You are on page 1of 7

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai pembangunan kesehatan tersebut dilakukan upaya kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal adalah program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. 1 Program pemberantasan penyakit menular mempunyai peranan penting dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat, ini dapat terwujud dengan penerapan teknologi secara tepat oleh petugas kesehatan dan didukung oleh peran serta aktif masyarakat. 2
Penyakit infeksi merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian yang terjadi pada bayi dan anak terutama sering terjadi pada negara berkembang termasuk Indonesia. Bahkan dalam keadaan kekurangan gizi seseorang akan lebih rentan terhadap infeksi

Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia, hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan karena penyakit infeksi serta menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita.

Universitas Sumatera Utara

Pada kasus-kasus infeksi, di samping pajanan yang ditimbulkan oleh agen infeksius, proses munculnya manifestasi klinis juga dipengaruhi oleh sistem pertahanan tubuh yang lemah. Karena penyakit menular dapat menimbulkan kekebalan pada yang pernah menderitanya, maka yang terserang penyakit menular adalah mereka yang beresiko tinggi terhadapnya, yakni anak-anak. 3,4 Data World Health Statistics 2008 memperlihatkan perbedaan angka kematian balita di negara-negara anggota Asean pada tahun 2006, angka kematian yang terendah adalah di negara Singapura yaitu 3 kematian per 1.000 kelahiran hidup, dan yang tertinggi dicapai oleh Myanmar yaitu 104 kematian per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan Indonesia adalah 36 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup. 5 Di Amerika Serikat sekitar tahun 1990-an, kematian karena campak sebesar 2-3 per 1.000 kasus kematian terutama pada anak-anak dibawah 5 tahun. Pada anakanak dalam kondisi garis batas kekurangan gizi, campak seringkali sebagai pencetus terjadinya kwasiorkor akut dan eksaserbasi defisiensi vitamin A yang dapat menyebabkan kebutaan. 6 Data rawat inap RSU Kanjuruhan Kepanjen Periode Januari-Desember 2007
menunjukkan bahwa prevalensi penyakit infeksi pada anak balita periode JanuariDesember 2007 lebih besar disebabkan oleh penyakit diare yaitu sebesar 79.49%, kemudian diikuti oleh ISPA (13.44%), DBD (3.43%), TF (2.85%), TBC (0.69%) dan Malaria (0.1%). pola penyakit infeksi pada anak balita dengan kasus tertinggi pada tahun 2007 terjadi pada Bulan Juli (135 kasus) dan terendah terjadi pada Bulan februari (53

Universitas Sumatera Utara

kasus). Penyakit infeksi yang terbanyak pada anak balita disebabkan oleh penyakit diare yaitu sebesar 79.49%.

Badan Pusat Statistika (BPS) menyebutkan angka kematian balita tahun 2007 sebesar 44 per 1.000 kelahiran hidup, provinsi dengan angka kematian balita tertinggi adalah Sulawesi Barat sebesar 93 per 1.000 kelahiran hidup dan Nusa Tenggara Barat sebesar 92 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian balita terendah adalah provinsi DI Yogyakarta sebesar 22 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup kemudian Kalimantan Tengah sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup, dan di Sumatera Utara sebesar 36 per 1.000 kelahiran hidup. 3 Lebih dari 10 juta anak di negara berpenghasilan menengah ke bawah meninggal sebelum mereka mencapai ulang tahun kelima. Pada tahun 2000, World Health Organitatios (WHO) melaporkan bahwa penyakit infeksi merupakan penyebab kematian balita dua tertinggi di dunia dimana Proportional Mortality Rate (PMR) Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah 19 % dan diare 13%. 5 Menurut data WHO pada tahun 2000-2003 penyakit infeksi (diare dan pneumonia) merupakan penyebab kematian dua urutan tertinggi di dunia pada anak di bawah umur lima tahun, dengan Proportioanal Mortality Rate (PMR) 17% dan 19 %. Pada tahun yang sama, penyakit infeksi yaitu diare di Asia Tenggara juga menempati urutan nomor tiga penyebab kematian pada anak di bawah umur lima tahun dengan PMR sebesar 18%.6 Data World Health Statistics menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian balita disebabkan oleh penyakit infeksi (seperti diare, pneumonia, campak, malaria)

Universitas Sumatera Utara

dan malnutrisi. Menurut UNICEF penyakit infeksi merupakan penyebab kematian utama. Dari 9 juta kematian pada balita per tahunnya di dunia, lebih dari 2 juta di antaranya meninggal akibat penyakit ISPA. WHO melaporkan lebih dari 50% kasus penyakit infeksi berada di Asia Tenggara dan Sub-Sahara Afrika. Dilaporkan, tiga per empat kasus penyakit infeksi pada balita berada di 15 negara berkembang. Yang membahayakan, Indonesia termasuk dalam himpunan 15 negara itu, dan menduduki tempat ke-6 dengan jumlah 6 juta kasus. 7 Menurut SKRT 1995, proporsi penyakit infeksi penyebab kematian pada pada balita, yaitu : Pnemonia (22,5 %), Diare (19,2 %), Infeksi Saluran Pernafasan Akut (7,5 %), Tifus perut dan Malaria (masing-masing 7 %) serta Campak (5,2 %). 8 Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa di Indonesia penyakit infeksi yaitu ISPA dan diare merupakan penyebab kematian dua tertinggi pada balita dengan PMR 19 % dan 10%. 9 Pola kematian balita di Indonesia menurut hasil Surkesnas tahun 2001 masih didominasi oleh penyakit infeksi. Kematian balita tertinggi akibat pneumonia dengan Case Fatality Rate (CFR) 4,6 %, di susul dengan kematian akibat diare dengan CFR 2,3 %. 10 Di Indonesia penyakit infeksi selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu penyakit infeksi juga berada pada daftar 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit tahun 2006, dengan proporsi 9,32%. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi dan balita terbesar di

Universitas Sumatera Utara

Indonesia dengan PMR 22,30% dari seluruh kematian bayi dan 23,6% kematian pada balita. 11 Pada Kabupaten Brebes penyakit yang paling sering menyerang pada golongan umur 1 - 4 tahun adalah penyakit infeksi yaitu diare yang menempati urutan pertama dengan proporsi 37,56 %, kemudian penyakit ISPA dengan proporsi sebanyak 11,56%.
12

Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Sulawesi Tengah dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Hasil pengumpulan data dari kabupaten/kota selama tahun 2007 jumlah kasus penyakit Diare pada Balita yang ditemukan di sarana kesehatan adalah sejumlah 23.666 penderita dengan angka kesakitan penyakit diare 20,38 per 1.000 penduduk. Angka ini mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu 18 per 1.000 penduduk. KLB Diare yang tersebar di 15 kecamatan dengan total penderita 715 orang dan kematian 35 orang (CFR 4,9%). Selama tahun 2007 frekuensi KLB Campak menempati urutan kedua, setelah KLB Diare. KLB Campak selama tahun 2007 terjadi sebanyak 10 kali yang tersebar di 9 kecamatan dengan jumlah kasus sebanyak 482 dan 2 kematian (CFR : 0,41%)13 Pada tahun 2005 dilaporkan terdapat 6 kabupaten di provinsi Sumatera Utara yang mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit infeksi diare yaitu Kabupaten Deli Serdang, Asahan, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal dengan jumlah kematian 19 orang dari 1.089 penderita dan CFR 1,7 %.14

Universitas Sumatera Utara

Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Provinsi Sumatera Utara dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Hasil pengumpulan data dari kabupaten/kota selama tahun 2007 jumlah kasus penyakit Diare pada Balita yang ditemukan di sarana kesehatan adalah sejumlah 1.146 penderita dengan angka

kesakitan penyakit diare 28,43 per 1.000 penduduk. KLB Diare yang tersebar di 10 kabupaten/kota dengan total penderita 2.819 orang dan kematian 23 orang (CFR 0,81%). KLB Campak selama tahun 2007 terjadi di 2 Kabupaten/Kota dengan jumlah kasus sebanyak 191 orang. 15 Berdasarkan profil kesehatan puskesmas pembantu Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh tahun 2008, dari 10 penyakit terbesar penyakit infeksi yaitu ISPA menempati urutan tertinggi dengan proporsi 36,02 %. Proporsi penderita diare berdasarkan golongan kelompok umur, terbanyak pada kelompok umur balita yaitu 70,03%. 16 Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit infeksi pada balita di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara Tahun 2010. 1.2. Rumusan Masalah Belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

penyakit infeksi pada balita di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara Tahun 2010.

Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit infeksi pada anak balita di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara Tahun 2010. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui prevalens rate penyakit infeksi di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Tahun 2010. b. Untuk mengetahui hubungan faktor balita (umur, jenis kelamin, berat badan lahir, imunisasi, status ASI eksklusif, jarak kelahiran) dengan kejadian penyakit Infeksi pada anak balita c. Untuk mengetahui hubungan faktor ibu (pendidikan dan pekerjaan) dengan kejadian penyakit Infeksi pada anak balita d. Untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan (kepadatan hunian, ketersediaan jamban, sanitasi lingkungan) dengan kejadian penyakit Infeksi pada anak balita e. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan dalam hubungannya dengan

kejadian penyakit Infeksi pada anak balita 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Kecamatan Lima Puluh dalam program pencegahan dan pemberantasan penyakit infeksi pada balita. 1.4.2. Sebagai bahan referensi bagi perpustakaan FKM-USU Medan dan penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

You might also like