You are on page 1of 20

SUARA NAFAS

Tubagus Argie Fariza SS

Suara dasar paru


Suara dasar paru secara tradisional

digolongkan menjadi 4 yaitu suara trakeal, bronkial, bronkovesikuler, dan vesikuler.

Trakeal
Ciri suara dengan frekuensi tinggi, kasar,

disertai dengan masa istirahat (pause) antara fase inspirasi dan ekspirasi, dengan komponen ekspirasi terdengar sedikit lebih lama. Dapat ditemukan dengan menempelkan membran diafragma pada bagian lateral leher atau pada fossa suprasternal. Sumber bunyinya adalah turbulensi aliran cepat pintu glottis.

Bronkial
Bunyi yang juga sama kasar, frekuensi

tinggi, dengan fase inspirasi sama dengan fase ekspirasi. Suara ini terdapat pada saluran nafas dengan diameter 4 mm atau lebih, misalnya pada bronkus utama. Suara nafas bronkial dapat didengarkan pada daerah antara kedua scapula. Karena karakteristik suara trakeal dan bronkial hampir sama, biasanya digolongkan menjadi satu terminologi yaitu suara trakeobronkial

Bronkovesikuler
Terdengar lebih distal dari jalan nafas. Bunyinya

kurang keras, lebih halus, frekuensi lebih rendah dibanding suara bronkial, tetapi dengan komponen inspirasi dan ekspirasi yang masih sama panjang. Bunyi nafas ini pada orang normal dapat didengar pada segitiga auskultasi (area di bagian posterior rongga dada yang dibatasi oleh m. trapezius, m. latissimus dorsi, dan m. Rhomboideus mayor) dan lobus otot kanan paru. lebih distal, dengan karakteristiknya halus, lemah, dengan fase inspirasi merupakan bagian yang dominan, sedangkan fase ekspirasi hanya terdengar sepertiganya. Suara vesikuler berasal dari jalan nafas lobar dan segmental, ditransmisikan melalui parenkim paru

Vesikuler
Terdengar sebagai bunyi yang tenang,

bernada rendah. Suara ini terdapat pada paru yang normal, di mana suara inspirasi lebih keras dan lebih tinggi nadanya serta 3x lebih panjang daripada ekspirasi. Suara vesikular diproduksi oleh udara jalan nafas di alveol. Suaranya menyerupai tiupan angin di daun-daunan. Antara inspirasi dan ekspirasi , tidak ada bunyi nafas tambahan. Bunyi ini normalnya terdengar di seluruh bidang paru, kecuali di atas sternum atas dan di antara skapula.

Bila terdapat konsolidasi atau atelektasis

pada saluran nafas distal, maka suara yang normalnya vesikuler, akan menjadi suara bronkovesikuler atau trakeobronkial. Ini terjadi karena penghantaran udara yang bertambah karena adanya pemadatan pada jaringan paru.

Ada pula yang berpendapat hal ini terjadi

karena suara vesikuler yang menurun pada daerah auskultasi, sehingga yang masih terdengar adalah suara dari bronkus (suara bronkial).

Suara vesikuler yang diperlemah didapatkan pada

keadaan fungsi paru yang menurun (misalnya Schwarte, fibrosis pulmonum, emfisema) atau pada gangguan penghantaran suara karena adanya cairan (efusi pleura) atau udara di pleura (pneumothorax). Keadaan ini juga bisa didapati pada anak yang gemuk atau atlet yang mempunyai lapisan otot yang tebal. diperpanjang pada keadaan di mana terdapat kesulitan mengelurkan udara waktu ekspirasi, seperti pada keadaan asma bronkiale atau bronkiolitis. Kesulitan ini disebabkan oleh banyaknya sekret, edema mukosa bronkus, dan konstriksi dari saluran nafas bawah. Ekspirasi yang memanjang sangat berhubungan dengan bunyi

Fase ekspirium suara vesikuler juga bisa

Karakteristik Suara Paru Normal

Suara tambahan paru


Salah satu rekomendasi berasal dari pertemuan

International Symposium on Lung Sounds (Tokyo, 1985) dengan konsensus terminologi bunyi tambahan paru yang membagi bunyi ini menjadi: 1. Bising tidak kontinyu (kurang dari 250 ms/2.5 detik) a. Halus: frekuensi tinggi, amplitudo rendah, durasi pendek (fine crackles) b. Kasar: frekuensi rendah, amplitudo tinggi, durasi panjang (coarse crackles) 2. Bising kontinyu (lebih dari 250 ms/2.5 detik) a. Nada tinggi (wheezing) b. Nada rendah (rhoncus) Selain bising kontinyu dan tidak kontinyu, dikenal juga suara tambahan paru yang lain yaitu stridor dan bunyi gesekan pleura (pleural friction rub)

Bising tidak kontinyu


Crackles (bunyi gemereletak) halus atau ronki basah

halus, disebabkan oleh terbukanya alveoli yang tertutup waktu ekspirasi sebelumnya secara tiba-tiba, mungkin disebabkan tekanan antara jalan nafas yang terbuka dengan yang menutup dengan cepat menjadi sama sehingga jalan nafas perifer mendadak terbuka. Bunyi ini terjadi saat inspirasi, yang dapat terjadi saat jalan nafas perifer mendadak terbuka pada waktu daerah-daerah kolaps (atelektasis) terinflasi. Bising ini terjadi pada kelainan paru restriktif dan atau menunjukkan berkurangnya volume paru, seperti pada pneumonia, bronkitis, atau atelektasis. Bising ini juga dapat terdengar pada bronkiolitis dan asma bronkiale. Ronki basah halus yang terdengar pada daerah basal paru menunjukkan adanya edema paru. Pada pneumonia lebih spesifik bila bunyi gemereletak ini didapatkan pada akhir inspirasi (atau yang disebut krepitasi).

Bising tidak kontinyu


Crackles kasar atau ronki basah kasar,

dihasilkan oleh gerakan udara melalui sekret tipis di bronkus atau bronkiolus. Terjadi pada awal inspirasi dan kadang waktu ekspirasi, bisa menghilang dengan perubahan posisi atau setelah batuk. Bunyi ini dapat dijumpai pada kelainan paru dengan sekresi lendir yang banyak, misalnya pada bronkitis kronis, bronkitis akut, bronkiektasi, atau fibrosis kistik.

Bising kontinyu
Bunyi tambahan kontinyu akibat dari aliran

udara yang cepat yang melewati jalan nafas yang mengalami obstruksi. Aliran udara yang lebih cepat akan menurunkan tekanan dinding lateral jalan nafas, dan menyebabkan dindingdinding yang berhadapan terdorong saling merapat dan bersentuhan untuk waktu singkat. Akibatnya, aliran terganggu untuk waktu singkat dan tekanan jalan nafas meningkat. Jalan nafas kemudian kembali terbuka memungkinkan aliran udara kembali. Siklus ini berulang dengan cepat menyebabkan getaran dinding jalan nafas.

Bising kontinyu
Tinggi nada pada bunyi tambahan

kontinyu ditentukan oleh hubungan antara kecepatan aliran dan derajat obstruksi. Lebih cepat aliran atau lebih rapat obstruksi menyebabkan bunyi dengan nada tinggi (disebut wheezing atau mengi). Bila aliran atau obstruksi kurang, maka terjadi bunyi dengan nada lebih rendah (disebut ronki atau ronki kering). Wheezing ditemui pada asma, emfisema dan bronkitis kronik, dan kadang ditemui pada edem paru. Ronki kering dijumpai pada bronkitis akut

Stridor
Stridor adalah bunyi kontinyu yang dihasilkan oleh

getaran jalan nafas ekstratoraks yang menyempit, dengan nada konstan. Hal ini terjadi karena karena tekanan jalan nafas distal dari obstruksi berkurang secara bermakna dalam hubungan dengan tekanan atmosfer di luar jalan nafas pada waktu inspirasi. Pada waktu ekspirasi, peningkatan tekanan jalan nafas menyebabkan gradien tekanan positif dari dalam ke luar jalan nafas dan obstruksi berkurang. Bila obstruksi menetap, stridor akan terdengar waktu inspirasi maupun ekspirasi. Penyebab stridor adalah sumbatan laring atau trakea, seperti pada keadaan epiglotitis, laringotrakeobronkitis akut (sindrom Croup), aspirasi benda asing, tumor, atau edema laring setelah ekstubasi.

Bunyi gesekan pleura


Bunyi ini berasal dari regangan mekanik

pleura yang menyebabkan vibrasi dinding dada dan parenkim paru. Pada keadaan normal, lapisan pleura yang halus dan lembab yang bergesekan pada waktu bernafas tidak mengeluarkan suara. Bising ini bersifat non-musikal, mempunyai nada rendah, dan terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Bunyi ini terjadi pada pleuritis atau Schwarte.

Contoh suara nafas

TERIMA KASIH

You might also like