You are on page 1of 31

Struktur dan Konstruksi Bangunan Bentang Besar ARS 242-3

Kelas D

STUDI LITERATUR STRUKTUR KABEL DAN STUDI KASUS BANGUNAN KABEL MUNICH OLYMPIC STADIUM

Oleh: Ephraem Joseph 2010 420 103 Leonard Rusli 2010 420 118 Pandhu D 2010 420 152 Fella Rossy 2010 420 189 Garry C 2010 420 082 Rushdi Adiputra 2010 420 135 Universitas Katolik Parahyangan Bandung 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolonganNya kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah analisa struktur kabel, guna memenuhi penugasan mata kuliah Struktur Konstruksi Bangunan Bentang Besar. Melalui makalah ini kami berharap untuk dapat menjelaskan penerapan salah satu dari metode struktur konstruksi bangunan bentang besar, yaitu kabel, mulai dari dasar teori, pembebanan, jenis, sampai penerapan pada dunia nyata. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari segenap pihak. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi kami sendiri.

Tim Penyusun

1|Page

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...............................................................................................................................1 DAFTAR ISI ......................................................................................................................................2 STUDI LITERATUR............................................................................................................................3 Pengantar.....................................................................................................................................4 Dasar Teori Struktur Kabel........................................................................................................... 4 Bentuk Dasar................................................................................................................................7 Detail dan Sistem Pengakhiran Pada Kabel..................................................................................8 Aplikasi Struktur Kabel................................................................................................................. 10 STUDI KASUS...................................................................................................................................11 Sejarah Bangunan........................................................................................................................ 12 Data Bangunan.............................................................................................................................16 Momen.........................................................................................................................................19 Sambungan Pada Bangunan.........................................................................................................24 Penyaluran Beban.........................................................................................................................27 Kesesuaian dengan Literatur........................................................................................................ .29 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................30

2|Page

STUDI LITERATUR

3|Page

PENGANTAR
SEJARAH
Struktur kabel merupakan salah satu struktur tradisional yang pada umumnya dapat dilihat pada tali. Pada awalnya digunakan sebagai pengikat objek yang tidak dapat disatukan, seperti batangan kayu, sayur-mayur, hewan ternak, dan berbagai objek lain. Selain sebagai pengikat kabel juga digunakan dalam pembuatan bangunbangunan skala kecil seperti tenda dan jembatan. Dengan system konstruksi kabel, berbagai bentuk semi-permanen dapat diciptakan dengan mudah dan cepat, sehingga banyak digunakan diantara kaum nomadic dan menyebar ke seluruh dunia. Ditemukannya struktur rantai yang dibuat dari besi tempa, dan teknologi ini memperluas kemungkinan penggunaan struktur kabel sebagai elemen structural. Meskipun demikian karena keterbatasan ilmu analisa struktur pada zaman itu struktur kabel hanya dapat digunakan sebagai elemen penguat dalam konstruksi karena belum dapat mengatasi factor beban dan angin. Barulah pada abad ke-19 Vladimir Shukov, seorang teknisi Russia menciptakan ilmu penghitungan tegangan dan deformasi pada struktur tensil (kabel, membran, dan shell) dan pengaplikasiannya dalam konstruksi bangun-bangunan bentang menengah dan besar. Dari penemuan inilah struktur kabel terus berkembang sehingga pada masa kini.

DASAR TEORI
STRUKTUR KABEL
Diawali dengan konstruksi stadion untuk pesta olah raga olimpiade di Munich (Jerman) tahun 1972, para arsitek dan insinyur telah melakukan inovasi dan penelitian di bidang engineering dan manufacture struktur kabel dengan berbagai variasi bentuknya. Dengan struktur kabel, arsitek dapat menciptakan ruang dalam yang sangat luas tanpa kolom, dengan massa bangunan yang sangat ringan dan transparan.

4|Page

Keuntungan struktur kabel terletak pada fleksibilitas pemakaian dan pra-pabrikasi pembuatannya, sehingga siap untuk dipasang di tempat konstruksi dan dapat dikerjakan dalam waktu yang singkat.

Beberapa aspek penting untuk proses pembangunan struktur kabel meliputi hal-hal sebagai berikut Form finding, bentuk geometri struktur kabel Hitungan dan sistem pemberian gaya prategang Penentuan tipe dan jenis bahan kabel Penentuan panjang terpotong kabel dengan tepat Perancangan bentuk dan detil pemegang kabel Pemilihan pelindung terhadap bahaya korosi Proses pabrikasi dan pemasangan Untuk merancang dan melaksanakan pelaksanaan struktur kabel, penguasaan ketujuh aspek teknis ini memerlukan kerja sama erat antara insinyur struktur dan arsitektur. Berbeda pada bangunan standar, bentuk struktur kabel yang unik memerlukan peranan insinyur struktur lebih dominan dari pada arsitek. Sangat mendasar bila insinyur struktur tersebut mengerti akan segi estetika dari bentuk. Teknik prategang, yang umumnya kita kenal pada struktur beton, tidak lain merupakan suatu rekayasa yang cerdik, di mana aplikasinya telah berdampak luar biasa pada perkembangan dunia teknik, termasuk juga pada penggunaan kabel sebagai bahan struktur. Melalui teknik prategang, kabel sebagai elemen struktur yang tadinya hanya mampu memikul aksial tarik menjadi elemen struktur yang mampu memikul aksial tekan dan mempunyai kekakuan lentur. Sedangkan gaya prategang yang diberikan pada struktur kabel ruang, harus mampu menstabilkan keseluruhan sistem struktur, sehingga untuk setiap kombinasi pembebanan kabel-kabel tetap dalam keadaan tarik. Perilaku struktur kabel yang diberi gaya prategang dapat kita pelajari dari percobaans eperti pada Gambar disamping Kita rentangkan 2 tali karet (atau kabel yang cukup elastis), satu tali direntangkan tanpa dikencangkan, artinya tanpa gaya prategang (V = 0), sedangkan tali yang lain dikencangkan, artinya diberi gaya prategang (V 0). Bila di 5|Page

tengah ketinggian setiap tali digantungkan beban P, pada tali di mana V = 0 bagian atas meregang sebesar l, dan bagian bawah tali akan terlipat. Sedangkan tali di mana V 0 bagian atas hanya akan meregang sebesar setengah l. Hal ini disebabkan sekarang beban P dipikul baik oleh bagian atas dan bagian bawah tali, masing-masing sebesar 50 % beban P. Dari grafik hubungan P dan l untuk kedua tali memperlihatkan bahwa tali dengan gaya prategang akan mempunyai deformasi yang jauh lebih kecil. Bila beban P sudah mencapai kondisi detension (tegangan tali pada bagian bawah menjadi nol), maka grafik hubungan P dan l kembali menjadi parallel dengan grafik untuk tali tanpa tegangan. Bila kedua tali sekarang dibebani dengan beban terpusat P seperti pada, maka grafik P dan kedua tali tersebut memperlihatkan kabel dengan prategang (V ) mampu untuk memikul beban melintang secara lebih efektif, yaitu deformasi lenturnya menjadi jauh lebih kecil dibandingkan dengan untuk tali tanpa prategang (V = ). Dari kedua contoh tersebut, terbukti bahwa gaya prategang pada kabel selain akan meningkatkan kekakuan arah aksial juga akan meningkatkan lenturnya.
Deformasi kabel dan Efek Gaya Prategang Terhadap Pembeban (Schlaich dan Wagner 1992)

Teknik prategang akan lebih efektif bila digunakan pada jaringan kabel untuk atap bangunan yang dirancang sebagai geometri ruang (3D) yang mempunyai bentuk lengkung ganda yang saling berlawanan (anti klastis) atau bentuk pelana , di mana kedua kabel yang saling bersilangan tersebut mempunyai pusat lengkung berlawanan dengan posisi di atas dan di bawah. Dengan demikian gaya prategang pada kedua kabel tersebut, akan saling menstabilkan diri pada saat memikul beban luar. Bila seluruh sistem jaringan kabel tersebut diberi gaya prategang, maka jaringan kabel mampu memikul berbagai kombinasi pembebanan luar. Besarnya gaya prategang yang diberikan, harus diberikan sedemikian besarnya sehingga kita dapat menghindari adanya kabel dalam keadaan tanpa tegangan tarik (pasif). Hal ini untuk menghindari terjadinya penurunan kekakuan struktur, yang menyebabkan membesarnya deformasi. Transfer gaya prategang pada jaringan kabel, dilakukan dengan memasang kabel utama pada tepi jaringan, di mana kabel 6|Page

utamanya harus dipasang dengan bentuk lengkung. Dengan cara menarik kabel utama ini, maka gaya prategang akan ditransfer pada seluruh jaringan kabel

BENTUK DASAR
Berbeda dengan perencanaan bangunan yang mempunyai bentuk standar seperti lingkaran, persegi, dan lain-lain, maka untuk struktur kabel yang digunakan untuk atap stadion ataupun lainnya dengan bentang sangat lebar, maka proses perencanaannya dimulai dengan pencarian bentuk geometrinya, dikenal sebagai metoda form finding. Proses ini diperlukan agar diperoleh bentuk atap yang unik dan estetis, tapi bentuk ini justru merupakanbentuk yang optimal ditinjau dari segi struktur. Sesuai dengan definisi, form finding adalah proses untuk menemukan bentuk struktur yang optimal, yaitu struktur yang bentuknya akan memberikan kondisi paling efisien dari segi penggunaan bahan konstruksinya. Kondisi ini dapat kita peroleh bila material konstruksi hanya mengalami tarik pada bidangnya (membran), tanpa adanya tegangantegangan akibat momen lentur. Dari proses form finding akan dihasilkan bentuk 3D yang unik, yaitu bentuk lengkung ganda antiklastis atau bentuk pelana (Gambar 5), yang juga terbukti sangat efektif bila digunakan teknik prategang padanya. Kabel sebagai material yang fleksibel, dapat kita pakai sebagai elemen struktur yang dengan mudah dapat mengikuti bentuk optimal ini. Proses form finding dilakukan pada saat pradesain sampai ke tahap desain konsep bangunan, dan dikerjakan dengan melakukan berbagai eksperimen untuk mendapatkan variasi bentuk bangunan. Setelah ada kepastian bentuk geometrinya, maka secara tepat geometri bangunan akan dihitung dengan metoda matematik numerik. Adapun perhitungan matematik numerik diturunkan berdasarkan prinsip permukaan minimum, yaitu suatu gejala fisika yang kita temukan pada form finding dengan menggunakan gelembung sabun.

7|Page

Sedangkan jenis bahan yang dipakai pada proses form finding disesuaikan dengan jenis struktur yang akan dihasilkan. Pada awal perkembangannya, untuk struktur kabel dan struktur membran, Frei Oto menggunakan air sabun dalam proses form finding. Untuk segi praktisnya dapat pula digunakan kain kasa nilon.

DETAIL DAN SISTEM PENGAKHIRAN PADA KABEL


Struktur kabel 3D (ruang) membagi pembebanannya melalui elemen tarik seperti halnya pada sistem rangka batang, dimana resultan gayanya bisa bertemu pada satu titik ataupun dari titik pertemuan ini garis resultan gayanya harus berubah atau berbelok. Yang penting untuk diperhatikan, adalah bahwa pada perancangan struktur kabel, untuk semua kombinasi pembebanan seluruh kabel berada dalam keadaan tarik. Karena elemen-elemen struktur kabel ini umumnya tidak selalu bersilangan secara orthogonal, diperlukan desain bentuk dari titik pertemuan antara kabel. Setiap titik pertemuan dari kabel selain harus memenuhi syarat kekuatan dan kemudahan pemasangan, juga harus dipertimbangkan secara estetika. Sesuai fungsinya titik pertemuan dari kabel-kabel tersebut dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk simpul untuk persilangan dari 2 atau 4 kabel. Sifat dari pemegang persilangan ini dapat dibedakan dalam 2 sistem, yaitu: sistem di mana sifat persilangan tidak dapat berotasi (fix) dan sistem dimana persilangan masih dapat bergeser dan berotasi.

Dudukan Untuk Pelengkung Kabel

Sesuai dengan fungsinya resultan gaya pada kabel utama harus pula dapat dibelokkan. Sebagai lintasan dari pembelokan kabel utama umumnya digunakan konstruksi dudukan berbentuk pelana dengan radius tertentu.

8|Page

Sedangkan bila diperlukan perubahan arah gaya di mana sudut beloknya kecil dan panjang kabelnya terbatas, maka direncanakan dengan sistem di mana kabel-kabel tersebut diputus pada daerah tersebut, untuk kemudian kabel-kabel tersebut akan bertemu pada konstruksi pelat simpul 3D Pengangkuran Seperti sudah dijelaskan, pemberian gaya prategang pada jaringan kabel dilakukan dengan menarik kabel utama pada ujung-ujungnya. Untuk itu diperlukan pengangkuran dan penarikan pada kabel utama. Ketiga tipe detil dari bentuk pertemuan ini merupakan aspek teknis yang harus dirancang dan diuji terlebih dahulu. Saat ini, untuk beberapa detail standar sudah tercantum dalam standard DIN.

Tipe Kabel

Kabel sesuai dengan keperluannya, terdiri dari berbagai macam tipe. Menurut standard DIN 18 800 semua kabel yang digunakan untuk struktur bangunan dikategorikan sebagai high tensile members. Secara umum kabel-kabel tersebut mempunyai kekuatan rencana yang lebih tinggi dari pada batang tarik baja, sehingga dengan luas penampang yang sama dapat memikul beban lebih besar. Tetapi modulus elastisitas kabel adalah antara E = 155.000 N/mm2 sampai E = 165.000 N/mm2, jelas lebih rendah dari pada modulus elastisitas yang dipakai untuk batang tarik baja (E = 210.000 N/mm2). Ada pula kabel yang mempunyai lapisan krom dan nikel, agar bersifat tahan terhadap karat. Untuk keperluan konstruksi bangunan, dikenal 3 tipe penampang kabel, yaitu spiral strands, full locked coil cables dan structural wire ropes. Spiral strands terutama digunakan untuk bangunan di mana bebannya relatif kecil seperti untuk pendukung antena telekomunikasi, cerobong asap, ikatan angin (bracing) pada jaringan kabel, struktur kayu dan baja. Spriral strands diproduksi dengan diameter antara 5 mm sampai 40 mm. Spiral strands hanya terdiri dari kawat-kawat yang berpenampang lingkaran, akibat adanya celah-celah spiral strand dikelompokkan pada material yang kurang tahan terhadap bahaya korosi. Full locked coil cables terutama digunakan sebagai kabel utama pada berbagai konstruksi, antara lain kabel utama pada suspension bridge dan stay cables bridge, kabel tepi pada jaringan kabel.

Sifat-sifat khusus dari full locked coil cables, adalah: Mempunyai E modulus yang tinggi

9|Page

Permukaan kabel mempunyai daya tahan tinggi Permukaan kabel tertutup, sehingga tahan terhadap bahaya korosi Penampang kabel bagian dalam atau bagian inti terdiri dari kawat-kawat dengan penampang lingkaran

Structural wire ropes, terutama digunakan sebagai kabel tepi pada struktur membran (textile structure). Kabel ini terdiri dari beberapa strands, sehingga sifatnya fleksibel.

APLIKASI STRUKTUR KABEL


Bila pada awalnya struktur kabel banyak digunakan untuk berbagai jembatan, seperti suspension bridge, cable stayed bridge, dan lain-lain, tapi kini para arsitek pun dapat mewujudkan idenya melalui struktur kabel untuk mewujudkan ruang dalam yang sangat luas, tanpa kolom, tapi tetap mempunyai kesan ringan, anggun, transparan dengan bentuknya yang unik. Struktur kabel yang paling banyak digunakan untuk atap stadion olah raga, karena stadion olah raga memang memerlukan ruang yang bebas kolom pada bagian dalamnya. Kombinasi struktur kabel dan tekstil merupakan solusi bagi keperluan untuk perancangan atap stadion olah raga yang dapat digerakkan tutup buka. Sedangkan rancangan gedung masa kini makin banyak pula menggunakan struktur kabel sebagai suspended cable untuk dinding kaca dengan bidang yang luas, atau sebagai supported cable untuk rancangan atap kaca. Perkembangan dalam arsitektur struktur kabel ini menunjukkan tantangan bagi para insinyur struktur, bahwa mereka seharusnya dapat berperan lebih dominan dalam membuat rancangan struktur kabel dibandingkan arsitek. Mereka tidak hanya tukang hitung saja, tapi mereka pun bertanggung jawab untuk segi estetika karena keindahan struktur kabel justru tampil dari elemen strukturnya sendiri.

10 | P a g e

STUDI KASUS

11 | P a g e

ANALISA BANGUNAN STRUKTUR KABEL MUNICH OLYMPIC STADIUM

Olympiastadion adalah sebuah stadium yang terletak di Munich, Jerman. Stadium ini dibangun sebagai tempat utama bagi perayaan Summer Olympics tahun 1972, terletak di jantung dari Olympiapark Mnchen di utara Munich. Dengan kapasitasnya yang mulanya dapat menampung 80.000 orang, stadium ini telah mengadakan banyak pertandingan-pertandingan sepakbola yang besar seperti 1974 World Cup Final, Euro 88 Final dan European Cup Finals 1979, 1993, dan 1997. Sekarang, olympiastadion dapat menampung 69.250 orang. Tempat ini digunakan untuk public use sebagai taman dengan olahraga sebagai fokus utama setelah perayaan Olympic berakhir. ORANG-ORANG YANG BERPERAN Orang-orang yang berperan dalam perancangan dan pembangunan Olympiastadion ini antara lain adalah: Frei Otto (structural engineering) Gnter Behnisch & Partner (architecture) o Gnter Behnisch (architecture) Leonhardt + Andr (structural engineering) o Fritz Leonhardt (structural engineering) o Wolfhardt Andr (structural engineering) Gnther Grzimek (landscape design)

12 | P a g e

KONSEP Dirancang oleh arsitek Jerman, Gnther Behnisch, dan insinyur Frei Otto, olympiastadion dianggap revolusioner pada masanya. Hal ini dikarenakan rancangan membrane kanopi dengan bahan akliriknya yang besar dan lebar yang distabilisasi dengan sambungan kabel baja yang disambungkan lagi dengan kabel baja yang lebih besar sepanjang bentangnya yang berakhir pada pijakan beton di sisi-sisinya. Gagasan idenya adalah untuk mengimitasi pegunungan Alpen dan untuk menyeimbangi besarnya acara 1936 Summer Olympics di Berlin, yang diadakan pada saat rezim Nazi. Hasilnya adalah struktur berbentuk seperti awan tergantung hasil pantulan dari langit yang melayang diatas tapak di antara natatorium, gymnasium dan stadium utamanya. Kanopinya yang besar dan transparan adalah untuk menyimbolkan negara Jerman yang baru, demokratis dan optimistik. Hal ini adalah untuk menrefleksikan motto mereka The Happy Games ("Die Heiteren Spiele"). SITE Untuk tapak yang termasuk mahal, stadium ini dibangun dengan komponen structural yang minimal. Hal ini dikarenakan bangunan ini dibangun pada lubang besar yang dihasilkan oleh ledakan bom pada Perang Dunia II, sehingga membuat proses konstruksi menjadi mudah. Munich stadium ini adalah contoh yang baik tentang bagaimana tapak dan struktur dapat berhubungan satu sama lain. Pada tapak juga terdapat broadcast tower setinggi 300 m yang masih ada sampai sekarang sebagai landmark utama dari tapak.

13 | P a g e

IKLIM Selain dari cuaca Munich yang relatif sedang dan tenang, rancangan atap jaring dengan struktur kabel harus memikirkan dua faktor utama: angin dan salju. Hujan es dan salju turun dengan rata-rata 75 hari per tahun di Munich, dan angin yang berhempus dapat mencapai kecepatan 120km/jam di kala badai. Salju dan es yang berkumpul di atas atap dapat menimbulkan bahaya pada strukturnya. Biasanya, masalah ini dapat diselesaikan dengan cara memberi kipas di bawah kanopi untuk 14 | P a g e

mencairkan salju di atasnya. Teknik ini sudah terbukti pada pavilion di Jerman rancangan Otto pada 1967 World Fair di Montreal. Dengan kondisi cuaca yang ada di Munich, terutama tentang arah aliran udaranya, atap dan area duduk utamanya berorientasi ke pinggir barat. Sekitar 65% dari stadium ditutup dengan shelter ini. Atap dan area tempat duduk yang lebih tinggi di sebelah barat juga menjamin area tempat duduk di bagian timur terlindung dari angina. Namun begitu, Olympic stadium yang sekarang tidak lagi menginjinkan para pengunjung menduduki tempat duduk yang tidak ber-shelter.

Area yang ditutupi atap

15 | P a g e

DATA BANGUNAN
Fitur yang paling menonjol dari stadium ini tidak lain adalah atap dengan struktur tariknya. Tidak hanya atap tersebut menjadi landmark bagi kota Munich, struktur atap ini juga menjadi pedoman bagi banyak rancangan yang lebih inovatif dan menjadi studi bagi penerus di bidangnya. Hal yang paling menginspirasi arsitek dan para perancang adalah ukuran dan kemegahannya. Grid dari atap stadium ini terdiri dari sembilan kolom utama yang membentuk gubahan jaring-jaring dengan kabel baja setebal 25 mm yang membentuk grid selebar sebesar 762 mm.

16 | P a g e

Mulanya, penutup atap bangunan ini ditentukan berupa kanvas yang digantung dibawah kabel, namun diganti menjadi bahan panel aklirik dengan ukuran 2.9 m x 2.9 m yang dipasang di atas kabel. Jarak antar as kolom: 65 m Tinggi maksimal kolom : 50 70 m

17 | P a g e

65 m

Kabel tarik yang manarik atap jaring merupakan kabel doubly curved (dua kabel yang disatukan). Kabel-kabel ini adalah untuk menahan kanopi dari terpaan angina ke atas. Total kabel baja yang dipakai pada bangunan ini termasuk stadium utama dan fasilitas-fasilitas lainnya mencapai 408 km dan total gaya tarik yang dapat diterima adalah sebesar 5000 ton.

18 | P a g e

Awalnya fondasi yang akan dipakai adalah berupa pondasi dalam prestress. Namun, peraturan setempat mengharuskan pondasi lajur untuk menghasilkan stabilitas. Pondasi lajur ini memiliki kedalaman 18 m dan lebar sebesar 6 m. Ukuran pondasi yang besar ini diperlukan untuk menahan gaya tarik yang sangat kuat yang dihasilkan oleh angin serta menahan bangunan agar tidak mekar.

19 | P a g e

MOMEN
Berikut adalah analisa kami terhadap momen yang terjadi serta hubungannya dengan bentuk dari struktur kabel pada bangunan : 1. Momen struktur utama

Struktur atap dan tribun merupakan struktru yang terpisah dengan struktur atap. Kolom utama di tengah sebagai struktur tekan menopang kabel yang menarik struktur panel atap

20 | P a g e

Sambungan yang terjadi antara kolom tekan dengan kabel, panel atap dengan kabel, dan kabel dengan pedestal adalah sendi

Analisa Momen yang tejadi: Kolom tekan sebagai struktur utama tekan yang menyalurkan gaya dari kabel-kabel yang menahan struktur panel atap ke tanah cenderung akan jatuh ke titik B sehingga digunakan kabel 21 | P a g e

untuk menarik kolom ini menuju titik B sebagai penetral gaya horizontal yang terjadi. Kolom dimiringkan ke titik B lalu di tarik oleh kabel menuju titik A. Kolom dimiringkan untuk lebih mengkakukan kolom itu ketanah, bila hanya tegak kabel yang menarik kolom ke titik A hanya menetralkan gaya horizontal. Bila dimiringkan kolom yang ditarik kabel menuju titik A ini juga mendapakan gaya tekan ketanah.

2. Mengatasi Efek Fluttering Pada Munich Olympic Stadium, efek fluttering diatasi dengan menarik kebawah struktur yang menahan panel atap menggunakan kabel a.

b.

22 | P a g e

Panel atap yang berada di depan ditarik kebawah oleh struktur kabel seperti diatas c.

Panel atap yang berada di belakang ditarik kebawah oleh struktur kabel seperti diatas

23 | P a g e

SAMBUNGAN PADA BANGUNAN


Sambungan struktur kabel pada struktur atap bangunan ini seluruhnya adalah sambungan sendi karena panel acrilic dengan lis perunggu reflektif yang ringan sehingga ringan. Analisa kami sendi dipakai sebagai ekspresi ringan dan juga sendi dipakai untuk memfleksibelkan struktur namun tetap kaku dan seimbang dengan cara penarikan struktur kebawah untuk mengkakukan struktur. Sambungan sendi terjadi pada setiap bagian pertemuan kolom dengan kebel penarik struktur panel atap, kolom dengan kabel penarik, kabel penarik dengan pedestal.

Gambar sambungan kolom utama dengan struktur kabel serta struktur kabel penarik kolom

Gambar sambungan kabel dengan kabel 24 | P a g e

Gambar sambungan kabel penarik kolom dengan pedestalnya

Gambar sambungan

25 | P a g e

Gambar konstruksi kabel dan struktur panel atap

Gambar struktur panel atap dari dalam 26 | P a g e

PENYALURAN BEBAN

Kabel yang berfungsi sebagai struktur tarik utama yang menopang atap. Tiang berdiameter 9ft yang berperan sebagai struktur tekan utama yang menopang atap melalui kabel.

Material Atap: perunggu reflektif dengan panel akrilik.

Beban atap yang menaungi sebagian bangku penonton yang condong ke bawah ditopang oleh kabel baja yang membuat 'tarik', kemudian diteruskan ke tiang utama yang menopang ke tanah.

Agar tiang tersebut tidak jatuh ke depan, maka tiang itu sendiri ditarik oleh kabel yang diteruskan ke pedestal di tanah.

Selain oleh kabel, atap (bagian luar) juga ditopang oleh masing-masing dua kabel sekunder pada tiap modulnya. 27 | P a g e

Sepanjang atap bagian dalam diikat oleh pipa baja yang diteruskan ke tanah, menahan agara atap bagian dalam tidak terangkat keatas (gaya vertikal lateral) yang disebabkan oleh angin

28 | P a g e

KESESUAIAN DENGAN LITERATUR


Dari data yang ada dan analisa yang telah kami lakukan di atas, kami mendapatkan banyak kesesuaian hal yang terjadi secara nyata dengan literatur yang ada, antara lain:

Kini para arsitek dapat mewujudkan idenya melalui struktur kabel untuk mewujudkan ruang dalam yang sangat luas, tanpa kolom, tapi tetap mempunyai kesan ringan, anggun, transparan dengan bentuknya yang unik. Kabel sebagai material yang fleksibel, dapat kita pakai sebagai elemen struktur yang dengan mudah dapat mengikuti bentuk optimal. Menyikapi hal ini pemilihan struktur kabel sangat cocok untuk fungsi sarana olahraga (stadium). Selain itu struktur kabel cocok untuk bangunan bersifat permanen. Dibutuhkan struktur tambahan untuk menopang kabel (kabel tidak bisa berdiri sendiri). Pada bangunan ini, digunakan kolom (tiang) utama yang menopang kabel yang menarik atap tersebut. Selain oleh kabel, atap (bagian luar) juga ditopang oleh masing-masing dua kabel sekunder pada tiap modulnya. Untuk melawan gaya lateral secara vertikal, maka digunakan struktur pengaku dan pengikat. Pada sekeliling atap bagian dalam stadium ini dipakai semacam pelat yang mengikat dan kemudian diteruskan ke tanah.

Hampir seluruh sambungan pada pelat lipat adalah sambungan sendi, sehingga tiap sambungan memiliki kemampuan maksimal dalam mempertahankan bentuknya. Jenis sambungan ini pun diaplikasikan ke dalam stadium di atas.

29 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA
Frei, O. (1997). Lightweight Principle, Information of the Institut for Lightweight Structure, IL No. 24. Holgates, A. (1997). The Art of Structural Engineering The Work of J. Schlaich and His Team, Edition Axel Menges, Stuttgart / London. Schlaich, J. dan Wagner, R. (1992). Bauen mit Seilen, Manuskript Institut fr Tragwerksentwurfund-Konstruktion Universitat Stuttgart. Schulitz, Sobek, Habermann. (1999). Stahlbau Atlas, Institut fr Internationale Architekture Dokumentation Gmb H, Mnchen. Jurnal Teknik Sipil, Vol. 3 , No. 1, Januari 2006

30 | P a g e

You might also like