You are on page 1of 12

BAB 1 Pendahuluan

1.1

Latar belakang

Dalam usaha membangun sistem ketatanegaraannya berbagai negara khususnya negara maju berusaha merancang dan membuat kebijakan kebijakan untuk meningkatkan seluruh aspek seperti ekonomi, kesehatan, politik, sosial, dan sebagainya. Dari beberapa aspek tersebut, kebijakan pembangunan kesehatan dinilai menjadi salah satu fokus penting dalam usaha pembangunan suatu negara. Hal itu dikarenakan faktor kesehatan merupakan aspek sentral yang berpengaruh bagi semua lini pembangunan ketatanegaraan. Fokus dalam pembangunan kesehatan juga menjadi prioritas kebijakan pemerintah Indonesia. Pelaksanaan pembangunan kesehatan tahun 2005-2025 memberikan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain : ibu, bayi, anak, usia lanjut dan keluarga miskin. Adapun sasaran pembangunan kesehatan pada akhir tahun 2014 adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui percepatan pencapaian MDGs. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007, dalam tiga dekade terakhir, berbagai indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia menunjukkan adanya perbaikan. Contohnya Umur Harapan Hidup pada saat lahir meningkat menjadi 70,6 tahun dan angka Kematian Ibu menurun menjadi 228 per 100.000 Kelahiran Hidup. Masalah kesehatan individu dan kelompok masyarakat setiap saat akan membutuhkan pelayanan kesehatan yang kompleks, karena setiap manusia memiliki kebutuhan dan resiko kesehatan sehingga akan bergantung pada upaya kesehatan dan SDM yang berkualitas agar dapat hidup sehat. Pentingnya kebijakan pembangunan kesehatan bagi perkembangan suatu negara khususnya Indonesia, menjadi salah satu alasan yang kuat dalam mempelajari dan mengamati gambaran umum serta program program pemerintah dalam hal pembangunan kesehatan guna mengetahui seberapa jauh dan efektif usaha pemerintah tersebut.

1.2

Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya : Mengetahui gambaran umum kebijakan pembangunan kesehatan di Indonesia
Mengetahui

program program pemerintah dalam hal kebijakan pembangunan

kesehatan Indonesia. Menelaah berbagai permasalahan yang dihadapi pemerintah Indonesia dalam usaha pembangunan kesehatan.

1.3

Ruang Lingkup Masalah


Makalah ini membahas berbagai isu dan kajian mengenai gambaran umum mengenai

kebijakan dan program pemerintah dalam usaha membangun kesehatan Indonesia melalui beberapa pokok pokok bahasan diantaranya : Sistem preventif dan promotif Kebijakan Desentralisasi Program pemerintah dalam pembangunan kesehatan Penghambat/ permasalahan pembangunan kesehatan

BAB 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Sistem pembangunan kesehatan berbasis preventif dan promotif


Pada awal pembangunan sistem kesehatan pemerintah membuat kebijakan kebijakan yang hanya berorientasi dengan basis layanan pengobatan dan penyembuhan ( Kuratif rehabilitatif ). Pemerintah hanya mampu memberikan layanan kesehatan ( pengobatan dan penyembuhan ) kepada masayarakat yang memiliki suatu penyakit tanpa ada usaha dalam melakukan pencegahan agar penyakit itu tidak diderita oleh masyarakat. Seiring berjalannya waktu pemerintah Indonesia telah melakukan upaya perubahan pada sistem layanan kesehatannya yakni dari sistem berbasis kuratif - rehabilitatif menjadi preventif dan promotif ( pencegahan dan penyuluhan ). Pelayanan promotif, untuk meningkatkan kemandirian dan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan diperlukan program penyuluhan dan pendidikan masyarakat yang berjenjang dan berkesinambungan sehingga dicapai tingkatan kemandirian masyarkat dalam pembangunan kesehatan. Dalam program promotif membutuhkan tenaga-tenaga kesmas yang handal terutama yang mempunyai spesialisasi dalam penyuluhan dan pendidikan. Pelayanan preventif, untuk menjamin terselenggaranya pelayanan ini diperlukan parar tenaga kesmas yang memahami epidemiologi penyakit, cara-cara dan metode pencegahan serta pengendalian penyakit. Program preventif ini merupakan salah satu lahan bagi tenaga kesmas dalam pembangunan kesehatan. Keterlibatan kesmas dibidang preventif di bidang pengendalian memerlukan penguasaan teknik-teknik lingkungan dan pemberantasan penyakit. Tenaga kesmas juga dapat berperan dibidang kuratif dan rehabilitatif kalau yang bersangkutan mau dan mampu belajar dan meningkatkan kemampuannya dibidang tersebut. Dengan dibentuknya pusat pelayanan kesehatan Puskesmas dapat menjawab arah kebijakan pembangunan kesehatan yang mengutamakan promotif dan preventif dengan tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Ada 4 fungsi Puskesmas yang sejalan dengan fokus pembangunan kesehatan ini yaitu sebagai pusat pembangunan wilayah berwawasan

kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer dan pusat pelayanan kesehatan perorangan primer.

2.2 Macam Macam Lembaga Pelayanan Kesehatan


A. Rawat Jalan Lembaga pelayanan kesehatan ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan pada tingkat pelaksanaan diagnosis dan pengobatan pada penyakit yang akut atau mendadak dan kronis yang dimungkinkan tidak terjadi rawat inap. Lembaga ini dapat dilaksanakan pada klinik klinik kesehatan, seperti klinik dokter spesialis, klinik perawatan spesialis dan lain lain. B. Institusi Institusi merupakan lembaga pelayanan kesehatan yang fasilitasnya cukup dalam memberikan berbagai tingkat pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, pusat rehabilitasi dan lain lain. C. Hospice Lembaga ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan yang difokuskan pada klien yang sakit terminal agar lebih tenang dan dapat melewati masa masa terminalnya dengan tenang. Lembaga ini biasanya digunakan dalam home care. D. Community Based Agency Merupakan bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien pada keluarganya sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek perawat keluarga dan lain lain.

2.3 Program Pembangunan kesehatan

Dalam usaha untuk meningkatkan pembangunan dalam aspek kesehatan, pemerintah telah mencanangkan beberapa program untuk dapat dijalankan.Program-program pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam pokok-pokok program yang pelaksanaannya dilakukan secara

terpadu dengan pembangunan sektor lain yang memerlukan dukungan dan peran serta masyarakat.Disusun 7 Program pembangunan kesehatan yaitu (DepKes RI, 1999): * Program perilaku dan pemberdayaan masyarakat * Program lingkungan sehat * Program upaya kesehatan * Program pengembangan sumber daya kesehatan * Program pengawasan obat, makanan dan obat berbahaya * Program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan * Program pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan Sedangkan untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat yang dinilai penting untuk mendukung keberhasilan program pembangunan nasional ditetapkan 10 pogram unggulan kesehatan (DepKes RI, 1999) : * Program kebijakan kesehatan, pembiayaan kesehatan dan hukum kesehatan * Program perbaikan gizi * Program pencegahan penyakit menular termasuk imunisasi * Program peningkatan perilaku hidup sehat dan kesehatan mental * Program lingkungan pemukiman, air dan sehat * Program kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana * Program keselamatan dan kesehatan kerja * Program anti tembakau, alkohol dan madat * Program pengawasan obat, bahan berbahaya, makanan dan minuman * Program pencegahan kecelakaan, rudapaksa dan keselamatan lalu lintas

2.4 Paradigma Baru Pembangunan Kesehatan


Desentralisasi Sistem Kesehatan Seperti yang telah diketahui bahwa pembangunan kesehatan merupakan salah satu dari berbagai kebijakan pembangunan sarana dan prasarana sosial di negara indonesia. Berbagai macam kebijakan telah coba diterapkan oleh pemerintahan Indonesia demi mendapatkan pencapaian maksimal ( sasaran ) dalam bidang kesehatan. Tentunya hal itu lebih dikarenakan kesehatan merupakan salah satu aspek sangat fital dan paling mendasar yang secara langsung

berpengaruh dalam kondisi perkembangan negara Indonesia. Salah satu dari berbagai kebijakan pemerintah yang sangat dekat kaitannya dengan konsep kebijakan pembangunan kesehatan di masa sekarang ini adalah Desentralisasi. Desentralisasi kesehatan di Indonesia secara lebih jelas dilakasanakan setelah dikeluarkannya UU No. 22 tahun 1999, PP No. 25 tahun 2000, serta SE Menkes No. 1107/Menkes/E/VII/2000. UU No. 22 tahun 1999 pasal 1 ayat h menyebutkan otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat (termasuk bidang kesehatan), menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kandungan makna substansial dari desentralisasi adalah bagaimana mensejahterakan dan menciptakan keadilan bagi kehidupan masyarakat di daerah (Tagela, 2001). Desentralisasi dalam arti umum didefinisikan sebagai pemindahan kewenangan, atau pembagian kekuasaan dalam perencanaan pemerintahan, manajemen dan pengambilan keputusan dari tingkat nasional ke tingkat daerah (Rondinelli, 1981). Secara lebih umum desentralisasi didefinisikan sebagai pemindahan kewenangan, kekuasaan, perencanaan pemerintahan, dan pengambilan keputusan dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah (Mills, dkk, 1989). Desentralisasi pembangunan kesehatan dimaksudkan untuk lebih mengoptimalkan pembangunan bidang kesehatan dengan cara lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan sistem desentralistik diharapkan program pembangunan kesehatan lebih efektif dan efisien serta menyentuh kepada kebutuhan kesehatan riil masyarakat. Hal ini dimungkinkan karena dengan sistem desentralistik rantai birokrasi akan diperpendek. Selain itu, sistem desentralistik juga memberi kewenangan bagi daerah untuk menentukan sendiri program serta pengalokasian dana pembangunan kesehatan di daerahnya. Selanjutnya, Simangunsong (2001) mengatakan bahwa inti dari pelaksanaan otonomi daerah adalah terdapatnya keluwesan pemerintah daerah untuk melaksanakanan pemerintahan sendiri atas prakarsa, kreativitas, dan peran serta masyarakat dalam mengembangkan dan memajukan daerahnya. Dalam bidang kesehatan, implikasi desentralisasi pembangunan kesehatan, antara lain, adalah sebagai berikut:
1) Terwujudnya pembangunan kesehatan yang demokratis yang berdasarkan atas aspirasi

masyarakat.

2) Pemerataan pembangunan dan pelayanan kesehatan. 3) Optimalisasi potensi pembangunan kesehatan di daerah yang selama ini belum tergarap. 4) Memacu sikap inisiatif dan kreatif aparatur pemerintah daerah yang selama ini hanya mengacu pada petunjuk atasan 5) Menumbuhkembangkan pola kemandirian pelayanan kesehatan (termasuk pembiayaan kesehatan) tanpa mengabaikan peran serta sektor lain. Kesemuanya ini bermuara pada peneingkatan kesejahteraan masyarakat di daerah.

2.5 Permasalahan dalam Pembangunan Kesehatan

Dampak Desentralisasi Seperti yang kita ketahui, desentralisasi dalam bidang kesehatan akan membawa implikasi yang luas, akan tetapi terdapat beberapa hal yang juga akan muncul sebagai dampak negatif dari kebijakan desentralisasi itu sendiri. Selama ini pihak pelaksana pembangunan kesehatan di daerah (Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota) sudah terbiasa dengan kebijakan yang digariskan secara top-down. Sementara itu, mereka tidak terbiasa menyusun program kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi setempat. Di sisi lain, masyarakat yang selama ini dianggap sebagai objek pembangunan, dengan adanya desentralisasi kesehatan, akan turut serta menenetukan apa yang menurut mereka baik dan sesuai untuk dilakukan. Hal ini tidak mudah, tidak saja karena selama ini masyarakat jarang dilibatkan dalam setiap program pembangunan, tetapi juga adanya stigmatisasi negatif masyarakat terhadap pemerintah, yang menyebabkan mereka sulit untuk dilibatkan. Dampak Globalisasi Globalisasi merupakan tantangan, masalah, dan sekaligus potensi untuk pembangunan nasional berwawasan kesehatan di masa mendatang. Adanya perdagangan bebas, dapat mengakibatkan tenaga kesehatan asing menyerbu pasar Indonesia. Demikian pula, berbagai upaya kesehatan yang merupakan kesepakatan internasional, akan mempengaruhi berbagai aspek penyelenggaraan upaya kesehatan. Mobilitas penduduk dan arus informasi yang begitu cepat, sehingga batas wilayah dan batas negara menjadi sangat tipis, yang dapat berdampak

positif dan sekaligus juga berdampak negatif bagi pembangunan kesehatan. Kesemuanya ini perlu diantisipasi secara serius dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Dampak Sosial Budaya Masyarakat Indonesia yang multikultural memiliki beragam kebiasaan dalam segi kehidupannya termasuk kesehatan. Berbagai tindakan, dan aktifitas yang dilakukan masyarakat pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat itu sendiri. Bahkan tak sedikit yang memberi pengaruh negatif. Bila ditinjau dari pengetahuan dan penerimaan masyarakat mengenai kesehatan, masyarakat Indonesia umumnya masih lebih percaya terhadap pengobatan yang dilakukan oleh paranormal ( dukun ) dari pada tim medis yang bekerja secara ilmiah. Hal itu juga lebih disebabkan oleh tindakan membudaya pada masyarakat yang telah berlangsung sejak lama.

2.6 Upaya Penanggulangan Permasalahan Pembangunan Kesehatan

Menetapkan Sistem Kesehatan Daerah Penetapan sistem kesehatan dapat dilakukan, salah satunya, dengan menempatkan bidang kesehatan sebagai salah satu pilar pembangunan daerah. Hal ini dilakukan, tentunya, dengan melihat potensi dan prioritas masalah di daerah. Semua program pembangunan sedapat mungkin diarahkan untuk mendukung program kesehatan. Menata Ulang Struktur Organisasi Kesehatan Dinas Kesehatan Struktur organisasi yang selama ini dianut sudah sangat terbiasa dengan pola sentralistik, sehingga untuk lebih akomodatif dan tanggap terhadap perubahan yang relatif sangat berbeda perlu dilakukan penyegaran strukturnya. Dianjurkan untuk pembentukan Sub Dinas baru (sesuai dengan kebutuhan, dan kondisi setempat), misalnya Sub Dinas Penelitian dan Pengembangan. Sub Dinas ini nantinya akan membawahi Seksi Sistem Informasi Kesehatan. Menjalin Kerjasama dengan Lembaga-lembaga Ilmiah dan Pendidikan Kesehatan Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota juga dituntut untuk lebih proaktif menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga ilmiah dan pendidikan yang terkait dengan kesehatan.

Sebagai contoh, selama ini tenaga dokter spesialis enggan bertugas di daerah. Namun hal ini dapat diatasi dengan melakukan kerjasama dengan pihak perguruan tinggi untuk menempatkan dokter yang sedang mengikuti pendidikan dokter spesialis untuk berpraktek di rumah sakit daerah. Berbagai jenis pelatihan tenaga kesehatan juga dapat dilakukan dengan baik dengan adanya kerjasama dengan pihak perguruan tinggi dan lembaga pendidikan kesehatan. Mengembangkan Model Pembiayaan Kesehatan Dalam SE Menkes No. 1107/Menkes/E/VII/2000 disebutkan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berwewenang mengembangkan sistem pembiayaan kesehatan melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Hal tersebut senada dengan salah strategi pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, yaitu JPKM. Untuk mendukung hal tersebut salah satu model pembiayaan kesehatan yang mungkin dilakukan adalah sistem prabayar layanan kesehatan. Salah satu bentuk pembiayaan kesehatan tersebut adalah asuransi kesehatan skala kecil, seperti arisan kesehatan. Hal ini dapat diterapkan pada organisasi sosial dan adat baik yang formal maupun tidak formal. Sebagai contoh adalah arisan kesehatan para penarik becak. Meningkatkan Kerjasama Lintas Sektor Salah satu penyebab kurang berhasilnya program pembangunan (dalam berbagai bidang) selama ini adalah adanya ego-sektoral instansi pemerintahan. Padahal beberapa program pembangunan akan dapat berjalan dengan apabila ada kerjasama dengan sektor lain. Pembangunan sektor kesehatan, misalnya, memerlukan kerjsama dengan sektor pertanian, pendidikan, dan sosial. Pemberdayaan Peran Serta Masayarakat Pemberdayaan masyarakat sebagai isu sentral dalam pembangunan kesehatan perlu mendapat perhatian dan penanganan secara serius, terutama dalam melibatkan masyarakat untuk ikut serta dalam melakukan pelayanan kesehatan (to serve), dalam melakukan advokasi kepada stakeholder (to advocate), dan aktif dalam mengkritisi pelaksanaan upaya kesehatan (to watch). Peran serta masyarakat di bidang kesehatan telah banyak berkembang antara lain dimulai dengan terbentuknya PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) yang sekarang menjadi Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM). Departemen Kesehatan telah

mengembangan Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan telah disosialisasikan dan dilaksanakan secara nasional. Mengingat kecenderungan semakin banyaknya penyakit akibat perilaku dan gaya hidup yang tidak sehat, maka pengembangan dan penyebarluasan sistem surveilan untuk perilaku yang berisiko (Behavioral Risk Factors Surveilance System) sangat mendesak untuk dilaksanakan dan disebarluaskan.

BAB 3

10

Penutup

3.1 Kesimpulan
Dari seluruh aspek pembangunan suatu negara, pembangunan aspek kesehatan merupakan faktor yang paling penting karena memiliki kaitan erat dengan aspek pembangunan lain. Oleh karena itu pemerintah Indonesia melalui kebijakannya telah melakukan berbagai upaya melalui beberapa program dalam melakukan usaha pembangunan kesehatan. Kebijakan dalam melakukan layanan kesehatan dengan orientasi layanan preventif dan promotif merupakan salah satu langkah yang cukup strategis dan efektif bagi perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia. Selain itu kebijakan pemerintah dalam usaha memajukan dan melatih kemandirian setiap daerah dalam mengelola pembangunan pemerintahannya ( otonomi daerah ) juga berpengaruh dalam kebijakan pembangunan kesehatan. Kebijakan otonomi tersebut setidaknuya memunculkan paradigma baru dalam pembangunan kesehatan yakni dengan melakukan Desentralisasi kesehatan. Desentralisasi pembangunan kesehatan dimaksudkan untuk lebih mengoptimalkan pembangunan bidang kesehatan dengan cara lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan sistem desentralistik diharapkan program pembangunan kesehatan lebih efektif dan efisien serta menyentuh kepada kebutuhan kesehatan riil masyarakat.

3.2 Saran
Kebijakan dan program pemerintah dalam usaha pembangunan kesehatan di Indonesia banyak menemukan berbagai kesulitan dan permasalahan. Salah satunya adalah dampak dari Desentralisasi yang menyebabkan kurang tercapainya tujuan konsep tersebut dikarenakan ketidak mampua pemerintah daerah dalam menyusun program kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi setempat. Oleh karena itu kinerja pemerintah daerah harus dapat ditingkatkan dengan menata ulang struktur organisasi kesehatan dinas kesehatan, pemberdayaan peran serta masayarakat, kerjasama lintas sektor dan sebagainya. Hal ini dilakukan, tentunya harus sesuai dengan potensi dan prioritas masalah di daerah.

11

Daftar Pustaka

http://rudyct.com/PPS702-ipb/05123/albiner_siagian.pdf http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/1511/18/halama n%2081%20- %2085.pdf http://febriana.students-blog.undip.ac.id/2010/04/11/strategi-kementeriankesehatan-dalam-pembangunan-kesehatan-yang-berbasis-preventif-danpromotif/ http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/18/kebijakan-dalamkesehatan-dan-keperawatan/ http://putridj.community.undip.ac.id/2010/04/22/strategi-kementeriankesehatan-dalam-pembangunan-kesehatan-yang-berbasis-preventif-danpromotif-dalam-rangka-dies-natalis-fkm-ke-25/ http://www.litbang.depkes.go.id/download/seminar/desentralisasi680606/MakalahAvipSaefullah.pdf

12

You might also like