You are on page 1of 37

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan oleh setiap manusia baik itu dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan pemerintahan. Pendidikan itu di peroleh melalui bimbingan pengajar dan latihan yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah yang berguna untuk mempersiapkan peserta didik agar meraih cita-citanya di masa yang akan datang (Mudyahardjo, 2001:9) sekolah merupakan salah satu sarana yang berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Agar ilmu pengetahuan yang di peroleh dapat di kembangkan, tentu dibutuhkan suatu elemen yang sangat berperan penting didalam dunia pendidikan yaitu guru sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik. Dalam proses pembelajaran, guru sebagai fasilisator dan motivator memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar, dimana guru harus mampu menciptakan kondisi yang dinamis dan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Proses pembelajaran harus lebih mengacu kepada materi-materi pelajaran yang akan di ajarkan dengan menggunakan strategi belajar yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Strategi mengajar merupakan alat atau cara untuk membantu siswa dalam mengajar. Dengan menerapkan strategi belajar yang lebih baik, maka hasil belajar siswa akan mengalami peningkatan sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal (sudjana, 2009:12) Menyadari penting nya peranan ekonomi, maka dalam mempelajarinya membutuhkan pemahaman yang tinggi untuk dapat menguasai konsep-konsep dan teori- teori yang terkandung dalam pelajaran ekonomi itu sendiri. Melihat dari sifat mata pelejaran ekonomi tersebut , maka dalam kegiatan belajar-mengajar siswa hendaknya dilatih untuk menyatukan konsep-konsep tersebut dengan mengetahui keterkaitan antar konsep, siswa dapat melihat

bahwa konsep tersebut tidak berdiri sendiri melaikan memiliki hubungan yang bermakna. Belajar yang bermakna merupakan proses dikaitkannya informasi baru dengan konsepkonsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang Ausabel dalam (Dahar, 2001:20). Dalam proses pembelajaran IPS TERPADU kelas VIII di SMP NEGERI 03 TAMBANG DESA KUALU KABUPATEN KAMPAR selama ini berpusat pada guru, cara belajarpun lebih bersifat hafalan sehingga terjadi verbalisme. Siswa yang belajar dengan menghafal tingkat kebermaknaannya akan relatif rendah, hal ini dikarenakan siswa cenderung malas membuka buku untuk belajar dan kebiasaan siswa dalam belajar yang tidak baik yakni dengan menumpuk materi pelajaran maka akan lebih mambuat siwa sulit mau belajar. Oleh karena itu perlu dipahami terlebih dahulu konsep-konsep materi pembelajaran yang akan di pelajari. Selain itu hasil belajar siswa belum mencapai ketuntasan penyebabnya antara lain kebiasaan siswa yang mesti dicatatkan, tidak mau bekerja sama dalam menyelesaikan tugas, kurang bisa mengaitkan materi yang telah diajarkan dengan materi yang akan diajarkan dan menganggap pembelajaran ekonomi itu sulit. Penerapan strategi belajar yang baik dapat di lakukan dengan menggunakan pembelajaran peta konsep. Peta konsep merupakan gambaran dari ide-ide yang saling berkaitan antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi. Proposisi tersebut dihubungkan dengan

menggunakan kata penghubung . Dengan mengetahui adanya keterkaitan antara konsep satu dengan yang lainnya, maka siswa dapat melihat bahwa konsep-konsep tersebut tidak berdiri sendiri melainkan mempunyai hubungan yang bermakna. Penggunaan peta konsep di laksanakn secara bertahap,di mulai dari penyajian materi pelajaran dengan peta konsep yang telah dibuat oleh guru pada karton manila, kemudian siswa melengkapi peta konsep yang telah dibuat guru. Selanjutnya siswa dilatih membuat sendiri peta konsep dari materi pelajaran. IPS yang dipelajari, sehingga siswa akan lebih

muda menghubungkan dan merangkai antara konsep satu dengan konsep lainnya, serta siswa mampu memahami, menyimpan, dan mengingat kembali materi pelajaran yang telah di sajikan pembelajaran dengan penggunaan peta konsep, penggunaan peta konsep didalam proses belajar mengajar dapat memudahkan siswa menyusun informasi, memudahkan siswa memahami isi dari materi pelajaran, dapat meningkatkan memori atau ingatan siswa. Berdasarkan permasalahan diatas, maka alternatif menerapkan peta konsep. Menurut pemecahannya adalah dengan

(Dahar, 2003:25) salah satu cara menyeimbangkan

strategi belajar bermakna yaitu dengan peta konsep, dengan demikian kegiatan belajar mengajar yang terjadi bukan hafalan tetapi melibatkan intelektual dan emosional siswa,dengan melaksanakan strategi pembelajaran dengan menggunakan peta konsep secara kooperatif. Siswa akan lebih banyak berpikir , menjawab dan saling membantu dalam kelompok yang heterogen sehingga diharapkan hasil belajar akan dapat meningkat, Kemudian Novak dan Gowin dalam Rusmansyah(2001:15) mengklaim bahwa dalam pemetaan konsep konsep dan prinsip-prinsip yang baru dan lebih kuat pada suatu bidang studi. Peta konsep memiliki keunggulan yang memudahkan siswa untuk menyusun informasi dalam meningkatkan pemahaman tentang isi pelajaran, (Novak, 2001:10) menjelaskan bahwa peta konsep adalah suatu prosedur mengorganisasikan konsep kedalam yang akan dibahas untuk membantu siswa

struktur yang berarti,dapat mengukur tingkat

pendahuluan sebelumnya dan dapat membangun kreatifitas siswa. Bertitik tolak dari masalah di atas maka penulis merasa tertarik untuk penilitian dengan judul pengaruh melakukan

penggunaan peta konsep Terhadap Hasil Belajar

Ekonomi Siswa Kelas V11I di SMP Negeri 03 TAMBANG tahun ajaran 2011/2012.

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas,maka dapat diidentifikasih masalah yaitu: 1.Dalam belajar siswa cendrung menghafal, sehingga tidak memahami materi yang di ajarkan mengakibatkan apa yang dipelajari tidak dapat bertahan lama dalam pikiran siswa. 2.Siswa kurang inisiatif untuk mencatat materi yang di jelaskan dengan menggunakan katakata sendiri agar muda di pahami. 3.Kurangnya kerja sama yang positif antara siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. 4.Siswa kurang bisa mengaitkan materi antara yang sudah di ajarkan dengan materi selanjutnya atau yang akan dijelaskan

1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di rumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana pengaruh penggunaan peta konsep terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP NEGERI 03 TAMBANG Tahun ajaran 2011/2012.

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh peta konsep terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP 03 Tambang Tahun Ajaran 2011/2012.

1.5 Memanfaatkan Teori Penilitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya:

1. Bagi sekolah: memberikan masukan kepada pihak sekolah agar lebih memperhatikan sejauh mana peningkatan kemampuan gurunya dalam pembelajaran sehingga dengan adanya perhatian dan dorongan maka guru menjadi lebih baik khususnya pada bidang pengajaran. 2. Bagi guru: dapat memberikan informasi dengan penggunaan variasi strategi pembelajaran baru dalam mendukung usaha meningkatkan mutu dalam pembelajaran yang di upayakan sekolah dan pemerintah. 3. Bagi siswa: dapat menghilangkan sikap ketergantungan siswa dalam belajar terhadap guru sehingga hasil belajar lebih meningkat. 4. Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan pemahaman dalam penelitian, selanjutnya dalam pembelajaran agar lebih baik maka digunakan model-model yang bervariasi supaya tidak bosan dan dapat mengetahui mamfaat dan kegunaan dari suatu model pembelajaran.

1.6 Defenisi Operasional 1. peta konsep adalah suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan strategi belajar sehingga siswa bisa mengerti dengan apa yang di ajarkan. 2. Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu kegiatan yang diiringi oleh tindak lanjut yang menghasilakn perubahan , sikap, pengetahuan dan keterampilan.

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian belajar Istilah belajar sebenarnya telah lama dan banyak dikenal. Bahkan pada saat sekarang ini, hampir semua orang mengetahui istilah belajar. Belajar adalah perubahan prilaku yang dapat di amati dalam kondisi yang dikontrol secara baik (skinner dalam sudjana, 2003 : 25 ). Sedangkan menurut slameto (2003 : 15 ) belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Menurut Usman (2004:24) mengajar adalah menyajikan ide, problem atau

pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh siswa. Mengajar pada prinsipnya adalah bimbingan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam pengertian umum, belajar mengumpulkan sejumlah pengetahuan, pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang di kenal dengan guru. Dalam belajar, pengetahuan tersebut dikumpulkan sedikit hingga akhir nya menjadi banyak, dan dengan belajar bisa mengubah tingkah laku yang kurang baik menjadi baik. Pengertian belajar menurut pandangan tradisional adalah suatu usaha untuk memperoleh sejumlah pengetahuan, jadi yang mendapat tekanan disini adalah ilmu pengetahuan yang mana pengetahuan dapat memegang peranan penting dalam kehidupan. Pengertian belajar menurut pandangan modren adalah suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan. Dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Hamalik, 2001:20), Sedangkan menurut slameto (2002:19), belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secarah keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Belajar adalah suatu proses yang di tandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang dan dapat ditunjukan dalam bentuk seperti pengetahuan, pemahaman, sikap dan tigkah laku, keterampilan, kecakapan, daya reaksi, daya penerima, dan lain-lain. Aspek yang ada pada individu, dan belajar merupakan proses yang di arahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui pengalaman, proses melihat dan mengamati, serta memahami sesuatu (Sudjana, 2003:30). Jadi menurut pendapat ahli di atas, maka pengertian belajar dapat di simpulkan sebagai serangkain kegiatan jiwa raga untuk memperolah suatu perubahan tingkah laku sabagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkingan yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

2.2 Strategi Belajar Strategi belajar adalah salah satu cara yang dapat digunakan oleh siswa untuk dapat belajar mengolah pikiran sendiri, Sedangkan posisi guru, lebih diharapkan mengembangkan atau mencari alternatif yang digunakan untuk membimbing siswa. Pada dasarnya, titik

strategi belajar yang paling ideal. Masing-Masing strategi mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri. Hal ini sangat bergantung pada tujuan yang hendak dicapai, pengguna strategi (guru), ketersediaan fasilitas, dan kondisi siswa. (Norman, 2000:12) Proses belajar akan lebih efektif jika guru mengkondisikan agar setiap siswa terlibat secara aktif dan terjadi hubungan yang dinamis dan saling mendukung antara siswa satu dengan siswa yang lain. Strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses-proses berpikir yang digunakan oleh siswa dalam mempengaruhi hal-hal yang di pelajari, termasuk proses memori dan peta kognitif. Sedangkan menurut michael pressley (2003:16) menyatakan

bahwa strategi ini adalah operator-operator kognitif meliputi dan terdiri atas proses-proses yang secara langsung terlibat dalam menyelesaikan suatu tugas (belajar). Strategi belajar tersebut merupakan strategi-strategi yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah belajar tertentu. Untuk menyelesaikan tugas belajar siswa memerlukan keterlibatan dalam proses-proses berpikir dan berperilaku, membaca sepintas judul-judul utama, meringkas, dan membuat catatan, di samping itu juga memonitor jalan berpikir diri sendiri. Nama lain untuk strategi tersebut adalah strategi kognitif, sebab strategi tersebut lebih dekat pada hasil belajar kognitif dari pada tujuan-tujuan belajar perilaku. Norman (2000:28) juga memberikan argumen yang kuat tentang pentingnya pengjaran strategi. Pengajaran strategi belajar berlandaskan pada dalil bahwa keberhasilan belajar siswa sebagian besar bergantung pada kemahiran untuk belajar secara mandiri dan memonitor belajar mereka sendir, ini menjadikan strategi tersebut mutlak diajarkan kepada siswa secara tersendiri mulai dari kelas- kelas rendah sekolah dasar dan terus berlanjut sampai sekolah menengah dan pendidikan tinggi. Tujuan utama pengajaran strategi belajar menurut Wienstein dan Meyer (2000:15) adalah mengajarkan siswa untuk belajar atas kemauan dan kemampuan diri sendiri, merupakan hal yang aneh apabila mengharap siswa belajar, namun jarang mengajarkan mereka tentang belajar. Pembelajaran strategi lebih menekankan pada kognif, sehingga pembelajaran ini dapat disebut strategi dengan strategi kognitif. Strategi belajar dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu : a.Strategi mengulang (Rehearsal) Strategi mengulang terdiri dari strategi mengulang sederhana (rote rehearsal) dengan cara mengulang-ulang dan strategi mengulang kompleks dengan cara menggaris bawahi ideide utama (under lining) dan membuat catatan pinggir (marginal note)(Nur, 2000:12)

b.Strategi Elaborasi Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberi kepastian(Nur, 2005:15). Strategi ini dapat dibedakan, dalam mempelajari informasi secara ringkas menjadi tiga macam yaitu: 1.Note taking (pembuatan catatan), pembuatan catatan membantu siswa dan padat untuk menghafal atau pengulangan. Metode ini di gunakan pada bahan ajar kompleks, bahan ajar konseptual dimana tugas yang penting adalah mengidentifikasi ide-ide utama. Membuat catatan memerlukan proses mental maka lebih efektif dari pada hanya sek dar menyalin apa yang dibaca. 2.Analalogi yaitu perbandingan-perbandingan yang dibuat untuk menunjukan kesamaan antara ciri-ciri pokok sesuatu benda atau ide-ide,selain itu seluruh cirinya berbeda, seperti sistem kerja otak dengan komputer 3.Metode PQ4R adalah Preview, Question, Read, Reflect, Recite dan Review. Prosedur PQ4R memusatkan siswa pada pengorganisasian ninformasi bermakana dan melibatkan siswa pada strategi-strategi yang efektif ( Nur, 2000:25)

c.Strategi Organisasi Strategi Organisasi bertujuan untuk membantu siswa meningkatkan kebermaknaan materi baru, terutama dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur pengorganisasian baru pada materi-materi tersebut. Strategi organisasi mengidentifikasi ide-ide atau fakta-fakta kunci dari sekumpulan informasi yang lebih besar (Nur, 2000:35 ). Strategi ini meliputi: 1. Pembuatan Kerangka (Outlining; dalam pembuatan kerangka garis besar, siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama.

2. Pemetaan bisa di sebut pemetaan konsep di dalam pembuatannya di lakukan dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atas suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain. 3. Menemonic berhubungan dengan teknik-teknik atau strategi-strategi untuk membantu ingatan dengan membantu membentuk assosiasi yang secara alamia tidak ada. Suatu menemonics membantu untuk mengorganisasian informasi yang mencapai

memorikerja dalam pola yang di kenal sedemikian rupa sehingga informasi tersebut lebih mudah dicocokan dengan pola skema di memori jangka panjang. Contoh menemonics, yaitu : pemotongan, singkatan, kata berkait suatu menemonics untuk belajar kosakata bahasa asing (Nur, 2000:10)

d.Strategi Metakognitif Strategi meta kognitif adalah pengetahuan seseorang tentang pembelajaran diri sendiri atau berfikir tentang kemampuan untuk menggunakan strategi strategi belajar tertentu

dengan benar. (Arends, 2007:17). Metakgnitif mempunyai dua komponen: 1. pengetahuan tentang kognitif yng terdiri dari informasi dan pemahaman yang

memiliki seorang pelajar tentang proses berfikirnya sendiri dan pengetahuan berbagai strategi belajar untuk digunakan dalam suatu situasi pembelejaran tertentu. 2. mekanisme pengendalian diri seperti pengendalian dan motoring kognitif (Nur, 2000:20)

Penerapan strategi belajar yang baik dapat dilakukan dengan menggunakan pembelajaran peta konsep. Peta konsep merupakan gambaran dari ide-ide yang saling berkaitan antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi.

Proposisi tersebut dihubungkan dengan menggunakan kata penghubung. Dengan mengetahui adanya terkaitan antara konsep satu dengan konsep yang lainya. Maka siswa dapat melihat bahwa konsep-konsep tersebut tidak berdiri sendiri melainkan mempunyai hubungan yang bermakna. Penggunaan peta konsep dilaksanakan secara bertahap, dimulai dari penyajian materi pelajaran dengan peta konsep yang telah dibuat oleh guru pada karton manil, kemudian siswa melengkapi peta konsep yang telah dibuat guru.selanjutnya siswa dilatih membuat sendiri peta konsep dari materi pelajaran IPS yang di pelajari, sehingga siswa lebih muda

menghubungkan dan merangkai antara konsep satu dengan konsep yang lainnya, serta siswa mampu memahami, menyimpan, dan mengingat kembali materi pelajaran disajikan berdasarkan pembelajaran yang telah

dengan penggunaan peta konsep. Penggunaan peta

konsep didalam proses belajar mengajar mempermudahkan siswa memahami isi dari materi pelajar, dapatmeningkatkan memori atau ingatan siswa. Berdasrkan permasalahan di atas, maka alternatif pemecahan nya adalah dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan peta konsep. Menurut Dahar(2003:25), salah satu cara menyeimbangkan srtategi belajar bermakna yaitu dengan peta konsep atau pemetaan konsep, dengan demikian kegiatan belajar mengajar yang terjadi bukan hafalan

tetapi melibatkan intelektual dan emosional siswa. Dengan melaksanakan strategi pembelajaran dengan menggunakan peta konsep secara kooperatif, siswa akan lebih banyak berfikir , menjawab, dan saling membantu dalam kelompok heterogen, sehingga diharapkan hasil belajar akan dapat meningkat. Kemudian Novak dan Gowin dalam Rusmansyah (2001:25) mengklaim bahwa dalam pemetaan konsep akan membantu para siswa membangun kebermaknaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang baru dan lebih kuatpada suatu bidang studi.

Peta konsep memiliki keunggulan yang memudahkan siswa untuk menyusun informasi dalam meningkatkan pemahaman tentang isi pelajaran, Novak (2001:30), menjelaskan bahwa peta konsep adalah sutu prosedur yang akan di bahas untuk membantu siswa mengorganisasikan Konsep kedalam struktur yang berarti, dapat mengukur tingkatan pengetahuan sebelumnya dan dapat memabangun kreatifitas siswa (Rusmansyah, 2002:35)

2.3 Peta Konsep Peta konsep merupakan kerangka pernyataan dari berbagai konsep yang tersusun secara hirarki, peta konsep memperlihatkan suatu struktur intelektual secara hirarki, diman konsep yang umum (inklusif) ada di puncak peta, makinkebawah konsep yang di urutkan menjadi kurang inklusifnya (Rusmansyah, 2001:30)sedangkan menurut bachman (2005:28) gambaran peta konsep hirarki memudahkan untuk memahami dengan jelas saling ketergantungan dan berhubungan diantara informasi penting yang telah kita kumpulkan. Menurut Dahar (2008:30) peta konsep di gunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi, proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang di hubungkan oleh kata-kata dalam suatu unik semantik. Dalam bentuk yang sederhana, untuk peta konsep hanya terdiri dari dua konsep yang di hubungkan oleh satu kata penghubung untuk membentuk suatu proposisi. Yamin dan Ansari (2003:28) menyatakan bahwa peta konsep dapat di kembangkan secara individual atau dalam kelompok kecil. Siswa siswa mengatur sejumlah konsep atau kunci-kunci pada suatu halaman kertas , kemudian menghubungkan dengan garis-garis dan sepanjang garis itu di tulis suatu kata atau ungkapan yang menjelaskan kaitan antar kata atau konsep-konsep. Peta konsep atau peta pembelajaran adalah cara dinamik untuk menangkap butir-butir informasi yang di signifikankan. Mereka menggunakan format global matau

umum yang yang memungkinakan informasi yang ditunjukan daklam cara mirip seperti otak kita berfungsi dalam berbagai arah secarah serempak. Ketika informasi baru di serap dengan mengunakan peta-peta konsep, kapasitas

penyimpanan meningkat pula. Formatnya banyak menarik pembelajaran visual dan pembelajaran global dan tentu saja, otak emosional lebih banyak bersifat personal spesifik bagi anda (Rose, 2002:40) Menurut Ausubel setriawati (2007:35) ciri-ciri peta konsep yaitu: 1) Peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsepkonsep dan proposisi-proposi suatu metode pembelajaran. 2) Peta konsep merupakan suatu gambaran dua dimensi dari satu materim pelajaran atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri-ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubunganhubungan proposional antara konsep-konsep. 3) Cara menyatukan hubungan konsep. 4) Hirarki, bila dua atau lebih konsep di gambarkandibawah, suatu konsep yang lebih inklusif terbentuk nya hirarki dari peta konsep itu. Selanjutnya yamin dan Ansari (2003:16), menyatakan bahwa ada beberapa lanngkah yang harus di perhatikan dalam pnyusunan peta konsep, yaitu: 1) Pilihlah suatu bacaan dari buku pelajaran dan pilih suatu konsep yang mau dikembangkan. 2) tentukan konsep-konsep yang relevan. 3) urutkan konsep-konsep itu dari yang inklusif ke yang paling tidak inklusif. 4) hubungkan konsep-konsep tersebut dengan kata-kata penghubung. Menurut Dahar (2008:40) dalam pendidikan, peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tjuan antara lain: a). menyelediki apa yang telah di ketahui siswa

b) menyelidiki cara belajar siswa c) mengungkapakn konsepsi yang salah pada siswa d) alat evaluasi Menurut Novak dalam Dahar (2008:40) untuk menilai peta konsep perlu diperhatikan lima kriteria penilaian yaitu: Jumlah konsep Jumlah konsep Kesihan proposisi Adanya hirarki Adanya kaitan silang Adanya contoh-contoh di sekitarnya.

Menurut Dahar (2008:46) peta konsep adalah suatu cara memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi. Dengan membuat peta konsep, siswa melihat bidang studi lebih dan lebih bermakna. Belajar bermakma itu sendiri merupakan suatu proses, belajar dimana informasi baru di kaitkan pada konsep yang relevan yang telah ada pada struktural kognitif siswa. Menurut Novak dan Gowin dalam Dahar (2008:45 ) salah satu cara untuk

mengembangkan strategi belajar mengajar bermakna adalah menggunakan peta konsep atau menggunakan peta konsep atau pemetaan konsep. Peta ini di anggap relevan dan efektif untuk menghadirkan secara visual hirarki dan generalisasi dan utuk mengekspresikan keterkaitan proposisi dalam sistem konsep-konsep yang saling berhubungan. Ausabel dalam Dahar (2008:50), dalam teori sangat menentukan agar guru mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa supaya para siswa dapat belajar secara bermakna.

2.4 Hasil Belajar

a.Pengertian hasil belajar Syaiful bahri Djamarah (2006:9) berpendapat bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang di peroleh dari suatu kegiatan, di ciptakan secara individu maupun kelompok. Anitah (2007:219) mengemukakan hasil belajar merupakan kulminasi dilakukan dalam belajar. Kulminasi diiringi dengan tindak lanjut. Seseorang dikatakan telah belajar kalau padanya telah terjadi perubahan tertentu. Namun tidak semua perubahan seseorang terjadi karena oarang tersebut telah belajar. Hasil belajar dalah sesuatu yang ada atau yang di hasil dari satu proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau di ubah melalui pratek dan latihan. Hermawan (2007:11) menyatakan sagala perubahan perilaku baikpada asfek kognitif (pengetahuan) , afektif (sikap), dan psikomotor(keterampilan) yang terjadi karena proses pengalaman, dapat di kategorikan sebagai perilaku hasil belajar. Dari pendapat ahli di atas di simpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dim peroleh dari suatu kegiatan yang diiringi oleh tindak lanjut yang menghasilkan perubahan, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hakikat hasil belajar adalah seperangkat tugas atau tuntutan atau kebutuhan yang harus di penuhi atau sistem nilai yang harus tampak dalam perilaku dan merupakan yang terjadi pada diri

karakteristik kepribadian siswa yang seharusnya di terjemahkan kedalam berbagai bentuk kegiatan yang berencana dan dapat dievaluasi (terukur). Untuk dapat mengetahui hasil belajar siswa di gunakan penelitian hasil belajar. Penelitian hasil belajar adalah upaya mengumpulkan informasi untuk mengetahiu seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan yang telah di capai oleh siswa pada setiap akhir

pembelajaran baik menggunakan instrumen tes maupun non tes. 1.Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam asfek yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2.Ranah efektif, berkenanaan dengan sikap terdiri dari lima asfek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi atau internalisasi. 3.Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak dengan enem aspek yang ada di dalam nya yaitu gerakan reflex, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan dan keselarasan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretative.

b.pengukuran hasil belajar Mengingat penting nya hasil belajar sebagai bagian akhir dari sebuah proses pembelajaran ada beberapa hak yang harus di perhatikan dalam pelaksaan penilaian atau pengukuran hasil belajar, yaitu: 1. Dalam menilai hasil belajar hendakanya di rancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas atau kemampuan yang menjadi indikator yang harus dinilai, materi penilaian, alat penelitian, dan interprestasi hasil penilaian. 2. Penilaian hasil belajar hendak nya menjadi bagian integral dari proses belajar mengajar 3. Agar di peroleh hasil yang objektif dalam pengertian menggambarkan prestasi dan dan kem ampuam siswa sebagai mana adanya, pnilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif. 4. penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjut nyata. Menurut aliran kognitivisme, keberhasilan itu di tentukan oleh perubahan mental dengan masuknya sejumlah kesan yang baru yang pada akhirnya mempengaruhi perilaku (Djamarah, 2004:47). Untuk menentukan tipe hasil belajar atau tingkat kemampuan berpikir mana saja yang akan dinilai, penyusunan tes dapat berpedoman kepada tujuan intruksional (TIK atau TIU) yang akan dinilai atau kepada tujuan evaluasi itu sendiri.

Terdapat enem tingkat kemampuan atau tipe hasil belajar yang termasuk asfek kognitif yaitu pengetahuan hafalan, pemahan atau komprehensi, penerapan aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi: 1. Dimaksud dengan pengetahuan hafalan atau sering disebut dengan istilah knowedge ialah tingkat kemampuan yang hanya meminta responden atau testee untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta, atau istilah-istilah tanpa harus mengerti, atau dapat menilai, menggunakan. Dalam hal ini testee biasanya hanya dituntut untuk menyebutkan kembali atau menghafal saja. Dibandingkan dengan tipe hasil belajar atau tingkat kemampuan berfikir lainya, tipe pengetahuan hafalan termasuk tingkat yang paling rendah. Meskipun demikian, pengetahuan yang lebih tinggi. Disesuaikan dengan perkembangan tingkat kemampuan berpikir siswa. Soal-soal tes yang banyak menuntuk pengetahuan hafalan rendah. hanya cocok untuk murid-murid SD kelas-kelas

2. Yang dimaksud dengan pemahaman atau komprehensif adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahui nya. Dalam hal ini testee tidak hanya hafal secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang di tanyakan. 3. kemampuan berpikir yang ketiga adalah aplikasi atau penerapan . Dalam tingkay aplikasi, testee atau responden dituntut kemampuannya untuk menerapkan atau menggunakan apa yang ytelah di ketahui dalam suatu situasi yang baru baginya, Dalam kata lain, aplikasi adalah penggunaan situasi khusus. Absraksi absraksi pada situasi kongret atau

tersebut dapat berupa ide, teori, atau petunjuk tekhnis.

Pengetahuan aplikasi lebih tepat dan lebih muda diukur dengan tes yang berbentuk uraian dari pada dengan tes objektif. 4. Tingkat kemampuan analisis yaitu, tingkat kemampuan testee untuk menganalisis atau menguraikan suatu integritas atau situasi tertentu kedalam konsep-konsep atau unsurunsur pembentukannya, pada tingkat analisis, testee diharapkan dapat memahami dan sekalaigus dapat memilih-milihnya menjadi bagian-bagian. Hal ini dapat berupa

kemampuan untuk memahami menguraikan bagaimana proses terjadinya sesuatu, cara bekerjanya sesuatu, atau juga sistematikanya. Kata kerja operasional untuk merumuskan TIK jenjang analisis, antara lain :membedakan, menemukan. Mengklasifikasikan, mengkategorikan, menganalisis, membandingkan, mengdakan pemisahan,. Jika kecepatan analisis telah dikuasai, yang bersangkutan akan dapat mengaplikasikanya pada situasi baru secara kreatif. 5. Tipe hasil belajar kognitif yang kelima adalah tingkat kemampuan sintesis, yang di maksud dengan sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bgian kedalam suatu bentuk yang menyeluruh. Dengan kemampuan sintesis seseorang di tuntut untuk dapat menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu, atau menemukan abstraksinya yang berupa integritas. Tanpa kemampuan sintesis yang tinggi, seseorang akan hanya melihat unit-unit atau bagian-bagian secara terpisah tanpa arti. Berfikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Dan berfikir kreatif kreatif ini merupakan salah satu hasil yang di capai dalam pendidikan 6. Tipe hasil belajar kognitif yang terakhir adalah evaluasi. Dengan kemampuan evaluasi, testee diminta untuk membuat tentang penilaian suatu pernyataan, konsep, situasi

berdasarkan kriteria tertentu. Kegiatan penilaian dapat dilihat dari segi tujuanya ,gagasan ,cara bekerjanya, cara pemecahannya, metodenya, materinya, atau lainnya.

2.5 Faktor-faktor Yang mempengaruhi Hasil Belajar Djamarah (2002:143) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu unsur dari luar dan unsur dari dalam. Unsur dari luar di pengaruhi dunia fisik dan lingkungannya. Sedangkan faktor dari dalam di pengaruhi oleh dua faktor, yaitu: 1.faktor fisiologis yang meliputi faktor fisiologis dan kondisi panca indera 2. faktor psikologis yang meliputi minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif. 2.6 Hubungan Hasil Belajar dengan Peta Konsep Menurut sudjana(2006:60), hasil belajar adalah objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan intruksional. Hal ini karena isi rumusan tujuan intruksional menggambarkan hasil belajar yang harus di kuasai siswa berupa kemampuan-kemampuan siswa telah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajar Hasil belajar adalah merupakan hasil proses belajar. Perlakuan aktif dalam belajar adalah siswa. Hasil belajar juga merupakan hasil proses belajar atau proses pembelajaran. Pelaku aktif pembelajaran adalah guru. Dengan demikian, hasil belajar merupakan merupakan hal yang dapat di pandang dua sisi. Dari sisi siswa. Hasil belajar merupkan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila di bandingkan pada saat pra belajar tingkat perkembangan mental tersebut terkait dengan bahan pelajaran. Dari segi guru, hasil belajar merupakan saat terselesainya bahan pembelajaran. Hal ini juga terkait dengan tujuan panggal-panggal pengajaran (Dimyati dan Mudjiono, 2006:50) Menurut Nur (2002:50) Tujuan pembelajaran dapat di ketahui dari berbagai strategi dan model pengjaran yang salah satu diantara nya adalah peta konsep. Menggunakan peta konsep berarti mendorong mengembangkan pengorganisasian pemahaman konseptual yang

lebih baik. Peta konsep di buat seseorang akan menggambarkan struktur konseptual yang telah ada padanya, peta konsep yang baik adalah peta konsep yang terdiri dari banyak konsep serta contoh-contoh yang menyertainya sehingga siswa lebih mengerti makna dari setiap konsep yang telah i buat di tambah dengan penjelasan yang di uraian secara luas oleh guru sehingga tercapai hasil belajar yang lebih baik. Menurut Nur (2002:60) peta konsep merupakan perwakilan visual atau oganisator grafik tentang hubungan-hubungan antar konsep-konsep tertentu. Karena pada peta konsep menunjukan hubungan antara ide-ide dan istilah- istilah jelas dan membantu lebih baik apa yang dipelajari

2.7 Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian Dafid (2008) yang berjudul Pemgaruh penerapan Pembelajaran peta konsep Terhadap Hasil Belajar IPS terpadu siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 pangkalan kerinci kabupaten pelalawan tahun ajaran 2007/2008, menjelaskan bahwa pembelajaran peta konsep dalam pembelajaran IPS Terpadu dapat meningkatkan daya serap siswa dan dapat mengembangkan ide pikiran siswa dan konsep-konsep yang berkaitan dengan pokok bahasan melalui penggunaan kata-kata kunci. Penelitian di lakukan kerinci pada mata pelajaran IPS terpadu. Demikian juga hasil penelitian Jastikani (2009:) yang berjudul pengaruh peta konsep Terhadap Hasil Belajar BIOLOGI siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Siak Hulu Kampar Tahun Ajaran 2008/2009, menjelaskan bahwa implementasi strategi peta konsep dalam pembelajaran biologi pada siswa di SMP Negeri 1 Siak Hulu dapat meningkatkan terhadap konsep tersebut yang berdampak positif terhadap peningkatan hasil belajar. di SMP Negeri 1pangkalan

2.8 Hipotesis Tindakan Ha : ada pengaruh penggunaan peta konsep terhadap hasil belajar IPS terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 03 Tambang Desa Kualu kabupaten Kampar tahun ajaran 2011/2012 Ho : tidak ada pengaruh penggunaan peta konsep terhadap hasil belajar IPS terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 03 Tambang Desa Kualau Kabupaten Kampar tahun ajaran 2011/2012 Dalam penelitian tersebut dua perlakuan, dimana perlakuan pertama tidak menggunakan peta konsep dalam hal ini dinamakan local A di simbolkan dengan Xa.

Perlakuan kedua menggunakan peta konsep dalam hal ini disimbolkan dengan Xb. Sebelum dilakukan penelitian ini kedua Lokal A dan B di lakukan penelitian awal, setelah akhir penelitian ini dilakukan penilitian kembali. Sehingga hasil penelitian awal di bandingkan dengan hasil akhir akan dilihat seberapa jauh pengaruhnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian di laksanakan di kelas VIII SMP Negeri 1 Tambang Desa Kualu Kabupaten Kampar pada materi pelajaran IPS Terpadu 3.2 Bentuk Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yaitu kegiatan penelitian bertujuan untuk menilai suatu pengaruh perlakuan, tindakan, treatmen, pendidikan terhadap tingkah lakun siswa atau menguji hipotesis tentantang ada tidaknya pengaruh tindakan itu bila di bandingkan dengan tindakan lain. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejalah suatu kelompok lain dengan menggunakan perlakuan yang berbeda (Margon,2003:45) Dalam penelitian ini siswa dibagi menjadi dua kelas yaitu Xa sebagai kelas kontrol di mana pada kelas ini tidak diajarkan nmodel pembelajaran peta konsep dan kelas Xb sebagai eksperimen dimana pada kelas ini diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran peta konsep. 3.3 Desain Penelitian Kelompok Kelompok eksperimen Kelompok kontrol Pre-test T1 T1 X1 Perlakuan Post-test T2 T2

Keterangan : T1=Skor hasil belajar pre test kedua kelompok T2=Skor hasil belajar pre test kedua kelompok X1=Perlakuan terhadap kelompok eksperimen

3.4 Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tambang Desa Kualu Kabupaten kampar yang terdiri dari 2 kelas dengan berjumlah siswa 80 orang. Sampel penelitian adalah siswa kelas control dan siswa kelas eksperimen dan kelas Xa dengan jumlah 40 siswa sebagai kelas kontrol.

3.5 Instrument Penelitian Pada penelitian ini digunakan instrument penelitian yaitu perangkat pembelajaran dan instrument pengumpulan data. a) Prangkat Pembelajaran Silabus dan sistem penelitian

Silabus adalah penjabaran lebih lanjut dan standar kompetisi dan kompetisi dasar yang ingin di capai serta materi pokok yang perlu dipelejari siswa dalam mencapai standar kompetisi dasar. Silabus perlu menggambarkan serangkaian kegiatan yang akan ddi lakukan peserta didik dalam upaya mencapai kompetisi. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rancangan pembelajaran mata pelejaran perunit yang akan diterapakan guru dalam pembelajaran

Buku Siswa

Buku-buku siswa yang akan di kumpulkan siswa dalam proses pembelajaran merupakan buku yang sesuai dengan standar kurikulum yang akan relevan. Peta konsep merupakan suatu prosedur dalam menyusun informasi dengan mengorganisasian konsep ke dalam stuktur yang berarti untuk mengukur tingkat pengetahuan dan kreatifitas siswa. LKS, LKS Merupakan lembaran aktivitas siswa yang berisi ringkasan materi dan didukung oleh soal-soal evaluasi. Evalauasi

3.6 Prosedur penelitian 1. Tahap Penelitian Pada tahap persiapan ini guru melaksanakan beberapa langkah anatara lain sebagai berikut: 1. Menetapakan Kelas penelitian , yaitu kelas Xb dan Xa SMP Negeri 1 Tamabang Desa Kualu Kabupaten Kampar tahun ajaran 2011/20121. 2. Menentukan kelas penelitian yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. 3. Kelas eksperimin diajar dengan pembelajaran strategi peta konsep 4. Menetapkan materi pembelajaran yaitu pada pokok pelajaran uang, perbankan dan kebijakan moneter 5. Membuat perangkat pembelajaran yaitu membuat silabus, RPP, peta konsep, dan alat evaluasi

6. Menetapkan jadwal penelitian 7. Menyiapkan alat untuk memperoleh data berupa lembaran soal-soal mata pelajaranekonomi.

2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Peta Konsep Penelitian ini di laksanakan dalam 5 kali pertemuan yang terdiri dari 3 kali pertemuan untuk tahap proses pembelajaran dengan menggunakan peta konsep dan 2 kali pertemuan untuk evaluasi pembelajaran (ulangan akhir pokok bahasan) Adapun proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar melalui starategi pembelajaran peta konsep meliputi: 1. Pendahuluan (10 menit) Salam pembuka Memeriksa kehadiran siswa Motivasi Guru menempelkan peta konsep Guru menyampaikan tujuan

2. kegiatan inti (65menit) Siswa membaca materi pelajaran yang telah di tentukan odan menemukan

konsep-konsep yang relavan. Pada saat siswa membaca buku, guru menempelkan peta konsep. Guru menjelaskan materi pelajaran tentang keuangang dan perbankan dengan menggunakan peta konsep yang disusun dari konsep yang paling umum ke konsep yang paling khusus serta menghubungkan antara konsep-konsep satu dengan yang lainnya.

Guru

memberiakn

kesempatan

setiap

siswa

untuk

bertanya

mengenai

pembelajaran dengan pkok pembahasan keuangan dan perbankan. 3. Penutup (15menit) Guru dan siswa menyimpulkan materi pelajaran tentang keuangan dan prbankan dengan menggunakan peta konsep serta menghubungkan dan mengitkan materi pelajaran tersebut dengan kehidupan sekarang Guru mengadakan evaluasi

3.7 Instrument dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Pengumpulan Data Menentukan instrumen pengumpulan data peneliti menyatakan bahwa instrument penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan agar pekerjaan lebih muda dan hasil nya lebih baik.penelitian ini menggunakan instrument uji soal ulangan dengan menggunakan soal pilihan ganda dengan jumlah soal yang di gunakan 20 butir soal atau lebih. Bentuk tes soal ulangan adalah objek tertulis. Alasan pemilihan tes objektif adalah sebagai berikut: a. Dapat dijawab dengan cepat oleh siswa dalam waktu yang relatif singkat b. Proses penilaian dapat di lakukan dengan cepat c. Sifatnya objektif baik dalam pertanyaan maupun dalam dalam pemeriksaan. 2. Uji Coba Instrumen Tujuan di lakukan uji coba instrumen adalah untuk mengupayakan instrument yang di susun dapat di gunakan sebagai alat mengumoulkan data secara akurat. Untuk maksud tersebut terdapat dua jenis uji coba instrument, yaitu daya beda (D), tingkat kesukaran (P), dalam butir soal tes.

a. Tarif kesukaran Soal Dalam menghitung tingkat kesukaran soal digunakan rumus dari Margono (2003:), dimana tingkat kesukaran soal dari suatu tes.

Keterangan : TK=indeks TK atau tingkat/taraf kesukaran yang dicari U=jumlah siswa yang termasuk kelompok pandai (upper group) L=jumlah siswa yang termasuk kelompok kurang (lower group) T=jumlah siswa dari kelompok pandai dan kelompok kurang (jumlah upper group dan lower group) b. Daya Pembeda (discriming power) Yang di maksud daya pembeda suatu soal tes ialah bagaimana kemampuan soal itu untuk membedakan siswa-siswa yang termasuk kelompok pandai dengan siswa-siswa yang termasuk kelompok kurang. Daya pembeda suatu soal tes dapat di hitung dengan di temukan Margono (2003 : 62)

Keterangan: DP=indeks DP atau daya pembeda yang dicari U,I, dan T sama dengan keterangan yang diberikan pada rumus untuk taraf kesukaran

Kriteria untuk menemukan soal yang baik dan soal yang tidak baik. Untuk menentukan apakah suatu soal dikatakan baik atau tidak baik sehingga perlu direvisi, digunakan kriteria sebagai berikut: a. Untuk soal yang berbentuk benar-salah. Jika tingkat kesukaranya sama atau lebih kecil dari 0, 16, di kategorikan soal yang sukar Jika tingkat kesukaranya sama atau lebih besar dafri 0, 84 dikategorikan soal yang mudah. b. Untuk soal yang berbentuk pilihan ganda (multiple choice) Untuk pilihan ganda dengan option3, jika tingkat kesukaran sama atau lebih kecil dari 0,21, di kategorikan soal yang sukar, sedangkan jika tingkat kesukarannya sama atau lebih besar dari 0.79, di kategorikan soal yang muda. Untuk pilahan ganda dengan option4, jika tingkat kesukaranya sama atau lebih kecil dari 0, 76 di kategorikan soal yang sukar. Sedangkan jika tingkat kesukaranya sama atau lebih besar dari 0,76 di kategorikan soal yang muda. c. Jika daya pembeli soal itu adalah 0 (nol) atau negatif (minus), maka soal itu perlu di revisi / diperbaiki Dengan adanya kriteria pada a dan b tersebut diatas, dapat di simpulkan: Makin tinggi nilai TK suatu soal, makkin mudah soal tersebut dan makin rendah nilai TK suatu soal,mmakin sukar sola tersebut. Tingkat kesukaran suatu soal dikatakan baik jika nilai TK diperoleh dari soal tersebut sekitar 0,50 atau 50%.

Umumnya dapat dikatakan: soal-soal yang mempunyai nilai TK 0,10 adalah soalsoal yang sukar dan soal-soal yang mempunyai nilai TK 0,90 adalah sola-soal yang terlampau mudah. Keandalan (realibiliti) addalah ketepatan atau ketelitian suatu alat evaluasi suatu tes atau alat evaluasi di katakan andal jika ia dapat dipercaya, konsisten, atau stabil atau

produktif . jadi, yang penting disini ialah ketelitian sejauh mana tes atau alat tersebut dapat dipercaya kebenarannya. Keandalan suatu tes dinyatakan dengan koefesien korelasi ditulis dengan r yaitu dengan jalan mencari korelasi, Misalnya: a. Dengan metode dua tes, dua tes yang paralel dan setaraf diberikan kepada sekelompok anak. Hasil keduam tes tersebut kemudian dicari korelasinya, Dalam hal ini dapat juga digunakan metode pearson dan metode spearman b. Dengan metode satu tes, sebuah tes diberikan dua kali kepada sekelompok murid yang sama, tetapi dalam waktu yang berbeda. Kedua tes ini kemudian dicari korelasi. c. Metode dengan satu tes dimana satu tes dibagi menjadi dua bagian yang sama tingkat kesukaranya,m sama isi dan bentuknya, kemudian dilihat skor masing-masing bagian perubahan tes dan dicari korelasinya. Cara membagi misalnya dengan jumlah semua item yang bernomor genap untuk tes A dan semua yang bernomor ganjil untuk tes B. Setelah didapat korelasi antar setengah tes yang pertama (tes A) dengan setengah tes yang kedua (tes B) 1. Objektifitas Objektifitas suatu tes di tentukan oleh tingkat atau kualitas kesamaan skor-skor yang di peroleh dengan tes tersebut meskipun hasil tes itu dinilai oleh beberapa orang penilai. Untuk

ini diperlukan kunci jawaban tes. Kualitas objektifitas suatu tes menurut Ngalim (2009:24) dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan: a. Tinggi b. Sedang c. Rendah a . Objektifitas tinngi ialah jika hasil hasil tes itu menunjukan tingkat kesamaan yang tinggi. Contoh nya : Tes yang sudah di bakukan, hasil penskorannya sangat objektif b. Objektifitas sedang ialah seperti tes yang sudah distandarisasi, tetapi pandangan subjektif skor masih muncul dalam penilaian dan interprestasinya. c. Objektifitas rendah ialah seperti beberapa jenis tes yang digunakan oleh LBH (lembaga bimbingan dan penyuluhan) untuk keperluan konseling. 2. Kepraktisan Kepraktisan suatu tes penting juga diperhatikan. Suatu tes dikatakan mempunyai kepraktisan yang baik jika kemungkinan untuk menggunakan tes itu besar. Kriteria untuk mengukur peraktis-peraktis suatu tes dapat dilihat dari: 1. Biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan tes itu. 2. Waktu yang diperlukan untuk menyusun tes itu. 3. Sukar-mudahnya menyusun tes itu. 4. Sukar-mudahnya menilai (scoring) hasil tes itu. 5. Sulit-sulitnya menginterprestasikan (mengola) hasil tes itu. 6. Lamanya waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tes itu.

Tentu saja menentukan ukuran yang tepat untuk kriteria tersebut diatas itu sukar karena penentuan mahal-murah, lama dan tidak, sukar dan mudah, itu relatif, tergantung pada pada dan dipengaruhi oleh berbagai faktor (Ngalim, 2009:20) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kendala suatu tes adalah: 1. Luas tidaknya sampling yang di ambil 2. Kemampuan bakat murid yang di tes. Makin variabel kemampuan peserta tes, berarti semangkin tinggi keandalan koefesien tes. Tes yang diberikan kepada beberapa tingkat kelas yang berbeda lebih tinggi keandalanya dari pada yang hanya diberikan kepada beberapa kelas yang akan sama karena tingkat kelas yang yang berbeda akan menghasilkan achievement yang lebih luas. 3.Suasana dan kondisi testing Suasana ketika berlangsungnya testing, seperti tenang, gaduh, banyak gangguan, pengetes yang marah-marah dapat mengganggu pengerjaan tes sehinnga dengan demikian mempengaruhi pula hasil dan keandalan tes. C. validitas Validitas butir soal buatan guru didasarkan atas bahan dan tujuan khusus yang di rumuskan oleh guru dan untuk kelasnya, butir biasanya di susun oleh guru sendiri. Kegunaan tes buatan guru adalah: 1.Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang di berikan dalam waktu tertentu.

2. Untuk menentukan apakah tujuan telah tercapai Validasi butir soal digunakan untuk mengetahui tingkat ketetapan butir soal dalam hal ini suatu instrumen dikatakan valid apabila mengukur bapa yang hendak diukur. 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang di perlukan dalam penelitian ini,peneliti memberikan tes berupa: 1. Pre tes : suatu tes yang diberikan pada awal pembelajaran yang menentukan kelas yang akan diteliti. Pre-test bertujuan untuk mengetahui kelas-kelas yang homogen, artinya keles-kelas yang hasil tesnya mendekati rata-rata sama. Dari pre test kemudian diperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dijadikan objek peneliti. 2. Pre test : suatu tes yang diberikan pada setiap pembelajaran berakhir. Posttest bertujuan untuk mengetahui pengaruh peta konsep terhadap hasil belajar siswa 3.8 Teknik Analisa Data Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh peta konsep terhadap hasil belajar IPS Terpadu maka di lakukan pengujian dengan menggunakan metode statistik melalui pengujian terhadap hipotesis. Lamgkah-langkah analisis statistik uji t adalah: 1.uji rata rata sampel Uji rata ini di gunakan untuk menentukan nilai tengah dari sampel yang akan digunakan, dimana uji menunjukan ketersebaran data yang digunakan sehingga kecil nilai

rata ratasampel ini maka semakin homogen data tersebut, adapun mencari rata rata kelas kontrol dan rata rata kelas eksperimen: Adalah : Untuk kelas kontrol

Untuk kelas eksperimen

2. Uji Variasi sampel Uji variasi adalah untuk menentukan seberapa jauh sebaran data sampel, untuk kedua sampel yaitu kelas kontrol dan eksperimen, dimana uji ini diambil dari buku (sudjana, 2000:60). Sedangkan Langkah-langkah analisis variansi sebagai berikut :

Untuk kelas kontrol

Untuk kelas ekspermen

3. Uji Homogenitas Uji homogen dianalisa dengan menggunakan variansi tersebut dibandingkan variasi terkecil, uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua sampel mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Dengan kemampuan awal (pre-test ) dan kemampuan akhir (posttest). Kriteria penilaian yang digunakan adalah, jika signifikan 0,05 maka sampel penelitian dikatakan tidak homogen, dan jika signifikan > 0,05 maka sampel penelitian dikatakan homogen.

Adapun rumus digunakan adalah :

4. Uji Gabungan Devisi Standar Gabungan Uji ini adalah mencari deeviasi standar gabungan antara deviasi kelas kontrol dan kelas eksperimen (dsg), yaitu:

Keterangan :

Dalam menghitung korelasi digunakan Margono 1. Dengan

Dengan rumus oini dapat menghitung validitas suatu tes dengan membandingkan atau mencari korelasi antara dua kelompok skor, dihitung berdasarkan deviasi setiap skor dari mean. 2. Rumus yang lain untuk korelasi adalah

Rumus ini digunakan untuk mencari korelasi dengan cara dihitung langsung dari raw score, dengan menggunakan mean dari masing-masing kelompok skor tersebut. Seperti yang telah di bicarakan, untuk menghitung validitas suatu tes dapat juga digunakan metode yang disebut rank ditulis dengan

Cara menghitung koefesien korelasi menurut metode spearmen ini bukan berdasarkan nilai-nilai yang sebenarnya dari skor-skor yang terdapat didalam kedua kelompok, melainkan didasarkan atas nilai relative ranking (nilai urut tingkatkan secara relatif) dari tiapskor didalam kedua kelompok tersebut. 5.Uji Statistik Statistik uji t. Uji t adalah tes statistik yang dapat dipakai untuk menguji perbedaan atau kesamaan dua kondisi/ perlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip memperbandingkan rata-rata (mean) kedua kelompok/perlakuan itu (sudjana, 2000: 60). Sedangkan Langkah-langkah analisis uji t sebagian diambil dari buku Margono (2003 :56), adapun langkah-langkah yang digunakan sebagai berikut: 1. Apabila maka digunakan rumus: maka dikatakan mempunyai varians yang homogen,

1. Apabila maka dikatakan mempunyai varians yang tidak homogen, maka digunakan rumus:

Dimana : t= Nilai yang dihitung = Rata-rata kelas kelompok kontrol = Rata-rata kelas kelompok eksperimen = Varians kelompok eksperimen = Varians kelompok kontrol

You might also like