You are on page 1of 6

Sebelumnya kita telah diterangkan mengenai tentang Teori Hukum Permintaan, sifat permintaan seseorang atau masyarakat kepada

suatu barang. Dalam bab tersebut telah kita tarik kesimpulan bahwa semakin rendah harga suatu barang, maka semakin tinggi jumlah permintaan pada barang tersebut. Pada makalah ini kita akan mendalami lebih lanjut pembicaraan mengenai sifat permintaan pada suatu masyarakat. Dalam makalah ini menerangkan beberapa hal sebagai berikut : Alasan mengapa para konsumen membeli lebih banyak barang pada harga yang lebih rendah, dan mengurangi pembeliannya pada saat harga Jual lebih tinggi.
Bagaimana cara seorang konsumen menentukan jumlah & komposisi dari

barang yang akan dibeli dari pendapatan yang diperolehnya. Analiasis tersebut diatas dinamakan teori tingkat laku konsumen. Teori Tingkat Laku Konsumen tersebut dapat dibedakan menjadi dua macam pendekatan, yaitu Pendekatan Nilai Guna (Utility). SEJARAH TEORI UTILITIES Teori utilitas modern berasal dari utilitarianisme, yang merupakan salah satu aliran utama pemikiran intelektual Barat selama dua abad terakhir. Gagasan mengenai utilitas timbul tidak lama sesudah tahun 1700, ketika gagasan-gagasan dasar mengenai probabilitas matematis tengah dikembangkan. Dengan demikian Daniel Bernoulli, salah seorang anggota dari sebuah keluarga ahli matematika Swiss yang brilian, mengamati pada tahun 1738 bahwa orang bertindak seolah-olah dolar yang ingin mereka peroleh dalam suatu peraruhan yang wajar adalah kurang berharga daripada dolar yang ingin mereka lepas. Ini berarti bahwa mereka menolak resiko dan bahwa kekayaanberupa dolar-dolar baru berikutnya memberi kepada mereka makin sedikit penambahan utilitas yang sebenarnya.

TEORI NILAI GUNA (UTILITY) Didalam teori ekonomi, kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsi barang-barang dinamakan Nilai Guna atau Utiliti. Teorinya, jika kepuasan tersebut semakin tinggi maka makin tinggi pula nilai guna atau utilitiynya. Dalam teori tingkah laku konsumen, kita dapat membedakan cara Pendekatan Nilai Guna (Utility) ke dalam dua macam pendekatan : 1. Pendekatan Nilai Guna (Utility) Kardinal Yaitu pendekatan yang dalam pendekatan nilai guna ini kita menganggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif. Maksudnya dengan anggapan ini, bahwa konsumen akan memaksimumkan kepuasan yang dapat dicapainya, diterangkan bagaimana seseorang akan menentukan konsumsinya kedalam berbagai jenis barang yang terdapat di pasar. 2. Pendekatan Nilai Guna Ordinal Yaitu pendekatan yang manfaat ayau kenikmatan yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak dinyatakan secara kuantitatif. Dalam pendekatan nilai guna ordinal ini, tingkah laku seorang konsumen untuk memilih barang-barang yang akan memaksimumkan kepuasannya dapat ditunjukkan dengan bantuan kurva kepuasan sama, yaitu kurva yang menggambarkan gabungan barang yang akan memberikan nilai guna (Kepuasan) yang sama.

Teori Nilai Guna (Utility) dapat kita bedakan menjadi dua pengertian yaitu :

1. Nilai Guna Total Yaitu nilai guna yang diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu.

2. Nilai Guna Marjinal Yaitu nilai guna yang berarti pertambahan ataupun pengurangan kepuasan sebagai akibat dan pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit barang.

Contohnya : Nilai Guna Total dari mengkonsumsikan 15 Buah Apel meliputi seluruh kepuasan yang diperoleh dari konsumen dan memakan semua buah apel tersebut. Sedangkan Nilai Guna Marjinal adalah kelima belas pertambahan kepuasan yang diperoleh dari memakan buah apel yang kelima belas.

HIPOTESIS UTAMA TEORI NILAI GUNA Hipotesis utama teori nilai guna, atau lebih dikenal sebagai hokum nilai guna marjinal yang semakin menurun. Hal ini terbukti dengan pernyataan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut mengkonsumsi barang tersebut secara terus menerus. Dan pada akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negative atau menjadi semakin sedikit.

Maka dari hipotesis tersebut adalah pada hakikatnya hipotesis tersebut menjelaskan bahwa pertambahan yang terus menerus dalam mengkonsumsi suatu barang tidak secara terus menerus menambah kepuasan yang dinikmati orang yang mengkonsumsinya. Pada awalnya setiap tambahan konsumsi akan mempertinggi tingkat kepuasan orang tersebut. Misalkan, apabila seseorang yang berbuka puasa atau setelah berolahraga, memperoleh segelas air, maka ia memperolehsejumlah kepuasan dari air tersebut, dan jumlah kepuasan itu akan menjadi bertambahan tinggi apabila ia dapat meminum segelas air lagi. Kepuasan yang lebih tinggi akan ia akan diperolehnya apabila dia diberi kesempatan untuk memperoleh gelas yang ketiga. Akan tetapi pertambahan kepuasan itu tidak berlangsung terus menerus. Katakanlah pada gelas kelima orang yang berpuasa itu merasa bahwa air yang diminumnya sudah cukup banyak dan memuaskan dahaganya. Jika ia ditawarkan gelas keenam maka ia akan menolak, karena ia sudah merasa lebih puas meminum gelas lima gelas air disbanding enam gelas. Denga demikian maka pada gelas keenam tambahan nilai guna adalah negative, dan nilai guna total dari meminum enam gelas air lebih rendah daripada nilai guna yang diperoleh dari meminum lima gelas air.

NILAI GUNA TOTAL DALAM ANGKA & GRAFIK Agar dapat dimengerti dengan lebih jelas, hokum nilai guna marjinal yang semakin menurun apabilang digambarkan dalam contoh secara angka dan selanjutnya contoh itu digambarkan secara grafik. 1. Contoh Angka Dengan memisalkan bahwa kepuasan dari memakan apel dalam satu hari dapat dinyatakan dalam angka dalam Table 1.1 ditunjukkan Nilai Guna Total dan Nilai Guna Marjinal dari memakan. Berbagai jumlah buah apel.

Dalam contoh tersebut, telah diperhatikan juga hipotesis diatas bahwa tambahhan Nilai Guna akan menjadi semakin menurun apabila konsumsi terus menerus bertambah. Akan tetapi, ketika memakan apel yang kesembilan nilai guna marjinalnya adalah negative. Ini berarti kepuasan dari kesembilan nilai guna marjinalnya adalah negative. Ini berarti kepuasan dari memakan apel mencapai tingkat yang paling maksimum apabila jumlah apel yang dimakan apel mencapai tingkat yang paling maksimum apabila jumlah apel yang dimakan apel adalah delapan. Pada tambahan-tambahan selanjutnya akan mengurangi kepuasan yang didapat dari memakan lebih banyak buah apel. Dalam contoh ditunjukkan apabila konsumen tersebut memakan sembilan, sepuluh atau sebelas apel, kepuasan yang didapat dari konsumen tersebut adalah lebih rendah daripada kepuasan yang didapat dari memakan delapan buah apel. Juga contoh dalam Tabel 1.1 menunjukkan bahwa lebih baik memakan lima buah apel daripada sebelas buah apel, karena kepuasan yang dinikmati dari memakan lima buah apel adalah lebih besar. Jumlah Buah Apel yg Dimakan 0 1 2 3 4 5 6 7 Nilai Guna Total 0 20 38 54 56 76 84 89 Nilai Guna Marjinal 20 18 16 12 10 8 5

8 9 10 11

90 87 80 70

1 -3 -7 -10

2. Gafik Nilai Guna Berdasarkan pada angka-angka dalam table 1.1, dalam gambar 1.1 ditunjukkan kurva Nilai Guna Total dan Nilai Guna Marjinal. Dalam grafik (i), sumbu tegak menggambarkan Nilai Guna Total dan sumbu daftar menunjukkan jumlah barang yang dikonsumsi. Grafik (ii) menunjukkan Nilai Guna Marjinal yang diukur pada sumbu tegak, pada berbagai unit barang yang dikonsumsikan yang digambarkan pada sumbu datar. Kurva Nilai Guna Total (TU) bermula dari titik (0) yang berarti pada waktu tidak terdapat konsumsi maka nilai guna total adalah 0. Pada mulanya kurva nilai guna total adalah menaik yang berarti kalau jumlah konsumsi apel bertambah, maka nilai guna total adalah bertambah tinggi. Kurva Nilai Guna Marjinal (MU) turun dari kiri keatas ke kanan bawah, gambaran ini mencerminkan hokum nilai guna marjinal yang semakin menurun. Kurva nilai guna marjinal memotong sumbu datar sesudah jumlah apel yang kedelapan. Berarti sesudah perpotongan tersebut nilai guna marjinal adalah negatif.

You might also like