You are on page 1of 6

A. STAF PRODUKSI PEMENTASAN 1. Pimpinan Produksi : 2. Sutradara : 3. Astrada : 4. Penata Musik : 5. Busana / Tata Rias : 6.

Pentas / Panggung : Pemain: 1. Bawang merah 2. Bawang putih 3. Peri 4. Bawang Bombay 5. Ibu bawang merah 6. Ibu bawang putih 7. Pengawal 8. Pangeran 9. Penghulu 10. Cabe baik BAWANG MERAH BAWANG PUTIH Alkisah di sebuah desa hiduplah satu keluarga yang terdiri dari: Ibu, Bapak dan seorang anak perempuan yang bernama Bawang Putih, mereka hidup bahagia. Pada suatu hari musibah menimpa keluarga mereka, Ibu si Bawang Putih sakit parah. Ketika itu bapaknya sedang berdagang, Ibu si Bawang Putih tidak bisa diobati akhirnya meninggal dunia. Si Bawang Putih sangat sedih sekali karena ditinggalkan Ibunya, sedangkan Bapak yang disayangi menikah lagi dengan wanita lain yang telah mempunyai anak perempuan yang bernama Bawang Merah. Bawang Putih semakin hari semakin sedih dan menderita karena disiksa oleh Ibu dan saudara tirinya. Pada suatu hari lewatlah seorang pangeran yang tampan dia melihat Bawang Putih sedang mencuci baju di sungai, dia melihat kecantikannya dan kemudian jatuh hati padanya. Pangeran mengejar si Bawang Putih kerumahnya tetapi dihalangi oleh saudara tirinya, tapi karena kebaikan si Bawang Putih akhirnya dilamarlah oleh pangeran itu dan akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia selamanya. C. NASKAH DRAMA Alkisah disebuah desa hiduplah satu keluarga yaitu Bawang Merah dan Bawang Putih, yang dalam hidupnya Bawang Putih penuh dengan siksaan dan hinaan serta omelan, hingga suatu ketika si Bawang Merah memanggil Bawang Putih dengan penuh amarah.

Pangeran : sekarang, maukah kalian menjadi sahabatku? Ibu bawang , bwang merah, dan bwang putih. Tinggalah di istanaku ini. Aku ingin kalian menjadi bagian dari keluargaku. Akhirnya ibu bawang dan bwang putih pun bertaubat dan pangeran mengajak bawang putih dan keluarganya untuk tinggal di istananya yang megah. Kini bawang putih hidup rukun dengan bawang merah dan hidup bahagia.

Biografi Pahlawan Nasional : Tuanku Imam Bonjol Lahir : Tanjung Bunga, Pasaman, Sumatera Barat 1772 Wafat : Manado, Sulawesi Utara, 8 November 1864 Makam : Lotan, Manado Nama sesungguhnya adalah Muhammad Syahab. Semasa remaja , ia biasa dipanggil dengan nama Peto Syarif. Setelah menuntut ilmu agama di Aceh (1800-1802), ia mendapat gelar Malim basa. Tahun 1803, Malim Basa kembali ke Minangkabau dan belajar pada Tuanku Nan Renceh. Ia adalah murid kesayangan dari Tuanku Nan Renceh.Malim basa banyak mendapat pelajaran ilmu perang dari Tuanku Nan Renceh. Tahun 1807 Malim basa mendirikan Benteng di kaki bukit Tajadi yang kemudian diberi nama Imam Bonjol. Sejak saat itu ia dikenal dengan nama Tuanku Imam Bonjol. Pada waktu itu di Minangkabau, sedang terjadi pertentangan yang hebat antara kaum Paderi (kaum agama) dengan kamu adat. Pada awalnya, pertentangan ini hanya melibatkan kaum adat dan kaum paderi saja. Tapi karena kedudukan kaum adat semakin terdesak, Kaum adat lalu meminta bantuan kepada Belanda. Sejak saat itu pulalah, Belanda ikut campur dalam pertentangan di Minangkabau. Lalu Belanda mulai mendirikan benten di Batu Sangkar dan di Bukit Tinggi untuk memperkuat kedudukannya. Tuanku Imam Bonjol memliki banyak pengikut yang membuat Belanda kewalahan. Apalagi pada saat yang bersamaan, Belanda juga terdesak dengan Perang Diponegoro sehingga Belanda merasa perlu berdamai sementara dengan kaum paderi untuk mengalihkan kekuatan di Pulau Jawa menghadapi Perang Diponegoro. Setelah berakhirnya perang Diponegoro, Belanda kembali menyerang Markas-markas Tuanku Imam Bonjol. Namun Tuanku Imam Bonjol adalah panglima perang yang handal sehingga membuat Belanda harus mengerahkan bantuan tambahan dan siasat-siasat licik. Sehingga untuk menangkap Tuanku Imam Bonjol, Belanda menggunakan cara-cara kotor dengan cara mengajak berunding di seikitar Bukit Gadang dan Tujuh Lurah. Dan disitu pulalah Tuanku Imam Bonjol ditangkap pada tanggal 25 Oktober 1937.

Nama: Citra Oktavia Kelas:7C No.absen: 9 TUGAS IPS

Kehidupan Awal
Cut Nyak Dhien dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Lampadang, wilayah VIMukim pada tahun 1848. Ayahnya bernama Teuku Nanta Setia, seorang uleebalang VI Mukim, yang jugamerupakan keturunan Machm oed Sati, perantau dari Sumatera Barat. Machmoed Sati mungkin datang ke Aceh pada abad ke 18, dimana Aceh diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir. Karena itu, Ayah dari Cut Nyak Dhien adalah keturunan Minangkabau[1][2]. Ibu Cut Nyak Dhien adalah putri uleebalang Lampagar.P a d a m a s a k e c i l n ya , C u t N ya k D h i e n a d a l a h a n a k ya n g c a n t i k . [ 2 ] S e w a k t u k e c i l , i a m e m p e r o l e h pendidikan pada bidang agama yang dididik oleh orang tua ataupun guru agama, rumah tangga (memasak,melayani suami, dan yang menyangkut kehidupan sehari-hari) yang dididik baik oleh orang tuanya. Dan juga, banyak laki-laki yang suka pada Cut Nyak Dhien dan berusaha melamarnya. Sehingga pada usia 12tahun, dia sudah dinikahkan oleh orangtuanya pada tahun 1862 dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga[3][2], putra dari uleebalang Lamnga XIII. Mereka memiliki satu anak laki-laki.

Perlawanan saat Perang Aceh


P a d a t a n g g a l 2 6 M a r e t 1 8 7 3 , B e l a n d a m e n ya t a k a n p e r a n g k e p a d a A c e h , d a n m u l a i m e l e p a s k a n tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citdadel van

Antwerpen. Sehingga meletuslah PerangA c e h . P e r a n g p e r t a m a ( 1 8 7 3 - 1 8 7 4 ) , ya n g d i p i m p i n o l e h P a n g l i m a P o l i m d a n S u l t a n M a c h m u d S ya h melawan Belanda yang dipimpin Kohler. Saat itu, Belanda mengirim 3.198 prajurit. Lalu, pada tanggal 8April 1873, Belanda mendarat di Pantai Ceureumen dibawah pimpinan Kohler, dan langsung bisa menguasaiMasjid Raya Baiturrahman dan membakarnya. Cut Nyak Dhien yang melihat hal ini berteriak:Lihatlahwahai orang -orang Aceh!! Tempat ibadat kita dirusak!! Mereka telah mencorengkan nama Allah! Sampaik a p a n k i t a b e g i n i ? S a m p a i k a p a n k i t a a k a n m e n j a d i b u d a k B e l a n d a ? . [ 2 ] Saat itu, Kesultanan Aceh dapat memenangi perang ini. Ibrahim Lamnga yang bertarung di garis depankembali dengan sorak kemenangan, sementara Kohler tewas tertembak pada April 1873.Van Heutsz sedangmemerhatikan pasukannya dalam penyerangan di Perang Aceh. Namun pada perang kedua (1874-1880),d i b a w a h p i m p i n a n J e n d e r a l V a n S w i e t e n . D a e r a h V I M u k i m d a p a t d i d u d u k i B e l a n d a p a d a t a h u n 1 8 7 3 , sedangkan Keraton Sultan jatuh pada tahun 1874. Cut Nyak Dhien dan bayinya akhirnya mengungsi bersamaibu-ibu dan rombongan lainnya pada tanggal 24 Desember 1875, dimana suaminya bertempur untuk merebutkembali daerah VI Mukim. Namun, Ibrahim Lamnga tewas di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878. Hal inimembuat Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah akan menghancurkan Belanda. Setelah itu, TeukuUmar, tokoh pejuang Aceh, melamar Cut Nyak Dhien. Tadinya Cut Nyak Dhien menolak, namun karena T e u k u U m a r m e m p e r s i l a h k a n n ya u n t u k i k u t b e r t e m p u r d a l a m m e d a n p e r a n g . C u t N ya k D i e n a k h i r n ya m e n i k a h l a g i d e n g a n T e u k u U m a r p a d a t a h u n 1 8 8 0 . H a l i n i m e m b u a t m e n i n g k a t n ya m o r a l s e m a n g a t perjuangan Aceh melawan Kapke Ulanda (Belanda Kafir).

Teuku Umar, suami kedua Cut Nyak Dhien


Pada saat Perang ketiga (1881-1896) meletus, perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perangfi'sabilillah. Hal buruk terjadi untuk Aceh, Teuku Umar mulai mendekati Belanda dan hubungannya denganorang Belanda semakin kuat. Cut Nyak Dhien dan rakyat Aceh khawatir akan hal ini, sampai Cut Nyak Meutia datang menemui Cut Nyak Dhien dan memakinya.[2] Cut Nyak Dien berusaha menasehatinya untuk kembali melawan Belanda. Tapi, ia masih terus berhubungan dengan Belanda. Dan juga, pada saat orang Belanda datang ke rumahnya, Cut Nyak Dhien selalu menyingkir dari situ. Lalu pada tanggal 30 September 1 8 9 3 , T e u k u U m a r d a n p a s u k a n n ya y a n g b e r j u m l a h 2 5 0 o r a n g p e r g i k e K u t a r a j a d a n m e n ye r a h k a n d i r i kepada Belanda. Lalu, Belanda memberi Teuku Umar gelar Teuku Umar Johan Pahlawan. Teuku Umar m e n g i k u t i perintah Belanda dengan merebut daerah pejuang Aceh. Namun, a k h i r n y a T e u k u U m a r menunjukan bahwa dia hanya menipu Belanda dalam sandiwara untuk mendapatkan senjata-senjata denganmengkhianatinya saat ia dan pasukannya diberi senjata oleh Belanda. Penghianatan ini dise but Het verraadvan Teukoe Oemar (penghianatan Teuku Umar). Akibat dari penghianatan ini, Belanda mencabut gelarnyadan membakar rumahnya. Dan Belanda terus mengejar keberadaannya, sampai Belanda menemukan rencanaTeuku Umar untuk menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899. Dan akhirnya, Teuku Umar gugur t e r t e m b a k p e l u r u . K a r e n a h a l i n i , C u t N ya k D i e n m e m i m p i n p a s u k a n p a d a u s i a n ya y a n g k e 5 0 t a h u n melawan

Kapke Ulanda (Belanda Kafir).Pada Perang keempat (1896-1910), Cut Nyak Dien memimpin perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya. Tetapi, tentara Belanda sudah terbiasa berperang di medandaerah Aceh. Selain itu, Cut Nyak Dien semakin tua. Matanya sudah mulai rabun, dan ia terkena penyakit encok. Selain itu jumlah pasukannya terus berkurang, dan sulitnya memperoleh makanan. Hal ini membuati b a p a r a p a s u k a n - p a s u k a n n ya . S e h i n g g a , s a l a h s a t u p a s u k a n n y a b e r n a m a P a n g L a o t m e l a p o r k a n l o k a s i markas Cut Nyak Dien pada Belanda karena iba.[4] Lalu, segera, Belanda menyerang markas Cut Nyak Dien. Sebelum ditangkap, Cut Nya Dien mengambil rencong dan hendak membunuh Pang Laot dengan rencong, namun aksinya berhasil dihentikan oleh Belanda.

Kematian
Setelah tertangkap, ia dibawa ke Banda Aceh dan ia dirawat disitu. Penyakitnya berangsur-angsur sembuh. Namun, Belanda takut bahwa kehadirannya akan membuat semangat perlawanan, selain itu karena t e r u s b e r h u b u n g a n d e n g a n p e j u a n g yang belum tunduk, akhirnya Belanda kesal, lalu ia dibuang k e Sumedang, Jawa Barat. Akhirnya pada tanggal 6 November 1908, ia meninggal karena usianya yang sudahtua. Karena perjuangannya, Cut Nyak Dien dinobatkan menjadi Pahlawan Nasional Indonesia. Penobatan tersebut dikuatkan dengan SK Presiden RI No.106 Tahun 1964, pada tanggal 2 Mei 1964.

Poster Film Tjoet Nja' Dhien


Perjuangan Cut Nyak Dien diinterpretasi dalam film berjudul Tjoet Nja' Dhien pada tahun 1988 yangdisutradarai oleh Eros Djarot dan dibintangi Christine Hakim sebagai Tjoet Nja' Dhien, Piet Burnama sebagaiPang Laot, Rudy Wowor sebagai Snouck Hurgronje dan Slamet Rahardjo sebagai Teuku Umar. Film inimemenangi Piala Citra sebagai film terbaik, dan merupakan film Indonesia pertama yang ditayangkan diFestival Film Cannes (tahun 1989).Biografinya juga pernah dituangkan dalam bentuk cerita bergambar secara berseri dalam majalah anak-anak Ananda.

You might also like