You are on page 1of 10

Ascaris lumbricoides

Nama Latin Phylum

: Ascaris lumbricoides : Aschelminthes

Sub Phylum : Ordo : Ascaroidea Family Genus Species : : : Ascaris lumbricoides

Kelas : Nematoda Nama Daerah : Cacing gelang

Pernapasan:

Adaptasi pernafasan dengan cara sistem enzim jelas terlihat pada nematoda. Siklus kreb telah teridentifikasi pada beberapa nematoda, tetapi hal ini tidak terdapat pada Ascaris. Oksidasi cytochromecytochrome tidak terdapat pada Ascaris, meskipun terdapat sistem serupa. Respirasi Anaerobik karbohidrat melepaskan variasi produk akhir dan beberapa nematoda melepaskan komplex yang mengagumkan lima dan enam asam karbon yang sulit untuk dijelaskan. Penambahan oksigen pada lingkungan mengurangi output asam organic, pada beberapa nematoda, asam memiliki sedikit pengaruh pada yang lainnya, khususnya bentuk parasit seperti Ascaris. Pernafasan detail dari jenis ini dipengaruhi beberapa sistem lain. Dalam tidak terdapatnya siklus kreb atau substitusinya, nematoda tergantung pada pembebasan energi anaerobik. Hal ini cenderung menjadi tergantung pada karbohidrat dan untuk memfermentasikan mereka pada pola metabolik menyerupai fermentasi yang terlihat pada tanaman. Hal ini khususnya cenderung untuk glycogen biji dan sangat tergantung pada glycosis. Dan semua yang tersebut di atas, seperti yang didapat tetapi sebagian kecil dari ketersediaan energi dari makanannya, harus memproses sejumlah besar material, pengaruh ini kebiasaan dalam makan. Kelenturan metabolic yang dipelajari dalam beberapa bentuk telah memperlihatkan gambaran penyesuaian yang telah banyak dilakukan dengan sukses pada nematoda sebagai kelompok.

Habitat:

Ascaris lumbricoides adalah cacing gelang parasit pada usus manusia.

Pencernaan:

Sedikit, jika ada, pencernaan intracellular terjadi. Detail dari proses pencernaan tidak diketahui baik. Ungkapan Microvilli thickly permukaan dalam usus Ascaris, dan tonjolan secretory dapat terlihat pada phillum carnivorous, didiskusikan lebih jauh. Beberapa nematoda adalah tumbuhan parasit dan lainnya phytophagus. Proses makan pada Ascaris biasanya sangat cepat, dan material tertahan pada usus selama beberapa menit. Tidak mungkin pencernaan terjadi pada sistem pencernaan sendiri, dan terlihat jelas bahwa sejumlah besar makanan yang tidak tercerna tidak terserap. Makanan tersimpan dalam dinding usus.

Reproduksi:

Organ reproduksi pada jantan adalah gulungan single testis menyerupai benang, dari mana vas deferens memanjang ke saluran yang lebih lebar, seminal vesicle; ini diteruskan dengan pembuluh pendek muscular ejaculatory yang berlubang ke dalam cloaca. Pada betina terdapat sistem reproduksi berbentuk Y. Masing-masing cabang Y terdiri dari satu gulung ovary menyerupai benang yang bersambungan dengan saluran yang lebih besar, uterus. Uteri dari dua unit cabang ke saluran pendek muscular, vagina, yang berlubang ke bagian luar melalui genital aperture atau vulva. Fertilisasi terjadi pada uterus.

Peranan:

Ascaris pathogenic pada manusia. Ketika sejumlah besar larva melewati peradangan paru-paru dimulai dan penyamarataan pneumonia dihasilkan. Cacing dewasa mungkin terdapat pada usus sejumlah besar sebagai gangguan pada usus dan gejala gugup dapat terlihat sebagai hasil dari sekresi zat beracun oleh cacing. Untungnya beberapa obat tersedia untuk dengan mudah menghilangkan cacing; yang terbaik dari hal ini adalah piperazine citrate dan hexyl resorcinol. Ascaris pada dasarnya adalah penyakit pada anak-anak di Amerika Serikat, tetapi persentase yang tinggi dari orang-orang dewasa di beberapa negara lain dapat terinfeksi. Pelajaran di negara ini telah terlihat bahwa gangguan terutama sekali pada keluarga dimana anak-anak dibiarkan mengotori dengan tanah dekat rumah merera. Di bawah kondisi ini tanah banyak mengandung telur embryo yang menemukan jalan menuju ke mulut anak-anakmelalui tangan yang kotor. Infkesi dapat dicegah dengan mudah dengan menjalankan hidup sehat. Pada stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak napas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu.

Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen. Diagnosis askariasis dilakukan dengan menemukan telur pada tinja pasien atau ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut. Pengobatan askariasis dapat digunakan obat-obat sepreti pirantel pamoat, aspirin, paracetamol, decolgen. Pirantel pamoat adalah obat cacing yang banyak digunakan saat ini. Mungkin karena cara penggunaannya yang praktis, yaitu dosis tunggal, sehingga disukai banyak orang. Selain itu khasiatnya pun cukup baik.

Pirantel pamoat dapat membasmi berbagai jenis cacing di usus. Beberapa diantaranya adalah cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale), cacing gelang (Ascaris lumbrocoides), dan cacing kremi (Enterobius vermicularis) (MIMS,1998).

Cara kerja pirantel pamoat adalah dengan melumpuhkan cacing. Cacing yang lumpuh akan mudah terbawa keluar bersama tinja. Setelah keluar dari tubuh, cacing akan segera mati.

Pirantel pamoat dapat diminum dengan keadaan perut kosong, atau diminum bersama makanan, susu atau jus. (Drugs.Com, 2007). Pemakaiannya berupa dosis tunggal, yaitu hanya satu kali diminum.

Dosis biasanya dihitung per berat badan (BB), yaitu 10 mg / kgBB. Walaupun demikian, dosis tidak boleh melebihi 1 gr (MIMS,1998). Sediaan biasanya berupa sirup (250 mg/ml) atau tablet (125 mg /tablet). Bagi orang yang mempunyai berat badan 50 kg misalnya, membutuhkan 500 mg pirantel. Jadi jangan heran jika orang tersebut diresepkan 4 tablet pirantel (125 mg) sekali minum.

Nama dagang pirantel pamoat yang beredar di Indonesia bermacam-macam, ada Combantrin, Pantrin, Omegpantrin, dll.

Cacing Enterobius vermicularis menyebabkan infeksi cacing kremi yang disebut juga enterobiasis atau oksiuriasis. Infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap. Pertama, telur cacing pindah dari daerah sekitar anus penderita ke pakaian, seprei atau mainan. Kemudian melalui jari-jari tangan, telur cacing pindah ke mulut anak yang lainnya dan akhirnya tertelan. Telur cacing juga dapat terhirup dari udara kemudian tertelan. Setelah telur cacing tertelan, lalu larvanya menetas di dalam usus kecil dan tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam usus besar (proses pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu). Cacing dewasa betina bergerak ke daerah di sekitar anus (biasanya pada malam hari) untuk menyimpan telurnya di dalam lipatan kulit anus penderita. Telur tersimpan dalam suatu bahan yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari cacing betina inilah yang menyebabkan gatal-gatal. Telur dapat bertahan hidup diluar tubuh manusia selama 3 minggu pada suhu ruangan yang normal. Tetapi telur bisa menetas lebih cepat dan cacing muda dapat masuk kembali ke dalam rektum dan usus bagian bawah. Gejala

Gejalanya berupa:

Rasa gatal hebat di sekitar anus Rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu) Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari ketika cacing betina dewasa bergerak ke daerah anus dan menyimpan telurnya di sana) Nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang terjadi, tetapi bisa terjadi pada infeksi yang berat) Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing dewasa masuk ke dalam vagina) Kulit di sekitar anus menjadi lecet, kasar, atau terjadi infeksi (akibat penggarukan).

Komplikasi

Salpingitis (peradangan saluran indung telur) Vaginitis (peradangan vagina) Infeksi ulang.

Diagnosis

Cacing kremi dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita, terutama dalam waktu 1-2 jam setelah anak tertidur pada malam hari. Cacing kremi berwarna putih dan setipis rambut, mereka aktif bergerak.

Telur maupun cacingnya bisa didapat dengan cara menempelkan selotip di lipatan kulit di sekitar anus, pada pagi hari sebelum anak terbangun. Kemudian selotip tersebut ditempelkan pada kaca objek dan diperiksa dengan mikroskop. Pengobatan

Infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian dosis tunggal obat anti-parasit mebendazole, albendazole atau pirantel pamoat. Seluruh anggota keluarga dalam satu rumah harus meminum obat tersebut karena infeksi ulang bisa menyebar dari satu orang kepada yang lainnya.

Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke daerah sekitar anus sebanyak 2-3 kali/hari.

Meskipun telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur yang masih hidup terus dibuang ke dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan. Pakaian, seprei dan mainan anak sebaiknya sering dicuci untuk memusnahkan telur cacing yang tersisa.

Langkah-langkah umum yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi cacing kremi adalah:

Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu Mencuci jamban setiap hari

Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jari-jari tangan dan setiap benda yang dipegang/disentuhnya Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut.

Pencegahan

Sangat penting untuk menjaga kebersihan pribadi, dengan menitikberatkan kepada mencuci tangan setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan. Pakaian dalam dan seprei penderita sebaiknya dicuci sesering mungkin dan dijemur matahari.

Mebendazol adalah suatu turunan benzimidazole yang memiliki khasiat sebagai obat antelmintik (obat kecacingan) yang mempunyai jangkauan luas terhadap cacing-cacing parasit antara lain: - Ascaris lumbricoides (cacing gelang) - Trichuris trichiura (cacing cambuk) - Enterobius vermicularis (cacing kremi) - Ancylostoma duodenale (cacing tambang) - Necator americanus (cacing tambang) Pada manusia pemberian secara oral efektif terhadap cacing-cacing tersebut. Prevalensi infeksi cacing A. lumbricoides (cacing gelang) dan T. trichiuria (cacing cambuk) masih tinggi di berbagai daerah di Indonesia, demikian pula dengan prevalensi infeksi cacing A. duodenale dan N. americanus (cacing tambang) yang masih tinggi di daerah pertambangan dan perkebunan. Adapun kelompok yang masih rentan terhadap infeksi cacing adalah anak-anak usia sekolah.

Komposisi: Tiap 5 ml sirop mengandung Mebendazol 100 mg.

Indikasi: Mebendazol digunakan untuk pengobatan penyakit kecacingan seperti di bawah ini:

-Ascariasis (penyakit cacing gelang) -Trichuriasis (penyakit cacing cambuk) -Enterobiasis (penyakit cacing kremi) -Ancylostomiasis (penyakit cacing tambang) -Necatoriasis (penyakit cacing tambang) -Infeksi cacing campuran

Dosis: Ascariasis: 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari

Trichuriasis: 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari

Enterobiasis: 100 mg dalam dosis tunggal

Ancylostomiasis/Necatoriasis: 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari. Infeksi campuran : 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari atau 500 mg dalam dosis tunggal untuk semua jenis infeksi.

Indikasi:

Albendazol berkhasiat membasmi cacing di usus yang hidup sebagai parasit tunggal atau majemuk. Albendazol efektif untuk pengobatan cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), cacing kremi (Enterobius vermicularis), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus), cacing pita (Taenia sp.) dan Strongyloides stercoralis.

Kontra Indikasi: Albendazol menunjukkan sifat teratogenik embriotoksis pada percobaan dengan hewan. Karena itu obat ini tidak boleh diberikan pada wanita yang sedang mengandung. Pada wanita dengan usia kehamilan masih dapat terjadi (15 40 tahun), albendazol dapat diberikan hanya dalam waktu 7 hari dihitung mulai dari hari pertama haid.

Komposisi: Tiap tablet kunyah mengandung albendazol 400 mg.

Cara Kerja: Hasil percobaan preklinis dan klinis menunjukkan bahwa albendazol mempunyai khasiat membunuh cacing, menghancurkan telur dan larva cacing. Efek antelmintik albendazol dengan jalan menghambat pengambilan glukosa oleh cacing sehingga produksi ATP sebagai sumber energi untuk mempertahankan hidup cacing berkurang, hal ini mengakibatkan kematian cacing karena kurangnya energi untuk mempertahankan hidup.

Dosis: Dosis umum untuk dewasa dan anak di atas 2 tahun : 400 mg sehari, diberikan sekaligus sebagai dosis tunggal. Tablet dapat dikunyah, ditelan atau digerus lalu dicampur dengan makanan.

Pada kasus dimana diduga atau terbukti adanya penyakit cacing pita atau Strongyloides stercoralis, dosis 400 mg albendazol setiap hari diberikan selama tiga hari berturut-turut.

Efek samping: Perasaan kurang nyaman pada saluran pencernaan dan sakit kepala pernah terjadi pada sejumlah kecil penderita, tetapi tidak dapat dibuktikan bahwa efek samping ini ada hubungannya dengan pengobatan.

Juga dapat terjadi gatal-gatal dan mulut kering.

Perhatian: Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati. Jangan diberikan pada ibu menyusui. Sebaiknya tidak diberikan pada anak-anak di bawah umur 2 tahun.

Cara Penyimpanan: Simpan di tempat sejuk dan kering.

Kemasan: Albendazole 400 mg, kotak 5 blister @ 6 tablet kunyah

You might also like