You are on page 1of 21

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN ALAT INDERA

Disusun oleh : Nama NIM Kelompok Asisten : : : : Laili Nailul Farich 09680029 2

LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2012

I.

Tujuan Percobaan a) Menentukan daerah penyebaran reseptor dari keempat sensasi kecap primer, berdasarkan kepekaan tertinggi terhadap bahan yang bersangkutan b) Menentukan daerah penyebaran reseptor kecap selain sensasi primer c) Mengetahui kepekaan seseorang terhadap rangsangan bau d) Hubungan pembau dan pengecap e) Mengetahui pengaruh bau terhadap kesan pengecapan f) Mengetahui banyaknya reseptor panas dan dingin g) Pengaruh dingin terhadap rasa sakit h) Mengetahui adanya pengaruh dingin terhadap rasa sakit/nyeri i) Mengetahui letak kepekaan terhadap sentuhan dari bagian kulit j) Melatih kepekaan terhadap sentuhan k) Menentukan jarak benda yang bayangannya jatuh pada bintik buta l) Mengetahui reflex pupil ketika ada cahaya yang masuk m) Mengetahui refleks pupil terhadap akomodasi mata

II.

Dasar Teori Manusia membutuhkan informasi berupa rangsangan dari lingkungan luar sekitar

untuk dapat menjalani hidupnya dengan baik. Agar rangsangan yang berasal dari luar tubuh dapatditangkap dibutuhkan alat-alat tubuh tertentu yang bernama indera. Indera manusia terdiri atas organ-organ tubuh yang sangat peka terhadap stimulus ( rangsangan ) tertentu yaitu : 1. Indera Penglihat (mata) Mata berbentuk bola, sedikit pipih dari arah depan ke belakang. Bola mata ataubiji mata terletak di dalam rongga mata dan dilin-dungi oleh tulang-tulangtengkorak.Bagian luar bola mata dilindungi oleh kelopak mata.Tepat di atas sudutluar mata terdapat kelenjar air mata yang berfungsi membasahi danmembersihkan permukaan mata.Bola mata melekat pada dinding rongga matamelalui tiga pasang otot.Ketiga pasang otot tersebut berfungsi untukmenggerakkan bola mata. Jika kerja otot mata kanan dan otot mata kiri tidakserasi akan terjadi kelainan yang disebut juling. 2. Indera Pendengar (telinga) Telinga manusia merupakan organ yang sangat kompleks.Telinga manusiamerupakan saluran yang terbuka di bagian luar danbersatu dengan tulangtengkorak.Telinga merupakan organ tubuh

yang berfungsi untuk mendengarsuaraatau bunyi.Suara yang dapat kita dengar adalah suarasuara yang memilikifrekuensi antara 20 Hz 20.000 Hz. 3. Indera Pembau (hidung) Indra pembau pada tubuh kita berupa hidung.Di dalam rongga hidung bagian atasterdapat serabut-serabut saraf pembau dengan sel-sel pembau diujungnya.Serabut-serabut saraf itu bergabung menjadi urat saraf pembau yangmenuju pusat pembau di otak.Sel-sel pembau mempunyai rambut-rambut halus diujungnya dan diliputi oleh selaput lendir yang berfungsi sebagai pelembap.Sel-selpembau peka terhadap zat-zat kimia dalam udara (berupagas atau uap). 4. Indera Pengecap (permukaan lidah) Pada manusia, ujung saraf pengecap berlokasi di kuncupkuncup pengecap padalidah. Kuncupkuncup pengecap mempunyai bentuk seperti labu, terletak padalidah di bagian depan hingga belakang. Makanan yang dikunyah bersama air liur memasuki kuncup pengecap melalui pori-pori bagian atas. Di dalam mulut,makanan akan merangsang ujung saraf yang mempunyai rambut. Dari ujungtersebut pesan akan dibawa ke otak, kemudian diinterpretasikan dan sebagaihasilnya kita dapat mengecap makanan yang masuk ke dalam mulut kita. 5. Indera Peraba (permukaan kulit) Indra peraba pada tubuh manusia adalah kulit.Di kulit terdapat beberapa organpengindraan khusus disebut reseptor.Reseptor merupakan percabangan akhirdendrit dari neuron

sensorik.Beberapa reseptor tersusun atas beberapa dendritdan ada yang mempunyai sel khusus.Tiap reseptor hanya cocok untuk jenisrangsang tertentu saja.Jika reseptor dirangsang, terjadi impuls sepanjangdendrit yang diteruskan ke sistem saraf pusat (Syamsuri, I. 2004) Pada hakikatnya indra merupakan sel-sel reseptor sensori yang mampu mendeteksi berbagai rangsangan. Ketika suatu rangsangan diterima reseptor, saraf meneruskan informasi yang diterima reseptor ke otak, selanjutnya otak, menafsirkan, atau memerintahkan efektor ( Sudjadi, 2004). Alat indera pada manusia itu sempurna karena dilengkapi dengan bagian-bagianyang berfungsi untuk menerima rangsangan dari luar, dan saraf-saraf pembawa rangsang ke saraf pusat ( otak ).Alat-alat indera manusia dapat berfungsi dengan sempurna bila

1. Saraf-saraf yang berfungsi membawa rangsang ke sumsum saraf pusatbekerja dengan baik. 2. Otak sebagai pusat pengolah rangsang bekerja dengan sempurna. 3. Secara anatomi alat-alat indera tak mempunyai kelainan bentuk dan fungsinya. (Masud I. 2000) Apabila dibagi ke dalam kelompok alat indera, maka dapat dibagi ke dalam tiga grup kelompok, yakni : 1. Kemoreseptor Kemoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap rangsangan zat kimia yaitu indra pembau (idung) dan indra pengecap (lidah). 2. Mekanoreseptor Mekanoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap rangsangan gaya berat, tegangan suara dan tekanan yakni indra peraba (kulit) dan indra pendengaran (kuping). 3. Photoreseptor / Fotoreseptor Photoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap rangsangan cahaya seperti indra penglihatan atau mata (Mapok, 2007). Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:

Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.

Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.

Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar. (Kimball,1994)

Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf. Contoh rangsangan adalah sebagai berikut.

Perubahan dari dingin menjadi panas. Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan. Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung. Suatu benda yang menarik perhatian. Suara bising. Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan

Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor Indera berperan sebagai reseptor, yaitu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsangan. Ada lima macam indera yaitu : Mata, sebagai penerima rangsang cahaya (fotoreseptor) Telinga, sebagai penerima rangsang getaran bunyi (fonoreseptor) dan tempat beradanya indera keseimbangan (statoreseptor) Hidung, sebagai penerima rangsang bau berupa gas (kemoreseptor) Lidah, sebagai penerima rangsang zat yang terlarut (kemoreseptor) Kulit, sebagai penerima rangsang sentuhan (tangoreseptor) Tiap indera akan berfungsi dengan sempurna apabila : 1. Indera tersebut secara anatomi tidak ada kelainan 2. Bagian untuk penerima rangsang bekerja dengan baik 3. Saraf-saraf yang membawa rangsang dari dan ke otak bekerja dengan baik 4. Pusat pengolahan rangsang di otak bekerja dengan baik. (Campbell et al, 2002)

III.

Bahan dan metode kerja Bahan bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya larutan NaCl, larutan

asam, larutan glukosa, larutan kopi tanpa gula, larutan cabe/merica, air putih, minyak menthol, minyak angin, parfum, minyak cengkih, bengkoang, kentang, apel, air hangat, air dingin, es batu. Alat alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya cotton bud, gelas kimia, cawan petri, sapu tangan, peta rasa, tissue/ kapas, syringe 2,5 ml, sapu tangan, tusuk gigi, pisau, penggaris, jarum pentul, spidol, jam/ stopwatch, jangka, mata uang logam, kertas karton, senter. Metode kerja A. Pengecap Gusi dan lidah dibersihkan dari sisa-sisa makanan dengan berkumur, kemudian lidah dibersihkan dengan tissue/kapas agar tidak basah oleh air ludah, cairan dituangkan pada cawan petri dan cotton bud direndam pada tiap-tiap larutan. Mata praktikan ditutup agar tidak mengetahui larutan apa yang dipergunakan, cotton bud disentuhkan pada tempat-tempat pusat pengecap, praktikan mengatakan rasa apa yang dirasakan setiap kali sentuhan dan tempat mana yang paling terasa macam larutan yang disentuhkan, diulangi percobaan dengan cotton bud yang lain sesuai larutannya, ditanyakan pada praktikan apakah pada daerah yang disentuh dirasakan rasa larutan tertentu, sesuai atau tidak dengan macam larutan yang dicobakan,jawaban sesuai tanda + pada gambar lidah ,tidak sesuai tanda -, percobaan diulangi pada orang lain dengan cotton bud yang berbeda, kemudian hasilnya dibandingkan B. Pembau Mata praktikan ditutup, parfum diambil dengan jarum syringe secukupnya kemudian jarum dilepaskan dan dibiarkan syringe dalam kondisi terbalik,ujung penutup disisipkan pada bagian belakang hidung melalui lubang hidung satu sisi, sisi lain lubang hidup ditutup dengan kapas agar yang membau cuma satu sisi saja kemudian dibau/dihirup oleh praktikan, dicatat hasilnya, setelah itu posisi syringe diarahkan keatas dan dihirup lagi oleh praktikan, dibandingkan posisi pertama dan posisi kedua, dicatat hasilnya, diulangi percobaan dengan bahan yang lain. Lubang hidung yang satu ditutup dengan kapas dan yang satu tetap tebuka, bahan dituang pada syringe secukupnya, syringe dipegang dan didekatkan pada hidung yang terbuka dengan jarak 1,5 cm di depan hidung praktkan diminta menghirup dan menghembuskan

lewat mulut. Hal ini diulangi berkali-kali sampai tidak lagi emmbaui bahan tersebut. Dihitung Olfactory fatigue Times (OFT) yaitu waktu yang digunakan untuk mancapai ketidakpekaan (kelelahan) pembau, artinya sampai tidak lagi dapat memmbau sesuatu. Diulangi tiga kali dan diambil reratanya. Dihitung pula Olfactory Recovery Times (ORT) yaitu waktu yang dibutuhkan untuk kesembuhan pemabu, artinya sampai dapat membau kembali. Diulangi 3X, kemudian dihitung rata-ratanya. Seluruh percobaan tersebut diulangi dengan praktikan yang lain dan dibandingkan hasilnya. C. Hubungan pembau dan pengecap Mata praktikan ditutup dan hidungnya ditutup dengan sapu tangan. Lidah dibersihkan dengan tissue. Diletakkan sekerat bahan secara bergantian. Ditanyakan, apa yang diarasakan setiap kali bahan diletakkan di lidah, dan ditanyakan juga apakah ia dapat membau atau mengecap.Percobaan diulangi, tetapi dengan hidung terbuka. Percobaan diulangi 2x pada praktikan yang sama dan diulangi untuk praktikan yang lain. Kemudian dibandingkan D. Reseptor panas dan dingin Dibuat kotak sepanjang 28mm dan dibagi dalam 14 kotak pada tangan bagian dorsal. Diamsukkan jarum ke dalam gelas kimia yang berisi air hangat dan jarum lain pada air dingin. Ditunggu lima menit, kemudian disentuhkan sebentar masing-masing jarum tersebut ke dalam kotak bujursangkar pada praktikan secara berurutan. Dicatat hasilnya, tanda (+) untuk kotak yang merasakan dan tanda (-) untuk kotak yang tidak merasakan. Percobaan diulangi untuk tangan bagian ventral pada praktikan yang sama. E. Pengaruh dingin terhadap rasa sakit Praktikan duduk dan telapak tangannya mendatar di atas meja. Telapak tangannya dicubit dengan intensitas sedang hingga dia mulai sakit dan diteruskan hingga dia tidak merasakan sakit/nyeri. Cubitan diulangi pada tempat yang tadi setelah dibiarkan beberapa saat. Daerah tersebut diusap dengan es dengan gerakan memutar dan dikeringkan dnegan tisu. Dicatat waktu begitu ia tidak merasakan sakit. Di ulangi untuk telapak tangan yang lain. Ulangi percobaan untuk praktikan yang lain kemudian dibandingkan.

F. Kepekaan sentuhan Praktikan ditutup matanya dan salah satu lengannya diletakkan di atas meja. Diletakkan akki jangka pada jarak 3cm dan disentuhkan dengan tekanan ringan kedua kaki jangka secara bersama-sama pada bagian ventral lengan bawah praktikan. Jika ia merasakan dua titik maka jarak kedua kaki jangak diperkecil, sebaliknya jika praktikan merasakan satu titik maka jarak kaki jangka diperbesar. Dilakuakn sedikit demi sedikit hingga diperoleh jarak terpendek yang masih dirasakan dua titik oleh praktikan. Kemudian dicatat data yang diperoleh. Percobaan di atas diulangi untuk lengan bawah bagian dorsal, telapak tangan bagian dorsal, telapak tangan bagian ventral, ujung jari tangan kiri dan tangan kanan, dahi, pipi, dan bibir. G. Bintik buta Lima buah mata uang logam disusun berdiri lurus kebelakang denga jarak masing-masing 8mm. ditutup salah satu mata praktikan dengan karton tebal. Sedangakan mata satunya tertuju pada bagian tengah dari uang logam yang terdepan.. ditanyakan, berapa banyak uang logam yang tampak, uangg logam mana yang tidak kelihatan. Jarak mata uanga logam itu ke mata merupakan jarak benda yang bayangannya jatuh pada bintik buta. Jarak antar mata uang logam di ubah, dan dibandingakan hasilnya. Percobaan diulangi dengan menggunakan mata yang satunya. Percobaan juga diulangi untuk praktikan yang lain. H. Refleks pupil terhadap intensitas cahaya Diukur dan dicatat diameter pupil praktikan, dengan meletakkan penggaris di bawah salah satu matanya. Praktiakn diminta umntuk memejamkan mata dan dituutp dengan tangan atau sapu tangan, sedang penggaris tetap dipegang. Secara mendadak paraktikan diminta dan diukur diameter pupil matanya. Dibandingkan hasilnya. Praktikan diminta kembali memjamkan matanya. Secara mendadak mata diterangi dengan senter, dan diukur diameter pupilnya. Percobaan diulangi pada praktiakn yang lain. I. Refleks pupil terhadap akomodasi mata Pada keadaan normal praktikan, diameter pupil diukur dengan meletakkan penggaris di bawah salah satu matanya. Praktikan diminta melihat benda-benda yang jauh letaknya.

Kemudian diukur diameter pupilnya. Praktikan diminta melihat benda-benda yang letaknya dekat, dan diukur diameter pupilnya. Percobaan diulangi pada praktikan lain. IV. Hasil dan pembahasan

Tabel 1. pengecap No 1 2 3 4 5 Jenis bahan Larutan NaCl Larutan asam Larutan glukosa Larutan kopi tanpa gula Larutan cabe/saos Reseptor pengecap Tepi lidah bag.belakang Tepi lidah bag. depan Ujung lidah Pangkal lidah Tepi pangkal lidah Hasil + + + + +

Berdasarkan hasil percobaan, dapat diketahui bahwa reseptor pengecap pada praktikan hasilnya semua positif atau daerah yang disentuh sesuai dengan larutan yang dicobakan. Lidah berfungsi sebagai indera pengecap, mengatur makanan di dalam mulut agar terkunyah dengan baik, membantu menelan makanan, dan membantu mengucapkan kata-kata. Lidah sebagai indera pengecap, yaitu untuk merasakan rangsangan rasa dari benda-benda yang masuk ke dalam mulut. Indera pengecap tersebut terletak pada bagian permukaan atas yang terbagi menjadi beberapa daerah yang peka terhadap manis, asam, asin dan pahit. Hal ini dikarenakan pada permukaan lidah terdapat saraf pengecap yang berupa bintil-bintil yang menyebabkan permukaan lidah menjadi kasar. Bintil-bintil tersebut disebut juga papilla yang terdiri dari banyak kuncup pengecap (taste bud). Terdapat 4 jenis papilla, yaitu: 1. Papilla filiformis, terdapat pada bagian posterior 2. Papilla fungiformis, pada bagian anterior 3. Papilla foliata, pada pangkal lidah bagian lateral 4. Papilla sirkumfalata, melintang pada pangkal lidah ( Junquiera dan Carneiro, 1980)

Kuncup pengecap tersebut dapat mengecap rasa karena mempunyai kumpulan saraf pengecap. Setiap kuncup pengecap hanya bisa mengenali satu rasa yang khas, yang terdiri dari 2 jenis sel, yaitu sel penyokong dan sel pengecap sebagai reseptor. Pada sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang memanjang ke lubang pengecap (taste pores). Zat-zat makanan yang terlarut dalam cairan ludah akan merangsang sel-sel ujung saraf melalui rambut gustatori yang selanjutnya akan menimbulkan impuls yang akan diteruskan ke otak sehingga dapat diinterpretasikan dengan berbagai rasa. Rasa yang dapat direspon oleh kuncup-kuncup pengecap, yaitu manis, asam, asin dan pahit. Pada lidah reseptor yang sensitif terhadap rasa manis terdapat pada ujung lidah, untuk rasa asam terdapat pada bagian samping lidah (kanan dan kiri), untuk rasa pahit terdapat pangkal lidah dan bagian samping depan sensitif terhadap rasa asin (Soewolo, 1999). Berbagai macam rasa yang dapat ditimbulkan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1. Larutan glukosa rasa manis, ditimbulkan oleh gugus OH- dalam molekul organik. Gugus tersebut terdapat pada gula, keton dan asam amino tertentu. Rasa manis dimulai dengn melekatnya molekul gula pada porus perasa. Kemudian hal ini akan mengaktifkan stimulator yang terdapat pada sitoplasma yang terdapat pada membran. Stimulator (protein G ) akan teraktivasi selanjutnya akan mengaktifkan enzim adenilat siklase. Enzim ini akan mengaktifkan pembentukan Camp dari ATP. Terjadinya peningkatan camp akan mengakibatkan terstimulasinya enzim sitoplasma lainnya. Hal ini akan membuat ion K dapat keluar sehingga mengakibatkan depolarisasi pada puting pengecap. Hal ini akan mengakibatkan terlepasnya neotransmiter ke sinaps dan selanjutnya akan diteruskan ke otak. 2. Larutan asam rasa asam, Rasa asam terjadi karena konsentrasi proteon atau ion H. Membran sangat permeable terhadap proton ini. Masuknya proton akan membuat depolarisasi akibatnya neotransmiter dilepaskan ke sinaps. 3. Larutan NaCl rasa asin, dihasilkan oleh garam yang terionisasi, karena konsentrasi Na+ . Masuknya ion Na mengakibatkan tertutupnya saluran keluar ion K. Depolarisasi mengakibatkan neotransmiter keluar, dan impuls bisa diterima oleh otak.

4. Larutan kopi tanpa gula rasa pahit, Transtan pahit akan berikatan dengan reseptor pada membran. Pelekatan ii akan mengakibatkan teraktivasinya protein G lainnya yang kemudian akan mengaktifkan enzim fosfolipase. Enzim ini akan membuat IP3 yang merupan senyawa yang larut daam sitoplasma yang terdapat dalam RE. Berikatan IP3 dengan reseptor akan membuat terbukanya ion Ca. Maka ion Ca akan keluar menuju Sitoplasma. Peningkatan ion Ca akan membuat saluran K terbuka dan terjadi sinaps Ada beberapa orang yang mempunyai dunia rasa yang berbeda-beda, misalnya ada yang menyukai pedas, atau pun ada yang tidak. Itu semua dipengaruhi oleh faktor genetis yang berbeda-beda dan budaya sendiri-sendiri dan bias juga disebabkan oleh jumlah papila yang berbeda.

Table 2. Pembau (Olfactory Fatigue Times) OFT 01 : 36 01 : 53 02: 01 Rata-Rata 2. Parfum 01:50 02 : 11 01 : 02 02 : 18 Rata-Rata 3. Minyak Cengkih 01 : 56 01 : 53 (Olfactory Recovery Times) ORT 00 : 51 00 : 26 00: 23 00 : 33 00 : 19 00 : 24 00 : 28 01 : 11 00 : 34

No Jenis bahan 1 Minyak Angin

02 : 28 Rata-Rata 4. Minyak Kayu Putih 02 : 11 01 : 51 02 :19 02 : 04 Rata-Rata 02 : 05

00 :28 00 : 31 00 : 26 00 : 18 00 : 10 00 : 18

Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa bau yang paling merangsang praktikan adalah bau minyak cengkih dengan nilai OFT tertinggi yaitu rata-rata 2 menit 11 detik,yaitu dimana praktikan sampai mengalami ketidakpekaan pembau, sedangkan nilai ORF tercepat yaitu dimana praktikan membutuhkan waktu untuk dapat membau kembali atau waktu yang dibutuhkan untuk kesembuhan pembau yaitu pada bahan minyak kayu putih dengan waktu ORF rata-rata 18 detik. Indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan molekul-molekul di udara. Di atap rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitive terhadap molekul-molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian pendeteksi bau(smell receptors). Receptor ini jumlahnya sangat banyak ada sekitar 10 juta. Ketika partikel bau tertangkap oleh receptor, sinyal akan di kirim ke the olfactory bulb melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak dan kemudian di proses oleh otak bau apakah yang telah tercium oleh hidung

Table 3. Hubungan Pembau dan Pengecap Jenis percobaan Mata hidung ditutup Kentang + Bengkoang Bahan Rasa 1 Hambar/tidak ada rasa Hambar/tidak ada rasa Apel Asam Hambar 2 Manis/ada rasa Manis Dapat membau / tidak 1 Tidak membau Tidak membau Tidak membau Air putih Mata ditutup Bengkoang + dibuka Apel hidung Kentang Ada rasa Tidak rasa Asam Manis ada Tidak rasa Tidak rasa Air Putih ket 1 : Praktikan pertama(sri yuniarti) 2. Praktikan kedua (almauludatul kamilah) Pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab rangsangan bau dari makanan dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh reseptor olfaktori. Dari tabel hasil percobaan diatas dapat diketahui bahwa kemampuan indra pengecap dan pembau pada kedua praktikan berbeda hasilnya dalam menerima rangsang, kepekaan dalam menerima rangsang dari kedua praktikan, ada yang dapat merasa atau membau ada yang tidak, hasilnya tidak sama karena rasa pada makanan biasanya merupakan kombinasi rasa pengecapan dan rasa penciuman. Adanya perbedaan kepekaan ini kemungkinan disebabkan adanya beberapa factor diantaranya kondisi praktikan, apakah dalam keadaan sehat atau tidak, karena jika praktikan dalam keadaan tidak sehat ,pilek misalnya maka kepekaan akan terganggu, ketika sakit pilek, di mana hubungan antara rongga hidung dan rongga mulut terganggu, sehingga uap makanan dari ada Bisa membau Bisa membau Bisa membau ada Bisa membau Bisa membau Bisa membau 2 bisa Tidak membau bisa Tidak membau bisa Tidak membau bisa bisa bisa

makanan di mulut tidak dapat mencapai rongga hidung dan makanan seakan-akan kehilangan rasanya. Factor yang lain dapat juga disebabkan karena factor genetis, dan jumlah papilla yang berbeda.

Table 4. Reseptor panas dan dingin Kotak dingin dorsal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 + + + + + + + + + + + + + ventral + + + + + + + + + Panas dorsal + + + + + + + + + + + + + Ventral + + + + + + + + + + + -

Berdasarkan tabel hasil percobaan diatas dapat diketahui bahwa banyaknya reseptor panas dingin pada bagian telapak tangan dorsal dan ventral berbeda, pada daerah dorsal lebih banyak reseptornya,sehingga lebih banyak merasakan panas maupun dingin. Pada kulit ini reseptor panas adalah korpuskulus Ruffini. Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula sendi. Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang mengandung ujung akhir saraf yang menggelembung. Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor, karena mirip dengan organ tendo golgi. Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli intrafusal) yang

terbungkus dalam kapsula berlamela. Akhir saraf tak bermielin yang bebas, bercabang disekitar berkas tendonya. Korpuskulus ini terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan untuk menerima rangsangan panas. Sedangkan reseptor dingin adalah Korpuskula Krause. Korpuskel ini berbentuk bundar (sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron. Mempunyai sebuah kapsula tebal yang menyatu dengan endoneurium. Di dalam korpuskulus, serat bermielin kehilangan mielin dan cabangnya tetapi tetap diselubungi dengan sel schwann. Seratnya mungkin bercabang atau berjalan spiral dan berakhir sebagai akhir saraf yang menggelembung sebagai gada. Korpuskel ini jumlahnya semakin berkurang dengan bertambahnya usia. Korpuskel ini berguna sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.

Table 5. Pengaruh dingin terhadap rasa sakit waktu sampai tak terasa letak pemberian es sakit praktikan 1 daerah cubitan daerah cubitan disekitar 6 detik 4 detik 20 detik praktikan 2 13 detik

Berdasarkan tabel hasil percobaan diatas dapat diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan praktikan sampai tak merasa sakit setelah dicubit dan diberi es hasilnya berbeda, hasilnya pada praktikan pertama waktu yang dibutuhkan lebih lama, hal ini tergantung pada kepekaan , banyaknya reseptor dan sensifitas kulit praktikan. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis, reseptor yang menerima rangsangan ini adalah Korpuskulus Berlamel (Vater Pacini). Korpuskulus berlamel (vater pacini) ditemukan di jaringan subkutan pada telapak tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo, ligamen dan genetalia eksterna. Bentuknya bundar atau lonjong, dan besar (panjang 2 mm, dan diameter 0,5 1 mm). Bentuk yang paling besar dapat dilihat dengan mata telanjang, karena bentuknya mirip bawang. Setiap korpuskulus disuplai oleh sebuah serat bermielin yang besar dan juga telah kehilangan sarung sel schwannya pada tepi korpuskulus. Akson saraf banyak mengandung mitokondria. Akson ini dikelilingi oleh 60 lamela yang tersusun rapat (terdiri dari sel gepeng). Sel gepeng ini tersusun bilateral dengan dua alur longitudinal pada sisinya.Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan yang dalam. Table 6. Kepekaan sentuhan No 1 Letak lengan dorsal jarak minimal bisa merasakan sentuhan 2,5 cm

2 3 4 5 6 7 8 9

lengan ventral telapak tangan dorsal telapaktangan ventral ujung jari tangan kanan ujujng jari tangan kiri Dahi Pipi Bibir

3 cm 2,5 cm 2,5 cm 1 cm 1cm 3 cm 2,5 cm 1 cm

Berdasarkan tabel hasil percobaan diatas dapat dietahui bahwa daerah yang paling peka terhadap sentuhan adalah daerah bibir dan ujung jari dengan jarak minimal bias merasakan sentuhan paling kecil yaitu 1cm, pada daerah ini terdapat Reseptor-reseptor yakni Korpuskulus peraba (Meissner) yang terletak pada papila dermis, khususnya pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya sekitar 40 mikron. Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan perinerium saraf yang menyuplai setiap korpuskel. Pada bagian tengah korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng yang tersusun transversal. Beberapa sel saraf menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf ini mempunyai banyak cabang mulai dari yang mengandung mielin maupun yang tak mangandung mielin. Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu membedakan rangsang dua titik yang letaknya berdekatan). Kepekaan peraba pada manusia sangat besar, terutama di ujung jari dan bibir. Table 7. Bintik Buta Uang logam yang terlihat 1 1 koin 2 koin hilang 1 koin 2 1 koin 2 koin 5 koin 1 koin

Pengujian

Jarak (mm) 8

Mata kanan

30 0

Mata kiri

30 0

2 koin Hilang

2 koin 5 koin

Table 8. Refleksi Pupil Terhadap Intensitas Cahaya Diameter Pupil (mm) 1 5 2 5

Pengujian

Tanpa Cahaya

Diberi Cahaya

Ket : diameter mata awal 3 mm

Table 9 . Refleksi Pupil Terhadap Akomodasi Mata Diameter Pupil (mm) 1 3 2 3

Pengujian

Jarak Benda Jauh

Jarak Benda Dekat

V.

Kesimpulan

VI.

Daftar pustaka

Guyton & Hall, Artur C.,M.D. & John E.,Ph.D., 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hidayati, Dewi. 2010.Fisiologi Hewan. Biologi FMIPA ITS: Surabaya Kimball. 1999.. Biologi, jilid 2.Erlangga: Jakarta Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu : Yogyakarta Wulangi,kartolo.S. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Bandung: Biologi ITB Breau, A. 2007. Knee jerk http://amos.indiana.edu/library/scripts/kneejerk.html. Diakses pada tanggal 14 April 2010 Bullock, J. 2001. Physiology 4th Edition. Lippincott Williams and Wilkins. USA Campbell N.A., Jane E., dan Lawrence G. 2005. Biologi, Edisi kelima Jilid III. Penerbit Erlangga. Jakarta Forumsains.2007.Sensitive.http://www.forumsains.com/index.php?page=32. tanggal 14 April 2010 IndoFamilyHealth. 2008. Buta Warna Tanda Kelainan Sistem Mata. Diakses Diakses pada

http://www.indofamilyhealth.com/buta-warna-tanda-kelainan-sistem-mata.html. pada tanggal 14 April 2010

Kucera P., Goldenberg Z., Kurca E. 2008. Sympathethic skin response : review of the method and its clinical use. Bratisl Lek Listy; 105 (3): 108-116. Mapok.2007.macam gerak.http://www.e-

dukasi.net/mapok/mp_full.php?id=376&fname=materi05.html,macam gerak. Diakses pada tanggal 14 April 2010

Marrief, E.N.2004.Human Anatomy and Physiology 6th Edition. Pearson Education Inc.San Fransisco Masud I. 2000. Sinopsis Faal Sistem. UM press. Malang MedicineNet. 2000. Knee Jerk Definition.

http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=4116. Diakses pada tanggal 14 April 2010 Nakamura. 2004. Change in Visual Function. Japanese Journal of Clinical Ophthamology. edisi 58 hal: 1051-1054 Neuroscience . 2008 . Our Sense of Touch.

http://www.neuroscience.edu/sense/asmith/touch.html . Diakses pada tanggal 14 April 2010 Pearce E. 1991. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta Watson R. 2001. Anatomi Fisiologi untuk Perawat. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta Kimball, John W,1994. Biologi Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta. Sherwood L. 2010. Human Physiology : The Central Nervous System, 7th Ed. Canada : Brooks/Cole Cengange Learning Silverthorn. 2010. Human Physiology : Homeostatis and Control, 5th Ed. San Fransisco : Pearson Soewolo,dkk.1994.Fisiologi Hewan. UT : Jakarta Syamsuri, I. 2004. Biologi. Penerbit Erlangga: Jakarta

Junquiera, L.C. dan Carneiro. J. 1980. Basic Histology. Alih bahasa: Histologi dasar, oleh adji Dharma.1982. Jakarta: EGC.

You might also like