You are on page 1of 6

Mengoptimalkan keberadaan CSR di Daerah

Oleh : Guritno Soerjodibroto


1

Setiap perusahaan (besar) di Indonesia, pada hakekatnya mendapat kuajiban untuk terlibat secara langsung ataupun tidak langsung dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat sejalan dengan misi utama pemerintahan baik ditingkat Nasional, Propinsi ataupun kabupaten/kota. Hal ini tertuang dalam Pedoman Tata Kerja Nomor 017/PTK/III/20052 yang telah menetapkan bidang bidang pengembangan masyarakat yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) atau perusahaan meliputi : Ekonomi , membantu pemerintah untuk memberdayakan masyarakat dalam usaha meningkatkan ekonomi Pendidikan dan Kebudayaan dengan memberikan beasiswa, membantu kelengkapan sarana prasarana pendidikan, olahraga dan kegiatan budaya. Kesehatan, mendukung upaya peningkatan kesehatan masyarakat Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum, mendukung pembangunan sarana dan prasarana sosial dan umum di daerah operasi. Sementara disisi lain, pemerintah Propinsi, Kabupaten/kota dalam sistim otonomi saat ini, selalu dihadapkan pada masalah keterbatasan sumber daya finansial dalam melaksanakan fungsi-fungsi pelayanan pada masyarakat dan pembangunan untuk daerahnya. Dari dua keadaan diatas, secara teoritis dapat dikatakan bahwa semesthinya pemerintahan di daerah tidak mengalami permasalahan dalam hal melayani kebutuhan pelayanan masyarakat, atau setidaknya sebagian kebutuhan untuk memberdayakan masyakarat dalam usaha meningkatkan ekonomi, pendidikan, kesehatan serta pengadaan prasarana sosial dan umum sudah dapat (dibantu) dilayani oleh berbagai perusahaan seperti yang dimaksud dalam Pedoman Tata Kerja BP Migas diatas. Akan tetapi dalam praktek, hal diatas relatif belum dapat terselenggara secara optimal baik disebabkan karena : a. Kurang effektivnya program-program yang disusun oleh pemerintah ataupun programprogram Perusahaan yang memanfaatkan sumber dana CSR. b. Belum optimalnya pengelolaan program-program baik di sisi pemerintah maupun di sisi CSR Perusahaan karena belum adanya sinergitas diantara keduanya. Terkait dengan kondisi diatas, dalam uraian ini selanjutnya tidak akan dibahas mengenai kurang effektivnya program-program yang ada3, akan tetapi pembahasan lebih pada isu belum sinergisnya pengelolaan program diantara dua pihak. Phenomena pelaksanaan CSR Pengelolaan dana CSR dalam praktek, seringkali keberhasilanya hanya dapat diukur dan diketahui oleh pihak Perusahaan dan Kementerian terkait isu dan atau BP Migas. Selain upaya pemantauan dari pihak pemerintah daerah yang kurang effektiv juga sistim komunikasi dan perencanaan program yang belum optimal diantara kedua pihak. Disisi lain, keberadaan CSR juga seringkali dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu yang tidak memberi manfaat nyata bagi masyarakat dan lingkungan. Seperti dialami oleh satu pemerintah daerah yang terefleksikan dalam pernyataan dibawah ini :
1

Pengamat dan pelaku dalam pembangunan good governance melalui Lembaga Donor (UNDP, UN HABITAT, GTZ dan The World Bank), saat ini sebagai Direktur Utama PT GANESHA ALLTECH EDU 2 BP-Migas 3 Pemahasan mengenai efektivitas program daerah dapat dibahas pada kesempatan lain. Tenaga ahli yang berpengelaman untuk itu tersedia.

" Akibatnya, pemanfaatan dana CSR perusahaan tambang itu menimbulkan kesan politik, karena pemanfaatannya diarahkan pada tujuan tertentu yang bernuansa pencitraan, padahal dana CSR dihajatkan untuk pemberdayaan masyarakat, terutama yang berada di sekitar kawasan tambang. Fakta lapangan yang menggambarkan adanya warga miskin dalam jumlah banyak di kawasan lingkar tambang, merupakan salah satu bukti nyata pemanfaatan dana CSR perusahaan tambang, yang belum sesuai harapan. ujar seorang pejabat di daerah NTB. Gambaran ketidak efektivan diatas pada hakekatnya tidakhanya terjadi di NTB saja, tetapi hampir menyeluruh terjadi di berbagai daerah sehingga pada akhirnya diperlukan adanya monitoring dan evaluasi dari pihak BP Migas yang mempunyai otoritas untuk itu. Meskipun telah banyak pula pelaksanaan CSR di berbagai perusahaan tambang dan perkebunan yang memberi manfaat nyata bagi masyarakat seperti misalnya pemberian bangunan Klinik Kesehatan atau perbaikan gedung sekolah, pengadaan gerobak / kios utk berjualan dan lain lain sesuai kebutuhan masyarakat yang ada saat itu. Akan tetapi, lagi lagi persoalan yang ada bila dikaitkan dengan sistim perencanaan pembangunan daerah, maka semua langkah dan hasil kerja pemanfaatan dana CSR layaknya tumbal sulam. Tambal sulam dalam pengertian bahwa apa yang telah dikerjakan oleh pemerintah juga dijadikan obyek program CSR pada saat yang bersamaan atau pada saat yang berlainan, atau sebaliknya isu atau target pembangunan yang ada, belum tersentuh program baik melalui program CSR maupun program pemerintah daerah. Untuk kondisi terakhir diatas, jelas memerlukan satu integrasi atau koordinasi yang intensip apabila harus ditangani melalui program pemerintah sekaligus didukung oleh pendanaan CSR. Dalam beberapa praktek yang terjadi, pelaksanaan CSR selain berorientasi pada pemberdayaan masyarakat, disisi lain secara tidak langsung juga mempunyai orientasi untuk kepentingan internal diantaranya : peningkatan produksi secara tidak langsung. Semakin banyak keuntungan (yang dapat dilihat dari meningkatnya produktivitas) yang didapat oleh perusahaan sudah selayaknya semakin besar pula alokasi anggaran yang diperlukan untuk kesinambungan produksi dan eksistensi perusahaan. Diagram : Area CSR = Perlindungan Perusahaan

Pertumbuhan profit perusahaan

Area perlindungan perusahaan layanan CSR

Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan, area layanan CSR menjadi semakin luas dimana hal ini menjadi satu keniscayaan. Bila di ibaratkan sebagai pertumbuhan sebuah pohon, semakin tinggi dan besar pohon, untuk menjaga keseimbangan dan pertumbuhanya memerlukan area pijakan sebagai pondasi pertumbuhan yang semakin luas.

Dengan demikian, pada hakekatnya keberadaan CSR sepenuhnya bukan untuk kepentingan masyarakaat sekitar, tetapi essensi dasarnya adalah untuk menjaga kesinambungan eksistensi perusahaan. Tetapi sering terjadi defiasi paradigma tentang CSR yang seolah-olah merupakan kebutuhan pemerintah untuk mendorong perusahaan agar melaksanakan CSR. Sedikit banyak, defiasi diatas terindikasi dari pernyataan yang tertuang dalam manual atau Pedoman Tata Kerja BP Migas yang dimaksud didepan, sebagai berikut : Tolok ukur pencapaian program CSR difokuskan pada peran dan kontribusi Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat terutama di daerah sekitar tambang migas, baik ditinjau dari aspek kondisi ekonomi maupun sosial. Untuk mencapai tujuan ini, pertama-tama KKKS harus dapat meminimalkan dampak negatif operasinya bagi masyarakat sekitar. Upaya selanjutnya adalah menyelenggarakan kegiatan yang memberikan dampak posistif bagi masyarakat sekitar,. Bahwa yang perlu ditekankan bukan persoalan bagaimana CSR meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, tetapi lebih bagaimana isu sustainabilitas dapat dicapai. Sustainabilitas bagi programprogram pengembangan masyarakat, juga sustainabilitas bagi eksistensi dan produksi perusahaan. Arti lebih jauh, bahwa pengadaan alokasi dana CSR dan keefektifan penggunaan dana CSR sepenuhnya menjadi perhatian dari pihak perusahaan. Bila tidak serius dan konsisten penggunaanya, maka yang dirugikan adalah pihak perusahaan sendiri. Dengan demikian, isu pokok yang ada dalam hal ini adalah bagaimana menciptakan program yang sustainabilitasnya tinggi. Berbeda dengan pendekatan yang dilakukan oleh sebuah bank besar pemerintah di Kalimantan Selatan, unsur sustainabilty sudah menjadi ukuran nyata untuk menyusun dan atau mengapprove satu program CSR. Sustainabilitas disini diukur secara sederhana, setidaknya lebih diukur melalui keberadaan lembaga pendukung pelaksanaan program. Faktor keberlangsungan dinilai tinggi saat lembaga pendukung disini merupakan lembaga pemerintah yang dapat dipastikan mempunyai keberlangsungan pembiayaan dan kelembagaannya. Terlepas dari penetapan faktor sustainabilitas diatas, pemahaman mengenai keberlangsungan itu cukup beragam, meskipun maknanya sama diantaranya (makna sustainabilitas) : 1. Pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya4 2. Jumlah total kapital--sosial, ekonomi,lingkungan, budaya, politik, personal yang ditransfer dari satu generasi kegenerasi berikutnya minimal sama5 3. For the business enterprise, sustainable development means adopting business strategies and activities that meet the needs of the enterprise and its stakeholders today while protecting, sustaining and enhancing the human and natural resources that will be needed in the future.i6 Sementara pada umumnya pelaksanaan CSR satu Perusahaan lebih mengandalkan pihak ketiga seperti misalnya LSM, Perguruan Tinggi atau Konsultan. Perusahaan merasa pihak pihak tersebut jauh lebih profesional dan accountable dalam mengelola dana yang diberikan. Hal ini jelas bukan merupakan masalah pokoknya, akan tetapi bagaimana setiap rogram yang ada dapat menjadi bagian
4

WCED, 1987, Our Common Future. Serageldin, I. 1996. Sustainability as Opportunity and the Problem of Social Capital, Brown Journal

of World Affairs Vol. 3 No. 2.

dari program pemerintah sehingga menjadi bagian (juga) dalam informasi pembangunan di daerah. Menjadi bagian dari program pemerintah inilah yang selanjutnya dapat mendorong terciptanya kesinambungan dan effectivitas pembangunan di daerah. Kebutuhan inilah yang bila dapat di sinergiskan secara sistimatis dengan program-program pemerintah yang ada akan tercipta hasil yang optimal dalam perrspektip pembangunan daerah. Keseluruhan, pada akhirnya menciptakan satu gambaran bahwa pelaksanaan program program CSR membutuhkan adanya keberlangsungan. Dari pihak Perusahaan secara umum harapan yang ada dari pemanfaatan dana CSR yang ada lebih berupa agar pendanaan satu program dapat tetap berjalan terus meskipun dukungan pendanaan dari perusahaan sudah tidak ada lagi. Kebutuhan Pembangunan Setiap pemerintah daerah diamanahkan untuk dapat mengelola pemerintahan dan sekaligus melayani warganya melalui berbagai kegiatan yang kita sebut sebagai kegiatan pembangunan Sasaran akhir dari setiap bentuk kegiatan pembangunan di daerah pada dasarnya ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan untuk ini dapat dilakukan melalui berbagai unit SKPD (dinas) yang ada meliputi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat, Perumahan, Pendidikan atau lainnya. Akan tetapi, dengan adanya keterbatasan pendanaan yang ada di pemerintah daerah serta belum effectivenya program-program pemerintah yang ada, menyisakan berbagai kebutuhan pembangunan yang belum dapat tertangani. Jumlah rakyat miskin serta tingkat pelayanan kesehatan masyarakat yang belum optimal di setiap daerah kabupaten/kota adalah phenomena kebutuhan pembangunan yang nyata. Demikian juga dengan isu lingkungan yang dapat berupa tanah-tanah yang terlantar atau hunian kumuh merupakan obyek pembangunan yang belum sepenuhnya dapat tertangani secara baik sementara ini. Tentu saja obyek-obyek lain diluar yang disebutkan diatas masih dimungkinkan menjadi kebutuhan pembangunan yang dapat dijadikan target pembangunan baik melalui program pemerintah maupun melalui pemanfaatan CSR. Dengan adanya CSR yang dapat berfungsi sebagai faktor supply, apabila dapat di operasionalkan secara sistimatis, selayaknya dapat dipertemukan antara demand supply .

Sinergitas program Untuk mendapatkan sinergitas antara program pemerintah dan program perusahaan (CSR) salah satu teknik yang dapat di terapkan melalui penyepakatan target group (beneficiaries) dari pembangunan yang akan dilaksanakan. Dengan target group / beneficiaries program yang teridentifikasi sebagai common target, selanjutnya dilakukan program konsolidasi antara dua program atau lebih terkait bila program-program tersebut sudah ada. Bila program-program tersebut diatas belum ada, perlu dirumuskan bersama program yang dibutuhkan diatas dengan sasaran target group yang sudah disepakati bersama. Wujud konsolidasi program diatas dapat bervariasi tergantung dari kondisi yang dihadapi. Bentuk alternativ lain sinergitas program disini dapat juga dalam bentuk lain. Target group atau area layanan yang teridentifikasi langsung ditawarkan ke perusahaan untuk dikelola melalui program CSR. Ini semua adalah wujud simplifikasi dari upaya sinergitas program yang dapat dikelola oleh Kepala daerah yang mempunyai kewenangan untuk mengendalikan pembangunan di daerahnya sendiri. Contoh Sinergitas Program pemerintah dan CSR

Pelaku : PT Nestle Pemda : Propinsi dan Kabupaten (Jawa Timur) Masalah : PT. Nestle sesuai bisnisnya, membutuhkan pasokan susu sapi. Pasokan yang ada sebagian besar dari petani sapi di masyarakat. Akan tetapi dari segi produktivitas dan kualitas kurang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Nestle. Mengakibatkan pendapatan petani sapi yang menurun. Kesejahteraan petani yang menurun pada hakekatnya juga merupakan beban sosial dan tanggung jawab (politik) pemerintah daerah. Sasaran : - Kelangsungan pasokan susu untuk produksi PT Nestle dapat terjamin dengan tambahan dari petani susu. - Kesejahteraan petani dapat membaik lagi. Strategi : - Untuk menjaga produktivitas, maka jumlah sapi harus ditambah - Untuk menjaga kualitas, cara pemeliharaan sapi harus diperbaiki Langkah-Langkah : - Pemerintah menganggarkan penambahan sapi untuk dibagikan ke petani susu - Penambahan dan pengadaan kandang sapi dianggarkan dari APBD (pemda) - PT Nestle mempunyai kuajiban meningkatkan dan memelihara kualitas produksi susu melalui pembinaan - PT Nestle menyepakati untuk menampung semua produksi susu yg dihasilkan petani susu. - Pemeliharaan kebersihan kandang menjadi bagian dari pembinaan PT Nestle, yang memberi hasil tambahan berupa listrik rumah tangga yang berasal dari biogas yang dihasilkan dari kotoran sapi. Masyarakat pada akhirnya mampu menjaga kebersihan kandangnya sendiri. - Kandang jauh dari kotoran sapi karena kotoran dikumpulkan untuk membuat Biogas yg dimanfaatkan untuk penerangan listrik rumah tangga. Seluruh teknologi untuk ini didukung oleh PT Nestle. Hasil sinergitas : - Pemerintah tetap menjalankan fungsinya meningkatkan kesejahteraan warganya, tetapi melalui sinergi disini dapat menjamin effectivitas anggaran yang ada. - Petani sebagai penerima manfaat mendapatkan teknologi sekaligus menghasilkan produktivitas yang dapat meningkatkan kesejahteraan (listrik rumah tangga dan susu berkualitas) - PT Nestle, dengan pembinaanya akhirnya mendapatkan pasokan susu sesuai persyaratan kualitas dan volume pasokanya sehingga tidak mengganggu kesinambungan produksi. - Keseluruhan, sinergi diatas memberikan hasil yang positip bagi semua pihak dan lingkungan. Pemerintah Daerah memang diberi amanah untuk memberikan pelayanan dan membantu warganya, PT Nestle memang mempunyai core busines di bidang susu sapi, dan masyarakat berhak mendapatkan peningkatan kesejahteraan. Strategi yang dapat dilakukan Pemerintah Daerah Bagaimanapun juga untuk membangun sinergitas seperti dimaksud dalam penjelasan sebelumnya, diperlukan adanya inisiatip dan kemauan politik dari pihak pemerintah daerah. Bila hal hal terkait dengan isu ini tidak lagi menjadi masalah, maka langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah : - Lakukan identifikasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat maupun perusahaan - Identifikasi program-program yang selama ini ada dan sesuaikan dengan masalah yang ada diatas, sesuai target group, lokasi atau sasaranya. - Lakukan pertemuan dengan pihak perusahaan dan skpd terkait - Susun strategi berbasis kewenangan dan kapasitas dari masing-masing pihak - Jadikan program masing-masing dapat terintegrasi baik dari segi output maupun sekuense...

- Susun indikator kegiatan masing-masing. - Lakukan monitoring bersama Bagi pemerintah Propinsi, bila memerlukan fasilitasi untuk melakukan sinergitas dengan perusahaan (CSR) dapat menghubungi kami dengan alamat : guritno3@gmail.com , nomor kontak 087782009727.

Penutup Setiap pemerintah propinsi dan atau kabupaten kota, dengan kebijakan otonomi saat ini, sangat dimungkinkan untuk mengatur rumah tangganya sendiri, termasuk mensinergikan potensipotensi sumberdaya yang ada di wilayahnya. Disisi lain, melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 22 tahun 2009 tentang Petunjuk teknis Tata Cara Kerjasama Daerah serta Surat Edaran Menteri Dalam Negeri nomor 500/3576/SJ tahun 2011 tentang Kerjasama Pengembangan Ekonomi Daerah, isu mengenai pengembangan ekonomi daerah sudah menjadi sorotan yang harus dilaksanakan oleh pemerintah di daerah. Dengan demikian, upaya sinergitas dengan pihak perusahaan disini merupakan salah satu wujud dari harapan pemerintah seperti yang tertuang melalui peraturan perundangan diatas.

You might also like