You are on page 1of 11

BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN RASIONALISME Dalam proses mengetahui, pada subjek timbul sesuatu yang mewakili objek.

Atas dasar apakah sesuatu itu timbul? Inilah masalah dasar atau sumber pengetahuan. Dua jawaban yang utama dikemukakan untuk pertanyaan, yaitu jawaban oleh aliran rasionalisme dan oleh empirisme. Rasionalisme merupakan aliran yang mengakui bahwa

pengetahuan itu pada hakikatnya berdasar pada akal (rasio). Akal merupakan kesanggupan untuk berpikir. Menurut rasionalisme, sesuatu yang mewakili objek adalah pikiran. Tanpa pikiran, tentu saja tidak ada yang dipikirkan, tidak ada yang diketahui, dan tidak ada pengetahuan. Rasionalisme menolak pengetahuan yang hanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman. Rasionalisme merupakan pengetahuan yang semu. Pengetahuan dapat menimbulkan kekhilafan atau pembiasan sebuah pengamatan.
Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama. Rasionalisme mempunyai kemiripan dari segi ideologi dan tujuan dengan humanisme dan atheisme, dalam hal bahwa mereka bertujuan untuk menyediakan sebuah wahana bagi diskursus sosial dan filsafat di luar kepercayaan keagamaan atau takhayul. Meskipun begitu, ada perbedaan dengan kedua bentuk tersebut:

Humanisme dipusatkan pada masyarakat manusia dan keberhasilannya. Rasionalisme tidak mengklaim bahwa manusia lebih penting daripada hewan atau elemen alamiah lainnya. Ada rasionalis-rasionalis yang dengan tegas menentang filosofi humanisme yang antroposentrik.

Atheisme adalah suatu keadaan tanpa kepercayaan akan adanya Tuhan atau dewa-dewa; rasionalisme tidak menyatakan pernyataan apapun mengenai

adanya dewa-dewi meski ia menolak kepercayaan apapun yang hanya berdasarkan iman. Meski ada pengaruh atheisme yang kuat dalam rasionalisme modern, tidak seluruh rasionalis adalah atheis.

Pada pertengahan abad ke-20, ada tradisi kuat rasionalisme yang terencana, yang dipengaruhi secara besar oleh para pemikir bebas dan kaum intelektual. Rasionalisme modern hanya mempunyai sedikit kesamaan dengan rasionalisme kontinental yang diterangkan Ren Descartes. Perbedaan paling jelas terlihat pada ketergantungan rasionalisme modern terhadap sains yang mengandalkan percobaan dan pengamatan, suatu hal yang ditentang rasionalisme kontinental sama sekali.

Secara menyeluruh, pengertian Rasionalisme adalah pendekatan filosofis yang menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului, tunggal dan bebas (terlepas) dari pengamatan indrawi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa rasionalisme mempercayai bahwa akal (rasio) dapat mencapai kebenaran tanpa bantuan indrawi. Penganut paham rasionalis juga

mempercayai bahwa rasa (sense) tidak dapat memberikan ataupun membawa kita kepada kebenaran yang universal. Rasionalisme adalah mashab filsafat ilmu yang berpandangan bahwa rasio adalah sumber dari segala pengetahuan. Dengan demikian, kriteria kebenaran berbasis pada intelektualitas. Strategi pengembangan ilmu model rasionalisme, dengan demikian, adalah mengeksplorasi gagasan dengan kemampuan intelektual manusia.

B. TOKOH-TOKOH RASIONALISME
Tokoh-tokohnya adalah Decartes, Spinoza, Leibniz dan Rene Descartes. Faham atau aliran atau ajaran yang berdasarkan rasio, ide-ide yang masuk akal saja. Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki. Dengan akal ini sumber pengetahuan dapat di katakana memiliki syarat sebagai pengetahuan yang ilmiah. Sedangkan pengalaman hanya dapat dipaksa untuk mengukuhkan kebenaran pengetahuan yang telah diperoleh dari akal itu sendiri.

Tiga tokoh rasionalisme yang utama adalah Rene Descartes, Leibnitz, dan Wolf. Descartes adalah seorang Perancis yang mendapat ajaran tradisional pada biara katolik. Ia dikenal atau dianggap banyak ahli sebagai bapak filsafat modern yang

berupaya

memutuskan

filsafat

lama

dan

filsafat

baru.

Craig

(2005)

mengemukakan bahwa Descartes menolak filsafat Aristotelian yang dianggap eksponen utama filsafat lama yang meyakini dan mengajarkan otoritas tradisi dan penginderaan. Descartes membangun sistem filsafati yang melibatkan metode penelitian metafisika, fisika, dan biologi mekanistik, serta memperhitungkan psikologi manusia terarah pada etika. Sesudah lulus dari sekolahnya, ia merasa bahwa pengetahuan yang didapatnya tidak cukup kokoh. Ia membakar bukubukunya dan mulai menyusun suatu pengetahuan, filsafat baru. Menurutnya, jika akan memulainya harus ada pangkalnya-titik Archimedes. Ia berhasil menemukan titik pangkal yang tidak diragukannya. Ia tidak meragukan lagi bahwa ia sedang ragu-ragu. Lalu, ia merumuskan pangkal filsafatnya, yaitu Aku berpikir, jadi Aku ada (cogito ergo sum). Jadi, akal (berpikir) menjadi pangkal filsafatnya. Oleh karena itu, aliran ini disebut sebagai aliran rasionelisme. Leibnitz, seorang Jerman yang pada usia 17 tahun telah menjadi sarjana. Ia menjadi duta, tetapi tidak meninggalkan ilmu pasti dan filsafatnya. Teorinya menyatakan, bahwa segala sesuatu itu terjadi dari monade, tidak ada hubungannya dengan luar dan tidak mempunyai hubungan apapun. Pengetahuan tidak berpangkal di luar diri kita, tetapi berpangkal pada diri kita sendiri, yaitu akal. Ia mengemukakan Doctrine of innate idea (innate = dibawa sejak lahir). Gagassan-gagasan inilah yang membawa kita pada pengetahuan. Pikiran diperoleh dari diri kita sendiri, dibawa sejak lahir. Misalnya, bujur sangkar tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat dipikirkan. Jadi, bujur sangkar ada pada diri kita, dari gagasan kita. Wolf, seorang Jerman yang merupakan eksponen dari rasionalisme. Ia seorang guru besar yang menyebarkan filsafat yang berkembang pada masa itu, sifatnya
Para 1. tokoh Rene Rasionalis yang Descartes terkemuka (1596 diantaranya : -1650)

Ren Descartes (1596-1650 M), atau dikenal juga sebagai Cartesius, merupakan seorang filsuf dan pakar matematika Perancis. Karyanya yang terpenting ialah Discours de la mthode (1637).

Descartes, kadang dipanggil "Penemu Filsafat Modern" dan "Bapak Matematika Modern", adalah salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam sejarah barat modern. Dia menginspirasi generasi filsuf kontemporer dan setelahnya, membawa mereka untuk membentuk apa yang sekarang kita kenal sebagai rasionalisme kontinental, sebuah posisi filosofikal pada Eropa abad ke17 dan 18.

Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendapatnya yang revolusioner bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berpikir. Dalam bahasa Latin kalimat ini adalah: cogito ergo sum sedangkan dalam bahasa Perancis adalah: Je pense donc je suis. Keduanya artinya adalah: "Aku berpikir maka aku ada". (Ing: I think, therefore I am) Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Descartes adalah pelopor kaum rasionalis, yaitu mereka yang percaya bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran

Rene Descartes (1596 1650) dianggap sebagai pendiri filsafat modern dan Bapak rasionalisme. Menurut Descartes, pengetahuan indrawi bersifat kabur dan samar serta tidak memberikan gambaran dan hakekat tentang dunia diluar. Karena itu (menurut Descartes) kita harus meragukan pengamatan indrawi kita.

Teori falsafi cogito (Cogito Ergo Sum) Descartes mempunyai dua makna penting; yaitu: Pertama; dia meletakkan pusat sistem filsafatnya pada persoalan epistimologi yang paling fundamental. Yaitu apakah asal mula pengetahuan manusia itu?. Kedua; Descartes menganjurkan, kita harus bergerak/memulai dengan keraguan, bukan dengan kepercayaan. (ini merupakan kebalikan sepenuhnya dari sikap St. Agustinus, dan umumnya teolog abad pertengahan yang lebih mendahulukan kepercayaan).

Pada tahun 1637, Descartes menerbitkan bukunya yang termasyhur yang berjudul Discourse on the Method for Properly Guiding the Reason and Finding Truth in the Sciences yang bisaanya disingkat dengan Discourse on the Method. Buku ini aslinya ditulis dalam bahasa Prancis dengan judul Discours

de la Methode (uraian tentang metode) dan sengaja ditulis dalam bahasa Prancis (bukan dalam bahasa Latin) dengan tujuan agar semua kalangan intelegensia dapat membacanya walaupun mereka tidak mendapatkan pendidikan skolastik.

2.

B.

De

Spinoza

(1632

-1677

M)

Tokoh rasionalisme selain Descartes adalah Baruch Spinoza (1632 1677). Bagi Spinoza, tidak ada hal yang tidak dapat ditembus oleh rasio (akal) manusia, karena ia (akal) mencakup segalanya. Kehendak manusia adalah sama dengan pikirannya. Karena inilah rasionalisme Spinoza dianggap lebih luas dan lebih konsekuan dari Descartes.

3. 4. 5. 6.

Nicholas

Malerbranche G.W.Leibniz

(1638

-1775) (1946-1716)

Christian Blaise Pascal

Wolff (1623

(1679 -1662

-1754) M)

Para 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

tokoh

Rasionalis

yang

lainnya

Anaxagoras Isaac Sanal Benjamin Sigmund Paul Robert David Julian Robert Immanuel John Jim H. P. G. A. Asimov Edamaruku Franklin Freud Kurtz Heinlein Hume Huxley Ingersoll Kant Locke Herrick Lovecraft

15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. Voltaire Elizabeth

Thomas

Paine Plato

Karl Taslima Ayn Gene Bertrand Abraham Joseph Barbara Cady

Popper Nasrin Rand Roddenberry Russell Kovoor Edamaruku Smoker Stanton

C. KEMUNCULAN CABANG PAHAM RASIONALISME


Dunia rasionalis adalah kenyataan yang begitu kering dan mekanik, sebuah kenyataan yang tak kuasa menganugrahkan kesejukan pada jiwa dan eksistensi manusia. Rasionalisme abad pencerahan merupakan gerakan intelektual yang digagas untuk menghadapi kebekuan iman gerejawi, kekuasaan tradisi katolik, sakralitas khurafat, serta berupaya untuk memperluas otoritas akal di seluruh matra kehidupan manusia. Kemudian muncullah cabang paham Rasionalisme di masa pencerahan 1. (Renaissance). Rasionalisme Diantaranya yaitu : Teologis

Konflik primordial antara agama dan sains telah menelurkan sekian persoalan baru pada ranah teologi dan filsafat agama, khususnya pada dataran epistemologi agama. Pertanyaan seperti apakah hakekat agama itu hanya dapat diimani ataukah dapat dibuktikan secara rasional, menyisakan beragam jawaban yang berbeda. Sedikitnya ada dua pilihan jawaban dari pertanyaan di atas. Pertama, jawaban para penganut Fideisme. Menurut mereka hakekat agama hanya dapat dipahami melalui iman. Artinya rasio manusia tidak akan mampu untuk menjelaskan apalagi membuktikan hakekat agama. Karena itu kontadiksi yang terjadi antara rasio dan agama harus disikapi secara imani. Sedang yang kedua adalah jawaban Evidensialisme. Mereka menganggap

kebenaran hakekat agama harus memiliki dalil dan dapat dibuktikan kebenarannya. Evidensialisme sendiri terbagi dalam dua klan pemikiran: 1) 2) Ultra-Rasionalisme, Rasionalisme dan Kritikal.

Para pendukung Ultra-Rasionalisme percaya bahwa seluruh hakekat agama dapat dijelaskan dan dibuktikan secara rasional oleh akal manusia. Sedang bagi pemikir Rasionalisme Kritikal meyakini bahwa kebenaran religi tidak dapat dibuktikan secara rasional. Akan tetapi rasio manusia mampu menjamin kebenarannya 2. melalui Rasionalisme kritik akli. Falsafi

Para filosof rasionalis meyakini bahwa pengatahuan manusia didapat secara fitri oleh akal manusia. Akan tetapi para pendukung Empirisisme menolak pandangan semacam itu, bagi mereka pengetahuan manusia bukan didapat lewat rasio namun diperoleh melalui pengalaman indrawi. Kendati demikian ada juga yang memilih jalan tengah dengan memadukan kedua pendapat di atas. Aristoteles dan mayoritas filosof muslim lebih memilih alternatif yang ketiga ini. Menurut mereka sebagian dari pengetahuan manusia diperoleh melalui pengalaman empiris, sedang sebagian yang lain didapati melalui proses kognitif akal manusia.

Kendati demikian, suatu pemahaman rasionalis bukan berarti akan menafikan begitu saja peran empiris dalam lingkup epistemik manusia. Tidak mencukupinya metode Empirisisme dalam menafsirkan hakekat realitas merupakan alasan utama para ilmuan rasionalis untuk menempatkan posisi akal secara sentral. Konsep-konsep matematika, moral dan estetika merupakan ragam pengetahuan yang tidak memiliki wujud objektif dan tidak bisa diraba oleh indra namun memiliki peran vital dalam mengelola hakekat pengetahuan. Karena itu menurut mereka lokus konsep pengatahuan semacam ini hanya dapat ditemui pada akal manusia.

Dipandang dari segi cakupan keabsahan kaidah dan konsep akli terhadap fragmentasi dual subjek-objek. Paham Rasionalisme ini dapat dipilah menjadi dua 1) Rasionalisme ragam Realistik, pemikiran: dan

2)

Rasionalisme

Idealistik.

Dalam anggapan Rasionalisme Realistik, P;ato mengemukakan bahwa validitas konsep dan kaidah rasio bukan hanya sah pada dataran subjektif tapi juga mencakup area objektif pengetahuan. Artinya kewujudan aturan nalar dan gambaran epistemik yang kita miliki bukan hanya berada pada wilayah subjek tetapi juga memiliki kenyataan pada realitas objektif.

Sebaliknya, Kant dengan paradigma Rasionalisme Idealistik berpendapat bahwa keberadaan konsep dan kaidah akal hanyalah terbatas pada matra subjektif, karenanya hal semacam itu tidak memiliki keabsahan dalam realitas objektif. Peran dualisme-- nomen dan fenomen-- Kant dalam memandang realitas telah memaksa Kant untuk melontarkan perspektif idealistiknya tersebut.

Menurutnya apapun yang ditangkap oleh nalar kita tak lain hanyalah fenomen atau wujud eksternal dari kenyataan. Sedang hakekat sejatinya (nomen) dari kenyataan 3. itu tidak akan pernah mampu dicerap oleh akal kita.

Rasionalisme

Intelektual

Era pencerahan ( Aufklarung) atau kebangkitan intelektualisme abad XVIII merupakan tahapan baru bagi sejarah pemikiran di Barat. Usaha untuk menandingi otoritas gereja dan penubuhan kekudusan sains merupakan indikator utama gerakan pencerahan abad ke-18. Rasionalisme aufklarung bukan sekedar aliran pemikiran yang hanya berkutat pada bingkai filsafat epistemik abad XVII. Namun telah menjadi pandangan dunia para ilmuan abad pencerahan Eropa.

Karenanya Rasionalisme tidak lagi berhadapan dengan Empirisisme, tapi berseberangan secara frontal dengan kuasa agama. Dengan kata lain, Empirisisme pada masa ini bukan lagi rival Rasionalisme, tapi ia justru menjadi aktor utama yang melebarkan sayap Rasionalisme di segenap ranah hayati manusia. Pengalaman empiris bagi mereka tak ubahnya bahan mentah yang nantinya akan diolah dan dikelola oleh akal menjadi gugusan epistemik. Sebab itu, dalam suasana semacam ini konflik klasik antara akal dan empiris tak lagi layak untuk dimunculkan kembali.

Di sisi lain, akibat kemunduran gereja dan ketidakmampuan para teolog Kristen dalam menyikapi dan menepis munculnya hegemoni sains di tengah masyarakat

Barat, semakin memantapkan peran intelektual di segala bidang. Pada ranah agama misalnya, puak-puak rasionalis menggulirkan teologi natural sebagai agama alternatif yang menggantikan posisi agama ilahi. Di bidang politik-sosial mereka melemparkan ide-ide sekularisme dan pemisahan radikal antara agama dan kekuasaan. Sedang pada lingkup etika mereka mulai merancang mazhab moral minus agama.

Dunia rasionalis adalah kenyataan yang begitu kering dan mekanik, sebuah kenyataan yang tak kuasa menganugrahkan kesejukan pada jiwa dan eksistensi manusia. Karenanya, jiwa-jiwa romantis berkeyakinan bahwa ada cara alternatif lain yang harus ditempuh untuk bersentuhan dengan realitas secara dinamis dan lebih manusiawi. Yaitu kembali pada pemahamam (verstehen) hakekat wujud manusia dan merogoh ulang batin kehidupan. Untuk itu, keberadaan seni, perasaan, hayat, agama dan sejenisnya kudu dipeluk dan ditubuhkan ulang. Alhasil, begitu saja mencomot istilah Rasionalisme memang bukanlah jalan yang aman dalam diskursus ilmiah, mengingat istilah tersebut telah sedemikian didaku ataupun dipangkas oleh berbagai pihak. Karenanya perlu ada upaya yang lebih hati-hati untuk menggunakan istilah Rasionalisme tadi. Di samping itu, keberadaan Rasionalisme sebagai matan realitas, tentu memiliki latar hermeneutik alias kamar tersendiri yang amat khas Barat. Dengan demikian, ketika kita hendak mengusung terminus tersebut ke ruang yang lain semisal pada bilik pemikiran Islam, niscaya akan menuntut beberapa penyesuaian dan upaya dekonstruktif atas istilah tersebut.

Sejak abad pencerahan, rasionalisme diasosiasikan dengan pengenalan metode matematika (Rasionalisme continental). Tokoh-tokoh rasionalisme diantaranya adalah Descartes, Leibniz dan Spinoza. Benih rasionalisme sebenarnya sudah ditanam sejak jaman Yunani kuno. Salah satu tokohnya, Socrates, mengajukan sebuah proposisi yang terkenal bahwa sebelum manusia memahami dunia ia harus memahami dirinya sendiri. Kunci untuk memahami dirinya itu adalah kekuatan rasio. Para pemikir rasionalisme berpandangan bahwa tugas dari para filosof diantaranya adalah membuang pikiran irasional dengan rasional. Pandangan ini misalnya disokong oleh Descartes yang menyatakan bahwa pengetahuan sejati hanya didapat dengan menggunakan rasio. Tokoh lain, Baruch Spinoza secara lebih berani bahkan mengatakan : God exists only philosophically (Calhoun, 2002).

Sumbangan rasionalisme tampak nyata dalam membangun ilmu pengetahuan modern yang didasarkan pada kekuatan pikiran atau rasio manusia. Hasil-hasil teknologi era industri dan era informasi tidak dapat dilepaskan dari andil rasionalisme untuk mendorong manusia menggunakan akal pikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan manusia. D. POKOK AJARAN RASIONALISME
Disamping mengkritik pendidikan pada masa itu yang masih didominasi oleh Scholasticism, Descartes juga memperkenalkan metode baru, yang menurutnya, harus menjadi dasar bagi seluruh pendidikan dan riset sains serta filsafat. Metode itu ialah :

a. Tidak menerima sesuatu sebagai kebenaran, jika tidak dapat dijelaskan secara rasional. b. Menganalisa ide-ide yang kompleks dengan menyederhanakannya dalam elemen yang konstitutif, dimana rasio dapat memahaminya secara intuitif. c. Me-rekonstruksi, dimulai dari ide yang simple dan bekerja secara sintetis kebagian yang kompleks.

d. Membuat sebuah enumerasi yang akurat dan lengkap dari data permasalahan, dengan menggunakan langkah-langkah, baik yang deduktif maupun yang induktif.

Menurut Lorens Bagus, ada beberapa pokok ajaran dari Rasionalisme, yaitu: - Dengan proses pemikiran abstrak kita dapat mencapai kebenaran fundamental, yang tidak dapat disangkal tentang apa yang ada dan juga tentang alam semesta pada umumnya.

- Realitas dapat diketahui tanpa tergantung pada pengamatan, pengalaman ataupun empirisme.

- Pikiran mampu mendahului pengalaman tentang mengetahui realitas. - Akal budi (rasio) adalah sumber utama pengetahuan dan Ilmu pengetahuan pada dasarnya bisa dipahami secara rasional.

- Kebenaran tidak diuji dengan prosedur verifikasi-indrawi, tetapi dengan kriteria konsistensi logis.

- Metode rasional (deduktif, logis, matematis, inferensial) dapat diterapkan pada materi apapun dan dapat memberi kita penjelasan yang memadai.

Kepastian

mutlak

dapat

dicapai

dengan

pikiran

murni.

- Hanya kebenaran-kebenaran yang timbul dari akal budi (rasio) saja yang bisa dikatakan benar, pasti dan nyata. Sedangkan yang lainnya adalah keliru. - Alam semesta (realitas) mengikuti hukum-hukum dan rasionalitas logika. - Segala sesuatu dari alam semesta dapat dideduksi dari prinsip-prinsip atau hukum-hukum logika.

Tiga masalah dasar pengetahuan Seluruh masalah epistemologi berkisar disekitar kemungkinan manusia mencapai pengetahuan yang benar. Tiga masalah yang dapat dirumuskan dalam hal ini,ialah berupa pertanyaan,menyangkut apakah dasar atau sumber pengetahuan kita?,adakah kemungkinan manusia mencapai pengetahuan mutlak?, dan adakah kemungkinan manusia mengetahui objek di luar dirinya?. Pertanyaan-pertanyaan itu akan dipersoalkan dalam dasar pengetahuan, batas pengetahuan, dan objek pengetahuan. Dasar pengetahuan

rasional. Kesimpulannya, kaum rasionalis yakin, bahwa kita dapat memperoleh pengetahuan atas dasar rasio, terlepas dari pengalaman. Apa yang dikatakan berdasarkan rasio, itulah yang benar. Pengetahuan kita senantiasa berdasarkan innate ideas yang berpangkal pada rasio kita.

You might also like