You are on page 1of 21

Daftar Isi

BAB I .......................................................................................................................................... 2 Pendahuluan ......................................................................................................................... 2 1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................... 2 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4 BAB II ......................................................................................................................................... 5 Pembahasan Masalah ........................................................................................................... 5 2.1 Pengertian Hak Merek ................................................................................................. 5 2.2 Undang-Undang Merek ............................................................................................... 9 2.3 Jenis-Jenis Hak Merek................................................................................................ 10 2.4 Pelanggaran Hak Merek ............................................................................................ 10 2.5 Contoh Pelanggaran Hak Merek ................................................................................ 13 BAB III ...................................................................................................................................... 18 Penutup ............................................................................................................................... 18 3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 18 3.2 Saran .......................................................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 21

1|Page

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman suku bangsa dan budaya serta kekayaan di bidang seni dan sastra yang perkembangannya memerlukan perlindungan terhadap kekayaan intelektual yang lahir dari keanekaragaman tersebut. Di samping itu perkembangan di bidang perdagangan dan industri yang sedemikian pesatnya memerlukan peningkatan perlindungan terhadap teknologi yang digunakan dalam proses pembuatan, apabila kemudian produk tersebut beredar di pasar dengan menggunakan Merek tertentu, maka kebutuhan untuk melindungi produk yang dipasarkan dari berbagai tindakan melawan hukum pada akhirnya merupakan kebutuhan untuk melindungi Merek tersebut. Dalam hubungan ini hak-hak yang timbul dari hak milik intelektual khususnya hak atas Merek menjadi sangat penting bukan hanya dari segi perlindungan hukum, karena untuk mendirikan dan mengembangkan Merek produk barang atau jasa dilakukan dengan susah payah. Dibutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal untuk mempromosikan Merek agar dikenal dan memperoleh tempat di pasaran.

Merek adalah nama atau simbol yang diasosiasikan dengan produk/jasa dan menimbulkan arti psikologis/asosiasi. Berbeda dengan produk sebagai sesuatu yg dibuat di pabrik, Merek dipercaya menjadi motif pendorong konsumen memilih suatu produk, karena Merek bukan hanya apa yg tercetak di dalam produk (kemasannya), tetapi Merek termasuk apa yg ada di benak konsumen dan bagaimana konsumen mengasosiasikannya.

Merek sendiri dapat dibagi-bagi berbagai macam, yaitu antara lain, Merek dagang, Merek jasa, dan Merek kolektif. Merek merupakan kekayaan industri yang termasuk kekayaan intelektual.Secara konvensional, merek dapat berupa nama, kata, frasa, logo, lambang, desain, gambar, atau kombinasi dua atau lebih unsur tersebut.
2|Page

Di Indonesia, Hak Merek dilindungi melalui Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001. Jangka waktu perlindungan untuk Merek adalah sepuluh tahun dan berlaku surut sejak tanggal penerimaan permohonan Merek bersangkutan dan dapat

diperpanjang, selama merek tetap digunakan dalam perdagangan.

Namun, dewasa ini, di Indonesia pelanggaran terhadap hak merek telah mewabah kemana-mana. Walaupun telah ada Undang-Undang yang ditetapkan untuk mengatur pelanggaran hak merek tersebut, kita seringkali menyaksikan sendiri pelanggaran hak tersebut, terutama pelanggaran yang dilakukan terhadap merekmerek dagang terkenal. Kita seringkali menemukan banyak merek Apple tiruan, serta merek tas-tas terkenal tiruan (contoh: Louis Vuitton, Jimmy Choo, dll). Barang tiruan tersebut memiliki penampilan yang sama persis seperti barang aslinya, hanya saja dengan harga yang jauh lebih murah dan kualitasnya yang sangat berbeda dengan barang originalnya. Hal ini tentu saja sangat merugikan produsen dan pemilik merek original tersebut serta dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat di pasaran.

Ditambah lagi dengan ketidaktahuan masyarakat akan pentingnya Hak Merek tersebut. Masyarakat, terutama masyarakat UKM kurang menyadari pentingnya mendaftarkan Merek dagang produk mereka secara resmi sehingga produk masyarkat Indonesia yang beraneka ragam tersebut tidak dapat mudah dibajak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Disisi lain, banyak juga masyarakat Indonesia yang melanggar Hak Merek dan membajak dengan seenaknya tanpa mengerti konsekuensi perbuatannya dan hukum-hukum yang berlaku. Hal ini terjadi karena sangat kurangnya informasi tentang Merek dan Hak Merek baik dari pemerintah maupun lembaga-lembaga perlindungan Merek yang berwenang kepada masyarakat. Hal tersebut telah menimbulkan salah kaprah dalam pemikiran masyarakat.

Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas seputar tentang pelanggaran Hak Merek di Indonesia, kriteria pelanggarannya, Jenis-jenis Merek, serta peraturan perundang-undangan yang bersentuhan dengan Merek.

3|Page

1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah tersebut maka dapat diperoleh rumusan masalah berikut ini : 1. Apa dan bagaimanakah sistem Hak Merek yang berlaku di Indonesia? 2. Bagaimanakah kriteria dan sanksi terhadap pelanggaran Hak Merek yang berlaku di Indonesia? 3. Bagaimanakah prosedur penggunaan Hak Merek yang berlaku di Indonesia?

4|Page

BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

2.1 PENGERTIAN HAK MEREK Sebelum mengetahui definisi tentang Hak Merek, perlu kita mengetahui terlebih dahulu pengertian dari Merek.

Menurut Pasal 1 Butir 1 Undang-Undang No. 12 Tahun 2001, pengertian dari Merek adalah tanda yang berupa gambar nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembedaan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.

Sementara itu, di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, disebutkan bahwa pengertian dari Merek adalah tanda yang dikenakan oleh pengusaha (pabrik, produsen, dan lain sebagainya) pada barang-barang yang dihasilkan sebagai tanda pengenal, cap (tanda) yang menjadi pengenal untuk menyatakan nama dan sebagainya.

Selain pengertian Merek yang berasal dari Undang-Undang Merek dan Kamus Besar Bahasa Indonesia, terdapat beberapa pengertian lain lain dari Merek yang berasal dari para akademisi. Berikut pengertian Merek menurut beberapa akademisi : 1. H.M.N. Purwo Sutjipto: "Merek adalah suatu tanda, dengan mana suatu benda tertentu dipribadikan, sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis."

2. Prof. K. Soekardono: "Merek adalah sebuah tanda (Jawa: ciri atau tengger) dengan mana dipribadikan sebuah barang tertentu, di mana perlu juga dipribadikan asalnya barang atau menjamin kualitetnya barang dalam

5|Page

perbandingan dengan barang-barang sejenis yang dibuat atau diperdagangkan oleh orang-orang atau badan-badan perusahaan lain."

3. Mr. Tirtaamidjaya yang mensitir pendapat Prof. Vollmar: "Suatu merek pabrik atau merek perniagaan adalah suatu tanda yang dibubuhkan di atas barang atau di atas bungkusannya, gunanya membedakan barang itu dengan barang-barang yang sejenis lainnya."

4. Drs. Iur Soeryatin: "Suatu merek dipergunakan untuk membedakan barang yang bersangkutan dari barang sejenis lainnya oleh karena itu, barang yang bersangkutan dengan diberi merek tadi mempunyai: tanda asal, nama, jaminan terhadap mutunya."

5. Essel R. Dillavou, Sarjana Amerika Serikat, sebagaimana dikutip oleh Pratasius Daritan, merumuskan seraya memberi komentar bahwa: No complete, definition can be given/or a trade mark generally it is any sign, symbol mark, work or arrangement of words in the form of a label adopted and used by a manufacturer of distributor to designate his particular goods, and which no other person has the legal right to use it, Originally, the sign or trade mark, indicated origin, but to day it is used more as an advertising mechanism (Tidak ada definisi yang lengkap yang dapat diberikan untuk suatu merek dagang, secara umum adalah suatu lambang, simbol, tanda, perkataan atau susunan kata-kata di dalam bentuk suatu etiket yang dikutip dan dipakai oleh seseorang pengusaha atau distributor untuk menandakan barang-barang khususnya, dan tidak ada orang lain mempunyai hak sah untuk memakainya desain atau trade mark menunjukkan keaslian tetapi sekarang itu dipakai sebagai suatu mekanisme periklanan).

6. Poerwadaminta memberikan arti merek sebagai: 1. Cap (tanda) yang menyatakan nama dan sebagainya, misalnya : pisau ini tidak ada mereknya, merek took, merek obat nyamuk.

6|Page

2. Keunggulan, kegagalan, kualitas, misalnya, jatuh (turun) merek, mendapat nama buruk, sudah tidak gagah (megah) lagi, bermerek, bercap, bertanda dan sebagainya.

7. Suryodiningrat: Barang-barang yang dihasilkan oleh pabriknya dengan dibungkus dan pada bungkusya itu dibubuhi tanda tulisan dan/atau perkataan untuk membedakannya dari barang-barang sejenis hasil pabrik pengusaha lain. Tanda itu disebut merek perusahaan.

8. A.B. Loebis: Merek adalah nama atau tanda yang dengan sengaja digunakan untuk menandakan hasil/barang suatu perusahaan/perniagaan dari

seseorang/badan dari pada barang perniagaan sejenis milik orang/badan lain.

Dari banyak pengertian mengenai Merek tersebut, bisa dilihat bahwa ada beberapa unsur yang harus dipenuhi oleh suatu Merek. Unsur-unsur tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Merupakan suatu tanda 2. Mempunyai daya pembeda 3. Digunakan dalam perdagangan

Sementara itu, pengertian dari Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.

Hak Merek memiliki beberapa fungsi, antara lain adalah sebagai berikut: Sebagai tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya. Sebagai alat promosi, sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup dengan menyebutkan Mereknya. Merek juga digunakan sebagai sarana

7|Page

memperkenalkan produk baru dan mempertahankan reputasi produk lama yang diperdagangkan, sekaligus sebagai usaha untuk menguasai pasar. Sebagai fungsi jaminan reputasi, yakni selain sebagai tanda asal usul produk, juga secara pribadi menghubungkan reputasi produk bermerek tersebut dengan produsennya, sekaligus memberikan jaminan kualitas akan produk tersebut. Sebagai fungsi rangsangan investasi dan pertumbuhan industri, yakni merek dapat menunjang pertumbuhan industri melalui penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri dalam menghadapi mekanisme pasar bebas. Sebagai perlindungan bagi masyarakat konsumen. Menjaga dan mengamankan kepentingan produsen. Sebagai jaminan atas mutu barangnya. Menunjukkan asal barang/jasa dihasilkan.

Untuk

pendaftaran

Merek,

yang

dapat/berhak

mengajukan

permohonan

pendafataran Hak Merek antara lain adalah sebagai berikut: Orang (person) Badan Hukum (recht person) Beberapa orang atau badan hukum (kepemilikan bersama)

Sistem pendaftaran Merek di Indonesia menganut stelsel konstitutif, yaitu suatu sistem pendaftaran yang akan menimbulkan suatu hak sebagai pemakai pertama pada Merek. Pendaftar pertama adalah pemilik Merek yang resmi. Pihak ketiga tidak dapat menggugat sekalipun beritikad baik. Fungsi dari pendaftaran Merek itu sendiri adalah sebagai berikut: Sebagai alat bukti bagi pemilik yang berhak atas merek yang didaftarkan. Sebagai dasar penolakan terhadap merek yang sama keseluruhan atau sama pada pokoknya yang dimohonkan pendaftaran oleh orang lain untuk barang/jasa sejenis.

8|Page

Sebagai dasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang sama keseluruhan atau sama pada pokoknya dalam peredaran untuk barang/jasa sejenis.

Namun tidak semua Merek dapat didaftarkan. Ada hal-hal yang dapat menyebabkan suatu Merek tidak dapat didaftarkan, antara lain: Didaftarkan oleh pemohon yang tidak beritikad baik. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas keagamaan, kesusilaan, atau ketertiban umum. Tidak memiliki daya pembeda. Telah menjadi milik umum. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya (Pasal 4 dan Pasal 5 UU Merek).

2.2 UNDANG-UNDANG MEREK Di Indonesia, segala ketentuan mengenai Hak Merek telah tersusun dalam UndangUndang Nomor 15 Tahun 2001. Dalam undang-undang tersebut terdapat 101 Pasal yang keseluruhannya membahas tentang Merek maupun Hak Merek.

Di Indonesia, Hak Merek dilindungi melalui Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001. Jangka waktu perlindungan untuk merek adalah sepuluh tahun dan berlaku surut sejak tanggal penerimaan permohonan merek bersangkutan dan dapat

diperpanjang, selama merek tetap digunakan dalam perdagangan.

Di Indonesia, pendaftaran merek jasa baru dapat dilakukan mulai tahun 1992, yaitu berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 1992 Tentang Merek. Selanjutnya Undang-Undang tersebut diperbaharui menjadi Undang-Undang No. 14 Tahun 1997, dan kemudian diperbaharui lagi menjadi Undang-Undang No.15 Tahun 2001 yang digunakan hingga kini.

9|Page

2.3 JENIS-JENIS HAK MEREK Merek dapat dibedakan dalam beberapa Jenis. Jenis-jenis Merek telah diatur dalam Pasal 1 Angka 2 dan Angka 3 Undang-Undang No.15 Tahun 2001, antara lain: Merek Dagang: Merek digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang atau badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis. Merek Jasa: Merek digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang atau badan hukun untuk membedakan dengan jasa sejenis. Merek Kolektif: Merek digunakan pada barang atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang atau jasa sejenis.

Walaupun dalam Undang-Undang Merek dituliskan/digunakan istilah Merek Dagang, sebenarnya yang dimaksudkan adalah Merek Barang karena Merek tersebut dikenakan pada suatu barang, atau berlawanan dengan Merek Jasa.

Khusus untuk Merek kolektif sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai jenis Merek yang baru, oleh karena merek kolektif ini sebenarnya juga terdiri dari merek dagang dan merek jasa.

2.4 PELANGGARAN HAK MEREK Kebutuhan untuk melindungi Hak Merek, termasuk Merek terkenal menjadi hal yang sangat penting ketika dalam praktek perdagangan barang atau jasa dijumpai adanya pelanggaran dibidang Merek yang merugikan semua pihak. Tidak saja bagi pemilik merek yang tetapi juga bagi konsumen sebagai pemakai barang atau jasa.

Di Indonesia, persoalan yang menyangkut merek tidak pernah surut. Kasus-kasus pelanggaran Merek, terutama Merek-Merek terkenal yang berasal dari luar negeri masih saja terjadi dalam praktek perdagangan barang dan jasa. Hal tersebut dapat
10 | P a g e

dikategorikan sebagai pelanggaran Hak Merek yang sangat merugikan bagi produsen maupun konsumen.

Menurut Praktisi Hukum Hak Cipta dan Merek Donny A. Sheyoputra, ada tiga syarat/kriteria yang harus dipenuhi untuk menyatakan bahwa seseorang telah melanggar suatu Hak Merek. Berikut ini merupakan syarat-syarat terjadinya pelanggaran Hak Merek: Pemilik Merek sudah mendaftarkan mereknya di Indonesia. Apabila orang dengan sengaja menggunakan Merek tersebut, baik sama pada pokoknya atau seluruhnya, menjiplak 100 persen. Apabila Merek tersebut digunakan untuk merek barang dan jasa sejenis.

Jika ketiga syarat-syarat/kriteria tersebut terpenuhi, maka itu sudah bisa dikategorikan sebagai pelanggaran Hak Merek serta bisa dipidanakan oleh pemilik Merek secara hukum.

Meniru sebagian ataupun keseluruhan Merek milik orang lain tanpa izin pemilik Merek yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai pelanggaran Hak Merek. Perbuatan tersebut bisa merugikan semua pihak, terutama pemilik Merek yang resmi, yang telah bersusah-payah menciptakan suatu Merek dan mendaftarkan Mereknya. Tidak hanya pemilik resmi suatu Merek, konsumen-pun juga ikut dirugikan oleh adanya pemalsuan Merek tersebut.

Sesuai dalam ketentuan Undang-Undang Merek, dijelaskan bahwa salah satu kriteria pelanggaran merek adalah merek yang digunakan oleh pihak lain memiliki persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya. Kata pada pokoknya dapat diartikan sebagai sebagian dari sesuatu. Berikut adalah Pasal-Pasal ketentuan pidana pelanggaran Hak Merek yang terdapat dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2001:

Pasal 90: Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain

11 | P a g e

untuk

barang

dan/atau

jasa

sejenis

yang

diproduksi

dan/atau

diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 91: Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

Berdasarkan dua pasal diatas jelas dapat disimpulkan bahwa perbuatan meniru sebagian ataupun keseluruhan dari suatu Merek tanpa izin dari pemilik resmi Merek yang bersangkutan merupakan pelanggaran Hak Merek dan dapat diproses secara hukum pidana.

Jika terbukti bahwa telah terjadi pelanggaran Hak Merek berdasarkan kriteriakriteria yang telah disebutkan diatas, akan ada sanksi hukum bagi pelanggar Hak Merek tersebut. Mulai hukuman penjara minimal 1 tahun dan maksimal 5 tahun, hingga sanksi denda minimal Rp 200.000,00 serta maksimal Rp 1.000.000.000,00 tergantung jenis dan tingkat pelanggaran yang telah dilakukan.

Menurut hukum dan undang-undang Merek yang berlaku, Merek wajib untuk didaftarkan di Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Depkeh dan HAM. Terutama bagi perusahaan-perusahaan, diwajibkan untuk mendaftarkan Merek perusahaan mereka.

Jika Anda seoarang pengusaha dan ingin usaha Anda difranchisekan maka wajib untuk mendaftarkan Merek. Hal ini, sesuai PP waralaba No 42 tahun 2007, dimana pengusaha franchise harus mendaftarkan Merek usaha terlebih dahulu ke Direktorat Merek pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.

12 | P a g e

2.5 CONTOH PELANGGARAN HAK MEREK Pemalsuan Produk Milk Bath merek the Body Shop di Jakarta Milk Bath adalah salah satu produk kosmetik yang dikeluarkan oleh THE BODY SHOP INTERNATIONAL PLC, suatu perusahaan kosmetik terkenal dari Inggris. Milk Bath digunakan untuk keperluan mandi yang mempunyai sifat larut dalam air, dan berfungsi untuk memutihkan badan. Produk-produk the Body Shop juga telah dipasarkan secara luas di Indonesia melalui pemegang lisensinya, yakni PT. MONICA HIJAU LESTARI.

Bentuk Pelanggaran : Pada pertengahan tahun 1996 PT. MONICA HIJAU LESTARI banyak menerima keluhan dari konsumen mengenai produk milk bath (susu untuk mandi) yang berbeda dari produk yang sebelumnya biasa dipakai. Setelah diteliti ternyata produk tersebut tidak sama dengan produk yang dikeluarkan oleh THE BODY SHOP INTERNATIONAL PLC, dan diyakini produk milk bath yang beredar tersebut adalah palsu, dan ciri-ciri produk palsu tersebut, antara lain : Menggunakan kemasan dari plastik yang dibungkus oleh kain Memiliki bentuk yang hampir sama dengan kemasan produk yang asli Mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan produk yang asli Milk Bath yang palsu tersebut tidak larut dalam air Tidak mempunyai pengaruh/khasiat untuk memutihkan tubuh. Dipasarkan dengan sistem direct selling.

Catatan : Untuk mencari siapa pelaku pemalsuan produk ini, tidaklah mudah. Sistem pemasaran yang tidak tetap juga mempersulit pelacakan terhadap pelaku pemalsuan. Namun setelah beberapa bulan kemudian, diketahui produk-produk palsu ini tidak lagi ditemukan dipasaran.

13 | P a g e

Merek DUNKIN DONUTS vs DONATS DONUTS di Yogyakarta Merek DUNKIN DONUTS milik DUNKIN DONUTS INC., USA, telah terdaftar di banyak negara di dunia, termasuk di Indonesia Merek DUNKIN DONUTS, antara lain terdaftar untuk jenis-jenis jasa restoran (kelas 42), dan untuk produkproduk makanan (kelas 30). Jika kita memperhatikan gambar dari restoran DONATS DONUTS di Jogjakarta, maka kita akan melihat adanya bentuk-bentuk pelanggaran sebagai berikut.

Bentuk pelanggaran : Adanya persamaan pada pokoknya dalam bentuk tulisan, bentuk huruf dan kombinasi warna (pink dan oranye) antara merek DONATs DONUTS yang dipergunakan sebagai mana restoran (merek jasa) dengan bentuk tulisan dan kombinasi warna dengan merek DUNKIN DONUTS. Merek DONATS DONUTS yang memiliki persamaan dalam bentuk tulisan dan kombinasi warna dengan merek DUNKIN DONUTS, ternyata juga digunakan pada kotak kemasan makanan, dan minuman. Penggunaan merek DONATS DONUTS yang dalam bentuk tulisan dan kombinasi warna memiliki kesamaan dengan merek DUNKIN DONUTS, dapat menimbulkan kekacauan tentang asal usul barang dan dapat berpengaruh terhadap nama baik DUNKIN DONUTS INC. selaku pemilik merek yang sah

Catatan : Persoalan ini diselesaikan diluar pengadilan, dan setelah mendapat surat peringatan dari Kuasa Hukum DUNKIN DONUTS INC, pemilik restoran Donats Donuts, melakukan perubahan-perubahan atas bentuk tulisan dan kombinasi warna pada kotak kemasan makanan dan minuman, juga pada nama restorannya.

14 | P a g e

Merek BARBIE vs BABIE di Jakarta MATTEL INC., suatu perseroan menurut Undang-undang Negara Amerika Serikat, bergerak dibidang produksi berbagai jenis permainan untuk anak-anak

dengan bermacam-macam merek. Salah satu hasil produksi MATTEL INC., adalah produk boneka wanita yang diberi merek BARBIE.

Boneka BARBIE ini telah dikenal luas dibanyak negara di dunia, termasuk di Indonesia. Merek BARBIE juga telah terdaftar di Indonesia, terdaftar di bawah nomor pendaftaran 380107 dan 387123.

Keterkenalan merek BARBIE telah memancing pihak-pihak ketiga untuk mengambil keuntungan dengan cara membuat, memasarkan dan produk-produk sejenis dan menggunakan merek-merek yang memiliki persamaan pada pokoknya. Salah satu contoh adalah pada boneka yang menggunakan merek BABIE.

Bentuk pelanggaran pada merek BABIE, adalah : Merek BABIE memiliki persamaan dalam bentuk tulisan, bunyi, ucapan dan kombinasi warna dengan merek BARBIE. Merek BABIE digunakan untuk barang yang sejenis dengan merek BARBIE, yakni boneka Keberadaan merek BABIE, dapat merusak citra perusahaan MATTEL INC. yang sudah

Merek TUPPERWARE vs TULIPWARE di Bandung DART INDUSTRIES INC., Amerika Serikat adalah perusahaan yang memproduksi berbagai jenis alat-alat rumah tangga, di antaranya yaitu ember, panci, toples dan botol, sisir-sisir dan bunga-bunga karang, sikat-sikat, perkakas-perkakas kecil dan wadah-wadah kecil yang dapat dibawa untuk rumah tangga dan dapur dari plastik untuk menyiapkan, menyajikan dan menyimpan bahan makanan, gelas-gelas minum, tempayan, tempat menyimpan bumbu, wadah-wadah untuk lemari es dan tutup daripadanya, wadah-wadah untuk roti dan biji-bijian dan tutup daripadanya, piring15 | P a g e

piring dan tempat untuk menyajikan makanan, cangkir-cangkir, priring-piring buahbuahan dan tempat-tempat tanaman untuk tanaman rumah dan main-mainan untuk anak-anak dengan berbagai jenis desain yang terbuat dari plastik yang bermutu tinggi.

Merek TUPPERWARE sudah terdaftar di Indonesia dibawah no. pendaftaran 263213, 300665, 300644, 300666, 300658, 339994, 339399 untuk jenis-jenis barang seperti tersebut diatas, sedangkan merek TULIPWARE baru mengajukan permintaan pendaftaran merek pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Produk produk rumah tangga yang diproduksi oleh DART INDUSTRIES INC. telah dipasarkan di lebih dari 70 negara dengan memakai merek TUPPERWARE. TUPPERWARE juga telah dipasarkan di luas di Indonesia melalui Distributor Nasional sekaligus penerima lisensi, yakni PT. IMAWI BENJAYA.

PT. IMAWI BENJAYA selaku Distributor Nasional sekaligus penerima lisensi produk TUPPERWARE di Indonesia, menemukan produk-produk dengan menggunakan desain-desain yang sama dengan disain-disain produk-produk TUPPERWARE yang menggunakan merek TULIPWARE yang diproduksi oleh CV. CLASSIC ANUGRAH SEJATI yang berlokasi di Bandung.

Bentuk Pelanggaran : Dengan membadingkan antara produk-produk yang menggunakan merek TUPPERWARE dan produk-produk dengan merek TULIPWARE, maka terlihat secara jelas bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh pihak yang memproduksi produk TULIPWARE, sebagai berikut : Terdapat persamaan pada pokoknya antara merek TULIPWARE dengan TUPPERWARE untuk produk-produk yang sejenis Penempatan merek pada bagian bawah wadah dan bentuk tulisan yang sama lebih dominan, sehingga menonjolkan unsur persamaan dibandingkan perbedaannya. Keberadaan produk-produk sejenis yang menggunakan merek TUPPERWARE dan TULIPWARE membingungkan dan mencaukan konsumen mengenai asal-usul barang.
16 | P a g e

Merek TULIPWARE yang dipergunakan pada barang-barang berbeda dengan etiket merek yang diajukan permohonannya pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.

Catatan : DART INDUSTRIES INC. selaku pemilik merek telah memasang iklan pengumuman di beberapa surat kabar, untuk mengingatkan kepada konsumen tentang telah beredarnya produk-produk TULIPWARE, yang memiliki persamaan pada pokoknya dengan produk-produk TUPPERWARE.

17 | P a g e

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan terhadap permasalahan penelitian seperti telah dikemukakan diatas, telah didapat kesimpulan-kesimpulan berikut: 1. Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.

2. Di Indonesia, segala ketentuan mengenai Hak Merek telah tersusun dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001.

Di Indonesia, Hak Merek dilindungi melalui Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001. Jangka waktu perlindungan untuk merek adalah sepuluh tahun dan berlaku surut sejak tanggal penerimaan permohonan merek bersangkutan dan dapat diperpanjang, selama merek tetap digunakan dalam perdagangan.

3. Jenis-jenis Merek telah diatur dalam Pasal 1 Angka 2 dan Angka 3 UndangUndang No.15 Tahun 2001, antara lain: Merek Dagang: Merek digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang atau badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis. Merek Jasa: Merek digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang atau badan hukun untuk membedakan dengan jasa sejenis. Merek Kolektif: Merek digunakan pada barang atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau

18 | P a g e

badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang atau jasa sejenis.

4. Ada 3 syarat-syarat dan kriteria terjadinya pelanggaran Hak Merek: Pemilik Merek sudah mendaftarkan mereknya di Indonesia. Apabila orang dengan sengaja menggunakan Merek tersebut, baik sama pada pokoknya atau seluruhnya, menjiplak 100 persen. Apabila Merek tersebut digunakan untuk merek barang dan jasa sejenis.

5. Bagi siapapun yang melanggar ketentuan Hak Merek, maka akan bisa dikenai sanksi secara pidana. Berikut adalah Pasal-Pasal ketentuan pidana pelanggaran Hak Merek yang terdapat dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2001: Pasal 90: Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 91: Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

6. Menurut hukum dan undang-undang Merek yang berlaku, Merek wajib untuk didaftarkan di Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Depkeh dan HAM. Terutama

19 | P a g e

bagi perusahaan-perusahaan, diwajibkan untuk mendaftarkan Merek perusahaan mereka.

3.2 Saran 1. Mengingat bahwa semua hal dan ketentuan yang menyangkut Merek hanya terdapat dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, maka disarankan pemerintah dan perancang serta pembuat Nomor 15 Undang-Undang Tahun 2001 untuk dengan

menyempurnakan

Undang-Undang

merumuskan secara jelas segala kriteria dan ketentuan yang berlaku agar ada kepastian yang jelas bagi maysarakat mengenai Merek dan Hak Merek karena hingga sekarang di Indonesia pelanggaran Merek masih sangat marak terjadi dan tanpa kepastian hukum yang jelas maka hal tersebut tidak akan dapat teratasi.

2. Disarankan kepada Kantor Pendaftaran Merek dan Lembaga Hukum untuk dapat berperan lebih terhadap tugas dan kewajiban yang dimiliki dalam rangka perlindungan terhadap Hak Merek.

20 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA
Getas I Gusti Gede, 1996, Peranan Merek Dalam Dunia Usaha, Upada Sastra, Denpasar, hlm. 2. H.M N. Purwo Sutjipto, 1983, Pengertian Pokok-pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, hlm. 82. 72R. Soekardono, 1962, Hukum Dagang Indonesia, Jilid I, Cetakan ke-8, Dian Rakyat, Jakarta, hlm. 149 Mr. Tirtaamidjaya, 1962, Pokok-Pokok Hukum Perniagaan, Djambatan, hlm. 80 Suryatin, 1980, Hukum Dagang I dan II, Pradnya Paramita, Jakarta, hlm. 84. Pratasius Daritan, Hukum Merek dan Persengketaan Merek di Indonesia, Skripsi, Tidak Dipublikasikan, hlm. 7. Poerwadaminta, W.J.S, 1974, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 647. Suryodiningrat, RM, 1975, Pengantar Ilmu Hukum Merek, Pradnya Paramitha, Jakarta, hlm. 30. Loebis A.B, 1974, Sengketa Merek di Pengadilan Negeri Jakarta, tanpa penerbit, Jakarta, hlm. 1. Abdul R. Saliman, Et. Al, 2004, Esensi Hukum Bisnis Indonesia Teori dan Contoh Kasus, Prenada Media, Jakarta, hlm. 114. http://jaggerjaques.blogspot.com/2011/05/hak-merek.html http://id.wikipedia.org/wiki/Merek http://etno06.wordpress.com/2010/01/10/contoh-contoh-kasus-merek/ http://www.jasapengacara.com/penyelesaian-sengkete-dan-sanksi-terhadappelanggaran-merek.html

21 | P a g e

You might also like