimana yang terdapat didalam jumlah mata uang yang telah tidak ada lagi itu. 1758. Jika yang dipinjamkan itu berupa batang-batang mas atau perak atau lain-lain barang perdagangan, maka, betapa pun naik atau turun harganya, si

berutang senantiasa harus mengembalikan jumlah yang sama berat dan sama mutunya, dan ia tidaklah diwajibkan memberikan lebih daripada itu. BAGIAN KE DUA Tentang kewajiban-kewajiban orang yang meminjamkan 1759. Orang yang meminjamkan tidak dapat meminta kembali apa yang telah dipinjamkannya sebelum lewatnya waktu yang ditentukan dalam perjanjian. 1760. Jika tidak telah ditetapkan sesuatu waktu, Hakim berkuasa, apabila orang yang meminjamkan menuntut pengembalian pinjamannya, menurut keadaan, memberikan sekadar kelonggaran kepada si peminjam. 1761. Jika telah diadakan perjanjian, bahwa pihak yang telah meminjam sesuatu barang atau sejumlah uang akan mengembalikannya bilamana ia mampu untuk itu, maka Hakim, mengingat keadaan, akan menentukan waktu pengembaliannya. 1762. Ketentuan pasal 1753 adalah berlaku terhadap pinjam mengganti. BAGIAN KE TIGA Tentang kewajiban-kewajiban si peminjam 1763. ditentukan. 1764. Jika ia tidak mampu memenuhi kewajiban ini, maka ia diwajibkan membayar harga barang yang dipinjamnya, dalam hal mana harus diperhatikan waktu dan tempat dimana barangnya, menurut perjanjian, sedianya harus dikembalikan. Jika waktu dan tempat ini tidak telah ditentukan, pelunasannya harus dilakukan menurut harga barang pinjaman pada waktu dan di tempat dimana pinjaman telah terjadi. BAGIAN KE EMPAT Tentang meminjamkan dengan bunga 1765. Adalah diperbolehkan memperjanjikan bunga atas peminjaman uang atau lain barang yang menghabis karena pemakaian. 1766. Siapa yang telah menerima pinjaman dan membayar bunga, yang Siapa yang menerima pinjaman sesuatu diwajibkan mengembalikannya dalam jumlah dan keadaan yang sama, dan pada waktu yang

tidak

telah

diperjanjikan,

tidak

dapat

menuntutnya

kembali,

maupun

menguranginya dari jumlah pokok, kecuali apabila bunga yang dibayar itu melebihi bunga menurut undang-undang, dalam hal mana uang yang telah dibayar selebihnya dapat dituntut kembali atau dikurangkan dari jumlah pokok. Pembayaran bunga yang tidak telah diperjanjikan tidak mewajibkan si berutang untuk membayarnya seterusnya; tetapi bunga yang telah diperjanjikan harus dibayar sarnpai pada pengembalian atau penitipan uang pokoknya, biarpun pengembalian atau penitipan ini, telah dilakukan setelah lewatnya waktu utangnya dapat ditagih. 1767. Ada bunga menurut undang-undang dan ada yang ditetapkan di dalam perjanjian. Bunga menurut undang-undang ditetapkan di dalam undang-undang. Bunga yang diperjanjikan dalam perjanjian boleh melampaui bunga menurut undangundang dalam segala hal yang tidak dilarang oleh undang-undang. Besarnya bunga yang diperjanjikan dalam perjanjian harus ditetapkan secara tertulis (Bunga menurut undang-undang adalah menurut Lembaran Negara tahun 1848 No. 22: enam persen). 1768. Jika orang yang meminjamkan telah memperjanjikan bunga dengan tidak menentukan berapa besarnya, maka si penerima pinjaman diwajibkan membayar bunga menurut undang-undang. 1769. Buku pembayaran uang pokok dengan tidak menyebutkan sesuatu apa mengenai bunga memberikan persangkaan tentang sudah dibayarnya bunga itu, dan si berutang dibebaskan daripada itu. BAB KE EMPAT BELAS Tentang bunga tetap atsu bunga abadi 1770. Memperjanjikan suatu bunga abadi ialah suatu perjanjian dengan mana pihak yang memberi pinjaman uang memperjanjikan pembayaran bunga atas pembayaran sejumlah uang pokok yang tidak akan dimintanya kembali. 1771. Bunga ini pada hakikatnya dapat diangsur. Hanyalah kedua belah pihak dapat mengadakan sepakat bahwa pengangsuran itu tidak dilakukan selain setelah lewatnya suatu waktu tertentu,

waktu mana tidak boeh ditetapkan lebih lama dari sepuluh tahun, atau tidak boleh dilakukan tanpa pemberitahuan lebih dahulu kepada si berpiutang dengan suatu tenggang waktu yang sebelumnya telah ditetapkan oleh mereka, tenggang waktu mana namun tidak boleh lebih lama daripada satu tahun. 1772. Seorang yang berutang suatu bunga abadi dapat dipaksa mengembalikan uang pokoknya: 1 o. jika ia tidak membayar sesuatu apapun atas bunga yang harus dibayamya selama dua tahun berturut-turut; 2 o. jika ia lalai memberikan jaminan yang dijanjikan kepada si berpiutang; 3o. jika ia telah dinyatakan pailit. 1773. Dalam kedua hal yang pertama yang tersebut dalam pasal yang lalu, si berutang dapat mernbebaskan diri dari kewajibannya mengembalikan uang pokoknya, jika ia didalam waktu dua puluh hari, terhitung mulai ia diperingatkan dengan perantaraan Hakim, membayar angsuran-angsuran yang sudah harus dibayarnya atau memberikan jaminan yang dijanjikan. BAB KE LIMA BELAS Tentong perjanjiaan-perjanjian untung-untungan BAGIAN KE SATU Ketentuan umum 1774. Suatu perjanjian untung-untungan adalah sum perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak, bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu. Demikian adalah: perjanjian pertanggungan; bunga cagak hidup; perjudian dan pertaruhan. Perjanjian yang pertama diatur didalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. BAGIAN KE DUA Tentang perjanjinn bungn cagsk hidup dan akibat-akibatnya 1775. Bunga cagak hidup dapat dilahirkan degan suatu perjanjian atas

beban, atau dengan suatu akta hibah. Ada juga bunga cagak hidup itu diperoleh dengan suatu wasiat. 1776. Bunga cagak hidup dapat diadakan atas badan orang yang memberikan pinjaman, atau atas badan orang yang diberikan kenikmatan atas bunga tersebut, atau pula atas badan seorang pihak ke tiga, meskipun orang ini tidak mendapat nikmat daripadanya. 1777. Bunga cagak hidup dapat diadakan atas badan satu orang atau lebih. 1778. Bunga cagak hidup dapat diadakan guna seorang pihak ke tiga, meskipun uangnya diberikan oleh seorang lain. Dalam hal tersebut namun itu ia tidak tunduk pada bentuk cara yang diperlukan untuk hibah. 1779. Segala bunga cagak hidup yang diadakan atas badan seorang yang telah meninggal pada hari dibuatnya perjanjian, adalah tak berdaya. 1780. Bunga cagak hidup dapat diadakan dengan perjanjian bunga yang sedemikian tingginya, sebagaimana ditetapkan menurut kehendak para pihak sendiri. 1781. Orang untuk siapa telah diadakan suatu bunga cagak hidup atas beban, dapat menuntut pembatalan perjanjian, jika si berutang tidak memberikan kepadanya jaminan yang telah diperjanjikan. Jika perjanjian dibatalkan, si berutang diwajibkan membayar bunga yang telah diperjanjikan, yang menunggak, sampai pada hari dikembalikannya uang pokok. 1782. Penunggakan pembayaran bunga cagak hidup yang dapat ditagih, tidaklah memberikan hak kepada si pemungut bunga untuk meminta kembali uang pokoknya atau barang yang telah diberikan olehnya untuk dapat menerima bunga itu; ia hanya berhak menuntut si berutang tentang pembayaran bunga yang wajib dibayarnya dan menyita kekayaannya untuk mengambil pelunasan daripadanya, pun pula meminta diberikannya jaminan untuk bunga yang sudah dapat ditagih. 1783. Dihapuskan. 1784. Tak dapatlah si berutang membebaskan diri dari pembayaran bunga cagak hidup dengan menawarkan pengembalian uang pokoknya, dan dengan

berjanji tidak akan menuntut pengembalian bunga yang telah dibayarnya, ia diwajibkan terus membayar bunga cagak hidup selama hidupnya orang atau orangorang yang di atas badan-badannya telah diadakan bunga cagak hidup itu, betapapun beratnya pembayaran bunga itu bagi dirinya. 1785. Si pemilik suatu bunga cagak hidup hanyalah mempunyai hak atas bunga menurut imbangan jumlahnya hari hidupnya orang yang atas badannya telah diadakan bunga cagak hidup itu. Jika namun itu, menurut perjanjian, bunganya harus dibayar terlebih dahulu, maka hak atas angsuran yang sedianya sudah harus terbayar, baru diperoleh mulai hari pembayaran itu sedianya harus dilakukannya. 1786. Tidaklah diperbolehkan memperjanjikan bahwa suatu bunga cagak hidup takkan tunduk pada suatu penyitaan, kecuali apabila bunga cagak hidup itu telah diadakan dengan cuma-cuma. 1787. Si pemungut bunga tidaklah dapat menagih bunga yang sudah harus dibayar, selain dengan menyatakan tentang masih hidupnya orang yang atas badannya telah diadakan bunga cagak hidup itu. BAGIAN KE TIGA Tentang perjudian dan pertaruhan 1788. Undang-undang tidak memberikan suatu tuntutan hukum dalam halnya suatu utang yang terjadi karena perjudian atau pertaruhan. 1789. Dalam ketentuan tersebut di atas namun itu tidak termasuk permainan-permainan yang dapat dipergunakan untuk olahraga, seperti main anggar, lari cepat dan lain sebagainya. Meskipun demikian, Hakim dapat menolak atau mengurangi gugatan, apabila uang taruhannya menurut pendapatnya lebih dari sepantasnya. 1790. Tidaklah diperbolehkan untuk menyingkiri berlakunya ketentuanketentuan kedua pasal yang lalu dengan jalan perjumpaan utang. 1791. Seorang yang secara sukarela telah membayar kekalahannya, sekalikali tak diperbolehkan menuntutnya kembali, kecuali apabila dari pihak si pemenang telah dilakukan kecurangan atau penipuan. BAB KE ENAM BELAS

Tentang pemberian kuasa BAGIAN KE SATU Tentang sifat pemberian kuasa 1792. Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seorang memberikan kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya, untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan. 1793. Kuasa dapat diberikan dan diterima dalam suatu akta umum, dalam suatu tulisan di bawah tangan, bahkan dalam sepucuk surat atau pun dengan lisan. Penerimaan suatu kuasa dapat pula terjadi secara diam-diam dan disimpulkan dari pelaksanaan kuasa itu oleh si kuasa. 1794. Pemberian kuasa terjadi dengan cuma-cuma, kecuali jika diperjanjikan sebaliknya. Jika dalam hal yang terakhir, upahnya tidak ditentukan dengan tegas, si kuasa tidak boleh meminta upah yang lebih daripada yang ditentukan dalam pasal 411 untuk wali. 1795. Pemberian kuasa dapat dilakukan secara khusus, yaitu mengenai hanya satu kepentingan tertentu atau lebih, atau secara umum, yaitu meliputi segala kepentingan si pemberi kuasa. 1796. Pemberian kuasa yang dirumuskan dalam kata-kata umum, hanya meliputi perbuatan-perbuatan pengurusan. Untuk memindahtangankan benda-benda atau untuk meletakkan hipotik di atasnya, atau lagi untuk membuat suatu perdamaian, atau pun sesuatu perbuatan lain yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik, diperlukan suatu pemberian kuasa dengan kata-kata yang tegas. 1797. Si kuasa tidak diperbolehkan melakukan sesuatu apa pun yang melampaui kuasanya; kekuasaan yang diberikan untuk menyelesaikan suatu urusan dengan jalan perdamaian, sekali-kali tidak mengandung kekuasaan untuk menyerahkan perkaranya kepada putusan wasit. 1798. Orang-orang perempuan dan orang-orang belum dewasa dapat ditunjuk menjadi kuasa, tetapi si pemberi kuasa tidaklah mempunyai suatu tuntutan hukum terhadap orang-orang belum dewasa, selain menurut ketentuan-ketentuan umum mengenai perikatan-perikatan yang diperbuat oleh orang-orang belum

dewasa, dan terhadap orang-orang perempuan yang bersuami yang menerima kuasa tanpa bantuan si suami, ia pun tidak mempunyai tuntutan hukum selain, menurut aturan-aturan yang dituliskan dalam bab ke lima dan ke tujuh Buku ke satu dari Kitab Undang-undang ini. 1799. Si pemberi kuasa dapat menggugat secara langsung orang dengan siapa si kuasa telah bertindak dalam kedudukannya, dan menuntut daripadanya pemenuhan perjanjiannya. BAGIAN KE DUA Tentang kewajiban-kewajiban si kussa 1800. Si kuasa diwajibkan, selama ia belum dibebaskan, melaksanakan kuasanya, dan ia menanggung segala biaya kerugian dan bunga yang sekiranya dapat timbul karena tidak dilaksanakannya kuasa itu. Begitu pula ia diwajibkan menyelesaikan urusan yang telah mulai dikerjakannya pada waktu si pemberi kuasa meninggal jika dengan tidak segera menyelesaikannya dapat timbul sesuatu kerugian. 1801. Si kuasa tidak saja bertanggung jawab tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, tetapi juga tentang kelalaian-kelalaian yang dilakukan dalam menjalankan kuasanya. Namun itu tanggung jawab tentang kelalaian-kelalaian bagi seorang yang dengan cuma-cuma menerima kuasa adalah tidak sebegitu berat seperti yang dapat diminta dari seorang yang untuk itu menerima upah. 1802. Si kuasa diwajibkan memberikan laporan tentang apa yang telah diperbuatnya dan memberikan perhitungan kepada si pemberi kuasa tentang segala apa yang telah diterimanya berdasarkan kuasanya, sekalipun apa yang diterimanya itu tidak seharusnya dibayar kepada si pemberi kuasa. 1803. Si kuasa bertanggung jawab untuk orang yang telah ditunjuk olehnya sebagai penggantinya dalam melaksanakan kuasanya: 1 o. jika ia tidak diberikan kekuasaan untuk menunjuk seorang lain sebagai penggantinya; 2 o. jika kekuasaan itu telah diberikan kepadanya tanpa penyebutan seorang tertentu, sedangkan orang yang dipilihnya itu ternyata seorang yang tak cakap atau

tak mampu. Si pemberi kuasa senantiasa dianggap telah memberikan kekuasaan kepada si kuasa untuk menunjuk seorang lain sebagai penggantinya untuk peng urusan benda-benda yang terletak diluar wilayah Indonesia atau di lain pulau daripada yang ditempat tinggali si pemberi kuasa. Dalam segala hal, si pemberi kuasa dapat secara langsung menuntut orang yang ditunjuk oleh si kuasa sebagai penggantinya itu. 1804. Jika didalam akta yang sama ditunjuk berbagai orang kuasa, maka terhadap mereka tidak diterbitkan suatu perikatan tanggung-menanggung, selain sekadar hal yang demikian itu ditentukan dengan tegas. 1805. Si kuasa harus membayar bunga atas uang-uang pokok yang dipakainya guna keperluannya sendiri, terhitung mulai saat ia memakai uang-uang itu, dan mengenai uang-uang yang harus diserahkannya pada penutupan perhitungan, bunga itu dihitung mulai hari ia dinyatakan lalai. 1806. Si kuasa yang telah memberitahukan secara sah tentang hal kuasanya kepada orang dengan siapa ia mengadakan suatu perjanjian dalam kedudukannya sebagai kuasa itu, tidaklah bertanggung jawab tentang apa yang terjadi diluar batas kuasa itu, kecuali jika ia secara pribadi telah mengikatkan diri untuk itu. BAGIAN KETIGA Tentang kewajiban-kewajiban si pemberi kuasa 1807. Si pemberi kuasa diwajibkan memenuhi perikatan-perikatan yang diperbuat oleh si kuasa menurut kekuasaan yang ia telah berikan kepadanya. Ia tidak terikat pada apa yang telah diperbuat selebihnya dari pada itu, selain sekadar ia telah menyetujuinya secara tegas atau secara diam-diam. 1808. Si pemberi kuasa diwajibkan mengembalikan kepada si kuasa persekot-persekot dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh orang ini untuk melaksanakan kuasanya, begitu pula untuk membayar upahnya jika ini telah diperjanjikan. Jika si kuasa tidak melakukan sesuatu kelalaian, maka si pemberi kuasa tidak dapat meluputkan diri dari kewajiban mengembalikan persekot-persekot dan biaya-biaya serta membayar upah tersebut di atas, sekalipun urusannya tidak

berhasil. 1809. Begitu pula si pemberi kuasa harus memberikan ganti rugi kepada si kuasa tentang kerugian-kerugian yang diderita sewaktu menjalankan kuasanya, asal dalam hal itu si kuasa tidak telah berbuat kurang hati-hati. 1810. Si pemberi kuasa harus membayar kepada si kuasa bunga atas persekot-persekot yang telah dikeluarkan oleh si kuasa, terhitung mulai hari dikeluarkannya persekot-persekot itu. 1811. Jika seorang kuasa diangkat oleh berbagai orang untuk mewakili suatu urusan yang merupakan urusan mereka bersama, maka masing-masing dari mereka adalah bertanggung jawab untuk seluruhnya terhadap si kuasa mengenai segala akibat dari pemberian kuasa itu. 1812. Si kuasa adalah berhak untuk menahan segala apa kepunyaan si pemberi kuasa yang berada di tangannya, sekian lamanya, hingga kepadanya telah dibayar lunas segala apa yang dapat dituntutnya sebagai akibat pemberian kuasa. BAGIAN KE EMPAT Tentang bermacam-macam cara berakhirnya pemberian kuasa 1813. Pemberian kuasa berakhir: dengan ditariknya kembali kuasanya si kuasa; dengan pemberitahuan penghentian kuasanya oleh si kuasa; dengan meninggalnya, pengampuannya, atau pailitnya si pemberi kuasa maupun si kuasa; dengan perkawinannya si perempuan yang memberikan atau menerima kuasa. 1814. Si pemberi kuasa dapat menarik kembali kuasanya manakala itu dikehendakinya, dan jika ada alasan untuk itu, memaksa si kuasa untuk mengembalikan kuasa yang dipegangnya. 1815. Penarikan kembali yang hanya diberitahukan kepada si kuasa, tidak dapat dimajukan terhadap orang-orang pihak ke tiga, yang karena mereka tidak mengetahui tentang penarikan kembali iutu, telah mengadakan suatu perjanjian dengan si kuasa; ini tidak mengurangi tuntutan si pemberi kuasa kepada si kuasa. 1816. Pengangkatan seorang kuasa baru, untuk menjalankan suatu urusan yang sama, menyebabkan ditariknya kembali kuasa yang pertama, terhitung mulai hari diberitahukannya kepada orang yang belakangan ini tentang pengangkatan tersebut.

1817. Si kuasa dapat membebaskan diri dari kuasanya dengan pemberitahuan penghentian kepada si pemberi kuasa. Jika namun itu pemberitahuan penghentian ini baik karena ia dilakukan dengan tidak mengindahkan waktu, maupun karena sesuatu hal lain karena salahnya si kuasa, membawa rugi bagi si pemberi kuasa, maka orang ini harus diberikan ganti rugi oleh si kuasa, kecuali apabila si kuasa berada dalam keadaan tak mampu meneruskan kuasanya dengan tidak membawa rugi yang tidak sedikit bagi dirinya sendiri. 1818. Jika si kuasa tidak sadar akan meninggalnya si pemberi kuasa atau akan adanya sesuatu sebab lain yang mengakhiri kuasanya, maka apa yang diperbuatnya di dalam ketidaksadaran itu adalah sah. Dalam hal itu segala perikatan yang dibuat oleh si kuasa harus dipenuhi terhadap orang-orang pihak ke tiga yang beritikad baik. 1819. Jika si kuasa meninggal, para ahli warisnya harus memberitahukan hal itu kepada si pemberi kuasa, jika mereka tahu tentang adanya pemberian kuasa, dan sementara itu mengambil tindakan-tindakan yang perlu menurut keadaan bagi kepentingan si pemberi kuasa, atas ancaman mengganti biaya, kerugian dan bunga, jika ada alasan untuk itu. BAB KE TUJUH BELAS Tentang penanggungan utang BAGIAN KE SATU Tentang sifat penanggungan 1820. Penanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang pihak ke tiga, guna kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si berutang manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya. 1821. Tiada penanggungan jika tidak ada suatu perikatan pokok yang sah. Namun dapatlah seorang memajukan diri sebagai penanggung untuk suatu perikatan, biarpun perikatan itu dapat dibatalkan dengan suatu tangkisan yang hanya mengenai dirinya pribadi si berutang, misalnya dalam hal kebelumdewasaan. 1822. Seorang penanggung tidak dapat mengikatkan diri untuk lebih, maupun dengan syarat-syarat yang lebih berat, daripada perikatan si berutang.

Adapun penanggungan boleh diadakan untuk hanya sebagian saja dari utangnya, atau dengan syarat-syarat yang kurang. Jika penanggungan diadakan untuk lebih dari utangnya, atau dengan syarat-syarat yang lebih berat maka perikatan itu tidak sama sekali batal, melainkan ia adalah sah hanya untuk apa yang diliputi oleh perikatan pokoknya. 1823. Seorang dapat memajukan diri sebagai penanggung dengan tidak telah diminta untuk itu oleh orang untuk siapa ia mengikatkan dirinya, bahkan diluar pengetahuan orang itu. Adalah diperbolehkan juga untuk menjadi penanggung tidak saja untuk si berutang utama, tetapi juga untuk seorang penanggung orang itu. 1824. Penanggungan utang tidak dipersangkakm, tetapi harus diadakan dengan pemyataan yang tegas; tidaklah diperbolehkan untuk memperluas penanggungan hingga melebihi ketentuan-ketentuan yang menjadi syarat sewaktu mengadakannya. 1825. Penanggungan yang tak terbatas untuk suatu perikatan pokok, meliputi segala akibat utangnya, bahkan terhitung biaya-biaya gugatan yang dimajukan terhadap si berutang utama, dan terhitung pula segala biaya yang dikeluarkan setelah si penanggung utang diperingatkan tentang itu. 1826. Perikatan-perikatan para penanggung berpindah kepada ahli warisahli warisnya. 1827. Si berutang yang diwajibkan memberikan seorang penanggung, harus memajukan seorang yang mempunyai kecakapan untuk mengikatkan dirinya, yang cukup mampu untuk memenuhi perikatannya, dan yang berdiam di wilayah Indonesia. 1828. Dihapuskan 1829. Apabila si penanggung, yang telah diterima oleh si berpiutang secara sukarela atau atas putusan Hakim, kemudian menjadi tak mampu, maka, haruslah ditunjuk seorang penanggung baru. 1830. Barang siapa yang oleh undang-undang atau karena suatu putusan Hakim yang telah memperoleh kekuatan mutlak, diwajibkan memberikan seorang penanggung, padahal ia tidak berhasil mendapatkannya, diperbolehkan sebagai

gantinya memberikan suatu jaminan gadai atau hipotik. BAGIAN KE DUA Tentang akibat-akibat penanggungan antara si berutang dan si penanggung 1831. Si penanggung tidaklah diwajibkan membayar kepada si berpiutang, selain jika si berutang lalai, sedangkan benda-benda si berutang ini harus lebih dahulu disita dan dijual untuk meltmasi utangnya. 1832. Si penanggung tidak dapat menuntut supaya benda-benda si berutang lebih dahulu disita dan dijual untuk meltmasi utangnya: 1 o. apabila ia telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut supaya benda-benda si berutang lebih dahulu disita dan dijual; 2 o. apabila ia telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan si berutang utama secara tanggung-menanggung; dalam hal mana akibat-akibat perikatannya diatur menurut asas-asas yang ditetapkan untuk utang-utang tanggung-menanggung; 3 o. jika si berutang dapat memajukan suatu tangkisan yang hanya mengenali dirinya sendiri secara pribadi; 4 o. jika si berutang berada didalam keadaan pailit; 5 o. dalam hal penanggungan yang diperintahkan oleh Hakim. 1833. Si berpiutang tidak diwajibkan menyita, dan menjual lebih dahulu benda-benda si berutang selain apabila itu diminta oleh si penanggung pada waktu ia pertama kali dituntut di muka Hakim. 1834. Si penanggung yang menuntut supaya benda-benda si berutang lebih dahulu disita dan dijual diwajibkan menunjukkan kepada si berpiutang benda-benda si berutang, dan membayar lebih dahulu biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penyitaan serta penjualan tersebut. Tak diperbolehkan ia menunjuk pada benda-benda yang sedang menjadi buah persengketaan di muka Hakim, maupun yang sudah dijadikan tanggungan hipotik untuk utang yang bersangkutan, dan yang sudah tidak ada di tangan si berutang, maupun pula benda-benda yang terletak di luar wilayah Indonesia. 1835. Apabila si penanggung, menurut pasal yang lalu, telah menunjukkan benda-benda si berutang dan telah membayar lebih dahulu uang yang diperlukan

untuk penyitaan dan penjualan benda-benda itu, maka si berpiutang bertanggung jawab terhadap si penanggung, hingga sejumlah harga benda-benda yang ditunjuk itu, tentang ketidakmampuan si berutang yang dengan tidak adanya tuntutantuntutan, terjadi sesudah itu. 1836. Jika beberapa orang telah mengikatkan diri sebagai penanggung untuk seorang berutang yang sama, lagi pula untuk utang yang sama, maka masingmasing adalah terikat untuk seluruh utang itu. 1837. Namun itu masing-masing dari mereka, jika ia tidak telah melepaskan hak istimewanya untuk meminta pemecahan utangnya, pada pertama kalinya ia digugat di muka Hakim, dapat menuntut supaya si berpiutang lebih dahulu membagi piutangnya, dan menguranginya hingga bagian masing-masing penanggung utang yang terikat secara sah. Jika pada waktu salah seorang penanggung menuntut pemecahan utangnya, seorang atau beberapa orang teman penanggung berada dalam keadaan tak mampu, maka si penanggung tersebut diwajibkan membayar untuk orang-orang yang tak mampu itu menurut imbangan bagiannya; tetapi ia tidak bertanggung jawab jika ketidakmampuan orang-orang itu terjadi setelah pemecahan utangnya. 1838. Jika si berpiutang sendiri secara sukarela telah membagi-bagi tuntutannya, maka tak bolehlah ia menarik kembali pemecahan utang itu, biarpun beberapa orang di antara para penanggung tidak mampu sebelum ia telah membagi-bagi utangnya. BAGIAN KE TIGA Tentang akibat-akibat penanggungan antara si berutang dan si penanggung, dan antara para penanggung sendiri 1839. Si penanggung yang telah membayar, dapat menuntutnya kembali dari si berutang utama, baik penanggungan itu telah diadakan dengan maupun tanpa pengetahuan si berutang utama. Penuntutan kembali ini dilakukan baik mengenai uang pokoknya maupun mengenai bunga serta biaya-biaya. Mengenai biaya-biaya tersebut si penanggung hanya dapat menuntutnya kembali, sekadar ia telah memberitahukan kepada si berutang utama tentang

tuntutan-tuntutan yang ditujukan kepadanya, di dalam waktu yang patut. Si penanggung ada juga mempunyai hak menuntut penggantian biaya, rugi dan bunga, jika ada alasan untuk itu. 1840. Si penanggung yang telah membayar, menggantikan demi hukum segala hak si berpiutang terhadap si berutang. 1841. Jika beberapa orang berutang utama yang bersarna-sama memikul satu utang, masing-masing terikat untuk seluruh utang itu, maka seorang yang memajukan diri sebagai penanggung untuk mereka kesemuanya, dapat menuntut kembali segala apa yang telah dibayarnya dari masing-masing orang berutang tersebut. 1842. Si penanggung yang sekali telah membayar utangnya, tidak dapat menuntutnya kembali dari si berutang utama yang telah membayar untuk ke dua kalinya, jika ia tidak telah memberitahukan kepadanya tentang pembayaran yang telah dilakukannya, dengan tidak mengurangi hak-haknya untuk menuntutnya kembali dari si berpiutang. Jika si penanggung telah membayar tanpa digugat untuk itu, sedangkan ia tidak memberitahukannya kepada si berutang utama, maka ia, tidak dapat menuntutnya kembali dari si berutang utama ini, manakala si berutang, pada waktu dilakukannya pembayaran, mempunyai alasan-alasan untuk menuntut dinyatakannya batal utangnya; dengan tidak mengurangi tuntutan si penanggung terhadap si berpiutang. 1843. Si penanggung dapat menuntut si berutang untuk diberikan ganti rugi atau untuk dibebaskan dari perikatannya, bahkan sebelum ia membayar utangnya: 1o. apabila ia digugat di muka Hakim untuk membayar; 2o. dihapuskan; 3o. apabila si berutang telah berjanji untuk membebaskannya dari penanggungannya didalam suatu waktu tertentu; 4o. apabila utangnya dapat ditagih karena lewatnya jangka waktu yang telah ditetapkan untuk pembayarannya; 5o. setelah lewatnya waktu sepuluh tahun jika perikatan pokok tidak mengandung suatu jangka waktu tertentu untuk pengakhirannya, kecuali apa bila

perikatan pokok sedemikian sifatnya, hingga ia tidak dapat diakhiri sebelum lewatnya suatu waktu tertentu, sepertinya suatu perwalian. 1844. Jika berbagai orang telah mengikatkan diri sebagai penanggung untuk seorang berutang yang sama, lagi pula untuk utang yang sama, maka si penanggung yang telah melunasi utangnya dalam hal yang teratur dalam nomor 1o dari pasal yang lalu, begitu pula apabila si berutang telah dinyatakan pailit, mempunyai hak untuk menuntutnya kembali dari orang-orang penanggung yang lainnya, masing-masing untuk bagiannya. Ketentuan ayat kedua dari pasal 1293 adalah berlaku dalam hal ini. BAGIAN KE EMPAT Tentang hapusnya penanggungan utang 1845. Perikatan yang diterbitkan dari penanggungan hapus karena sebabsebab yang sama, sebagaimana yang menyebabkan berakhirnya perikatan-perikatan lainnya. 1846. Percampuran yang terjadi di antara pribadinya si berutang utama dan pribadinya si penanggung utang, sekali-kali tidak mematikan tuntutan hukum si berpiutang terhadap orang yang telah memajukan diri sebagai penanggungnya si penanggung. 1847. Si penanggung utang dapat menggunakan terhadap si berpiutang segala tangkisan yang dapat dipakai oleh si berutang utama dan mengenai utangnya yang ditanggung itu sendiri. Namun tak bolehlah ia memajukan tangkisan-tangkisan yang melulu mengenai pribadi si berutang. 1848. Si penanggung dibebaskan apabila ia karena salahnya si berpiutang, tidak lagi dapat menggantikan hak-haknya, hipotik-hipotiknya dan hak-hak istimewanya dari si berpiutang itu. 1849. Jika si berpiutang secara sukarela menerima suatu benda tak bergerak maupun suatu benda lain sebagai pembayaran atas utang pokok, maka si penanggung dibebaskan karenanya, biarpun benda itu kemudian karena suatu putusan Hakim oleh si berpiutang harus diserahkan kepada seorang lain. 1850. Suatu penundaan pembayaran belaka yang oleh si berpiutang

diberikan kepada si berutang, tidak membebaskan si penanggung utang; namun si penanggung ini dalam hal yang sedemikian dapat menuntut si berutang dengan maksud memaksanya untuk membayar atau untuk membebaskan si penanggung dari penanggungannya. BAB KE DELAPAN BELAS Tentang perdamaian 1851. Perdamaian adalah suatu perjanjian dengan mana kedua belah pihak, dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung atau pun mencegah timbulnya suatu perkara. Perjanjian ini tidaklah sah, melainkan jika dibuat secara tertulis. 1852. Untuk mengadakan suatu perdamaian diperlukan bahwa seorang mempunyai kekuasaan untuk melepaskan haknya atas hal-hal yang termaktub di dalam perdamaian itu. Wali-wali dan pengampu-pengampu tidak dapat mengadakan suatu perdamaian selain jika mereka bertindak menurut ketentuan-ketentuan dari bab ke lima belas dan ke tujuh belas dari Buku ke satu Kitab Undang-undang ini. Kepala-kepala Daerah yang bertindak sebagai demikian begitu pula lembaga-lembaga umum tidak dapat mengadakan suatu perdamaian selain dengan mengindahkan acara-acara yang ditetapkan dalam perundang-undangan yang mengenai mereka. 1853. Tentang kepentingan-kepentingan keperdataan yang terbit dari suatu kejahatan atau pelanggaran, dapat diadakan perdamaian. Perdamaian ini tidak sekali-kali menghalangi Jawatan Kejaksaan untuk menuntut perkaranya. 1854. Setiap perdamaian hanya terbatas pada soal yang termaktub didalamnya; pelepasan segala hak dan tuntutan yang dituliskan di situ harus diartikan sekadar hak-hak dan tuntutan-tuntutan itu ada hubungannya dengan perselisihan yang menjadi lantaran perdamaian tersebut. 1855. Setiap perdamaian hanya mengakhiri perselisihan-perselisihan yang termaktub didalamnya, baik para pihak merumuskan maksud mereka dalam perkataan khusus atau umum, maupun maksud itu dapat disimpulkan sebagai akibat

mutlak satu-satunya dari apa yang dituliskan. 1856. Jika seorang yang telah mengadakan suatu perdamaian tentang suatu hak yang diperolehnya atas dasar kedudukannya sendiri, kemudian memperoleh suatu hak yang sama dari seorang lain, maka sekadar mengenai hak yang baru diperolehnya itu, tidaklah ia terikat oleh perdamaian yang dibuat sebelumnya. 1857. Suatu perdamaian yang diadakan oleh salah seorang yang berkepentingan, tidak mengikat orang-orang berkepentingan yang lainnya, dan tidak dapat dimajukan oleh mereka untuk memperoleh hak-hak dari padanya. 1858. Segala perdamaian mempunyai di antara para pihak suatu kekuatan seperti suatu putusan Hakim dalam tingkat yang penghabisan. Tidak dapatlah perdamaian itu dibantah dengan alasan kekhilafan mengenai hukum atau dengan alasan bahwa salah satu pihak dirugikan. 1859. Namun itu suatu perdamaian dapat dibatalkan, apabila telah terjadi suatu kekhilafan mengenai orangnya, atau mengenai pokok perselisihan. Ia dapat dibatalkan dalam segala hal dimana telah dilakukan penipuan atau paksaan. 1860. Begitu pula dapat diminta pembatalan suatu perdamaian, jika perdamaian itu telah diadakan karena kesalahpahaman tentang duduk perkaranya, mengenai suatu alas hak yang batal, kecuali apabila para pihak dengan pernyataan tegas telah mengadakan perdamaian tentang kebatalan itu. 1861. Suatu perdamaian yang diadakan atas dasar surat-surat yang kemudian dinyatakan palsu, adalah sama sekali batal. 1862. Suatu perdamaian mengenai suatu sengketa, yang sudah diakhiri dengan suatu putusan Hakim yang telah memperoleh kekuatan mutlak, namun tidak diketahui oleh para pihak atau salah satu dari mereka, adalah batal. Jika putusan yang tidak diketahui oleh para pihak itu masih dapat dimintakan banding, maka perdamaiannya adalah sah. 1863. Jika para pihak, untuk seumumnya, telah membuat suatu perdamaian tentang segala urusan yang berlaku di antara mereka, maka adanya surat-surat yang pada waktu itu tidak diketahui, tetapi kemudian diketemukan, tidak merupakan alasan untuk membatalkan perdamaiannya, kecuali apabila surat-surat itu telah

sengaja disembunyikan oleh salah satu pihak. Namun itu perdamaiannya adalah batal, jika perdamaian hanya mengenai satu urusan saja, sedangkan dari surat-surat yang diketemukan kemudian ternyata bahwa salah satu pihak sama sekali tidak mempunyai sesuatu hak atas itu. 1864. Suatu kekeliruan dalam hal menghitung dalam suatu perdamaian, harus diperbaiki. 1960. Mereka yang disebutkan dalam pasal yang lalu dapat memperoleh hak milik dengan jalan daluwarsa, jika alas hak penguasaan mereka telah berganti, baik karena suatu sebab yang berasal dari seorang pihak ke tiga, maupun karena pembantahan yang mereka lakukan terhadap haknya si pemilik. 1961. Mereka, kepada siapa orang-orang penyewa, orang-orang penyimpan, dan lain-lain orang yang menguasai suatu benda berdasarkan suatu perjanjian dengan pemiliknya, telah menyerahkan bendanya dengan suatu alas hak yang dapat memindahkan hak milik, dapat memperoleh benda tersebut dengan jalan daluwarsa. 1962. Daluwarsa dihitung dengan hari, tidak dengan jam. Daluwarsa itu diperoleh apabila hari teralchir dari jangka waktu yang diperlukan telah lewat. BAGIAN KE DUA Tentang daluwarsa, dipandang sebagai suatu alat untuk memperoleh sesuatu 1963. Siapa yang dengan itikad baik, dan berdasarkan suatu alas hak yang sah, memperoleh suatu benda tak bergerak, suatu bunga, atau suatu piutang lain yang tidak harus dibayar atas tunjuk, memperoleh hak milik atasnya, dengan jalan daluwarsa, dengan suatu penguasaan selama dua puluh tahun. Siapa yang dengan itikad baik menguasainya selama tiga puluh tahun, memperoleh hak milik, dengan tidak dapat dipaksa untuk mempertunjukkan alas haknya. 1964. Suatu alas hak yang batal, karena, suatu cacat dalam bentuk caranya, tidak dapat digunakan sebagai dasar suatu daluwarsa selama dua puluh tahun. 1965. Itikad baik selamanya harus dianggap ada, sedangkan siapa yang menunjuk kepada suatu itikad buruk diwajibkan membuktikannya.

1966. Adalah cukup bahwa pada waktu benda atau piutang diperoleh, itikad baik itu ada. BAGIAN KE TIGA Tentang daluwarsa dipandang sebagai suatu alasan untuk dibebaskan dari suatu kewajiban 1967. Segala tuntutan hukum, baik yang bersifat perbendaan maupun yang bersifat perseorangan, hapus karena daluwarsa, dengan lewatnya waktu tiga puluh tahun, sedangkan siapa, yang menunjukkan akan adanya daluwarsa itu tidak usah mempertunjukkan suatu alas hak, lagi pula tak dapatlah dimajukan terhadapnya sesuatu tangkisan yang didasarkan kepada itikadnya yang buruk. 1968. Tuntutan para guru dan pengajar dalam kebudayaan dan ilmu pengetahuan, untuk pelajaran yang mereka berikan tiap-tiap bulan, atau untuk waktu yang lebih pendek; tuntutan para pengusaha rumah penginapan dan rumah makan, untuk pemberian penginapan serta makanan; tuntutan para buruh yang upahnya dalam uang harus dibayar tiap-tiap kali setelah lewatnya waktu yang kurang daripada satu triwulan, untuk mendapat pembayaran upah mereka, beserta jumlah kenaikan upah itu menurut pasal 1602 q; semua itu berdaluwarsa. dengan lewatnya waktu satu tahun. 1969. Tuntutan para dokter dan ahli obat-obatan, untuk kunjungan mereka, perawatan dan obat-obatan; tuntutan para juru sita, untuk upah mereka untuk memberitahukan akta-akta dan melaksanakan pekerjaan yang diperintahkan kepada mereka; tuntutan para pengusaha sekolah berasrama, untuk uang makan dan pengajaran bagi murid-muridnya, begitu pula tuntutan lain-lain pengajar untuk upah pengajaran yang diberikan oleh mereka; tuntutan para buruh dengan kekecualian mereka yang dimaksud dalam pasal 1968, untuk pembayaran upah mereka, beserta jumlah kenaikan upah itu menurut pasal 1602 q; semua itu berdaluwarsa dengan lewatnya waktu dua tahun. 1970. Tuntutan para advokat untuk pembayaran jasa-jasa mereka, tuntutan para pengacara untuk pembayaran persekot-persekot dan upah mereka, hapus karcna daluwarsa dengan lewatnya waktu dua tahun, terhitung sejak hari diputusnya perkara, atau tercapainya perdamaian antara para pihak yang berperkara, atau

ditariknya kembali kuasa kepada pengacara itu. Dalam halnya perkara-perkara yang tidak selesai tak dapatlah mereka menuntut pembayaran persekot-persekot dan jasa-jasa yang telah menunggak lebih daripada sepuluh tahun. Tuntutan para notaris untuk pembayaran persekot-persekot dan upah mereka, berdaluwarsa juga dengan lewatnya waktu dua tahun, terhitung sejak hari dibuatnya akta-akta. 1971. Tuntutan-tuntutan; tukang-tukang kayu, tukang-tukang batu dan lainlain tukang untuk pembayaran bahan-bahan yang mereka berikan dan upah-upah mereka; pengusaha-pengusaha toko untuk pembayaran barang-barang yang telah mereka serahkan, sekadar tuntutan-tuntutan ini mengenai pekerjaan-pekerjaan dan penyerahan-penyerahan yang tidak untuk pekerjaan si berutang yang tctap; semua itu bcrdaluwarsa dengan lewatnya waktu lima tahun. 1972. Daluwarsa yang disebutkan dalam keempat pasal yang lalu, terjadi, meskipun seorang telah meneruskan melakukan penyerahan-penyerahan jasa-jasa dan pekerjaan. Daluwarsa itu hanya berhenti berjalan, apabila dibuatnya suatu pengakuan tertulis, atau apabila daluwarsa dicegah menurut pasal 1979. 1973. Namun demikian orang-orang kepada siapa dimajukan daluwarsa yang disebut dalam pasal 1968, 1969, 1970 dan 1971, dapat menurut dari mereka yang menggunakan daluwarsa itu supaya mereka bersumpah bahwa utang mereka sungguh-sungguh telah terbayar. Kepada para janda dan para ahli waris, atau jika mereka yang dimaksud di atas itu orang-orang yang belum dewasa, kepada orang-orang yang menjadi wali mereka, dapat diperintahkan sumpah untuk menerangkan bahwa mereka tidak mengetahui bahwa ada utang yang demikian itu. 1974. Para Hakim dan pengacara tidak lagi bertanggung jawab untuk penyerahan surat-surat setelah lewatnya waktu lima tahun, setelah pemutusan perkaranya. Begitu pula, para juru sita dibebaskan dari pertanggungjawaban tentang hal itu setelah lewatnya, waktu dua, tahun, terhitung sejak pelaksanaan kuasa atau

pemberitahuan akta-akta yang ditugaskan kepada mereka. 1975. Bunga, atas bunga abadi atau bunga cagak hidup; bunga atas tunjangan tahunan guna pemeliharaan, harga sewa rumah dan tanah; bunga atas uang-uang pinjaman, dan pada umumnya, segala apa yang harus dibayar tiap tahun atau tiap waktu tertentu yang lebih pendek; semua itu berdaluwarsa setelah lewatnya waktu lima tahun. 1976. Daluwarsa-daluwarsa yang diatur dalam pasal 1968 dan selanjutnya dari bab ini, berjalan terhadap orang-orang yang belum dewasa dan orang-orang yang berada di bawah pengampuan; dengan tak mengurangi penuntutan ganti rugi mereka terhadap wali-wali atau pengampu-pengampu mereka. 1977. Terhadap benda bergerak yang tidak berupa bunga, maupun piutang yang tidak harus dibayar kepada si pembawa maka barangsiapa yang menguasainya dianggap sebagai pemiliknya. Namun demikian, siapa yang kehilangan atau kecurian sesuatu barang, didalam jangka waktu tiga tahun, terhitung sejak hari hilangnya atau dicurinya barang itu, dapatlah ia menuntut kembali barangnya yang hilang atau dicuri itu sebagai miliknya, dari siapa yang dalam tangannya ia ketemukan barangnya, dengan tak mengurangi hak si yang tersebut belakangan ini untuk minta ganti rugi kepada orang dari siapa ia memperoleh barangnya, lagi pula dengan tak mengurangi ketentuan dalam pasal 582. BAGIAN KE EMPAT Tentang sebab-sebab yang mencegah daluwarsa 1978. Daluwarsa tercegah apabila kenikmatan atas bendanya selama lebih dari satu tahun, direbut dari tangan si berkuasa, baik yang merebut itu pemilik lama, maupun yang merebut itu orang pihak ke tiga. 1979. Daluwarsa itu tercegah pula oleh suatu peringatan, suatu gugatan, serta oleh tiap, perbuatan yang berupa tuntutan hukum, satu dan lain diberitahukan oleh seorang pegawai yang berkuasa untuk itu atas nama pihak yang berhak kepada orang yang hendak dicegah memperolehnya dengan jalan daluwarsa. 1990. Juga penggugatan di muka Hakim yang tidak berkuasa, mencegah daluwarsa.

1981. Namun daluwarsa tidaklah tercegah, apabila peringatan atau gugatannya ditarik kembali atau pun dinyatakan batal, baik si penggugat menggugurkan tuntutannya, maupun tuntutan itu ditolak oleh Hakim, maupun pula gugatan itu dinyatakan gugur karena lewatnya waktu. 1982. Pengakuan, akan haknya orang terhadap siapa daluwarsa berjalan, yang dilakukan dengan kata-kata atau dengan perbuatan-perbuatan oleh si berkuasa atau si berutang, mencegah pula daluwarsa. 1983. Pemberitahuan, menurut pasal 1979, kepada salah seorang yang berutang secara tanggung-menanggung, atau pengakuan orang tersebut, mencegah daluwarsa terhadap orang-orang berutang yang lainnya, bahkan pula terhadap ahli waris-ahli waris mereka. Pemberitahuan yang dilakukan kepada salah seorang ahli waris seorang berutang secara tanggung-menanggung, atau pengakuan ahli waris tersebut, tidaklah mencegah daluwarsa terhadap ahli waris-ahli waris yang lainnya, bahkan tidak dalam halnya suatu utang hipotik; terkecuali apabila perikatannya tak dapat dibagi-bagi. Dengan pemberitahuan atau pengakuan ini daluwarsa terhadap orang-orang yang turut berutang lainnya, tidaklah dicegah lebih lanjut selain untuk bagian ahli waris tersebut. Untuk mencegah daluwarsa seluruh utangnya terhadap orang-orang yang turut berutang lainnya, diperlukan suatu pemberitahuan kepada segenap ahli waris tersebut atau suatu pengakuan yang dilakukan oleh segenap ahli waris itu. 1984. Pemberitahuan yang dilakukan kepada si berutang utama atau pengakuan orang ini, mencegah daluwarsa terhadap si penanggung utang. 1985. Pencegahan daluwarsa yang dilakukan oleh salah seorang berpiutang dalam suatu perikatan tanggung-menanggung berlaku untuk segenap orang yang turut berpiutang.

BAGIAN KE LIMA Tentang sebab-sebab yang menangguhkan berjalannya daluwarsa

1986. Daluwarsa berjalan terhadap setiap orang, kecuali yang bagi keuntungannya diadakan pengecualian oleh undang-undang. 1987. Daluwarsa tidaklah dapat bermulai maupun berlangsung terhadap orang-orang yang belum dewasa dan orang-orang terampu, kecuali dalam hal-hal yang ditentukan oleh undang-undang. 1988. Daluwarsa; tidaklah terjadi diantara suami-istri. 1989. Daluwarsa tidaklah berjalan terhadap seorang istri selama perkawinannya: 1e. apabila tuntutan si istri tidak akan dapat diteruskan, melainkan setelah ia memilih antara menerima atau melepaskan persatuan; 2e. apabila si suami, karena ia telah menjual benda pribadi si istri, harus menanggung penjualan itu, dan didalam segala hal dimana tuntutan si istri akhimya harus ditujukan kepada suaminya. 1990. Daluwarsa tidaklah berjalan: terhadap suatu piutang yang bergantung pada suatu syarat, selama syarat ini tidak dipenuhi; dalam halnya suatu perkara untuk menanggung suatu penjualan, selama belum ada putusan untuk menyerahkan barangnya kepada orang lain; terhadap suatu piutang yang baru dapat ditagih pada suatu hari tertentu, selama hari itu belum tiba. 1991. Daluwarsa tidaklah berjalan terhadap seorang waris yang telah menerima suatu warisan dengan hak istimewa untuk membuat pendaftaran harta peninggalan, mengenai piutang-piutangnya terhadap harta peninggalan. Daluwarsa, berjalan terhadap suatu warisan yang tak terurus, meskipun warisan itu tidak ada pengampunya. 1992. Daluwarsa itu berjalan pula selama ahli waris sedang dalam waktu memikir.

Ketentuan penutup 1993. Daluwarsa-daluwarsa yang sudah mulai berajan sebelum Kitab

Undang-undang ini diundangkan, akan diatur menurut undang-undang yang pada saat itu berlaku di Indonesia. Namun demikian daluwarsa-daluwarsa yang sudah mulai berlaku secara demikian, yang menurut perundang-undangan lama masih mernbutuhkan waktu selama lebih dari tiga puluh tahun, terhitung sejak saat diundangkan Kitab Undang-undang ini, akan terpenuhi dengan lewatnya waktu tiga puluh tahun ini. LAMPIRAN I Ketentuan-ketentuan untuk seluruh Indonesia tentang hukum perdata dan hukum dagang bagi mereka yang termasuk golongan Timur Asing, lain daripada Tiong Hoa (Undang-undang 9 Desember 1924, L.N. 1924-556, mulai berlaku 1 Maret 19215). 1. Penunjukan akan bagian-bagian dari perundang-undangan bagi orang-orang yang termasuk golongan Eropa, yang mana, setelah diubah, atau dengan tiada perubahan, berlaku bagi mereka yang termasuk golongan Timur Asing, lain daripada Tiong Hoa. Pasal 1. Bagi mereka yang termasuk golongan Timur Asing, lain daripada Tiong Hoa, berlakulah : A. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bagi Indonesia, kecuali : a. bab ke dua dari buku ke satu; b. bab ke empat sampai dengan ke empat belas dari buku ke satu; c. bab ke lima belas dari buku ke satu, dengan pengertian : 1. bahwa mereka yang termasuk golongan Timur Asing harus dianggap belum dewasa, selama mereka belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun dan tidak telah kawin sebelumnya, dengan ketentuan dalam pada ini bahwa, dalam hal bilamana mereka telah kawin sebelumnya, dan perkawinan ini dibubarkan sebelum mereka mencapai umur genap dua puluh satu tahun, maka mereka tidaklah karena itu kembali lagi dalam kedudukan belum dewasa; 2. bahwa bagi mereka berlakulah bagian ke tiga belas bab ke lima belas dari

buku ke satu Tentang Balai-balai Harta Peninggalan, Balai-balai mana dalam menunaikan tugas mereka sekitar soal-soal yang berkenaan dengan hukum perdata terhadap mana perundang-undangan Eropa tidak telah atau tidak dinyatakan berlaku bagi mereka yang termasuk golongan Timur Asing, harus melaksanakan segala instruksi dan segala reglemen bagi para kepala urusan harta peninggalan dulu; d. bab ke dua belas dari buku ke dua. B. Kitab Undang-undang Hukum Dagang untuk Indonesia dengan pengertian, bahwa terhadap seorang yang masuk kerja, sebagai anak buah kapal, dalam pasal 396 sebagai pengganti kata-kata: berlakulah ketentuan-ketentuan dalam bagian ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5 bab 7A buku ke tiga dari Kitab Undang-undang Perdata, sekadar bertakunya ketentuan-ketentuan tadi tidak dengan tegas dikecualikannya, harus dibaca: berlakulah pasal 1601, 1602, 1603 (lama) dari Kitab Undang-Undang Hukurn Perdata. C. Pasal-pasal berikut dari Peraturan tentang Penyelenggaraan dan Peralihan kepada perundang-undangan baru, sekadar perhubungan dengan ketentuanketentuan undang-undang yang telah dinyatakan berlaku, ialah pasal 23 sampai dengan 34, 36 sampai dengan 39, 41 sampai dengan 44, 46, 48, 50 sampai dengan 53, 100 dan 101. D. Undang-Undang Kepailitan, dengan pengertian, bahwa terhadap hak-hak setiap istri dalam hal bilamana suaminya dan dalam keadaan pailit segala apa yang ditentukan dalam pasal 2 di bawah ini, harus menjadi pengganti peraturan dalam pasal 60 ayat ke satu sampai dengan ayat ke empat dari Undang-undang tersebut.

2. peraturan tentang beberapa soal yang berhubungan dengan apa yang telah dinyatakan beriaku dalam 1. Pasal. 2. (1) Dengan berlangsungnya suatu perkawinan, tidaklah karena hukum terbentuk suatu persatuan harta kekayaan suami dan istri. (2) Si istri tetap memiliki sekalian harta kekayaannya, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak.

(3) Pembawaan akan segala barang bergerak dalam perkawinan oleh si istri, tidak boleh dibuktikan dengan cara lain, melainkan dengan suatu akta otentik yang dibuat sebelum atau tatkala perkawinan dilangsungkan, akta mana dengan tegas harus menyebut barang-barang itu; segala kebendaan yang sepanjang perkawinan masuk dalam kemilikan si istri karena perwarisan, pemberian hibah atau hibah wasiat, harus dapat dinyatakan dengan suatu pertelaan dengan akta notaris, yang memuat asal-usul kebendaan itu dan memuat pula penilaian akan harganya satu per satu, dengan tak mengurangi kewajiban untuk mendaftarkan segala kebendaan tak bergerak yang diperoleh sebelum atau sepanjang perkawinan atas nama si istri. (4) Segala keuntungan bagi si istri yang diperoleh sepanjang perkawinan karena perusahaan atau perdagangannya sendiri tidak boleh dibuktikan dengan cara lain, melainkan dengan alat-alat bukti tertulis yang sah. (5) Segala sesuatu, yang mana. dengan cara seperti tertulis dalam pasal ini tak dapat dibuktikan sebagai milik si istri, harus dianggap sebagai milik suaminya. (6) Segala pemberian hibah, baik mengenai berang-barang bergerak, maupun barang-barang tak bergerak, yang dilakukan oleh seorang suami kepada istrinya sepanjang perkawinan, bahkan yang dilakukan setelah bubarnya perkawinan karena perceraian, adalah batal dan tak berharga terhadap pihak ke tiga. (7) Ketentuan tersebut di atas sementara itu tidak berlaku terhadap pemberian hibah atau panjar terdiri atas barang-barang bergerak, yang harganya teramat kecil jika dibandingkan dengan kekayaan si pemberi hibah. Pasal 3. Dalam pasal 913, 915 dan 916 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, perkataan undang-undang harus diartikan, segala aturan hukum yang berlaku bagi si yang mewariskan berhubung dengan agarna dan adat-istiadat kebangsaannya, dan perkataan perwarisan karena kematian dalam pasal 914, harus diartikan sebagai perwarisan karena kematian, menurut aturan-aturan hukum yang sama. Pasal 4. (1). Mereka yang dalam ketentuan-ketentuan di atas tersebut sebagai orang-orang yang tennasuk golongan Timur Asing, kecuali dalam keadaankeadaan luar biasa seperti termaktub dalam pasal 946, 947 dan 948 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, tak diperbolehkan mengambil sesuatu ketetapan

wasiat melainkan dengan akta umum yang dibuat menurut peraturan termuat dalam pasal 638 dan 939 dari Kitab yang sama. (2). Pencabutan hanya boleh dilakukan dengan akta yang dibuat dalam bentuk yang sama. Pasal 5. Dihapuskan. Pasal 6. (1). Pada waktu menerima buku-buku menurut pasal 89 UndangUndang Kepailitan, anggota komisaris Balai Harta Peninggalan, yang mewakili Balai tersebut, harus menanggali dan mengesahkan dengan tanda tangannya, halaman ke satu dan halaman terakhir dari tiap-tiap buku yang diterimanya. (2). Karena jabatan, atau atas tuntutan Jawatan Kejaksan, Balai tersebut boleh menyuruh supaya buku-buku yang telah diterimanya tadi diselidiki, dengan permintaan supaya selekas mungkin membuat laporan tentang penyelidikan itu, perintah mana harus dilakukan, baik kepada seorang anggotanya yang segolongan dengan si pailit, maupun kepada orang-orang lain yang cakap untuk itu. Apabila kemudian ternyata, penyelidikan itu merupakan pekerjaan yang sangat besar, maka Pengadilan Negeri berhak menetapkan upah bagi anggota yang telah melakukannya, upah mana harus dibayar dari harta peninggalan yang bersangkutan dan sesuai dengan daya kesmggupannya. (3). Laporan yang tennaksud dalam ayat ke dua beserta segala. surat termaksud dalam pasal 94 Undang-Undang Kepailitan, oleh Balai harus diletakkan dalam kantornya, agar setiap orang dapat membacanya dengan cuma-cuma. (4). Kewajiban menghadap dan memberi penjelasan, yang dibebankan oleh pasal 101 Undang-Undang Kepailitan, beserta segala akibatnya dalam hal bilamana, kewajiban itu dilalaikannya, tersebut dapat pasal 86 Undang-undang tersebut, dibebankan juga kepada orang yang mendapat tugas penyelidikan tertnaksud dalam ayat ke dua. 3. Ketentuan penutup Pasal 7. Terhadap soal-soal yang berkenaan dengan hukum perdata dan hukum dagang, yang mana terhadap soal-soal itu mereka yang dalam ketentuan tersebut di atas disebut sebagai termasuk golongan Timur Asing, tidak tunduk pada perundang-undangan bagi orang-orang yang termasuk golongan Eropa; terhadap

soal-soal itu senantiasa harus dilakukan segala undang-undang yang kini berlaku bagi mereka dan segala aturan hukum yang berhubungan dengan agama dan adat istiadat mereka. Pasal II. Undang-undang ini berlaku mulai tanggal I Maret 1925. LAMPIRAN II Ketentuan-ketentuan untuk seluruh Indonesia tentang hukum perdata dan hukum dagang bagi orang-orang termasuk golongan Tiong Hoa (Undang-undang 1917-129, jis 1919-81, 1924-557, 1925-92)

BAB KE SATU 1. Penunjukan akan bagian-bagian dari perundang-undangan bagi orang-orang yang termasuk golongan Eropa, yang mana setelah diubah atau dengan tiada perubaban, berlaku bagi mereka yang termasuk golongan Tiong Hoa. Pasal 1. Bagi mereka yang tennasuk golongan Tiong Hoa, berlakulah: 1. Kitab Undang-undang Hukum Perdata untuk Indonesia; terkecuali : a. bab ke dua dan bagian ke dua dan ke tiga bab ke empat dari buku ke satu; b. nomor 6 pasal 71; c. pasal 74 dan 75, pasal-pasal mana diganti dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1. Pegawai catatan sipil harus menolak perlangsungan sesuatu perkawinan, apabila ternyata baginya, bahwa terhadap perkawinan itu ada sesuatu alangan yang sah, atau apabila surat-surat dan keterangan-keterangan, yang mana adanya diharuskan oleh Undang-undang, ternyata tidak cukup. 2. Dalam hal adanya penolakan, kepada pihak yang memintanya harus disampaikan olehnya suatu keterangan tertulis tentang penolakan itu, yang memuat alasan-alasannya. 3. Masing-masing pihak berhak dengan surat permohonan yang harus dilampiri dengan surat keterangan tersebut dalam ayat yang lalu, meminta keputusan dari Pengadilan Negeri, yang mana dalam daerah hukumnya pegawai catatan sipil yang telah menolak berlangsungnya perkawinan, mempunyai tempat kediamannya, Pengadilan mana setelah melakukan pemeriksaan demikian sebagaimana dipandangnya perlu, kemudian dengan tak usah mengindahkan sesuatu bentuk acara dan dengan tiada kemungkinan untuk bandingan harus menguatkan penolakan itu, atau memerintahkan supaya perkawinan dilangsungkan. d. Dihapuskan. e. Penyebutan dalam pasal 99 akan pasal 52 dan 75. f. Dihapuskan. g. Ayat ke dua pasal 268, pasal mana diganti dengan ketentuan sebagai di

bawah ini. Apabila pihak-pihak yang berkepentingan berduduk diam, maka, pembesar yang mempunyai tugas menuntut perkara pidana, adalah leluasa, untuk memajukan tuntutan pidana karena kejahatan menggelapkan kedudukan, asal ada permulaan bukti dengan tulisan sesuai dengan pasal 265 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, dan tentang adanya permulaan bukti itu pada awalnya telah dinyatakannya. h. ayat ke satu pasal 1853, yang mana diganti dengan ketentuan sebagai berikut: Perdamaian tidak sekali-kali menghalangi penuntutan perkara. 2. Kitab Undang-undang Hukum Dagang untuk Indonesia, dengan pengertian, bahwa terhadap seorang yang masuk kerja sebagai anak buah kapal dalam pasal 396 sebagai pengganti kata-kata berlakulah ketentuan-ketentuan dalam bagian ke-2, ke-3, ke-4, dan ke-5, bab 7A buku ke tiga dari Kitab Undang-undang Perdata, sekadar berlakunya ketentuan-ketentuan tadi tidak dengan tegas dikecualikannya, harus, dibaca: berlakulah pasal 1601, 1602, 1603, (lama) dari Kitab Undang-Undang Perdata. 3. Peraturan Acara Perdata, kecuali: a. pasal 816, 817 dan 818; b. pasal 844 yang mana cliganti dengan ketentuan sebagai berikut : Barangsiapa menurut ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Penyelenggaraan Register-register Catatan Sipil bagi golongan Tiong Hoa, menghendaki agar diperintahkannya oleh Hakim sesuatu penambahan atau pembetulan dalam suatu akta dari Catatan Sipil itu, harus memajukan surat permintaan kepada Pengadilan Negeri, permintaan mana harus disertai dengan segala dasar alasannya. 4. Pasal-pasal berikut dari Peraturan tentang Penyelenggaraan akan Peralihan kepada Perundang-undangan baru, sekadar perhubungan dengan ketentuan-ketentuan undang-undang yang telah dinyatakan berlaku, ialah pasal 23 sampai dengan 34, 36 sampai dengan 39, 41 sampai dengan 44, 46, 48, 50 sampai dengan 53, 100 dan 101. 5. Undang-Undang Kepailitan.

2. Ketentuan-ketentuan khusus mengenai perkongsian, dan keadaan pailit Pasal 2. Dihapuskan. Pasal 3. (1). Dengan tak mengurangi berlakunya beberapa ketentuan yang diadakan bagi perseroan perseroan terbatas, segala perkumpulan Tiong Hoa terkenal dengan nama kongsi guna melakukan suatu perusahaan di bawah sesuatu nama kesatuan, haru takluk pada peraturan dalam bagian ke dua, bab ke tiga, buku ke satu dari Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. (2). Nama kongsi harus dianggap sebagai nama firma. Pasal 4. (1). Pada waktu menerima buku-buku menurut pasal 89 UndangUndang Kepailitan, anggota komisaris Balai Harta Peninggalan yang mewakili Balai tersebut harus menanggali dan mengesahkan dengan tanda tangannya, halaman ke satu dan halaman terakhir dari tiap-tiap buku yang diterimanya. (2). Karena jabatan atau atas tuntutan Jawatan Kejaksaan, Balai tersebut boleh menyuruh supaya buku-buku yang telah diterimanya diselidiki, dengan permintaan supaya selekas mungkin membuat laporannya tentang penyelidikan itu, perintah mana harus dilakukan, baik kepada seorang anggotanya dari golongan Tiong Hoa, maupun pula kepada orang-orang lain yang cakap untuk itu. Apabila kemudian ternyata, penyelidikan itu merupakan pekerjaan yang sangat besar, maka Pengadilan Negeri berhak menetapkan upah bagi anggota yang telah metakukannya, upah mana harus dibayar dari harta peninggalan yang bersangkutan dan sesuai dengan daya kesanggupannya. (3). Laporan yang dimaksud dalam ayat ke dua beserta segala surat dimaksud dalam pasal 94 Undang-Undang Kepailitan, oleh Balai harus diletakkan dalam kantornya, agar setiap orang; dapat membacanya dengan cuma-cuma. (4). Kewajiban menghadap dan memberi penjelasan, yang dibebankan oleh pasal 101 Undang-undang Kepailitan, beserta segala akibatnya dalam hal bilamana kewajiban-kewajiban itu dilalaikannya, dimaksud dalam pasal 86 Undang-undang tersebut dibebankan juga kepada orang yang mendapat tugas penyelidikan dimaksud dalam ayat ke dua.

BAB KE DUA Tentang pengangkatan anak Pasal 5. (1). Apabila seorang laki, beristri atau telah pernah beristri, tak mempunyai keturunan laki-laki yang sah dalam garis laki-laki, baik keturunan karena kelahiran, maupun keturunan karena angkatan, maka bolehlah ia mengangkat seorang laki-laki sebagai anaknya. (2). Pengangkatan yang demikian harus dilakukan oleh si orang laki tersebut bersama-sama dengan istrinya, atau jika dilakukannya setelah perkawinannya dibubarkan; oleh dia sendiri. (3). Apabila kepada seorang perempuan janda, yang tidak telah kawin lagi, oleh suaminya yang telah meninggal dunia, tidak ditinggalkan seorang keturunan sebagai dimaksud dalam ayat ke satu pasal ini, maka boleh pun ia mengangkat seorang laki sebagai anaknya. Jika sementara itu si suami yang telah meninggal dunia, dengan surat wasiat telah menyatakan tak menghendaki pengangkatan anak oleh istrinya, maka pengangkatan itu pun tak boleh dilakukannya. Pasal 6. Yang boleh diangkat hanyalah orang-orang Tiong Hoa laki-laki yang tak beristri pun tak beranak, dan yang tidak telah diangkat oleh orang lain. Pasal 7. (1). Orang yang diangkat harus paling sedikitnya delapan belas tahun lebih muda daripada si suami, dan paling sedikitnya pula lima belas tahun lebih muda daripada si istri, atau si janda yang mengangkatnya.

(2). Apabila yang diangkat itu seorang keluarga sedarah, baik keluarga yang sah, maupun keluarga luar kawin, maka keluarga tadi karena angkatannya terhadap moyang kedua belah pihak bersama, harus memperoleh derajat keturunan yang sama pula dengan derajat keturunannya karena kelahiran, sebelum ia diangkat. Pasal 8. Tiap-tiap pengangkatan menghendaki 1. kata sepakat dari orang, atau orang-orang yang melakukannya; 2 a. jika yang diangkat itu seorang anak yang sah, kata sepakat dari bapak dan ibunya, atau dalam hal lebih dulu telah meninggalnya seorang di antara mereka, kata sepakat dari bapak atau ibu yang hidup terlama, kecuali si ibu telah menceburkan diri dalam perkawinan baru; dalam hal yang terakhir, seperti pun apabila kedua orang tuanya telah meninggal dunia, kata sepakat dari walinya dan dari Balai Harta Peninggalan; b. jika yang diangkat itu seorang anak luar kawin, kata sepakat dari kedua orang tuanya, sekiranya anak itu diakui kedua mereka, atau dalam hal lebih dahulu telah meninggalnya seorang di antara mereka, kata sepakat dari yang hidup terlaina, jika hanya salah seorang mereka mengakuinya, kata sepakat dari yang mengakui; jika sama sekali tiada yang mengakuinya, atau kedua orang tua yang mengakuinya telah meninggal dunia, kata sepakat dari walinya dan dari Balai Harta Peninggalan; 3. kata sepakat dari orang yang akan diangkat, jika ia telah mencapai umur lima belas tahun. 4. jika pengangkatan akan dilakukan oleh seorang perempuan janda seperti termaksud dalam pasal 5 ayat ke tiga, kata sepakat dari saudara-saudara laki yang telah dewasa dan bapak mendiang suaminya, dan sekiranya mereka tidak ada, atau tidak diam di Indonesia, kata sepakat dari dua di antara keluarga sedarah laki-laki yang terdekat lainnya dari pihak bapak si suami yang telah meninggal dunia sampai dengan derajat ke empat, yang telah dewasa dan diam di Indonesia. Pasal 9. (1). Apabila kata sepakat dari mereka, termaksud dalam nomor 4 pasal yang lalu, sekadar bukan bapak atau wali si yang akan diangkat, tidak diperoleh, seperti pun jika keluarga sedarah termaksud dalam kata-kata penutup ketentuan tersebut tidak ada, maka bolehlah kata sepakat itu diganti dengan izin dari Pengadilan Negeri, yang mana dalam daerah hukumnya si perempuan janda yang

menghendaki pengangkatan, bertempat tinggal. (2). Atas permintaan si perempuan janda, Pengadilan Negeri dengan tak memakai sesuatu bentuk acara dan dengan tiada kemungkinan untuk bandingan, harus mengambil keputusannya setelah mendengar atau memanggil dengan sah akan sekalian mereka, yang kata sepakatnya dibutuhkannya dan setelah mendengar atau memanggil dengan sah akan orang-orang lainnya sedemikian, sebagaimana oleh Pengadilan dianggapnya perlu. (3). Jika orang-orang yang harus didengar bertempat tinggal diluar keresidenan dimana Pengadilan Negeri yang berkuasa mempunyai tempat kedudukannya, maka Pengadilan itu berhak melimpahkan pemeriksaan mereka kepada Pengadilan Negeri lain, yang mana setelah melakukan pemeriksaan itu harus menyampaikan berita acaranya kepada Pengadilan Negeri tersebut pertama. (4). Ketentuan dalam pasal 334 Kitab Undang-undang Perdata untuk Indonesia tentang keluarga sedarah dan semenda tersebut didalamnya, berlaku juga terhadap sekalian mereka yang harus diperiksa dalam hal ini. (5). Izin dari Pengadilan itu harus disebut dalam akta pengangkatan. Pasal 10. (1). Tiap-tiap pengangkatan hanya boleh dilakukan dengan akta notaris. (2). Pihak-pihak yang bersangkatan harus menghadap di depan notaris dengan diri sendiri atau dengan seorang wakilnya yang khusus dikuasakan untuk itu dengan akta notaris. (3). Sekalian mereka yang dimaksud dalam no. 4 pasal 8, kecuali merekalah yang sebagai bapak atau wali akan menyerahkan si anak untuk pengangkatan diperbolehkan juga memberikan kata sepakat mereka bersama atau masing-masing dengan akta notaris, hal mana harus disebut dalain akta pengangkatan. (4). Setiap orang yang berkepentingan, berhak menuntut supaya suatu pengangkatan dicatat dalam jihad akta kelahiran si yang diangkat (5). Ketiadaan suatu catatan dalam jihad akta kelahiran seperti di atas, tak boleh dipakai sebagai senjala terhadap yang diangkat, untuk menyangkal angkatannya. Pasal 11. Tiap-tiap pengangkatan karena hukum mengakibatkan, bahwa si

yang diangkat, jika ia mempunyai nama keturunan lain daripada nama keturunan si suami yang mengangkatnya sebagai anaknya, karena hukum memperoleh nama keturunan yang terakhir ini sebagai gantinya nama keturunan yang dulu. Pasal 12. (1). Jika suami-istri mengangkat seorang sebagai anak, mereka, maka dianggaplah anak itu dilahirkan dari perkawinan mereka. (2). Jika si suami mengangkat seorang anak, setelah karena kematian istrinya perkawinan bubar, maka dianggaplah anak itu dilahirkan dari perkawinan yang telah bubar itu. (3). Jika seorang perempuan janda mengangkat seorang anak, maka, dianggaplah anak itu dilahirkan dari perkawinan dengan si suami yang telah meninggal dunia, dengan pengertian sementara itu, bahwa terhadap harta peninggalan si yang meninggal, sekadar dengan surat wasiat tidak telah diambilnya suatu ketetapan terhadapnya, anak itu hanya pun bolehlah bertindak sebagai waris, apabila pengangkatan itu diselesaikan dalam waktu enam bulan setelah meninggalnya, atau si perempuan janda dalam tenggang waktu yang sama, telah meminta izin dari Hakim seperti termaksud dalam pasal 9 dan dalam waktu satu bulan setelah izin diperolehnya, izin itu pun dipergunakannya pula. Pasal 13. (1). Jika seorang suami meninggal dunia dengan meninggalkan istri janda yang berhak melakukan sesuatu pengangkatan, maka Balai Harta Peninggalan adalah berwajib menyelenggarakan segala tindakan yang perlu dan mendesak, guna mengurus dan menyelamatkan harta peninggalan yang akan menjadi milik si yang akan diangkat. (2). Hak-hak segla pihak ke tiga yang dapat dipengaruhi oleh pengangkatan itu, tetap ditanguhkan kan, sampai pengangkatan memperoleh penyelesaiannya, akan tetapi paling lamanya selama tenggang waktu tersebut dalam ayat terakhir pasal 12. Pasal 14. Karena berlangsungnya suatu pengangkatan, terputuslah segala hubungan perdata yang berpangkal pada keturunan karena kelahiran, antara si yang diangkat dengan kedua orang tuanya dan sekalian keluarga sedarah dan semenda kecuali dalam hal-hal : 1. mengenai derajat kekeluargaan sedarah dan semenda yang terlarang untuk perkawinan;

2. mengenai ketentuan-ketentuan pidana sekadar bersandar pada keturunan karena kelahiran; 3. mengenai perhitungan biaya perkara dan penyenderaan; 4. mengenai pembuktian dengan saksi; 5. mengenai bertindak sebagai saksi dalam perbuatan akta-akta otentik. Pasal 15 (1). Tiap-tiap pengangkatan tidak boleh ditiadakan karena perjanjian. (2). Pengangkatan terhadap anak-anak perempuan dan pengangkatan, dengan cara lain daripada cara membuat akta otentik, adalah batal karena, hukum. (3). Suatu pengangkatan boleh dinyatakan batal karena, bertentangan dengan salah satu ketentuan dalam pasal 5, 6, 7, 8, 9. atau ayat ke dua dan ke tiga. pasal 10. Peraturan peralihan Pasal 16. (1). Tiap-tiap akta kelahiran, kematian dan perceraian yang menurut pasal 71 Kitab Undang-undang Hukum Perdata untuk Indonesia harus diunjukkan oleh kedua calon suami-istri sebelum perkawinan mereka dilangsungkan, dalam hal-hal bilamana kelahiran, kematian dan perceraian itu terjadi, sebelum di tempatnya telah berlaku Reglemen Penyelenggaraan Registerregister Catatan Sipil bagi golongan Tiong Hoa, harus diganti dengan petikanpetikan dari register-register pembukuan atau pencatatan kelahiran, kematian dan perceraian yang; diselenggarakan oleh Kepala golongan Tiong Hoa dan diberikan oleh seorang kepala Tiong Hoa yang tertinggi pangkatnya pada tempat dimana register-register itu diselenggarakannya, kutipan-kutipan mana harus memuat waktu dan tempat kelahiran atau kematian, atau waktu perceraian. (2). Jika pihak-pihak yang berkepentingan ada diluar kemungkinan akan mengunjukkan kutipan-kutipan yang demikian, maka, kekurangan ini boleh diperbaiki dengan cara seperti ditentukan dalam pasal 72 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berhubungan dengan akta kelahiran. Pasal 17. Keputusan dengan mana suatu perceraian diucapkan jika perkawinannya dilangsungkan dulu, sebelum di tempat itu telah berlaku Reglemen

Penyelenggaraan Register-register Catatan Sipil bagi mereka yang hendak kawin harus dibukukan dalam register-register catatan sipil di Jakarta. Pasal 18. (1). Dengan menyimpang sekadarnya dari pasal 283 Kitab Undang-undang Perdata untuk Indonesia, anak-anak yang dilahirkan dari selir-selir bapak mereka, dan diperlakukan oleh mereka secara terang-terangan sebagai anak mereka, harus dianggap sebagai anak-anak sah, jika hubungan antara si bapak dan selirnya telah timbul sebelum undang-undang ini berlaku bagi bapak mereka. (2). Dengan meninggalnya bapak mereka, sewaktu mereka belum dewasa, maka demi hukum ibu merekalah yang melakukan perwalian. Pasal 19. (1). Segala campur tangan balai-balai piatu dan Balai Harta, Peninggalan dalam urusan orang-orang Tiong Hoa dan harta, peninggalan mereka yang telah dimulai sebelum pada tempat itu Undang-undang ini berlaku, dan yang dilakukan menurut aturan-aturan undang-undang yang dulu berlaku, harus diteruskan dan diselesaikan oleh balai-balai tersebut atas dasar yang sama. (2). Campur tangan itu sementara itu berakhir, dalam hal-hal, bilamana yang demikian tadi menurut Undang-undang ini dikecualikan. Pasal 20. (1). Mereka, yang sebelum undang-undang ini mengenai perwakilan mereka berlaku, melakukan sesuatu perwalian dengan sah, harus meneruskannya. (2). Mereka, yang sebelum saat tersebut, oleh balai piatu dan balai peninggalan dulu diakui sebagai wali, karena, pengakuan itulah saja harus dianggap sebagai wali-wali yang sah, kecuali dengan keputusan Hakim yang memperoleh kekuatan mutlak sebelum saat tersebut telah dinyatakan, bahwa orang yang diakui sebagai wali tadi, bukanlah wali-wali yang sah, atau kecuali mengenai soal sah atau tak sahnya wali-wali itu pada waktu itu dimajukan perkara di muka Hakim atau telah ada keputusan yang belum memperoleh kekuatan mutlak. Pasal 21 (1). Segala kongsi sebagai termaksud dalam pasal 3, yang didirikan dengan cara yang sah, dan yang masih ada pada saat Undang-undang ini pada tempat itu mulai berlaku, harus dibubarkan sepuluh tahun setelah saat itu, kecuali kongsi itu dengan sah tidak telah dibubarkan sebelumnya. Untuk selain kongsikongsi itu tetap dikuasai oleh hukum yang berlaku dewasa itu.

(2). Selambat-lambatnya satu tahun sebelum lewatnya waktu tersebut dalam ayat ke satu, Direktur Kehakiman harus mengumumkan ketentuan dalam ayat ke satu tadi beserta segala akibatnya kepada khalayak ramai, dengan pemasangan pengumuman itu dalam Berita Negara dan dalam surat kabar lain sebagaimana dipandangnya perlu, pengumuman mana, enam bulan dan kemudian satu bulan sebelum saat tersebut di atas harus diulangi lagi. Pasal 22. Pada saat mulai berlakunya undang-undang ini dihapuskanlah segala peraturan undang-undang mengenai hukum perdata dan hukum dagang yang berlaku bagi orang termasuk golongan Tiong Hoa.

You might also like