You are on page 1of 3

MASYARAKAT PERLU DIMERDEKAKAN ATAU KEMERDEKAAN PERLU DI MASYARAKATKAN Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia

pasti kita perna h mendengarnya meskipun sepintas kan?, bahkan anak SD jaman sekarang pun telah d ituntut untuk menghafalkan bunyi dari teks proklamasi yang dibacakan pada tangga l 17 agustus 1945. Dan saya yakin banyak sekolah menengah pertama memberikan pel ajaran tengtang sejarah perjuangan Indonesia mulai dari kapan belanda datang men jajah sampai akhirnya Indonesia dapat diakui sebagai negara oleh dunia luar. Ten tu saya sendiri sebagai siswi sekolah menengah atas juga pernah mendapat pelajar an tentang bagaimana Indonesia merdeka dan apa isi teks proklamasi, saya juga da pat menyebutkanya secara benar,runtut dan tanpa membaca teks. Apakah menurut kal ian itu adalah sebuah prestasi yang membanggakan ? Tentu saja untuk sebagian ora ng itu membanggakan, namun jika dipikir lagi apakah hanya untuk sebuah kataMEMBAN GGAKAN kita menghapalkan isi dari proklamasi?atau hanya untuk mendapatkan nilai?a tau malah hanya untuk memenuhi standar kompetensi yang ditentukan oleh sekolahny a? bahkan sampai sekarang saya masih bingung, untuk apa kita membaca dan menghap alkan proklamasi jika kita tidak meresapinya. Saya yakin,saya sebagai siswi menengah atas yang berusia 16 tahun pun tak dapat memahami apa maksud dari teks proklamasi. Saya hanya berusaha jujur dengan apa diri saya sendiri. Saya sebenarnya hanya anak SMA yang berusaha mendapatkan nila i yang bagus,dan demi itu saya berusaha keras melakukan apa yang guru saya katak an, dan ketika guru saya menjelaskan bagaimana Indonesia merdeka dan apa yang ha rus kita serap dari cerita tersebut,saya hanya menulis semua yang guru saya ucap kan tanpa saya meresapi dan merasakan apa sebenarnya makna dari cerita tersebut, dan itulah yang saya maksut dari kejujuran atas pemikiran saya. Tentu kita tidak bisa membohongi apa yang sebenarnya kita pikirkan ,atau bahkan kita tidak bisa membohongi pemikiran kita karena kita memang tidak memikirkan h al itu. Jelas sudah banyak masyarakat yang tidak peduli terhadap makna kemerdeka an,untuk mendengarkan penjelasan dari guru sejarah pun mereka lebih suka untuk d uduk menghirup bau gorengan di kantinalah,yang penting kita tu bisa, kadang anak sosial yang notabene anak anak yang mempelajari sejarah secara mendalam mereka h anya akan mengatakan ngomong opo to koweatau jika diartikankamu tu bilang apa. Hah?? bukankah sungguh menyedihkan hal ini?lalu siapa yang akan peduli kepada negara i ni jika seluruh generasi muda mempunyai pemikiran seperti itu ? Saya juga yakin mereka lebih memedulikan masa depan/kesuksesanya dari pada mempedulikan nasib ba ngsa ini,karena memang saya pernah berfikir sepeti itu. Lalu siapa yang harus be rtanggung jawab atas semua yang terjadi?lalu siapa yang akan peduli pada negeri ini?lalu apa yang akan terjadi pada Indonesia kita ini?apakah yang harus bertang gung jawab atas semua ini hanyalah pemimpin negara kita?jika tidak,siapa yang ma u disalahkan atas semua ini?lalu apa yang harus saya lakukan? sampai sekarang it ulah yang saya pikirkan. Bukanya sok peduli atau lebay . Saya juga bukanlah orang naf yang akan ikhlas melakukan demo. Bahkan dalam kenya taan tak ada satupun orang yang melakukan demo itu hanya demi kepentingan negara ,justru mereka melakukan demo demi kepentingan perut mereka sendiri .Ya ,jelas m ereka mendapat bayaran untuk suara dan keringat mereka yang menguap di jalanan.J elas itu adalah rahasia umum yang tidak perlu lagi ditutupi kebenaranya. Dalam kenyataanya sedikit sekali orang yang peduli tentang negara ini, memang it ulah seperti itulah sifat asli manusia,tinggal bagaimana dia mau membuka dan men gasah pikiran serta perasaanya. Saya sendiri tidak sepenuhnya menyalahkan pemeri ntah, karena semua ini terjadi karena masyarakat tidak peduli. Maka dari itu say a akan membahas kemerdekaan dari segi pemerintah dan masyarakat, agar kelak kita dapa lebih memaknai arti kemerdekaan dengan hanya membaca hasil pemikiran saya yang didasari oleh wawasan yang masih jauh dari kata luas. Saya seorang siswi sekolah menengah atas yang tinggal di sebuah kampung yang ber ada di Yogyakarta, tentu saja dalam sebuah perkampungan pasti selalu ada sebuah masalah dan saya selalu beradaptasi serta berusaha mencari jalan keluar meskipun itu bukan masalah saya, saya hanya berpikir dan berusaha menyelesaikanya karena saya sedang belajar dan akan mengetahuinya ketika suatu saat nanti saya yang ad a diposisi itu. Banyak hal-hal nyata yang menyimpang dari makna kemerdekaan , sa ya bisa menilai itu karena masalah-masalah tersebut telah menyimpang dari peratu

ran pemerintah, saya tau karena ayah saya adalah pegawai sipil di pemerintahan. Meskipun bukan seorang jaksa,hakim atau yang lainya kurang lebuh ayah saya menge rti dalam hal pemerintahan. Dan saya selalu mendengarkan apa yang dikatakan ayah saya agar saya tau dimana letak kesalahan dalam suatu masalah dan bagaimana seh arusnya menyelesaikan masalah tanpa harus menyimpang dari aturan yang telah dite tapkan oleh pemerintah. Kadang kadang masyarakat salah mengartikan niat baik pemerintah dan bahkan menya lah gunakan apa yang telah pemerintah berikan kepada masyarakat.Contohnya saja m asalah BLT (Bantuan Langsung Tunai). Siapa sih yang tidak mengetahui BLT, ya..be nar BLT adalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat yang kur ang mampu dengan tujuan menangani dan mengurangi kesangsaraan yang dialami masya rakat, namun disitulah letak inti masalahnya, karena sepeti yang saya katakana s ebelumnya bahwa oleh sebagian masyarakat nakal bantuan tersebut dapat disalahgunak an. Pernah saya temui masalah yang cukup memalukan untuk diperbincangkan, dalam program BLT ini masing-masing ketua RT di berikan wewenang untuk mengajukan warg anya yang kurang mampu agar dapat menerima BLT, namun hal ini di salahgunakan ol eh orang tersebut, bukanya memilih warga yang benar-benar membutuhkan, beliau ju stru mendaftarkan saudara-saudaranya .Bukankah sangat tragis,banyak orang yang l ebih membutuhkan,namun sekejap hanya demi keuntungan sendiri dia membuat orang l ain lebih sengsara. Sebenarnya hal ini tidak masuk akal, kenapa orang yang diber i rezeki lebih dari orang lain malah memilih di daftarkan sebagai orang yang kur ang mampu. Apa jadinya jika itu benar-benar terjadi?Atau mereka lebih senang dia nggap kurang mampu dan dikasihani oleh orang lain? Bukanya kelakuan ini sangat m enyimpang dari kelakuan yang lazim.Sangat mengenaskan ketika kita melihat tayang an di televisi ketika masyarakat berbondong-bondong saling berebut mendapatkan b antuan sampai tidak sedikit orang yang pingsan karena kekurangan oksigen. Sepeti inilah keadaan sesungguhnya, semua orang pasti ingin hidup dengan mudah d an sejahtera, namun banyak orang yang justru melakukan kesalahan dalam hidupnya. Membuat dampak yang semakin buruk untuk negara kita. Mengambil hak orang lain d emi keuntungan sendiri, itulah pokok permasalahanya. Semua orang sibuk memikirka n egonya dan setiap orang saling menyingkirkan satu sama lain tidak masyarakatny a maupun pejabatnya semua sama. Fenomena yang sungguh memilukan. Lantas kapan ki ta akan maju? Jangankan berpikir maju, untuk memerdekakanya saja masih belum. Masih ada contoh lain yang juga sama mengenaskanya, yaitu ketika kita berjalan k e malioboro. Beberapa waktu yang lalu saya dan salah satu teman saya berjalan ja lan di Malioboro. Kami membeli sesuatu dan akhirnya kami memutuskan untuk pulang , saat saya sedang berada di tempat parkir motor tiba-tiba saya didatangi oleh s eorang laki-laki yang masih muda yang sangat misterius bagi saya. Kenapa misteri us? Karena pertama dia mendatangi saya secara tiba-tiba, dia terlihat sangat ter urus dan wangi serta berpakaian layaknya orang mau jalan ke mall. Namun saya kag et ketika orang ini dengan sangat cekatan memperlihatkan bungkus makanan kecil y ang sudah dibaliknya yang digenggamnya di tangan kanan. Tentu saja saya tau maks udnya tanpa harus dia mengatakan sesuatu kepada saya, lalu saya mengambil 1 lemb ar uang dan memasukkanya ke dalam bungkus bekas makanan itu. Bukan untuk pamer saya menceritakan pengalaman saya tersebut, saya hanya ingin b erbagi pemikiran kepada semua orang. Apakah yang saya lakukan itu salah atau ben ar di dalam hukum. Karena saat saya sedang mengambil 1 lembar uang, saya melihat nya menggelengkan kepala yang artinya dia ingin saya tidak memberikn uang saya kepada p emuda terebut. Namun karena hati saya itu tidak sampai atau kata orang jawa ora tegel akhirnya saya tetap memberikan uang saya tersebut kepada pem uda itu. Dan akibatnya saya diomeli oleh teman saya sepanjang jalan. Kata-kata y ang dia ucapkan sama persis dengan kata-kata yang berada dalam iklan akhir-akhir ini.memberi bukan berarti peduli yang maksudnya jika anda memberikan uang anda ke pada pengemis itu bukan berarti anda peduli kepadanya,justru anda akan membuatny a semakin malas dan mengandalkan orang lain. Lalu sesampainya dirumah saya memikirkan kembali apa yang dikatakan oleh teman s aya itu. Benar saja , ketika saya memikirkanya saya semakin tau kenapa saya tida k boleh memberinya uang. Karena saya sendiri melihat kalau pengemis tadi masih m uda,kuat dan terlihat terawat. Itu artinya dia masih sanggup bekerja selain meng emis, tapi dia justru mengemis karena malas. Dan artinya dia bukan tidak bisa un

tuk bekerja namun tidak mau untuk bekerja, kalau kita semua memanjakanya lalu ka pan dia akan sadar akan pekerjaanya itu. Bahkan hal itu dapat menutupi talenta y ang dia miliki yang dapat membantunya mencari pekerjaan, namun karena terlanjur malas akhirnya malah memutuskan untuk meminta uang dari orang lain, toh tidak pe rlu capek-capek berusaha. Tapi kapan Indonesia yang kita sayangi ini bisa maju k alau semua warganegaranya terserang firus malas yang menular itu. Atau semua ora ng lebih memilih mengemis karena lebih gampang?

You might also like