You are on page 1of 24

DEMAM TYPHOID

DEFINISI
Demam typhoid yaitu suatu penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut, yang dikarenakan oleh bakteri Salmonella typhi, yang menyerang saluran cerna ditandai dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan cerna dan gangguan kesadaran. Penyakit ini merupakan penyakit endemis di indonesia

EPIDEMIOLOGI
Angka kematian demam tifoid di beberapa daerah adalah 2-5% pasien menjadi karier asimtomatik, sehingga merupakan sumber infeksi baru bagi masyarakat sekitarnya. Demam tifoid di Indonesia terjadi karena banyak faktor, antara lain urbanisasi, sanitasi yang buruk, karier yang tidak terdeteksi, dan keterlambatan diagnosis. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosis penyakit demam tifoid antara lain disebabkan oleh masa tunas penyakit yang dapat berlangsung 10-14 hari (bahkan dapat lebih panjang sampai 30 hari)

ETIOLOGI
Salmonella typhi - bakteri gram negatif - flagel - tidak berkapsul - tidak membentuk spora - antigen : - O , H , Vi

Patogenesis
Salmonella typi masuk saluran cerna: 1.Sebagian dimusnahkan asam lambung peningkatan as.lambung mual/muntah intake kurang gangguan nutrisi 2.Sebagian masuk ke usus halus di ileum terminalis mencapai folikel limfoid usus halus (plaque peyeri): - Sebagian hidup dan menetap pendarahan perforasi PERITONITIS nyeri tekan gangguan rasa nyaman.

- Sebagian menembus lamina propria masuk aliran limfe aliran darah bersarang di hati dan limfa HEPATOMEGALI dan SPLENOMEGALI nyeri tekan Masa tunas : 10 14 hari

Gejala Klinik
Minggu pertama - Febris incrementi - Demam selama 7-14 hari (dapat berlangsung 321 hari) dengan suhu 38,8-40,5 C - demam dirasakan pada saat malam hari - gejala saluran cerna : nyeri abdomen yg difuse, nyeri tekan abdomen yang difuse - anoreksia / nafas odor - nyeri kepala / pusing - mual/muntah

Minggu kedua - Febris continua - Bradikardi relatif - Lidah kotor (thypoid tongue) ; kotor di tengah dan tepi ujung hiperemis - Meteorismus Roseola : nodul kecil, makulopapuloeritematosa, uk diameter 23 cm, warna merah pucat, hilang pada penekanan, jumlah < 20 buah, terutama pada fleksor lengan atas, dada, perut.

- Hepatomegali - Splenomegali - Gangguan kesadaran Minggu ketiga - Febris decrementi - Demam berangsur turun - Stadium penyembuhan - Masih terjadi penurunan badan

berat

Diagnosis
Anamnesis
Demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu demam menetap (kontinyu) atau remiten pada minggu kedua. Demam terutama sore / malam hari, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare.

Pemeriksaan fisik
febris, kesadaran berkabut, bradikardia relatif (peningkatan suhu 1oC tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8x/menit), lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah, serta tremor), hepatomegali,splenomegali, nyeri abdomen, roseolae (jarang pada orang Indonesia)

Laboratorium - Leukopenia, anesonofilia - Kultur empedu (+) : darah pada minggu I ( pada minggu II mungkin sudah negatif); tinja minggu II, air kemih minggu III - Reaksi widal (+) : titer > 1/200. Biasanya baru positif pada minggu II, pada stadium rekonvalescen titer makin meninggi - identifikasi antigen : Elisa, PCR. IgM S typphi dengan Tubex

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah tepi Pemeriksaan sumsum tulang Pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman Uji serologis

Pemeriksaan darah tepi Anemia, jumlah lekosit bisa normal, menurun atau meningkat, trombositopenia, hitung jenis biasanya normal atau sedikit bergeser ke kiri, anesinofilia, limfositosis relatif, terutama pada fase lanjut. Pemeriksaan sumsum tulang Terdapat gambaran sumsum tulang berupa hiperaktif RES dengan adanya sel makrofag, sedangkan sistem eritropoesis, granulopoesis dan trombopoesis berkurang.

Pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman Diagnosa pasti demam tifoid dapat ditegakan bila ditemukan kuman S.typi dalam biakan darah, urin, feses, sumsum tulang, dan cairan duodenum. Bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada awal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya pada urine dan feses. Hasil biakan yang (+) memastikan demam tifoid, akan tetapi hasil (-) tidak menyingkirkan demam tifoid, karena hasilnya tergantung dari beberapa faktor.

Uji serologis Dengan mendeteksi antibodi spesifik terhadap komponen antigen S.typi dengan antigen itu sendiri. Beberapa uji serologis yang digunakan pada penyakit demam tifoid yaitu: - Uji widal - tes TUBEX - metode enzyme immunoassay (EIA) -metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) - Pemeriksaan dipstik

Tes Thypidot dan Thypidot-M. Dari hasil penelitian, tes Thypidot dan Thypidot-M memang lebih unggul dibandingkan tes Widal, akan tetapi biayanya mencapai 4 kali biaya tes Widal. Di samping itu, tes Thypidot dan Thypidot-M tidak bisa menggantikan kultur dalam biakan empedu (gall culture) sebagai standar baku mendiagnosis demam tifoid. Meskipun demikian, jika secara klinis pasien diduga tifoid sementara hasil kultur negatif atau tidak bisa melakukan kultur darah, Thypidot-M ini bisa digunakan.

Komplikasi
Komplikasi intestinal - Perdarahan usus - Perforasi usus - Ileus paralitik Komplikasi ekstraintetstinal - Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer (renjatan/sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis. Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia dan atau koagulasi intravaskular diseminata dan sindrom uremia hemoltilik.

Komplikasi paru: pneumonia, empiema dan peluritis. - Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis - Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis. - Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis. - Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningitis, polineuritis perifer, sindrim Guillain-Barre, psikosis

PENCEGAHAN
mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang tidak air, menyiapkan buang air besar makanan sendiri, (di sembarangan

negara kita masih banyak keluarga yang tidak memiliki jamban sendiri), memasak makanan terlebih dahulu, bijak dalam menggunakan vaksin untuk tifoid. antibiotik.

Selain hal-hal di atas, saat ini sudah tersedia

Ada 2 macam vaksin, yaitu: 1. vaksin hidup yang diberikan secara oral (Ty21A) dan 2. Vaksin polisakarida Vi yang diberikan secara IM. Menurut FDA Amerika, efektivitas kedua vaksin ini bervariasi antara 50-80 %.

PENGOBATAN
1. Antibiotik Obat-obat pilihan pertama adalah kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin atau kotrimoksasol. Obat pilihan kedua adalah sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan ketiga adalah meropenem, azithromisin dan fluorokuinolon. Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari. Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian kloramfenikol , diberi ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari, atau amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, oral/intravena selama 21 hari, atau kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2 kali pemberian, oral, selama 14 hari. Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari. Pada kasus yang diduga mengalami MDR (Multi Drug Resistance), maka pilihan antibiotika adalah meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.

2. Antipiretik, untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang timbul akibat demam Untuk anak-anak, bisa digunakan Paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kg BB, setiap 4-6 jam. 3. Steroid, hanya untuk demam tifoid yang berat, yaitu ensefalopati tifoid. Biasanya diberikan di rumah sakit karena butuh pengawasan ketat. Dapat digunakan Deksametason dengan dosis awal 3 mg/kg BB diikuti dengan 1 mg/kg BB setiap 6 jam selama 48 jam.

Non Medis Tatalaksana Non-medikamentosa untuk demam tifoid: 1. Tirah baring (bed rest) 2. Asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi karena demam. 3. Makan makanan yang bergizi, rendah lemak dan lunak agar tidak memberatkan kerja usus 4. Jaga higiene dan kebersihan diri maupun orang yang merawat untuk menghindari penularan 5. Monitoring keadaan klinis dan waspadai tandatanda perburukan atau komplikasi

TERIMA KASIH

You might also like