You are on page 1of 7

ORGANOLOGI

Seruling Bambu

Zonny Dapindra 83773/ 2007 Pendidikan Sendratasik

Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Padang 2012

SERULING BAMBU

1. Bentuk Dan Ukuran Seruling bambu adalah salah satu alat musik kerinci dari keluarga alat musik tiup kayu atau terbuat dari bambu. Suara seruling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya dengan baik. Adapun bentuk dan ukuran seruling bambu ini biasanya masyarakat kerinci memakai 5 sampai 7 macam bentuk/ukuran seruling dengan mengiri lagu yang dimainkan secara kebersamaan. Jenis seruling bambu yang ada di kerinci adalah jenis seruling 6 lobang seperti gambar di bawah ini .

2. Bahan Baku bahan utama untuk alat musik seruling bambu adalah Bambu, biasanya masyaakat kerinci menggunakan jenis bambu aucino yang berdiameter 1,5 cm

untuk ukuran seruling standar. Adapun bahan lain yang d perlukan seperti : Pensil, penggaris, bor dengan mata bor berukuran 5mm, karet, amplas/kertas gosok halus, kikir, pewarna bila perlu untuk stylise.

3. Proses Pembuatan

Bambu di keringkan tidak boleh di terik matahari panas sktr pukul 11 keatas, ada juga yang mengeringkan bambu d atas genteng selama lebih kurang 2x24 jam.

Ukur bambu/aucino dengan panjang 38 cm untuk ukuran seruling standar. Buat garis lurus dari ujung ke ujung satunya dengan menggunakan pensil dan penggaris. Buat titik-titik untuk membuat lubang tiup dan lubang nada dengan ukuran sesuai gambar di atas. Buat lubang dengan mengebor pada titik yang telah dibuat. Perbesar lubang dengan menggunakan kikir atau besi yang dipanaskan. Haluskan lubang bekas bor dengan kertas gosok sekaligus kedua ujung bambu. Tutup salah satu ujung lubang suling dengan memasukkan karet ke dalam lubang sedalam 1 cm. Coba tiup melalui lubang udara sebagai quality control (QC).

4. Nada

Suling dengan enam lubang setidaknya dapat dimainkan dengan tiga laras. Laraslaras yang digunakan dalam bermain suling antara lain :

Pelog, da-mi-na-ti-la-da (1-2-3-4-5-1) Hampir mirip dengan nada fa-mi-do-si-la-fa (1-2-3-4-5-1) dalam tangga nada diatonis. da = tutup tiga lubang paling atas mi = tutup empat lubang paling atas na = tutup semua ti = buka semua la = tutup satu paling atas Madenda atau Sorog, da-mi-na-ti-la-da [1-2-3-4-5-1], Hampir mirip dengan nada fa-mi-do-si-la-fa [4-3-1-7-6-4] dalam tangga nada diatonis. Salendro, da-mi-na-ti-la-da [1-2-3-4-5-1], Hampir mirip dengan nada re-do-la-sol-fa-re [2-1-6-5-4-2] dalam tangga nada diatonis.. Mandalungan, jarang digunakan.

Sejarah alat musik seruling bambu d Kerinci Menurut Drs. H. Atmajar Idris salah guru kesinian dan juga seniman kerinci alat musik suling bambu mulai di kenal di masyarakat kerinci dan menjadi musik tradisional sejak sekitar tahun 1810an. Yang awal nya mereka biasanya meniup serunai dari rumpun padi setiap panen hingga berkembang menjadi sebuah suling yang di buat dari bambu. Konon katanya karena kita bekas penjajahan belanda alat musik suling bambu ini di kenalkan oleh seorang belanda kepada masyarakat kerinci. Sampai saat ini belum ada sejarah yg jelas tentang sejarah alat musik suling bambu di kerinci.

Teknik Memainkan Seruling Bambu

Posisi -lubang pertama yg paling ujung untuk mulut dengan posisi seruling miring ke kiri -lubang pertama dekat mulut dengan jari telunjuk kanan -lubang kedua dengan jari tengah kanan -lubang ketiga dengan jari manis kanan -lubang keempat dengan jari telunjuk kiri -lubang kelima dengan jari tengah kiri -lubang keenam dengan jari manis kiri

Teknik Peniupan

Lubang Nada

Fungsi alat musik seruling bambu di masyarakat kerinci

a. Sebagai Sarana Rekreasi Dan Hiburan Masyarakat kerinci terkenal dengan sawahnya yang luas dan air pegunungannya yang jernih. Seruling bambu tidak pernah tinggal setiap mereka yang berpergian rutinitasnya seperti k sawah, kebun, memelihara hewan (kebau,sapi,kambing,bebek dll), serta memancing. Mereka memainkan serulingnya ketika beristirahat dan sudah menjadi ciri khas masyarakat kerinci memainkan seruling sambil memancing, mengenmbala kebau dll. Setelah itu seruling bambu berkembang menjadi sarana hiburan seperti penyambutan tamutamu, acara pernikahan, ajang ekspresi para seniman, festival danau kerinci dll.

b. Sarana Komunikasi Di beberapa tempat di Indonesia, bunyi- bunyi tertentu yang memiliki arti tertentu bagi anggota kelompok masyarakatnya. Umumnya, bunyi- bunyian itu memiliki pola ritme tertentu, dan menjadi tandabagi anggota masyarakatnya atas suatu peristiwa atau kegiatan. Alat yang umum digunakan dalammasyarakat Indonesia adalah kentongan, bedug di masjid. Begitu pula dengan seruling bambu d kerinci apabila berbunyi d sawah dan kebun berarti para petani dan peladang sedang beristirahat, berbunyi seruling bambu di malam hari bertanda ada orang yang menikah.

c. Pengiring Tarian

Di berbagai daerah di Indonesia, bunyi- bunyian atau musik diciptakan oleh masyarakat untukmengiringi tarian- tarian daerah. Oleh sebab itu, kebanyakan tarian daerah di Indonesia hanya bisadiiringi oleh musik daerahnya sendiri. Selain musik daerah, musik- musik pop dan dangdut juga dipakai untuk mengiringi tarian- tarian modern, seperti dansa, poco- poco, dan sebagainya. Musik suling bambu sendiri biasanya dipakai dalam mengiringi tarian khas Kherinci seperti tari rangguk.

Pandangan masyarakat kerinci terhadap seruling bambu

Seiring dengan perkembangan zaman dan hadirnya alat musik modern, baanyak terjadi musik tradisional terancam punah, namun seruling bambu ini tetap rutin dan masih ada pada kalangan tertentu khususnya kalangan 35 tahun ke atas biasanya anggota PORBI mengadakan acara rutin tiap tahunan penyambutan hari ulang tahun, dan juga acara festival danau kerinci seru;ing bambu wajib ada sebagai salah satu musik tradisional kerinci. walaupun sudah jarang di pertunjukkan seruling bambu tetap masih di budayakan oleh masyrakat kerinci. Dari hasil survei yang diadakan oleh penulis terhadap 10 anak muda dengan Range usia antara 1517 tahun, 7 dari 10 anak muda mengatakan bahwa musik suling bambu adalah musik yang sudahketinggalan zaman. Tetapi masih ada 3 anak muda yang mengatakan musik suling bambu masih bisaditerima oleh anak muda dengan baik. Dari hasil survei yang telah dibuat, dapat disimpulkan bahwa masih banyak anak muda yang tidak menghargai budaya bangsa seperti musik suling bambu ini. Mereka masih beranggapan bahwa musik suling bambu adalah musik yang ketinggalan zaman, untukdpi pelajari pada era globalisasi seperti ini. Sebenarnya pandangan seperti inilah yang perlu dirubah, karena kalau kita sendiri sebagai anak muda yang merupakan penerus perjuangan bangsa tidak mencintai budaya bangsa kita sendiri, siapa lagi yangakan mencintai budaya kita?.

You might also like