You are on page 1of 9

TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING (SELISIH KURS)

Aktivitas perusahaan yang menyangkut valuta asing (foreign activities) ada 2, yaitu: Melakukan transaksi dalam mata uang asing Suatu perusahaan dalam kegiatan operasionalnya seringkali melakukan kegiatan yang menggunakan valuta asing, hal ini diatur dalam PSAK No. 10. Misalnya melakukan ekspor, impor, melakukan pinjaman luar negeri, dan menutup kontrak berjangka dalam valuta asing. Memiliki Kegiatan usaha luar negeri (foreign operations) Pada perusahaan multinasional yang memiliki anak perusahaan atau cabang di luar negeri, laporan keuangannya harus dijabarkan dalam mata uang pelaporan perusahaan (rupiah), hal ini diatur dalam PSAK No. 11. Aktivitas-aktivitas diatas mengakibatkan timbulnya Laba atau Rugi Selisih Kurs. Selisih kurs (exchange difference) adalah selisih yang dihasilkan dari pelaporan jumlah unit mata uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada kurs yang berbeda.

Pengakuan Selisih Kurs menurut Akuntansi Pajak


Menurut Pasal 4 (1) huruf l UU No. 36 tahun 2008 Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk: l. keuntungan selisih kurs mata uang asing; Penjelasan Pasal: Keuntungan yang diperoleh karena fluktuasi kurs mata uang asing diakui berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia. Menurut Pasal 6 (1) huruf e UU No. 36 tahun 2008 Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk: e. kerugian selisih kurs mata uang asing;

Penjelasan Pasal: Kerugian karena fluktuasi kurs mata uang asing diakui berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia. Dari ketentuan diatas dapat disimpulkan bahwa: Laba selisih kurs merupakan obyek pajak penghasilan dan kerugian selisih kurs merupakan biaya yang dapat dikurangkan sebagai pengurang penghasilan bruto. Sejak berlakunya UU No. 36 tahun 2008, perlakuan selisih kurs menurut akuntansi fiskal mengikuti ketentuan yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan.

Akuntansi Transaksi dalam Mata Uang Asing


Pengakuan Awal Suatu transaksi dalam mata uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu perusahaan: Membeli atau menjual barang dan jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing. Hutang atau Piutang dana yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing. Menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana, atau Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing.

Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi. Contoh 1: Pada tanggal 24 februari 2011, PT F melakukan penjualan ekspor dengan nilai US$ 100.000, KTBI yang berlaku pada tanggal tersebut sebesar 1 US$ = Rp. 9.000 Jurnal 24 Feb Piutang Usaha Penjualan *) 100.000 x 9.000 = 900.000.000 Contoh 2: Pada tanggal 25 Maret 2011, PT F melakukan impor mesin dari swedia US$ 200.000, KTBI yang berlaku pada tanggal tersebut sebesar 1 US$ = Rp. 9.500 Jurnal 25 Mar Mesin

900.000.000 900.000.000

1.900.000.000

Utang Usaha *) 200.000 x 9.500 = 1.900.000.000 Pelaporan Pada Tanggal Neraca Pada setiap tanggal neraca:

1.900.000.000

Pos moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs pada tanggal neraca, pos moneter adalah kas dan setara kas, aktiva dan kewajiban yang akan diterima atau dibayar yang jumlahnya pasti atau dapat ditentukan. Pos non moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi tetap harus dilaporkan dengan mengghunakan kurs tanggal transaksi, dan Pos non moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan dengan mengghunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan. Contoh: Dari dua contoh diatas, misanya KTBI pada 31 desember 2011 1 US$ = Rp. 9.750 Ayat jurnal penyesuaian yang dibuat pada akhir tahun adalah 31 Des Piutang Usaha Keuntungan Atas Selisih Kurs Piutang pada tanggal neraca Carrying amount Keuntungan Atas Selisih Kurs 31 Des Kerugian Atas Selisih Kurs Utang Usaha Utang pada tanggal neraca Carrying amount Kerugian Atas Selisih Kurs 1.950.000.000 1.900.000.000 50.000.000 975.000.000 900.000.000 75.000.000 1.950.000.000 1.950.000.000 75.000.000 75.000.000

PT. F Laporan Laba Rugi (Parsial) Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2011 Penjualan .. Keuntungan atas Selisih Kurs .. Rp. 900.000.000 Rp. 25.000.000

PT. F Neraca (Parsial) Per 31 Desember 2011 Aset Lancar Piutang Usaha . Aset Tetap Mesin .. Kewajiban Utang Usaha ..

Rp. 975.000.000

Rp. 1.900.000.000

Rp. 1.950.000.000

Pengakuan Laba Rugi Selisih Kurs Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesain pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkjan perubahan kurs untuk masing masing periode.

Contoh Transaksi Transaksi selesai dalam suatu periode akuntansi Contoh Pembelian Impor Pada 26 November 2010, PT. F melakukan impor bahan baku dengan nilai sebagai berikut, CIF US$ 10.000, Bea Masuk 5%, PPN Impor 10%, PPh Pasal 22 yang dipungut Bea Cukai 2%. Kurs KMK 9.000 dan KTBI 9.100. Pada tanggal 26 Desember 2010 PT. F melunasi hutang impor tersebut, pada tanggal tersebut Kus KMK 9.050 dan KTBI 9.150. Pencatatan pada saat impor CIF US$ 10.000 x 9.100 BM 5% (US$ 10.000 x 9.000) Harga Perolehan Rp. 91.000.000 Rp. 4.500.000 Rp. 95.500.000

PPN Impor 10% (US$ 10.000 x 9.000) PPh Pasal 22 2,5% (US$ 10.000 x 9.000) Jurnal 26 Nov Bahan Baku PPN Masukan Piutang Pajak PPh Pasal 22 Kas/Bank Utang Usaha Pencatatan pada saat pelunasan

Rp. 9.000.000 Rp. 2.250.000

95.500.000 9.000.000 2.250.000 15.750.000 91.000.000

Nilai utang tercatat Nilai utang pada saat pelunasan US$ 10.000 x 9.150 Kerugian Selisih Kurs Jurnal 26 Des Utang Usaha Kerugian atas Selisih Kurs Kas/Bank Contoh Penjualan Ekspor

91.000.000 91.500.000 500.000

91.000.000 500.000 91.500.000

Pada 24 Februari 2010, PT. F melakukan ekspor dengan nilai sebagai berikut, CIF US$ 20.000. Kurs KMK 9.500 dan KTBI 9.400. Pada tanggal 25 Maret 2010 PT. F menerima pembayaran atas penjualan tersebut, pada tanggal tersebut Kurs KMK 9.550 dan KTBI 9.500. Pencatatan pada saat ekspor CIF US$ 20.000 x 9.400 Jurnal 24 Feb Piutang Usaha Utang Usaha Pencatatan pada saat pelunasan Nilai piutang tercatat Nilai piutang pada saat pelunasan US$ 20.000 x 9.500 Keuntungan Selisih Kurs Jurnal 188.000.000 190.000.000 2.000.000 188.000.000 188.000.000 Rp. 188.000.000

25 Mar Kas/Bank Keuntungan atas Selisih Kurs Piutang Usaha Transaksi selesai melewati suatu periode akuntansi Contoh Pembelian Impor

190.000.000 2.000.000 188.000.000

Pada 26 November 2010, PT. F melakukan impor bahan baku dengan nilai sebagai berikut, CIF US$ 10.000, Bea Masuk 5%, PPN Impor 10%, PPh Pasal 22 yang dipungut Bea Cukai 2%. Kurs KMK 9.000 dan KTBI 9.100. Pada tanggal 31 desember 2010, kurs KMK 9.100 dan KTBI 9.200. Pada tanggal 26 Januari 2011 PT. F melunasi hutang impor tersebut, pada tanggal tersebut Kus KMK 8.950 dan KTBI 9.000. Pencatatan pada saat impor CIF US$ 10.000 x 9.100 BM 5% (US$ 10.000 x 9.000) Harga Perolehan Rp. 91.000.000 Rp. 4.500.000 Rp. 95.500.000 Rp. 9.000.000 Rp. 2.250.000

PPN Impor 10% (US$ 10.000 x 9.000) PPh Pasal 22 2,5% (US$ 10.000 x 9.000) Jurnal 26 Nov Bahan Baku PPN Masukan Piutang Pajak PPh Pasal 22 Kas/Bank Utang Usaha Pencatatan pada tanggal neraca

95.500.000 9.000.000 2.250.000 15.750.000 91.000.000

Nilai utang tercatat Nilai utang pada tanggal neraca US$ 10.000 x 9.200 Kerugian Selisih Kurs Jurnal 31 Des Kerugian atas Selisih Kurs Utang Usaha Pencatatan pada saat pelunasan Nilai utang tercatat Nilai utang pada saat pelunasan US$ 10.000 x 9.000 Keuntungan Selisih Kurs

91.000.000 92.000.000 1.000.000

1.000.000 1.000.000

92.000.000 90.000.000 2.000.000

Jurnal 26 Des Utang Usaha Keuntungan atas Selisih Kurs Kas/Bank Contoh Penjualan Ekspor Pada 24 Februari 2010, PT. F melakukan ekspor dengan nilai sebagai berikut, CIF US$ 20.000. Kurs KMK 9.500 dan KTBI 9.400. Pada tanggal 31 desember 2010, kurs KMK 9.100 dan KTBI 9.200. Pada tanggal 25 Maret 2011 PT. F menerima pembayaran atas penjualan tersebut, pada tanggal tersebut Kurs KMK 9.350 dan KTBI 9.300. Pencatatan pada saat ekspor CIF US$ 20.000 x 9.400 Jurnal 24 Feb Piutang Usaha Utang Usaha Pencatatan pada tanggal neraca Nilai piutang tercatat Nilai piutang pada tanggal neraca US$ 20.000 x 9.200 Keuntungan Selisih Kurs Jurnal 31 Des Piutang Usaha Keuntungan atas Selisih Kurs Pencatatan pada saat pelunasan Nilai piutang tercatat Nilai piutang pada saat pelunasan US$ 20.000 x 9.300 Kerugian Selisih Kurs Jurnal 25 Mar Kas/Bank Kerugian atas Selisih Kurs Piutang Usaha 184.000.000 2.000.000 186.000.000 184.000.000 186.000.000 2.000.000 4.000.000 4.000.000 188.000.000 184.000.000 4.000.000 188.000.000 188.000.000 Rp. 188.000.000 92.000.000 2.000.000 90.000.000

Perlakuan Alternatif Selisih Kurs Yang Diizinkan Karena Devaluasi Atau Depresi Luar Biasa
Selisih kurs dapat disebabkan karena suatu devaluasi atau depresi luar biasa suatu mata uang. Apabila selisih kurs diakui sebagai beban tahun berjalan maja akan mengakibatkan pengakuan kerugian yang sangat besar. PSAK 10 memberikan alternative dalam memperlakukan kejadian tersebut. Selisih kurs dapat dimasukkan sebagai carrying amount aktiva sepanjang nilai tercatat aktiva tersebut tidak melebihi jumlah terendah antara replacement cost atau recoverable amount dari penjualan atau penggunaan tersebut. Maksud dari alternative disini adalah perusahan dapat memilih apakan memasukkan selisih kurs kedalam beban tahun berjalan atau memasukkannya sebagai nilai tercatat activa. Contoh Pada tanggal 14 Februari 2010 membeli mesin US$ 100.000, KTBI 10.000. Pada 14 Februari 2011 terjadi devaluasi nilai KTBI dari 9.500 menjadi 15.000 Jurnal pada saat transaksi 14 Feb Mesin Utang Usaha Jurnal pada saat devaluasi Harga mesin setelah devaluasi Nilai jual mesin diperkirakan Nilai buku mesin 1.500.000.000 1.400.000.000 800.000.000 950.000.000 1.500.000.000 550.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000

Saldo utang sebelum devaluasi US$ 100.000 X 9.500 Saldo utang setelah devaluasi US$ 100.000 X 15.000 Selisih kurs

Nilai buku aktiva + selisih kurs = 800.000.000 + 550.000.000 = 1.350.000.000 Adjusting carrying amount < Replacement cost atau recoverable amount 14 Feb Mesin Utang Usaha Misalnya Harga mesin setelah devaluasi Nilai jual mesin diperkirakan 1.000.000.000 900.000.000 550.000.000 550.000.000

Nilai buku aktiva + selisih kurs = 800.000.000 + 550.000.000 = 1.350.000.000

Adjusting carrying amount > Replacement cost atau recoverable amount Nilai aktiva yang paling tinggi disesuaikan menjadi 900.000.000 Selisih kurs yang ditambahkan ke nilai aktiva = 900.000.000 800.000.000 = 100.000.000 14 Feb Mesin Kerugian atas Selisih Kurs Utang Usaha 100.000.000 450.000.000 550.000.000

You might also like