You are on page 1of 9

NAMA NIM TUGAS MATA KULIAH Daftar Pustaka

: Dena Yemin Meisendi : 0904059 : Ringkasan BAB Buku : Isu Sosial Kontemporer : Coleman, James Samuel.(2011). Dasar-Dasar Teori Sosial.Bandung: Nusamedia

KONSTITUSI DAN BENTUK PELAKU KELOMPOK 1. Norma dan Konstitusi Norma adalah entitas supra individu, sekumpulan hak yang diakui dari beberapa individu untuk membatasi atau sebaliknya menentukan tindakantindakan individu yang menjadi sasaran norma. Sasaran norma adalah individuindividu yang sama, yang menggambarkan fakta bahwa demi kepentingan orang-orang rasional individual beberapa tindakan yang melibatkan beberapa individu dibatasi secara kolektif. Ketika norma gabungan muncul, hak diserahkan oleh individu-individu sebagai individu dan dianggap oleh mereka sebuah kolektivitas. Norma berlaku untuk semua sedangkan hukum resmi berlaku dalam masyarakat yang lebih legalistik, dan sanksi komunitas berlaku untuk semua sedangkan sanksi hukum dan tindakan pemerintah berlaku dalam masyarakat dengan pemerintah yang ada. Karena alasan inilah perhatian eksplisit pada konstitusi menjadi penting, baik dalam praktek sosial maupun teori sosial. Konstitusi formal dalam sistem yang diorganisir secara lebih formal dapat dianggap analog dengan kumpulan norma dan aturan informal yang muncul dalam sistem sosial kecil dengan tingkat penutupan tinggi. 2. Konstitusi gabungan dan terpisah Norma-norma merupakan norma gabungan apabila ahli waris dan sasarannya adalah orang yang sama, dan norma terpisah ketika ahli waris dan sasarannya adalah orang yang berbeda. Konstitusi yang sesuai dengan norma gabungan adalah konstitusi yang ahli warisnya memegang hak secara

berkelompok dan menjadi sasaran potensial batasan atau tuntutan yang dibuat secara berkelompok. Konstitusi semacam ini dinamakan konstitusi gabungan. Contohnya konstitusi Amerika yang menjadikan kontrak sosial diantara warga negaranya. Sedangkan konstitusi terpisah merupakan konstitusi yang dirumuskan oleh satu kelompok pelaku untuk menciptakan pelaku kelompok yang akan mengenakan batasan dan tuntutan pada kelompok pelaku berbeda. Ahli waris dan sasaran adalah orang-orang yang berbeda. Contohnya konstitusi sebuah sekolah. Konstitusi dotetapkan oleh kepala sekolah, guru, administrator, dan orang tua sedangkan yang melaksanakannya siswa. 3. Konstitusi gabungan dan teori kontak sosial Teori kontak sosial menurut john Lockie (1965[1960]) individu yang rasional, masing-masing memiliki hak-hak alamiah, akan berpartisipasi dalam kontrak sosial bersama untuk menyerahkan hak-hak tersebut pada sebuah wewenang pusat. Pengkajian kepentingan pelaku sebagai sasaran dan ahli waris serta penilaian kepentingan yang saling berlawanan dapat dilakukan dengan pelaku rasional yang mementingkan diri sendiri dan ada dibalik, kedok ketidak tahuan tentang masa depan mereka sehingga saling mengisi kekosongan dan kekurangan mereka. Namun derivasi situasi yang menghasilkan konstitusi dari situasi yang menghasilkan norma menunjukkan bahwa para pelaku rasional tidak tepat sama sekali untuk memikirkan konstitusi untuk pelaku kelompok baik sebuah negara ataupun organisasi. Contohnya ketika ada 3 orang kita sebut A,B dan C ingin membuat asosiasi usaha Z dan masing-masing berkontribusi materi 9000. Jika semua berkontribusi 9000 semua akan tertutupi. Dan jika ada salah satu atau kedua anggota lain tidak berkontribusi akan mengalami kerugian. 4. Paradoks Sen Kajian paradoks Sen ini dan posisi berbagai ahli filsafat politik pada dimensi tindakan yang ditempatinya mengindikasikan pentingnya distribusi hak pada perumusan konstitusi. Kajian tersebut juga mengindikasikan posisi sentral eksternalitas baik kerugian maupun keuntungan eksternal. Keberadaan

eksternalitas hanya membedakan filsafat yang ada individualisme di dalamnya, dari filsafat yang ada individualisme dalam evaluasi konsekuensi di dalamnya. Contohnya misal ada dua orang yang berselisih faham mengenai membaca buku yang sama. Jika A membaca buku B akan membaca buku, jika A membaca buku B tidak, jika B membaca buku A tidak, jika A tidak membaca buku B juga tidak. Dari ilustrasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa si A berhak memilih apa yang menurutnya paling baik. Dan begitupila dengan si B. 5. Tindakan Kelompok untuk Mencegah Kejahatan Publik dan Mendorong Kebaikan Publik Kajian pertanyaan konstitusional secara lengkap yang diajukan individu rasional pada dirinya sendiri mengubah lembaga kelompok yang terbatas, yang dikuasakan hanya untuk mempertahankan aturan-aturan yang membatasi individu-individu dari hal yang merugikan satu sama lain, menjaga lembaga kelompok yang memiliki hak memaksa untuk mengambil sumber-sumber yang penting dari individu dari tujuan apapun yang dimuliki lembaga kelompok tersebut. Jenis lembaga tersebut bukan hanya memberikan hak untuk pertahanan umum tetapi lembaga tersebut adalah lembaga perilaku kelompok yang kuat, dengan kekuasaan memaksa anggota-anggotanya. Persoalannya kemudian menjadi bagaimana tujuan-tujuan lembaga kelompok dapat dibatasi untuk memenuhi kepentingan-kepentingan individual rasional sebagai ahli waris dan sasaran tindakan kelompok. Contohnya siskamling, dimana adanya ronda sesuai dengan kesadaran masyarakat atas keamanan kampungnya. Yang diatur secara bergiliran agar terjadi sebuah kontrol. 6. Teori Sosial Positif Sarana-sarana yang dianggap bermanfaat oleh para ahli filsafat moral dan politik untuk menetapkan kumpulan hak yang dipegang secara berkelompok dan yang dipegang secara individual memiliki kekurangan fundamental dari perspektif dari teori sosial positif. Kekurangan ini berasal dari peran sarana dalam mengubah perbandingan kegunaan interpersonal menjadi perbandingan intrapersonal. Setiap orang menghitung keuntungan dan kerugian

yang akan ia dapat sebagai salah satu pelaku yang dipengaruhi oleh eksternalitas tindakan. Oleh karena itu, perubahan dari pertimbangan normatif filsafat politik menjadi teori sosial positif memerlukan pemaksaan keluar dari ketidaktahuan, karena individu-individu yang berbeda mengharapkan kombinasi kepentingan yang berbeda sebagai ahli waris dan sasaran. Contohnya jika si A mempercayai bahwa rizqi tidak akan kemana, maka untuk mencapai rizqi itu diperlukan usaha untuk mencapainya, dan memperhitungkan kerugian dan keuntungan untuk mencapainya. 7. Bagaimana Jika Semua Individu Sama-Sama Tidak Menjadi Ahli Waris dan Sasaran Tindakan Kelompok Individu yang merasakan peran ahli waris tindakan kelompok sangat kuat terdiri atas kelompok yang relatif kecil yang mendirikan negara tersebut. Meskipun kontrak sosial diantara individu rasional dapat digambarkan sebagai konstitusi optimal, keberadaan heterogenitas diantara individu terkait dengan kekuasaan dan terkait dengan kombinasi kepentingan ahli waris dan sasaran hampir pasti menghasilkan banyak sekali hak yang dialihkan pada pelaku kelompok. Contohnya ketika pemilihan presiden berlangsung di negara demokrasi hal tersebut menggambarka kepercayaan yang tinggi terhadap para pendiri negara hampir tidak ada pertimbangan pada kepentingan individu para kandidat dan secara luas pertimbangan secara umum. 8. Perubahan dalam Konstitusi Terpisah : Sekolah Lanjutan di Amerika Perubahan konstitusional di sekolah lanjutan ini menunjukkan bagaimana perubahan kekuasaan relatif para pelaku yang berbeda berimplikasi kuat pada konstitusi terpisah. Contohnya perubahan konstitusi sekolah pasca Perang Punia II. Pertama, perubahan tingkat wewenang yang dilaksanakan oleh para orang tua atas anak-anaknya dan mengurangi masa penyerahan wewenang atas banyak aktifitas anak-anak mereka oleh orang tua. Wewenang atas konsumsi, hobi, pakaian dan aktivitas seksual. Kedua, perubahan menurunkan dasar konsensus diantara orang-orang yang hidup di daerah asal siswa-siswa sebuah sekolah. Basis yang mendasari konsensus lokal adalah komunitas

fungsional yang difokuskan di sekitar sebuah tempat. Ketiga, penggunaan litigasi yang semakin meningkat, yang dapat diprakarsai oleh pelaku tunggal, sebagai sarana untuk memecahkan perselisihan. Contoh tersebut adalah contoh yang menarik karena sekolah dijadikan kasus ekstrem pembentukan pelaku kelompok dengan konstitusi terpisah. Perubahan tersebut juga sangat menarik karena perubahan tersebut akhirnya menghasilkan dasar konstitusional gabungan untuk sekolah tersebut. 9. Konstitusi Optimal Jika norma-norma dipandang sebagai perintis jalan konstitusi, persoalan optimalitas tentang konstitusi dapat muncul sebagaimana persoalan optimalitas norma. Ide tentang konstitusi yang efisien atau optimal secara sosial hanyalah generalisasi konseptualisasi dari satu sampai banyak kelas tindakan di atas. Untuk masing-masing kelas persoalan yang sama dapat ditanyakan, yang menimbulkan pendistribusian hak atas kelas-kelas tindakan tersebut. Contoh dalam kasus konstitusi eksplisit tentang pelaku kelompok yang diorganisasi secara formal, apa yang menjadi norma-norma dalam sistem informal menjadi aturan atau undang-undang dalam lembaga kelompok formal. 10. Tiga Tingkat Optimalitas A. Optimalitas Individual Jika distribusi hak optimal secara individual, semua pelaku diuntungkan dengan distribusi hak tersebut atau setidaknya diuntungkan sebagaimana ia diuntungkan dengan distribusi hak lainnya. Contohnya jika kepala desa bekerja dengan baik. B. Optimalitas Praktis Jika kriteria optimalitas individual tidak terpenuhi, beberapa pelaku merasa diuntungkan jika hak didistribusikan kepada lembaga kelompok, dan beberapa merasa diuntungkan jika hak tersebut didistribusikan kepada individu-individu, meskipun kepentingan-kepentingan yang mendukung kedua distibusi hak tersebut dimiliki pelaku yang sama. Contohnya jika seorang koruptor tertangkap dan dipenjara, rakyat diuntungkan. C. Optimalitas yang Ditentukan

Jika beberapa pelaku adalah ahli waris tindakan kelompok dan pelaku lain adalah sasaran, maka kepentingan pelaku-pelaku yang berbeda bertentangan, dan semua konflik terjadi di antara pelaku. Dilingkungan ini distribusi hak optimal adalah distribusi yang mendukung kelompok kepentingan yang lebih kuat, yaitu kelompok kepentingan para pelaku yang memiliki sumber-sumber bernilai terbesar. Contohnya jika si A dan B menyalonkan kepala desa dan pada akhirnya si B yang terpilih, si A harus mengikuti aturan dari si B sebagai anggota yang kalah bersaing. 11. Efisiensi Ekonomi Kriteria optimalitas konstitusi didasarkan pada struktur konseptual yang sama seperti kriteria efisiensi ekonomi. Kriteria ini tidak ditafsirkan secara terbatas dalam istilah efisiensi, kemungkinan dapat mengambil bentuk berbeda. Kriteria tersebut tidak melibatkan efisiensi ekonomi dalam pengertian distribusi hak efisien yang bernilai uang. Kriteria ini tidak selalu sesuai karena beberapa sumber nilai yang tidak dipasarkan, tidak biasa ditukar denga uang, dan tidak bisa dihargai dengan istilah moneter. Contohnya ketika perang militer berlangsung satu-satunya cara efektif untuk melawan sarana penggali informasi dengan memasukan racun. 12. Bagaimana Konstitusi Optimal Dicapai Jika distribusi hak untuk satu kelas tindakan memenuhi kriteria tingkat optimal tertinggi, optimalitas individual, maka pada dasarnya bagian konstitusi tersebut dapat ditulis oleh beberapa pelaku tunggal yang diambil secara acak dari para pelaku yang membentuk kolektivitas tersebut. Jika distribusi hak untuk semua kelas tindakan memenuhi optimalitas individual, setiap pelaku akan memasukkan semua kepentingan dalam kolektivitas tersebut, dan seluruh konstitusi untuk kolektifitas dapat ditulis dengan beberapa pelaku yang akan menghasilkan konstitusi dengan distribusi hak optimal. Konstitusi optimal mungkin mengandung pembatasan hak yang luas, karena pelaku yang berbeda memiliki sumber yang berbeda yang tidak dapat dicabut. Contoh jika seseorang melakukan transmigrasi dan properti

pribadinya dihapus, tetapi dia memiliki keterampilan dan pengalaman yang beragam sehingga memudahkan pelaku berkembang untuk meraup

keuntungan dari penggunaan keterampilan dan pengalaman tersebut. 13. Kepentingan Para Anggota dalam Mengontrol Agen-Agen Sebuah Lembaga Kelompok Ada tiga prinsip untuk mengontrol agen sebuah lembaga kelompok A. Menggunakan kriteria produktivitas maksimum dan kriteria distribusi tetap menerapkan kriteria produktivitas. B. Kebijakan yang adil adalah kebijakan yang paling menguntungkan orang yang setidaknya diuntingkan C. Prinsip pilihan demokratis melalui aturan mayoritas Tiga prinsip ini merupakan tiga kemungkinan dasar untuk mengarahkan tindakan kelompok. Sebagaimana yang diindikasikan

perbedaan diantara prinsip-prinsip ini, konflik individu yang sama-sama menciptakan pelakku kelompok menghasilkan prinsip yang sangat berbeda untuk mengarahkan tindakannya. 14. Mempertahankan Kontrol Efektif Agen Pelaku Kelompok: Modal Sosial Internal dan Eksternal Setelah pelaku kelompok dibentuk oleh individu-individu yang memiliki kepentingan yang sama dan menunjukan pegawai sebagai agennya, para anggota pelaku kelompok sering tidak mampu mengontrol agen tersebut. Dengan demikian sumber perlingdungan penting yang terus menerus untuk mengontrol anggota atas organisasinya terletak pada modal sosial yang diberikan oleh organisasi sosial yang didirikan dalam pekerjaan mereka. Modal sosial intern muncul dari dalam anggota organisasi yang pada akhirnya membentuk suatu kekuatan dalam organisasi yang mewadahinya. Sedangkan modal sosial secara eksternal dicontohkan dengan partai oposisi yang terorganisir memperkenalkan anggotanya dengan alternatif yang dapat mengatasi monopoli, yang anggota kelompoknya tidak tampil secara terampil. Tetapi organisasi lain, yang muncul berdasarkan pemberian kebaikan pribadi kepada para anggota , dapat menghasilkan modal sosial

untuk mengatasi masalah pendompleng. Dengan demikian modal sosial eksternal bersumber dari sumber lain dari sumber kelompok dan anggotanya. 15. Strategi Konstitusional untuk Pengendalian Agen oleh Anggota A. Menetapkan kepentingan agen pada posisi oposisi Salah satu sarana bagi agen pengontrol yang telah diusulkan dalam teori politik dan digunakan dalam praktek adalah menggunakan kekuasaan yang berasal dari organisasi pemerintah untuk mengontrol kekuasaan pemerintah. B. Aturan-aturan keputusan yang membatasi kekuasaan Alat konstitusional lain untuk mengontrol agen adalah penggunaan aturan keputusan yang membatassi kekuasaan pelaku kelompok tersebut dalam bertindak. Batasan semacam itu yang paling ekstrim adalah ketentuan konstitusional bahwa lembaga kelompok dapat bertindak hanya di bawah persetujuan anggota dengan suara bulat. C. Ketundukan konstitusional pada kekuasaan yang lebih tinggi Salah satu perisai perlindungan terhadap negara tersebut yang terbukti penting adalah pengakuan konstitusional serangkaian prinsip yang mengesampingkan hukum biasa. D. Jangkauan hukum dan banyak anggota Jangkauan yuridiksi ditetapkan berdasarkan jangkauan

eksternalitas dan jumlah tindakan yang dicakup oleh yuridiksi ditetapkan berdasarkan jangkauan eksternalitas kebetulan dari tindakan yang berbeda, dan juga penyebaran di antara tindakan yang berbeda. Jelas bahwa dalam beberapa sistem sosial ada tingkatan saling ketergantungan sosial ekonomi yang tinggi, jumlah yuridiksinya sangat banyak sehingga tumpang tindih. 16. Siapakah Pelaku Dasar ? Pelaku dasar dalam banyak kasus adalah pelaku orang. Dalam kasus lain pelaku dasar adalah pelaku kelompok itu sendiri contohnya negaranegara yang mengikuti organisasi PBB. Namun ada kasus yang lebih kompleks yaitu pelaku menengah, yang berfungsi secara independen berkenaan dengan tindakan kelompok atau struktur sosial yang ada di atas

pelaku kelompok. Banyak pelaku menengah yang ditunjukan oleh fakta bahwa konstitusi mereka ditetapkan bagaimana mereka sendiri dikontrol oleh para anggotanya. Adapun contohnya jika pemilihan rektor dilakukan oleh perwakilan mahasiswa, dosen, pejabat, dan masyarakat. Dan peraturan ini ditetapkan bukan oleh perseorangan melainkan oleh hukum. 17. Hubungan dengan Isu Kontemporer yang Terjadi Jika melihat dari permasalahan yang dibahas diatas keterkaitan antara materi yang dibahas dengan isu kontemporer masa kini adalah miskinnya pemahaman dan implementasi bangsa terhadap makna dari UUD 1945. Ditandai dengan banyaknya kerusehan, tawuran, pembunuhan, dan penyimpangan lain yang bertolak belakang dengan landasan atau konstitusi negara kita. Hal lain adalah ketika anggota dewan yang terhormat berkonstitusi sebagai partai politik koalisi pemerintahan dan oposisi tidak berjalan dengan baik dimana ada parpol yang berada di kelompok koalisi mengambil kebijakan yang bertolak belakang dengan partai koalisi atau pemerintah.

You might also like