You are on page 1of 23

1

PERCOBAAN 1
SINAR KATODA I
A. TUJUAN
1. Mempelajari pengaruh medan magnetik terhadap sinar katoda
2. Mempelajari pengaruh medan listrik terhadap sinar katoda
3. Menyelidiki jenis muatan listrik sinar katoda
4. Mempelajari pengaruh medan magnetik dan medan listrik terhadap sinar katoda
B. ALAT DAN BAHAN
1.
m
e
Eksperimental Apparatus 4. Power Supply Heater
2. Power Supply Helmholtz Coils 5. Power Supply Deflektor Plat
3. Power Supply Accelerating Voltage 6. Voltmeter
C. TEORI RINGKAS
Dalam tabung sinar katoda terdapat elektroda negatif (katoda) dan elektroda positif
(anoda). Jika katoda dipanaskan oleh heater (pemanas) dan antara Anoda (A) dan Katoda (K)
dipasang sumber tegangan yang beda potensialnya (V
AK
), maka dari Katoda akan terpancar
sinar katoda menuju ke Anoda. Sinar katoda mula-mula diam dengan energi potensial yang
dinyatakan oleh rumus E
p
= V
AK
e, kemudian sinar katoda tersebut bergerak menuju ke
Anoda dengan energi kinetik
2
K
mv
2
1
E = . Dengan cara menyamakan rumus energi
potensial dan kinetik dapat diperoleh rumus kecepatan sinar sinar katoda, yaitu
m
e 2V
v
AK
= ................................................................. (1)
Jika sebuah muatan listrik bermuatan q dan bermassa m, bergerak melintasi medan
magnetik B dengan kecepatan v tegak lurus terhadap B, maka muatan tersebut bergerak
dengan lintasan berbentuk lingkaran yang jari-jarinya R. Pada kasus ini, gaya Lorentz = gaya
sentripetal. Kecepatan muatan listrik dapat diperoleh melalui proses berikut ini :
R
mv
Bqv
2
=
m
BqR
v = ...........................................................................(2)
Selanjutnya jika muatan listrik yang bergerak melintasi suatu daerah yang dipengaruhi
oleh medan listrik (E) dan medan magnetik (B) ada kemungkinan muatan tersebut tetap
bergerak lurus, apabila gaya Coulomb = gaya Lorentz. Kecepatan muatan listrik tersebut
dapat diperoleh melalu proses berikut ini :
qE = B q v
B
E
v = ..............................................................................(3)
2
D. LANGKAH PERCOBAAN
1. Untuk menjaga keselamatan alat percobaan, maka dianjurkan tegangan melalui
heater maksimum 6,3 volt, tegangan pemercepat elektron antara Anoda dan Katoda
(V
AK
) maksimum 300 volt, pada Hemholtz Coils maksimum 9 volt dan antara
kedua plat deflektor (V
AB
) maksimum 35 volt.
2. Apabila filamen heater telah pijar, putarlah tombol pengatur tegangan tinggi V
AK
secara perlahan-lahan, sehingga kelihatan sinar katoda merambat lurus. Catat beda
potensial V
AK
3. Letakkanlah Switch pada posisi bertanda e/m (atas)
4. Kumparan Helmholtz Coils adalah kumparan pembangkit medan magnetik.
5. Mula-mula pasanglah arah arus yang melalui kumparan Helmholtz, sehingga arah
medan magnetik mendekati pengamat. Putarlah secara perlahan - lahan saklar
pengatur tegangan pada kumparan Helmholtz Coils, sehingga sinar katoda
menyimpang dari arahnya mula-mula. Amatilah arah penyimpangan sinar katoda
dalam medan magnetik. Gambarlah arah penyimpangan sinar katoda ke dalam
daftar pengamatan.
6. Tukarlah arah arus yang melalui kumparan Helmholtz, sehingga arah medan
magnetik menjauhi pengamat. Amatilah arah penyimpangan sinar katoda dalam
medan magnetik Gambarlah arah penyimpangan sinar katoda ke dalam daftar
pengamatan.
7. Naikkanlah secara perlahan-lahan tegangan pada Helmholtz Coils dan jika perlu
putarlah sakhlar pengatur tegangan V
AK
, sehingga lintasan sinar katoda berbentuk
sebuah lingkaran berjari-jari R
1
. Ukurlah besarnya R
1
, kuat arus yang melalui
kumparan i
1
dan
1
AK
V . Catatlah ke dalam daftar pengamatan Tabel 1.1
8. Naikkan lagi secara perlahan-lahan tegangan pada Helmholtz Coils, tetapi V
AK
dibuat tetap. Ukurlah besarnya R
2
dan kuat arus i
2
. Catatlah ke dalam daftar
pengamatan Tabel 1.1
9. Naikan lagi V
AK
menjadi
2
AK
V , tetapi tegangan pada Helmholtz Coils dibuat tetap.
Ukur jari-jari lintasan R
3
dan V
AK
. Catatlah kedalam daftar pengamatan Tabel 2.1
10. Geserlah Switch ke arah bertanda deflection plates (bawah)
11. Plat deflektor adalah kapasitor keping sejajar yang berfungsi sebagai pembangkit
medan listrik.
12. Putarlah sakhlar pengatur tegangan pada plat deflektor secara perlahan-lahan dan
jika diperlukan aturlah tegangan V
AK
, sehingga sinar katoda menyimpang dari
arahnya mula-mula. Amatilah arah penyimpangan sinar katoda dalam medan listrik.
Catatlah arah penyimpangan sinar katoda ke dalam daftar pengamatan.
13. Tukarlah arah polaritas sumber tegangan pada plat deflektor. Amatilah arah
penyimpangan sinar katoda dalam medan listrik. Catatlah arah penyimpangan ini ke
dalam daftar pengamatan.
14. Pasanglah arah tegangan pada kumparan Helmholtz Coils, sehingga menghasilkan
medan magnetik yang arahnya mendekati pengamat. Kemudian pasanglah arah
tegangan pada plat deflektor (V
AB
), sehingga arah medan listrik dari plat bagian
bawah menuju ke plat bagian atas.
15. Putarlah secara perlahan - lahan masing-masing saklar pengatur tegangan pada
kumparan Helmholtz Coils dan pengatur tegangan pada plat deflektor, sehingga
lintasan sinar katoda menjadi lurus. Pada saat ini Gaya Lorentz = Gaya Coulomb.
Catatlah V
AK
, V
AB
dan kuat arus listrik i yang melalui kumparan Helmholtz Coils,
ke dalam Tabel 2.2 pada percobaan 2.
3
1.
2.
TABEL 1.1
PERCOBAAN
KE
V
AK
(volt)
i
(A)
R
(m)
1
2
3
E. TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Berdasarkan arah penyimpangan sinar katoda baik di dalam medan listrik maupun
medan magnetik,
a. Terdiri dari jenis muatan listrik apakah sinar katoda
b. Gambarkan kaedah tangan kiri untuk sinar katoda yang bergerak di dalam
medan magnetik
2. Berdasarkan data dalam Tabel 1.1, bagaimanakah pengaruh kuat arus melalui
kumparan Helmholtz Coils terhadap jari-jari lintasan R. Apa kesimpulannya
3. Jika besar kuat medan magnetik B berbanding lurus dengan kuat arus listrik i yang
melalui kumparan Helmholtz, maka berdasarkan data dalam Tabel 1.1
a. Bagaimanakah pengaruh kuat medan magnet B terhadap jari-jari lintasan R.
b. Bagaimanakah pengaruh beda potensial V
AK
terhadap jari-jari R
c. Bagaimanakah pengaruh beda potensial V
AK
terhadap kecepatan sinar katoda
4. Buktikanlah rumus (1), rumus kecepatan sinar katoda adalah
m
e 2V
v
AK
=
5. Buktikan rumus (2), rumus kecepatan sinar katoda yang bergerak melingkar di dalam
medan magnetik B adalah
m
BeR
v =
Buktikanlah rumus (3), rumus kecepatan sinar katoda yang bergerak lurus di dalam medan
magnetik B dan medan listrik E adalah
B
E
v =
+ + + + +
. . . . . . . .
. . . . . . . .
. . . . . . . .
. . . . . . . .
x x x x x x x x x
x x x x x x x x x
x x x x x x x x x
x x x x x x x x x
- - - - -
- - - - -
+ + + + +
4
PERCOBAAN 2
SINAR KATODA II
A. TUJUAN
1. Menghitung besarnya medan magnetik B yang dihasilkan oleh dua buah
kumparan Helmholtz Coils, jika dialiri arus listrik i
2. Menghitung nilai
m
e
untuk elektron
B. ALAT DAN BAHAN
1.
m
e
Eksperimental Apparatus 4. Power Supply Accelerating Voltage
2. Power Supply Heater 5. Voltmeter dan Ammeter
3. Power Supply Helmholtz Coils 6. Power Supply Deflektor
C. TEORI RINGKAS
Untuk menghasilkan medan magnetik homogen, maka
m
e
Eksperimental Apparatus
menggunakan dua buah kumparan Helmholtz Coils yang masing-masing terpisah pada jarak
AB, terdiri dari N lilitan, berjari-jari a dan dialiri arus listrik i, seperti gambar di bawah ini
Menurut Hukum Biot-Savart, besarnya induksi magnetik dB pada titik P yang
dihasilkan oleh kumparan Hemholtz Coils (A) adalah
2
r
dl sin i
k dB =
, )
2
r
sin a 2 i
k B =
i
r 2
a
B
3
2
0
= ...................................................................................(1)
r
x

a
P
A B
r
2
=a
2
+ x
2
AB = 2 x
5
Oleh karena terdapat 2 kumparan Helmholtz Coils yang masing-masing terdiri dari N
lilitan, maka persamaan (1) menjadi
i
r
N a
B
3
2
0
= ................................................................................(2)
Elektron bermuatan e dan bermassa m bergerak dengan kecepatan v melintasi medan
magnet B, maka elektron tersebut bergerak dengan lintasan berbentuk lingkaran dengan jari-
jari R, maka berlaku rumus
BR
v
m
e
= .....................................................................................(3)
Dengan mensubstitusikan harga v dalam persamaan
m
e 2V
v
AK
= ke persamaan (3)
sehingga diperoleh persamaan
2 2
AK
R B
2V
m
e
= .................................................................................(4)
D. LANGKAH PERCOBAAN
1. Ukurlah jarak pisah antara kedua kumparan Helmholtz Coils, yaitu jarak AB, sehingga
jarak x dapat ditentukan dengan rumus AB
2
1
x =
2. Tentukanlah jumlah lilitan kumparan Helmholtz Coils yang digunakan, kemudian
ukurlah jari-jari lingkaran, dinyatakan dengan a.
3. Berdasarkan data pada langkah 1 dan 2, hitunglah r dengan rumus
2 2
x a r + =
4. Jika kuat arus i telah diperoleh, hitunglah besar medan magnetik B dengan
menggunakan rumus i
A.m
Wb
10 x 7,8 B
2
4
= . Catatlah hasilnya ke dalam Tabel 2.1
5. Isilah Tabel 2.1, berdasarkan data dalam Tabel 1.1 pada percobaan 1
TABEL 2.1. PENGHITUNGAN HARGA e/m ELEKTRON
PERCOBAAN
KE
V
AK
(volt)
i
(A)
B
(Wb/m
2
)
R
(m)
e/m
C/kg
1
2
3
6
TABEL 2.2. SINAR KATODA TETAP BERGERAK LURUS, WALAUPUN
DIPENGARUHI MEDAN MAGNETIK DAN MEDAN LISTRIK
e/m
C/kg
V
AK
(volt)
V
AB
(volt)
i
(A)
B
(Wb/m
2
)
v
(m/s)
E. TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Buktikanlah rumus (1), yaitu : i
r 2
a
B
3
2
0
=
2. Buktikanlah rumus (2), yaitu : i
r
N a
B
3
2
0
=
3. Jika ternyata jumlah lilitan kumparan Helmholtz Coils adalah N = 130 lilitan, maka
dengan menggunakan rumus (2) dan data dalam Tabel 2.1 buktikanlah bahwa
i
A.m
Wb
10 x 7,8 B
2
4
=
4. Buktikanlah rumus (3), yaitu :
BR
v
m
e
=
5. Buktikanlah rumus (4), yaitu :
2 2
AK
R B
2V
m
e
=
6. Berdasarkan data dalam Tabel 2.1, hitunglah harga
m
e
rata-rata
7. Jika massa elektron 9,1 x 10
-31
kg, hitunglah muatan elektron e
8. Berdasarkan data dalam Tabel 2.2, pada saat sinar katoda masih tetap bergerak
lurus, walaupun dipengaruhi oleh medan magnetik B dan medan listrik E, hitunglah
a. Kuat medan listrik E
b. Jarak pisah antara kedua plat deflektor
7
PERCOBAAN 3
INTERFEROMETER
A. TUJUAN
1. Mempelajari prinsip terjadinya interferensi
2. Mempelajari prinsip kerja interferometer yang digunakan dalam percobaan
Michelson-Morley
3. Menghitung panjang gelombang sinar laser yang digunakan
B. ALAT DAN BAHAN
1. Pembangkit Laser He-Ne 3. Mikrometer Skrup
2. 3 buah lensa setengah cermin 4. Bangku Optik
C. TEORI RINGKAS
Gambar di bawah ini menunjukkan diagram jalannya sinar laser pada percobaan untuk
menunjukkan peristiwa interferensi. Sinar laser dari sumbernya diarahkan ke cermin A. Sinar
dari cermin A ada yang diteruskan ke cermin B dan adapula yang dipantulkan ke cermin C.
Oleh cermin C sinar dipantulkan ke layar setelah melalui cermin A. Oleh cermin B sinar
dipantulkan ke cermin A, dan selanjutnya oleh cermin A sinar dipantulkan ke layar.
. Jadi pada layar setiap saat datang dua buah gelombang yang frekuensinya sama besar.
Akibatnya pada layar terjadi pola interferensi berbentuk lingkaran-lingkaran terang dan gelap
B
pola
fringes
Layar
SUMBER
LASSER
A
C
8
yang disebut fringe (rumbai). Jika cermin C digeser mendekati cermin A sejauh x =
2
1
kali
panjang gelombang atau
2
1
, maka beda lintasan antara dua gelombang antara cermin A dan
layar adalah sebesar , sehingga terjadi satu kali perubahan pola rumbai dari keadaan terang
ke keadaan terang kembali atau dari keadaan gelap ke keadaan gelap kembali. Dalam hal ini
disebut m = 1. Oleh karena itu berlaku rumus :
m x
2
1
= (1)
Untuk mengukur beda lintasan antara kedua gelombang digunakan mikrometer skrup yang
dihubungkan ke cermin C. Pada mikrometer skrup terdapat skala utama dan nonius.
Setiap skala utama bernilai 0,625 mm = 0,025 inci, sedangkan setiap skala nonius
bernilai 0,025 mm = 0,001 inci. Nilai skala ini harus dikonversikan dengan faktor koreksi
kelipatan 0,1. Dengan demikain rumus (1) menjadi
m 20 x = .................................................................(2)
dengan m adalah jumlah terjadinya perubahan rumbai dari keadaan terang menjadi ke
keadaan terang kembali atau terjadinya perubahan rumbai dari keadaan gelap menjadi ke
keadaan gelap kembali.
D. LANGKAH PERCOBAAN
1. Tempatkan posisi sumber laser dan cermin A, B dan C seperti gambar di atas
2. Tempatkan 0 skala nonius pada 0 skala utama, kemudian hidupkan sumber laser.
3. Aturlah posisi masing-masing sumber laser, cermin A, B dan C, kemudian aturlah 2
buah skrup pada cermin C, sehingga dua gelombang cahaya yang datang pada layar
tepat berimpit satu sama lain untuk menghasilkan pola rumbai. Jika pada layar telah
terjadi pola rumbai, hati-hatilah dalam memutar mikrometer skrup, agar posisi
bangku optik tetap terhadap posisi sumber laser.
4. Ketika memutar nonius, terjadilah perubahan pola rumbai dari gelap menjadi terang.
5. Putarlah nonius hingga pola rumbai pada layar terjadi 20 kali terang (m = 20 ).
6. Bacalah besar skala yang ditunjukkan oleh mikrometer skrup, kemudian hitunglah
x. Selanjutnya hitunglah panjang gelombang sinar laser yang digunakan dengan
menggunakan rumus (2). Catatlah hasilnya ke dalam Tabel 1.1
7. Ulangi langkah 6, untuk m = 30, 40, 50 dan 60.
TABEL 1.1
Percobaan
ke
M skala
mikrometer
x
(mm)

(nm)
1 20
2 30
3 40
4 50
5 60
E. TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Jelaskan syarat terjadinya pola terang dan pola gelap pada rumbai
2. Hitunglah harga rata-rata panjang gelombang sinar laser dinyatakan dalam nm
9
PERCOBAAN 4
EFEK FOTOLISTRIK I
A. TUJUAN
1. Mempelajari syarat terjadinya Efek Fotolistrik
2. Memahami pengertian beda potensial henti
3. Mempelajari pengaruh intensitas cahaya terhadap Efek Fotolistrik
4. Mempelajari pengaruh intensitas cahaya terhadap beda potensial henti
A. ALAT DAN BAHAN
1. Plancks Constant Measuring Instrumen
2. Filter Cahaya
3. Kertas Milimeter
C. TEORI RINGKAS
Efek fotolistrik adalah peristiwa terpancarnya elektron-elektron dari suatu permukaan
logam, ketika permukaan logam tersebut disinari dengan cahaya.
Voltmeter (V) berfungsi untuk mendeteksi beda potensial (V
AK
) antara anoda A dan
katoda K. Besar V
AK
dapat divariasikan dengan mengatur hambatan R .Galvanometer (G)
berfungsi untuk mendeteksi arus listrik yang mengaliar melalui rangkaian. Jika arus listrik
mengalir melalui rangkaian berarti adanya elektron-elektron yang keluar dari plat K dan
bergerak melintasi ruang vakum menuju plat A.
10
K
Ketika V
AK
dijadikan nol, ternyata arus listrik masih juga mengalir. Kemudian ketika
V
AK
dijadikan bernilai negatif terhadap anoda A, ternyata arus listrik yang mengalir menjadi
berkurang. Kemudian V
AK
negatif itu terus diperbesar sehingga arus listrik yang mengalir
menjadi nol. Pada saat ini V
AK
disebut dengan beda potensial henti ( V
o
) atau potensial
penghalang bagi elektron untuk menuju ke anoda A. Hasil kali (V
o
e) merupakan energi
kinetik maksimum elektron, yaitu
2
maks 0 maks K
mv
2
1
e V E = =
Kemudian ketika intensitas cahaya yang digunakan divariasikan, ternyata nilai
potensial henti V
o
tetap. Berarti energi foton cahaya yang datang pada logam digunakan
untuk membebaskan elektron dari logam katoda (W
o
) dan selebihnya untuk memberi energi
pada elektron tersebut (E
K
). Oleh karena itu rumus efek fotolistrik adalah :
E = W
o
+ E
K maks
D. LANGKAH PERCOBAAN
1. Sebelum ON/OFF dihidupkan, tempatkan tombol Light Intensity pada posisi Off.
Pasanglah salah satu filter cahaya diantara sel fotolistrik dan sumber cahaya. Makin
dekat posisi sumber cahaya terhadap sel fotolistrik makin besar intensitas cahaya
yang diterima oleh sel fotolistrik tersebut.
2. Tempatkan sumber cahaya pada posisi agak dekat terhadap sel fotolistrik
3. Untuk mengukur V
AK
geser Sakhlar Display Mode ke arah Voltage (V), sedangkan
untuk mengukur arus fotolistrik geser Sakhlar Display Mode ke arah Current ( A).
4. Untuk memperoleh V
AK
negatif geser Sakhlar Voltage Direction ke arah (-),
sedangkan untuk memperoleh V
AK
positip geser e arah ( + ).
5. Catatlah posisi sumber cahaya terhadap sel fotolistrik dan panjang gelombang filter
A
G
V
VOLTAGE
DIRECTION
Berkas cahaya
Monokhromatik
Anoda (A)
Katoda (K)
(A)
11
cahaya yang akan digunakan kedalam Tabel 4.1.
6. Hidupkan ON/OFF dan tempatkan tombol Light Intensity pada skala sedang saja,
geser Sakhlar Display Mode ke arah Current ( A), geser posisi Sakhlar Voltage
Direction ke arah tanda (-) dan atur posisi tombol voltage adjustor ( pengatur
tegangan V
AK
) pada skala minimum, sehingga diharapkan voltmeter menunjukkan
angka nol.
7. Putarlah secara perlahan-lahan tombol Voltage Adjustor searah putaran jarum jam,
sehingga kuat arus fotolistrik menjadi 0.
8. Pada saat ini geserlah Sakhlar Display Mode ke arah Voltage (V), kemudian bacalah
berapa beda potensial V
AK
. Catatlah hasilnya kedalam Tabel 4.1.
9. Sekarang putarlah secara bertahap tombol Voltage Adjustor ke arah berlawan putaran
jarum jam, sehingga mencapai skala minimum. Catatlah kuat arus pada setiap
perubahan V
AK
.
10. Geser Sakhlar Voltage Direction ke arah (+) dan tempatkan knob voltage adjustor
( pengatur tegangan V
AK
) tetap pada skala minimum, kemudian putarlah secara
bertahap tombol Voltage Adjustor searah putaran jarum jam. Catatlah kuat arus pada
setiap perubahan V
AK
kedalam Tabel 4.1.
11. Ulangi langkah 1 s.d 9, tetapi sumber cahaya ditempatkan pada posisi agak jauh.
TABEL 4.1
PANJANG
GELOMBANG
CAHAYA
NO
POSISI
SUMBER
CAHAYA
BEDA
POTENSIAL
V
AK
KUAT ARUS
FOTOLISTRIK
1
Agak Dekat
2
Agak Jauh
E. TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Berdasarkan data dalam Tabel 4.1, bagaimanakah pengaruh jarak sumber cahaya
terhadap kuat arus foto listrik yang dihasilkan. Mengapa demikian. Jelaskan
2. Lukislah grafik yang menyatakan hubungan beda potensial V
AK
terhadap kuat arus
fotolistrik untuk masing-masing pengamatan.
3. Dari grafik yang diperoleh, bagaimanakah pengaruh intensitas cahaya terhadap beda
potensial henti
4. Berdasarkan hasil analisa data, tentukanlah besar potensial henti untuk cahaya yang
digunakan, dinyatakan dalam eV
12
PERCOBAAN 5
EFEK FOTOLISTRIK II
A. TUJUAN
1. Mempelajari hubungan energi foton cahaya terhadap beda potensial henti.
2. Melukis grafik beda potensial henti terhadap frekuensi cahaya
3. Menghitung konstanta Planck
4. Menghitung energi ambang bahan sel fotolistrik yang digunakan
B. ALAT DAN BAHAN
1. Plancks Constant Measuring Instrument
2. Beberapa Filter Cahaya 3. Kertas Milimeter
B. TEORI RINGKAS
Gambar di bawah ini adalah grafik hubungan beda potensial henti V
o
terhadap
frekuensi cahaya yang digunakan. Gradien garis lurus adalah
Telah diperoleh bahwa rumus efek fotolistrik adalah
E = W
o
+ E
K maks
E
K maks
= E - W
o
= hf hf
o
= h (f f
o
)
o o
W hf e V =
e
W
f
e
h
V
o
o
=
Grafik garis lurus beda potensial henti V
o
terhadap frekuensi f akan memotong sumbu
horizontal pada nilai frekuensi ambang f
o
dan memotong sumbu vertikal pada nilai V
o
.
Dengan demikian dapat ditentukan besar energi ambang W
o
berdasarkan rumus
o
o
V
e
W
= .
Gradien garis lurus adalah tg =
f
V
e
h
o
= , sehingga e
f
V
h
o
= , dengan h = kontanta
Planck dan e = muatan elektron = 1,6 x 10
-19
C
Karena E
K
= V
o
e, maka grafik E
K
terhadap frekuensi f juga bebentuk garis lurus yang
gradien garis lurusnya adalah
f
E
h
Kmaks
=
V
o
f
0 f
o
f f
-V
o
V
o
f
V
tg
o
=
13
D. LANGKAH PERCOBAAN
1. Sebelum ON/OFF dihidupkan, tempatkan tombol Light Intensity pada posisi Off.
Pasang filter cahaya red diantara sel fotolistrik dan sumber cahaya. Tempatkan
sumber cahaya pada posisi yang tetap. Catatlah panjang gelombang yang tertera
pada filter cahaya.
2. Untuk mengukur V
AK
geser Sakhlar Display Mode ke arah Voltage (V), sedangkan
untuk mengukur arus fotolistrik geser Sakhlar Display Mode ke arah Current ( A).
3. Untuk memperoleh V
AK
(negatif) geser Sakhlar Voltage Direction ke arah ( - ),
sedangkan untuk memperoleh V
AK
(positip) geser Sakhlar Voltage Direction ke arah
minus ( + ).
4. Hidupkan ON/OFF dan atur tombol Light Intensity pada skala yang tetap. Geser
Sakhlar Display Mode ke arah Current ( A) dan Sakhlar Voltage Direction ke arah
tanda (-) dan tempatkan posisi tombol voltage adjustor ( pengatur tegangan V
AK
) pada
skala minimum, sehingga diharapkan voltmeter menunjukkan angka nol. Catatlah
kuat arus fotolistrik mula-mula.
5. Putarlah secara pelan pelan tombol voltage adjustor ( pengatur tegangan V
AK
) searah
putaran jarum jam, hingga kuat arus menjadi 0. Geser Sakhlar Display Mode ke arah
Voltage (V) kemudian bacalah berapa besar tegangan V
AK
negatip (beda potensial
henti) kedalam Tabel 5.1
6. Ulangi langkah no.1 s.d 5, tetapi masing-masing menggunakan filter-filter lainnya.
TABEL 5.1
N0
WARNA
FILTER
CAHAYA

(nm)
f
( x 10
14
Hz )
KUAT ARUS
MULA-MULA
BEDA
POTENSIAL
HENTI
1
2
3
4
5
E. TUGAS
1. Filter manakah yang menghasilkan kuat arus mula-mula yang terbesar. Jelaskan apa
kesimpulannya
2. Bagaimanakah pengaruh frekuensi foton cahaya terhadap beda potensial henti.
3. Dengan menggunakan kertas milimeter, berdasarkan data dalam Tabel 5.1, plot grafik
beda potensial henti (V
o
) terhadap frekuensi (f)
4. Berdasarkan grafik yang diperoleh, hitunglah nilai frekuensi ambang (f
o
), energi
ambang (W
o
) dan konstanta Planck (h)
14
PERCOBAAN 6
SPEKTRUM ATOM I
A. TUJUAN
1. Mengamati spektrum atom yang dihasilkan oleh beberapa jenis gas
2. Mempelajari Rumus Emperis Balmer
B. ALAT DAN BAHAN
1. Catu Daya Sumber tegangan tinggi (HVT)
2. Kisi Difraksi
3. Teropong dan Kolimator
4. Tabung spektrum H
2
, He, Ne , N
2
dan Hg
5. Statif Pemegang Tabung Spektrum
C. TEORI RINGKAS
Spektrum emisi adalah beberapa panjang gelombang elektromagnetik yang
dipancarkan oleh suatu zat. Berdasarkan kepada jenis zat yang memancarkan spektrum, maka
terdapat dua jenis spektrum, yaitu spektrum kontinyu dan spektrum emisi. Alat untuk
menyelidiki spektrum disebut spektrometer.
Spektrum garis adalah gelombang-gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang yang diskrit (terputus-putus) berbentuk garis terang warna-warni dengan latar
belakang gelap. Spektrum ini dihasilkan oleh sumber cahaya dari lucutan muatan listrik di
dalam tabung berisi gas bertekanan rendah. Atom gas yang sering digunakan misalnya
hidrogen, helium, nitrogen dan air raksa. Panjang gelombang-panjang gelombang dalam
suatu spektrum garis adalah sifat khas dari atom yang memancarkan spektrum tersebut.
Dalam tahun 1884 Johann Balmer, ketika mempelajari spektrum sinar tampak yang
dipancarkan gas hidrogen, menemukan bahwa panjang gelombang beberapa garis dalam
spektrum gas hidrogen berlaku rumus emperis Balmer, yaitu :
(6.1)
n merupakan bilangan bulat yang bernilai n = 3, 4, 5, .........
Oleh karena itu spektrum sinar tampak disebut Deret Balmer.
Dengan menggunakan Spektrometer kisi difraksi dapat mengukur besar panjang setiap
warna cahaya dengan menggunakan rumus
= d sin (6.2)
d = tetapan kisi
= sudut hamburan
, )
4 n
n
nm 364,6
2
2

=
15
D. LANGKAH PERCOBAAN
1. Nyalakan tabung spektrum berisi H
2
, He, Ne , N
2
dan Hg secara bersamaan. Catat
warna dasar yang dipancarkan oleh masing-masing tabung gas. Amatilah spektrum
yang dihasilkan oleh masing-masing gas dengan menggunakan kisi difraksi
Catatlah dalah Tabel 6.1
2. Tulis dalam Tabel 6.2 nama tabung gas jenis kisi difraksi yang akan digunakan
3. Hitunglah tetapan kisi difraksi dengan rumus
N
1
d =
4. Pasanglah tabung spektrum pada sumber tegangan seperti pada gambar di atas.
Hidupkan sumber tegangan tinggi dan kemudian putarlah tombol pengatur tegangan,
sehingga tabung spektrum dapat menyala.
5. Sebelum memasang kisi difraksi, aturlah posisi teropong sehingga teropong
membentuk garis lurus terhadap kolimator. Pada saat ini akan terlihat warna dasar
dan besar sudut hamburan adalah = 0
o
.
6. Pasang kembali kisi difraksi kemudian putarlah posisi teropong ke kiri atau ke kanan
sehingga terlihat spektrum. Aturlah posisi terpong sehingga salah satu warna cahaya
berimpit dengan garis vertikal berwarna hitam dalam teropong. Catat warna cahaya
tersebut dan amati besar sudut hamburan .
7. Hitunglah panjang gelombang ( ) untuk masing-masing warna yang diamati dengan
menggunakan rumus (6.2)
8. Untuk membandingkan harga panjang gelombang yang diperoleh pada langkah
percobaan No. 7, gunakan rumus emperis Balmer (6.1)
dengan ketentuan n = 3 untuk warna merah, n = 4 untuk warna biru, n = 5 untuk
warna nila dan n = 6 untuk warna ungu.
TABEL 1
NAMA
GAS
WARNA
DASAR
KEADAAN SPEKTRUM
MENGGUNAKAN KISI DIFRAKSI
H
2
He
16
Ne
N
2
O
2
Hg
TABEL 2
Nama Tabung Spektrum :
Warna
Jenis
Kisi
(N)
Tetapan
Kisi
(d)
Sudut
Hamburan
( )
Panjang
Gelombang
Eksperimen
Panjang
Gelombang
Emperis Balmer
E. TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Apa kesimpulan berdasarkan data dalam Tabel.6.1
2. Berdasarkan data dalam Tabel 6.2, bandingkan antara besar panjang gelombang yang
diperoleh secara eksperimen dan besar panjang gelombang yang diperoleh
berdasarkan rumus emperis Balmer
3. Tentukan rumus emperis Balmer untuk masing-masing warna yang diamati
4. Warna cahaya apakah yang termasuk ke dalam masing-masing deret Balmer I, deret
Balmer II, deret Balmer III dan deret Balmer IV
17
PERCOBAAN 7
SPEKTRUM ATOM II
A. TUJUAN
1. Mempelajari rumus Ritz dan Rydberg-Ritz untuk beberapa jenis gas
2. Menghitung nilai konstanta Rydberg
B. ALAT DAN BAHAN
1. Sumber tegangan tinggi.
2. Kisi Difraksi
3. Teropong dan Kolimator
4. Tabung spektrum H
2
, He, Ne , N
2
dan Hg
5. Statif Pemegang Tabung
C. TEORI RINGKAS
Sehubungan dengan rumus emperis Balmer, maka Rydberg Ritz, memberikan
kebalikan panjang gelombang yang berlaku umum untuk unsur lainnya, sebagai
...............................(7.1)
Untuk atom hidrogen, maka Z =1 dan muatan inti atom adalah Ze, maka R dalam
persamaan di atas disebut konstanta Rydberg, sehingga rumus Rydberg-Ritz untuk sinar
tampak menjadi
........................................(7.2)
Berdasarkan kebalikan panjang gelombang spektrum sinar tampak berdasarkan rumus
emperis Balmer dapat diperoleh :
...........................................(7.3)
D. LANGKAH PERCOBAAN
1. Tulis dalam Tabel 7.1 nama tabung spektrum dan jenis kisi difraksi yang akan
digunakan.
2. Hitunglah tetapan kisi difraksi dengan rumus
N
1
d =
|
|
.
|

\
|
=
2
1
2
2
2
n
1
n
1
RZ

1
dengan n
1
> n
2
|
|
.
|

\
|
=
2
1
2
n
1
2
1
R

1
|
.
|

\
|
=

2 2
1
n
1
2
1
m 10,97

1
18
3. Pasanglah tabung spektrum pada statip catu daya seperti ditunjukkan oleh gambar
4. Sebelum memasang kisi difraksi, aturlah posisi teropong sehingga teropong
membentuk garis lurus terhadap kolimator. Pada saat ini akan terlihat warna dasar
yang dipancarkan gas. Pada saat ini besar sudut hamburan adalah = 0
o
5. Setelah dipasang kisi difraksi, putarlah posisi teropong ke kiri atau ke kanan
sehingga terlihat spektrum. Aturlah posisi terpong sehingga salah satu warna cahaya
berimpit dengan garis vertikal berwarna hitam. Catatlah warna cahaya tersebut dan
besar sudut hamburan .
6. Hitunglah besar panjang gelombang ( ) untuk warna yang diamati dengan
menggunakan rumus = d sin
7. Substitusikan panjang gelombang yang telah diperoleh pada langkah no. 6
kedalam rumus (7.2)
Dengan ketentuan untuk warna cahaya merah (n
1
= 3), cahaya biru (n
1
= 4), cahaya
nila (n
1
= 5) dan cahaya ungu (n
1
= 6), sehingga dapat diperoleh konstanta Rydberg
untuk cahaya yang diamati.
8. Ulangi pengamatan dan perhitungan langkah percobaan No.5 s.d 7 untuk warna
cahaya lainnya. Catatlah hasilnya ke dalam Tabel 7.1
9. Ulangi pengamatan dan perhitungan langkah No.1 s.d 8 untuk tabung spektrum gas
yang lain. Catatlah hasilnya ke dalam Tabel 7.2
TABEL 7.1
Nama Tabung Spektrum :
Nomor Atom (Z) :
Warna
Jenis
Kisi
(N)
Tetapan
Kisi
(d)
Sudut
Hamburan
( )
Panjang
Gelombang
( )
Konstanta
Rydberg
(R)
TABEL 7.2
Nama Tabung Spektrum :
Nomor Atom (Z) :
Warna
Jenis
Kisi
(N)
Tetapan
Kisi
(d)
Sudut
Hamburan
( )
Panjang
Gelombang
( )
Konstanta
Rydberg
(R)
19
E. TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Hitunglah harga rata-rata konstanta Rydberg berdasarkan hasil pengolahan data dalam
Tabel. 7.1 dan kemudian data dalam Tabel 7.2
2. Bandingkan antara harga konstanta Rydberg Dalam Tabel 7.1 dan Tabel 7.2. Apa
kesimpulannya
3. Tulislah rumus panjang gelombang foton berdasarkan persamaan (7.2) untuk masing-
masing deret Balmer I, deret Balmer II, deret Balmer III dan deret Balmer IV.
4. Tulislah rumus panjang gelombang foton berdasarkan persamaan (7.2) untuk masing-
masing deret Lyman, deret Paschen, deret Bracket III dan deret Pfund
20
PERCOBAAN 8
FRANCK-HERTZ
A. TUJUAN
1. Mempelajari bahwa di dalam atom terdapat tingkat-tingkat energi yang sama dengan
tingkat tingkat pada spektrum garis
2. Mengukur tingkat energi atom air raksa (Hg).
B. ALAT DAN BAHAN
1. Tabung Franck Hertz Experiment berisi Hg
2. Heating Chamber
3. Control Unit for Franck Hertz Experiment
4. Oscilloscope
5. Digital Thermometer dan Thermocouple
6. RF Cable dan RF Cable, BNC/4mm Plug
C. TEORI RINGKAS
Sebuah eksperimen yang berdasarkan kepada tumbukan antara elektron dan atom telah
dilakukan oleh Franck- Hertz dalam tahun 1914. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa di
dalam atom terdapat tingkat-tingkat energi yang sama dengan tingkat-tingkat energi yang
terdapat pada spektrum garis. Franck-Hertz menembaki uap air raksa dengan elektron yang
energinya dapat divariasikan dengan menggunakan alat percobaan seperti dalam gambar di
bawah ini
Elektron-elektron meninggalkan katoda K yang dipanasi oleh filamen pemanas. Semua
elektron kemudian dipercepat menuju kisi Anoda A oleh beda potensial V
AK
yang dapat
divariasikan. Elektron dengan energi Ve diperkirakan dapat menembus kisi Anoda A dan
jatuh pada keping kolektor M, setelah menantang tegangan perlambat V
AM
. Jika elektron
dapat mencapai keping kolektor M, maka akan mengalir arus listrik melalui amperemeter A.
Mula-mula beda potensial V
AK
= 0, dan kemudian V
AK
ini secara beransur-ansur
ditingkatkan, maka kuat arus listrik yang melalui A juga beransur-ansur meningkat. Pada saat
V
AK
= 4,9 volt, maka kuat arus listrik mulai berkurang dan arus ini akan meningkat kembali,
apabila V
AK
ditingkatkan lagi. Pada saat V
AK
= 9,8 volt, maka kuat arus listrik mulai
A
K
A
M
21
berkurang lagi. Demikian seterusnya kuat arus listrik akan berkurang lagi pada saat V
AK
=
14,7 volt.
Berdasarkan data eksperimen Franck-Hertz dapat disimpulkan bahwa penurunan kuat
arus listrik hanya terjadi apabila tegangan V
AK
merupakan kelipatan dari 4,9 volt. Peristiwa
ini menunjukkan bahwa atom-atom uap air raksa akan tereksitasi ketingkat energi di atas
tingkat dasar, apabila energi kinetik elektron sama dengan 4,9 eV. Apabila energi kinetik
elektron sama dengan 5,9 eV, maka energi sebesar 4,9 eV digunakan untuk mengeksitasikan
atom uap air raksa dan sisanya sebesar 1 eV digunakan untuk menggerakkan elektron menuju
keping kolektor M. Apabila energi kinetik elektron kurang dari 4,9 eV, maka tumbukan
antara elektron dan atom-atom uap air raksa hanya bersifat tumbukan lenting sempurna,
sehingga seluruh energi kinetik elektron digunakan untuk menggerakkan elektron menuju
keping kolektor M.
D. LANGKAH PERCOBAAN
1. Dengan menggunakan RF Cable, BNC/4mm plug, hubungkan terminal FH Signal
y-out control unit ke terminal CH 2-Y oscilloscope dan hubungkan terminal UB/10
x-out ke terminal CH 1-X oscilloscope. Aturlah posisi KnobTIMES/DIV pada skala
X-Y.
2. Hubungkan thermocouple ke Digital Thermometer, kemudian masukkan ujung
thermocouple melalui bahagian atas Heating Chamber.
3. Atur posisi tombol voltage adjustor ( pengatur tegangan pada V
AK
) pada skala
minimum, sehingga diharapkan voltmeter menunjukkan angka nol.
7. Putar habis ke arah berlawanan arah putaran jarum jam semua knob Control Unit.
8. Aturlah posisi knob pengatur suhu Heating Chamber pada posisi 130
o
C, kemudian
hidupkan Heating Chamber tersebut
9. Aturlah posisi knob pengatur beda potensial Cathoda Heater disekitar 6-7 volt.
10. Geser Sakhlar Man/Ramp kea rah Ramp 60 Hz.
11. Hidupkan tombol oscilloscope, kemudian aturlah knob VOLTS/DIV CH 1 pada
posisi skala x = 0,5 V/div dan knob VOLTS/DIV CH 2 pada posisi skala y = 1 V/div.
12. Putar knob acceleration (V
AK
) dengan arah searah putaran jarum jam secara beransur-
ansur hingga mencapai posisi pada skala 30 volt. Amatilah gambar grafik pada layar
oscilloscope pada saat memutar knob acceleration tersebut.
13. Aturlah posisi knob Cathoda Heater, Reverse Bias dan Amplitudo, sehingga diperoleh
grafik kuat arus terhadap beda potensial V
AK
yang jelas dan tajam. Catatlah
dalam tabel pengamatan koordinat x dan y untuk masing-masing titik puncak (P) dan
lembah (L) dari grafik yang ditampilkan pada layar oscilloscope.
P
1
P
2
P
3
x
2
-x
1
x
3
-x
2
x
3
-x
1
x
y
L
1
L
2
L
3
x
y
22
E. TUGAS
1. Berdasarkan data dalam tabel lukislah pada kertas milimeter, grafik yang menyatakan
hubungan perubahan kuat arus terhadap perubahan beda potensial V
AK
.
2. Jelaskanlah prinsip terjadinya grafik yang diperoleh melalui percobaan Franck-Hertz
3. Bandingkan grafik yang diperoleh melalui percobaan Franck-Hertz dengan grafik
dalam buku literatur.
4. Tulis kesimpulan dari hasil analisa terhadap grafik yang yang diperoleh melalui
percobaan Franck-Hertz
23

You might also like