You are on page 1of 9

Dewan Kelautan Indonesia

Dewan Kelautan Indonesia merupakan forum konsultasi bagi penetapan kebijakan umum di bidang kelautan. Dewan Kelautan Indonesia mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam penetapan kebijakan umum di bidang kelautan.

Fungsi Dewan Kelautan Indonesia : Melakukan pengkajian dan pemberian pertimbangan serta rekomendasi kebijakan di bidang kelautan kepada Presiden; Melakukan konsultasi dengan lembaga pemerintah dan lembaga nonpemerintah serta wakil-wakil kelompok masyarakat dalam rangka keterpaduan kebijakan dan penyelesaian masalah di bidang kelautan; Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kebijakan, strategi, dan pembangunan kelautan; Melakukan hal-hal lain atas permintaan Presiden.

TUGAS Memberikan Pertimbangan Kepada Presiden Dalam Penetapan Kebijakan Umum Di Bidang Kelautan FUNGSI a. Pengkajian dan pemberian pertimbangan serta rekomendasi kebijakan di bidang kelautan kepada Presiden; b. Konsultasi dengan lembaga pemerintah dan non-pemerintah serta wakil-wakil kelompok masyarakat dalam rangka keterpaduan kebijakan dan penyelesaian masalah di bidang kelautan; c. Pemantauan dan evaluasi terhadap kebijakan, strategi dan pembangunan kelautan; d. Hal-hal lain atas permintaan Presiden.

Latar Belakang
Dengan berlakunya Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut Tahun 1982, diperlukan langkah-langkah penanganan yang menyeluruh dan terpadu dalam rangka lebih meningkatkan pemanfaatan, pelestarian, perlindungan laut, dan pengelolaan wilayah laut nasional secara terpadu, serasi, efektif, dan efisien;

Kebijakan publik di bidang kelautan merupakan kebijakan yang meliputi berbagai bidang pemerintahan, sehingga memerlukan keterpaduan dalam perumusan kebijakan kelautan tersebut sejak awal;

Dalam rangka keterpaduan perumusan kebijakan kelautan telah dibentuk Dewan Maritim Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 161 tahun 1999;

Nomenklatur Dewan Maritim Indonesia memiliki pengertian yang terbatas sehingga tidak sesuai dengan cakupan tugas dan fungsi yang dimiliki oleh Dewan tersebut;

Sehubungan dengan hal-hal sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d, memandang perlu untuk mengubah Dewan Maritim Indonesia menjadi Dewan Kelautan Indonesia dengan Keputusan Presiden;

INDONESIA OCEAN POLICY : PAYUNG POLITIK BAGI PEMBANGUNAN BIDANG KELAUTAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL
27 Desember 2011

Kebijakan Kelautan Indonesia (Indonesia Ocean Policy) berperan memayungi bidang kelautan yang sifatnya lintas sektoral dan institusi serta terintegrasi dengan daratan. Sekretaris Dewan Kelautan Indonesia (DEKIN) Dr. Ir. Rizald M. Rompas, M. Agr menyampaikan hal itu di hadapan peserta Forum Konsultasi Kebijakan di Bidang Kelautan yang bertajuk Ocean Policy Penting Bagi Negara Kepulauan di Jakarta, Rabu 28/12. Rompas menegaskan bahwa Ocean policy merupakan perangkat kebijakan yang dirumuskan untuk mendayagunakan sumberdaya, kekayaan yang dimiliki dan fungsi laut secara bijaksana untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Ocean policy ini paradigma baru yang menempatkan bidang kelautan sebagai arus utama (mainstream) dalam pembangunan ekonomi nasional sehingga ocean policy secara integral dan komprehensif dapat menjadi payung politik bagi semua institusi negara dan masyarakat untuk mensupport pembangunan bidang kelautan dan pembangunan nasional, urai Rompas. Masih menurut Sekretaris DEKIN, Indonesia sebagai Negara Kepulauan terbesar di dunia yang usianya telah mencapai 66 tahun, hingga saat ini belum memiliki Ocean Policy. Padahal konsep kebijakan ini sangat dibutuhkan untuk mengarahkan keterpaduan pembangunan di bidang kelautan. Tanpa ada arahan itu, pembangunan di bidang kelautan yang melibatkan banyak pemangku-kepentingan, semakin tidak terpadu sehingga memboroskan penggunaan sumberdaya nasional. Sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia, Ocean Policy Indonesia sudah ditunggu-tunggu oleh negara lain, tegas Rompas. Pembangunan kelautan di Indonesia, mengisyaratkan diperlukannya suatu kebijakan kelautan (ocean policy) yang disusun atas dasar pengetahuan secara kuantitatif dan terukur terhadap potensi sumberdaya laut dan mengakomodasi kepentingan sektoral yang terlibat dalam pengelolaan sumberdaya ini. Kebijakan Kelautan Indonesia perlu mengadopsi beberapa prinsip, diantaranya : Pertama; Pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Kedua; Keterpaduan pembangunan (integrated development). Ketiga; Partisipasi (participation).

Keempat; Pemanfaatan sumberdaya secara rasional (rational resource use). Kelima; Pendekatan kehati-hatian (precautionary approach). Keenam; Kesejahteraan (welfare), dan Ketujuh; Kerjasama (cooperation). Kebijakan kelautan yang dirumuskan ini bertolak dari Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 yang pada intinya difokuskan pada 8 sasaran pokok yakni ; 1). Meningkatkan wawasan kelautan dan budaya bahari agar seluruh masyarakat mengetahui peran dan fungsi laut serta kewajiban dan tanggung jawab negara Indonesia menjalankan pembangunan kelautan sesuai peraturan perundangan nasional dan internasional. 2). Mengembangkan jaringan sarana dan prasarana sebagai perekat semua pulau dan kepulauan Indonesia. 3). Meningkatkan dan menguatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang kelautan yang didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 4). Menetapkan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, aset-aset, dan hal-hal yang terkait dalam kerangka pertahanan negara. 5). Membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan. 6). Mengurangi resiko bencana di laut, pesisir dan pulau-pulau kecil serta ancaman pencemaran laut. 7). Memperbaiki sistem dan tata kelola kelautan (ocean governance). 8). Memajukan peran aktif dalam melakukan kerjasama regional dan internasional.

DEWAN KELAUTAN INDONESIA


Gedung Mina Bahari II Lt. 7, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI

Jl. Medan Merdeka Timur No.16 Jakarta Pusat

Telp. 021 3522936/38 Nomor : SP.6.6/DEKIN.1/HM.420/III/2012

SIARAN PERS

TRANSPORTASI LAUT YANG KOMPETITIF WUJUDKAN KONEKTIFITAS ANTAR PULAU DI INDONESIA Selain sumberdaya laut hayati, Indonesia memiliki potensi ekonomi pada jasa transportasi laut (pelayaran) yang sangat besar karena Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang mengharuskan transportasi laut (kapal) sebagai sarana transportasi utama guna menjangkau dan menghubungkan pulau-pulau di wilayah nusantara sehingga menciptakan konektifitas antar pulau di Indonesia. Untuk pembangunan

ekonomi dan industrialisasi di seluruh nusantara sangat dibutuhkan adanya konektifitas antar pulau terutama pulau-pulau terluar. Konektifitas ini hanya bisa terwujud apabila transportasi laut di negara kepulauan terus diperankan secara signifikan. Transportasi laut sangat vital peranannya sebagai Jembatan Nusantara dan tidak tergantikan oleh transportasi udara dan darat, jelas Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo saat membuka Seminar Peran Transportasi Laut di Negara Kepulauan yang diselenggarakan Dewan Kelautan Indonesia (DEKIN) di Jakarta (7/3). Untuk mewujudkan konektifitas maka posisi transportasi laut menjadi penting, apalagi bila dibarengi dengan ongkos naik kapal murah, bermuatan barang atau penumpang dalam jumlah besar , aman dan nyaman. Menurut Ketua Harian DEKIN ini, untuk meningkatkan pembangunan pelayaran nasional, diperlukan sasaran yang jelas mencakup 5 hal yaitu : Pertama, Harus dapat memenuhi asas cabotage 100% dan 40% export import share untuk kapal Indonesia; Kedua, Perlu membangun sebagian besar kapal di Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai pusat pelayanan kapal dunia; Ketiga, Pelayaran rakyat harus berperan penting dalam standar logistik nasional; Keempat, Harus memiliki sistem dan manajemen pelabuhan berstandar internasional; Kelima, Harus membangun pusat pendidikan dan pelatihan serta penyedia SDM bidang pelayaran dan perkapalan yang terkemuka. Kontribusi nyata yang dapat kita rasakan apabila pelayaran bertumbuh-kembang dengan baik adalah terciptanya lapangan kerja, mendorong terwujudnya kemajuan pembangunan daerah dan pembangunan nasional dan memberikan kepercayaan diri dan kebanggaan sebagai negeri bahari. Yang mampu membangkitkan industrialisasi dan ekonomi kepulauan Indonesia.

Sementara itu, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Prof. Firmanzah, Ph.D menyebutkan bahwa tidak optimalnya transportasi laut selain mengakibatkan timpangnya distribusi penduduk juga mengakibatkan ketimpangan distribusi pembangunan antar daerah. Sekitar 83% dari total aktivitas ekonomi Indonesia terdapat di Sumatera dan Jawa-Bali sehingga daerah ini memiliki pendapatan lebih besar dibanding daerah lain, ketimpangan investasi ( 67 % investasi berada di Jawa dan Sumatera) serta ketimpangan penyebaran industri di Indonesia yang saat ini 75 % sebaran industri masih berada di Pulau Jawa.

Jakarta, 7 Maret 2012

Jakarta. Dewan Kelautan Indonesia (Dekin) yang bertugas memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam penetapan kebijakan umum di bidang kelautan merupakan tugas yang sangat strategis untuk mensinergikan kebijakan di bidang kelautan karena pelaksanaan kebijakan kelautan di lapangan masih terjadi tumpang tindih, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo Selaku Ketua Harian Dekin menegaskan hal ini pada saat audiensi dengan Dekin di RR MenKP (11/11) lalu. Kahar Dekin meminta agar kebijakan kelautan yang dirumuskan oleh Dekin dapat dilakukan lebih strategis dan komprehensif yang memuat kepentingan nasional Harus ada pemikiran yang strategis untuk laut ke depan, ajak Menteri. Sekretaris Dr. Rizald M Rompas, M.Agr yang hadir pada kesempatan itu menyampaikan bahwa Dekin sudah menyusun Kebijakan Kelautan Indonesia Ocean Policy. Semula kita dorong kebijakan tersebut ditetapkan dalam Perpres (Peraturan Presiden) sehingga berlaku untuk publik, namun atas saran dari Setneg kebijakan tersebut akan ditetapkan melalui Inpres (Instruksi Presiden), jelas Rompas. Hadir dalam Audiensi dengan Kahar DEKIN diantaranya Anngota Dekin Laksdya TNI (Purn) Abu Hartono, Dr. Son Diamar, AK Djaelani dan Tenaga Ahli DEKIN diantaranya Prof, Dr. Fatuchri Sukadi, Dr. Elly Rasdiani, Laksma TNI (Purn) Bonar Simangunsong, Ir. Abdul Alim Salam, dan Kepala Sekretariat Ir. Dasril Munir (yupi).

Jakarta. Kapal Pengawas Perikanan berfungsi melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum di bidang perikanan dalam wilayah pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia. Dalam melaksanakan fungsi itu penyidik dan/atau pengawas perikanan dapat melakukan tindakan khusus berupa pembakaran dan/atau penenggelaman kapal perikanan yang berbendera asing berdasarkan bukti permulaan yang cukup sesuai amanat UU 45/2009 (Pasal 69 ayat 4). Bukti permulaan yang cukup ini adalah bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana di bidang perikanan oleh kapal perikanan berbendera asing, misalnya kapal perikanan berbendera asing tidak memiliki SIPI dan SIKPI, serta nyata-nyata menangkap dan/atau mengangkut ikan ketika memasuki wilayah pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia. Ini menunjukkan bahwa tindakan khusus tersebut tidak dapat dilakukan dengan sewenang-wenang, tetapi hanya dilakukan apabila penyidik dan/atau pengawas perikanan yakin bahwa kapal perikanan berbendera asing tersebut betul-betul melakukan tindak pidana di bidang perikanan jelas Dirjen PSDKP Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Syahrin Abdurrahman saat rapat koordinasi membahas pembakaran dan penenggelaman kapal ikan asing oleh pengawas atau penyidik perikanan di DEKIN (24/11) yang lalu. Dilanjutkan Dirjen bahwa UU 45/2009 tentang perubahan UU 31/2004 tentang Perikanan harus DIlaksanakan. Amanat dari UU 45/2009 (Pasal 69 ayat 4) ini bukan untuk KKP saja akan tetapi semua penyidik (TNI AL dan Polri-red) namun baru KKP saja yang telah melakukan penenggelaman kapal asing. Kebijakan penenggelaman kapal asing ini sebenarnya bertujuan untuk menimbulkan efek jera bagi pelaku illegal namun kalau memang ada cara lain tentu akan lebih baik. Kita harus berpikir untuk kepentingan nasional dan internasional, jelas Dirjen. Bahkan

Dirjen PSDKP telah mengeluarkan kebijakan bahwa untuk penenggelaman kapal perikanan asing dapat dilakukan jika kondisi forced major. Misal jika Nakhoda atau ABK kapal asing melakukan perlawanan yang membahayakan keselamatan kapal pengawas perikanan maka boleh melakukan hal tersebut (pembakaran dan penenggelaman-red). Bahkan setelah ada kebijakan Dirjen tersebut sejak 2010 sudah tidak ada lagi kapal perikanan yang ditenggelamkan yang ada hanya kapal yang tenggelam sendiri karena kerusakan atau kebocoran, jelas Dirjen. Sebagai informasi dari tahun 2009-2011 kapal yang telah ditenggelamkan berjumlah 32 kapal perikanan asing, 31 dari Vietnam dan 1 dari Thailand dan semuanya terjadi pada tahun 2009. Pada kesempatan itu Perwakilan dari Mabes TNI AL menegaskan bahwa kewenangan yang diberikan dalam pasal 69 ayat (4) UU 45/2009 secara substansial dan redaksional berpotensi menimbulkan distorsi dalam penerapannya, mengingat penerapan ayat (4) semata-mata dalam konteks pelaksanaan fungsi Kapal Pengawas Perikanan, bukan dilaksanakan oleh kapal-kapal (patroli) yang dimiliki oleh TNI AL dan atau Polri karena mereka bukanlah Kapal Pengawas Perikanan, meskipun kedua instansi tersebut, merupakan penyidik Tindak Pidana Perikanan. Sementara itu, muncul interpretasi bahwa penyidik TNI AL dan Polri juga memiliki kewenangan tindakan khusus tersebut. Hal inilah yang berpotensi terjadinya penyimpangan dalam penerapannya, mengingat kata penyidik dalam pasal 69 ayat (4) diartikan juga penyidik lain padahal kewenangan tersebut hanya dimiliki oleh Kapal Pengawas Perikanan yang hanya dimiliki KKP. Kemudian dikatakan perwakilan dari Mabes TNI AL apabila penyidik TNI AL dan Polri diasumsikan memiliki kewenangan tersebut, seharusnya pengaturan tersebut muncul dalam ketentuan pasal 73A UndangUndang Nomor 45 Tahun 2009, bukan pada ketentuan pasal 69 ayat (4). Oleh karena itu agar tindakan penenggelaman kapal ikan berbendera asing dapat dipertanggungjawabkan secara hukum maka diperlukan peninjauan kembali terhadap pasal 69 ayat (4) UU No. 45 Tahun 2009 tersebut, harap perwakilan dari Mabes TNI AL. Direktur Perjanjian Hukum Internasional Kemkum HAM berpendapat bahwa penegakan hukum di laut ada kerancuan, siapa yang berwenang. Hal senada juga diamini Dr. Elly Rasdiani, menurutnya hal ini tak perlu terjadi jika rezim hukum laut kita sama namun yang ada UU sendiri-sendiri (ego sektoral). UNCLOS harus menjadi pedoman dalam penegakan hukum di laut, jelasnya. Salah satu Tenaga Ahli DEKIN ini mengatakan bahwa untuk penegakan hukum di laut dibutuhkan Undang-undang baru, Mari kita dukung RUU Kelautan untuk segera disahkan ajaknya. (yupi).

Dumai. Wakil Presiden (Wapres) Boediono beserta Ibu Herawati hadir di Kota Dumai Provinsi Riau dalam rangka puncak peringatan Hari Nusantara Tahun 2011. Turut hadir mendampingi Wapres sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II mendampingi Wapres, diantaranya Menteri Petahanan Purnomo Yusgiantoro, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C Sutardjo, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Menteri

Perhubungan EE Mangindaan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh, Menteri Agama Suryadharma Ali, Panglima TNI Agus Suhartono dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Timur Pradopo.

Wapres bertindak sebagai Inspektur Upacara pada upacara militer peringatan Hari Nusantara yang dipusatkan di kawasan Terminal Agribisnis, Kota Dumai, Riau, Selasa (13/12) dengan Komandan Upacara Kolonel Laut JM. Sipasulta yang pernah menjabat sebagai Danlanal Dumai.

Dalam amanatnya Wapres menggugah kesadaran, tekad dan semangat kita semua untuk melihat laut sebagai masa depan bangsa Indonesia. Kita bangsa Bahari dan Indonesia adalah negara maritim. Mari kita tempatkan wilayah laut kita sebagai fokus untuk kita dengan sungguh-sungguh kembangkan, karena disanalah kemakmuran dan kesejahteraan bangsa Indonesia di masa datang akan kita wujudkan, tegas Wapres dihadapan tujuh ribuan peserta dan undangan. Dilanjutkan Wapres untuk mewujudkan impian tersebut, prasyarat yang tidak boleh kita abaikan adalah membangun dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan Nusantara.

Di kesempatan itu juga Wapres menyerukan agar peringatan Hari Nusantara dapat dijadikan momentum kebangkitan nasional untuk kita perkokoh hubungan antar elemen bangsa yang mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan masing-masing suku, ras dan golongan. Mengingat di dalam wilayah Nusantara semua suku bangsa mulai dari Sabang sampai Merauke dipersatukan dan mempersatukan diri dengan meninggalkan berbagai atribut kesukuannya. Di dalam wadah Nusantara yang bersatu di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, disitulah dijumpai tamansari kebhinnekaan agama, suku, adat dan budaya kita ujar Wapres.

Peringatan Hari Nusantara kali ini mengusung tema yang intinya perkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah NKRI dengan meningkatkan kemampuan pertahanan dalam rangka menuju Negara maritim. Peningkatan kemampuan pertahanan Negara diperlukan untuk mampu mengawal kedaulatan Negara dan keutuhan wilayah NKRI. Konsekuensi terhadap wilayah yang sangat luas terutama wilayah perairan yang mencapai hampir 6 juta kilometer persegi tersebut menuntut kita untuk mengubah cara pandang yang semula berbasis daratan menjadi lebih berorientasi pada kelautan, tegas Wapres. Dengan wilayah yang sangat luas yang kita miliki serta perubahan orientasi tersebut kita memerlukan kemampuan maritim yang kuat.

Dilanjutkan Wapres sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia maka kemampuan maritim, baik dari segi ekonomi maupun dari segi pertahanan, harus diperkuat. Armada maritim yang bertumpukan pada sistem transportasi antar pulau yang efisien dan handal harus kita bangun untuk memperkokoh kesatuan ekonomi nasional, ekonomi yang menyatukan kepulauan-kepulauan menjadi satu kekuatan ekonomi yang kokoh.

Kapabilitas pertahanan yang kuat dan handal diperlukan untuk mengamankan sumber kekayaan laut dan wilayah laut kita dari berbagai tindakan yang selama ini merugikan bangsa Indonesia seperti illegal fishing, smuggling, dan trafficking.

Dalam hal ini Wapres menjelaskan pemerintah terus mengembangkan kekuatan pertahanan Negara yang dilaksanakan sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kita terus berupaya memodernisasi Alutsista TNI serta meningkatkan profesionalisme prajurit. Percepatan pembentukan Indonesian Sea and Cost Guard juga harus menjadi perhatian pihak-pihak terkait karena permasalahan keamanan laut memang sudah menjadi masalah urgent yang harus segera diatasi. Untuk itu Wapres mengharapkan masalah keamanan laut dan pantai, yang sekarang masih dikelola secara sektoral oleh berbagai instansi, perlu segera kita sinergikan. Semua pihak terkait ini diharapkan dapat duduk bersama agar pembentukan badan tersebut dapat secepatnya terwujud, harapnya.

Di akhir sambutannya Wapres sekali lagi mengajak kepada seluruh komponen bangsa untuk memperteguh persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa. Kita perlu memperkuat Wawasan Nusantara sebagai bentuk penghargaan kepada para pendahulu kita yang telah berjuang sekuat tenaga demi terwujudnya Negara Republik Indonesia yang berdaulat.

Sementara itu pada puncak peringatan Hari Nusantara 2011 ini Wapres juga menyematkan tanda kehormatan Satya Lencan Wirakarya Bidang Pemerintahan kepada Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu, Bupati Puso Piet Inkiriwang, Bupati Aceh Barat H. Ramli dan Kepala Bidang Kelautan dan Pengawasan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Riau Warniati di samping penyerahan penghargaan Juara Umum Adibakti Mina Bahari Tahun 2011 kepada Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Di kesempatan lain Ibu Herwati Boediono juga berkesempatan memberikan penghargaan pemenang lomba masak serba ikan tingkat nasional kepada D.I Yogyakarta.

Peringatan Hari Nusantara tahun ini tampak sangat meriah dengan atraksi Kopaska TNI AL dalam melumpuhkan perompak di Selat Rupat, atraksi Fly Pass oleh pesawat tempur yang terbang rendah mengikuti jalannya puncak peringatan Hari Nusantara, serta Parade Kapal yang diikuti beberapa KRI, Kapal Perang dari Singapura, Kapal Perang dari Malaysia, Kapal Perang dari Thailand, dan kapal pengawas dari instansi pemerintah, diantaranya Polair, Bea dan Cukai, Perhubungan, Kelautan dan Perikanan, dll. Tidak kalah pentingnya juga digelar pameran Industri pertahanan dan maritim yang menonjolkan kekuatan industri pertahanan produksi dalam negeri, pameran ini disambut antusias oleh penduduk lokal yang terbuka untuk umum. Pada kesempatan itu juga Menteri Pertahanan selaku Ketua Panitia Peringatan Hari Nusantara Tahun 2011 didampingi Gubernur Riau berkesempatan menyerahkan tongkat Kepanitiaan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan selaku Ketua Panitia peringatan Hari Nusantara tahun 2012 yang juga didampingi Gubernur Nusa Tenggara Barat selaku tuan rumah. Sampai bertemu di NTB, DIRGAHAYU HARI NUSANTARA.(yp).

You might also like