You are on page 1of 20

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

MELIRIK POTENSI SUMBER ENERGI HIDRAT GAS

BIDANG KEGIATAN : PKM GAGASAN TERTULIS (PKM-GT)

Diusulkan oleh :

Samuel Zulkhifly (T.Perminyakan 2006) Raja Simarmata (T.Pertambangan 2005)

(12206046) (12105090)

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BANDUNG 2010


i

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan 2. Bidang Kegiatan

: Melirik Potensi Sumber Energi Hidrat Gas : ( ) PKM-AI (X) PKM-GT

3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Samuel Zulkhifly b. NIM : 12206046 c. Jurusan : Teknik Perminyakan d. Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Bandung e. Alamat Rumah : Jl. Karangtineung Indah Dalam II No. 764/181, Bandung, 40162. f. No Telp/HP : 0813 9430 6288 g. Email : samuel_zulkhifly@students.itb.ac.id samuel_zulkhifly@yahoo.com 4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis: 1 orang 5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap b. NIP c. Alamat Rumah d. No Telp/HP

: Nenny Miryani Saptadji : 131422681 : Lembang : +62811801141

Bandung, 10 Maret 2010 Menyetujui, Ketua Program Studi Teknik Perminyakan Ketua Pelaksana Kegiatan

Ir.Ucok WR Siagian M.Sc, Ph.D. NIP. 132207754


Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan

Samuel Zulkhifly Sinaga NIM. 12206046

Dosen Pendamping

___________________ NIP

Ir.Nenny Miryani Saptadji Ph.D


NIP. 131422681

iv

Kata Pengantar

Puji syukur penulis sampaikan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah membimbing hamba-Nya dalam menyelesaikan Karya Tulis ilmiah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula pada kedua orang tua penulis yang telah mendidik penulis hingga sampai masa kuliah. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih pada Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu Beliau untuk membina penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula pada Ketua Program Studi Teknik Perminyakan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, serta pihak WRMA ITB yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Tidak lupa pula penulis sampaikan ucapan terima kasih pada rekan-rekan yang telah membantu penyusunan karya tulis ilmiah ini dan rekan-rekan lain yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu. Dalam karya tulis ilmiah ini, penulis mencoba untuk menyajikan hasil pencarian dan pengolahan informasi mengenai salah satu potensi sumber daya energi yang ada di dunia khususnya melimpah di Indonesia. Hidrat Gas, yang terakumulasi cukup melimpah di Negara Indonesia, tentu memancing perhatian para pembaca karena potensinya yang besar sebagai sumber energi untuk memenuhi kebutuhan umat manusia di masa depan khususnya masyarakat Indonesia. Masih terdapat banyak permasalahan dalam eksplorasi maupun eksploitasi sumber energy tersebut, dan hingga kini masih sulit untuk mengolah Hidrat Gas tersebut secara ekonomis. Namun, penelitian masih tetap dilakukan dan terus berkembang di beberapa Negara di dunia. Indonesia sebagai salah satu Negara yang cukup melimpah potensi Hidrat Gas-nya, perlu untuk melakukan berbagai penelitian mengenai potensi sumber energy tersebut agar di masa depan Indonesia dapat memenuhi kebutuhan energy nasional ketika cadangan minyak bumi Indonesia mulai berkurang. Penulis merasa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis mengundang para pembaca untuk mengkritik dan memberikan pendapat serta saran kepada penulis. Atas perhatian para pembaca, penulis mengucapkan terima kasih.

Bandung, 10 Maret 2010

Penulis

iii

Daftar Isi

Halaman Muka ..................................................................................................... i Daftar Isi ............................................................................................................... ii Kata Pengantar ..................................................................................................... iii Lembar Pengesahan ............................................................................................. iv Daftar Tabel dan Gambar ...................................................................................... v Daftar Curriculum Vitae ....................................................................................... vi

Ringkasan ............................................................................................................. 1 Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................... 1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 Tujuan .......................................................................................................... 2 Metode ......................................................................................................... 2 Bab 2 Uraian Gagasan ........................................................................................... 2 Karakterisasi Hidrat Gas .............................................................................. 2 Potensi Hidrat Gas ....................................................................................... 7 Permasalahan yang dihadapi....................................................................... 10 Bab 3 Kesimpulan ................................................................................................. 13 Bab 4 Saran ........................................................................................................... 13 Daftar Pustaka ....................................................................................................... 14 Pustaka Jurnal dan Website ......................................................................... 14 Pustaka Gambar ........................................................................................... 14

ii

Daftar Tabel dan Gambar

Tabel 1 Potensi nasional Indonesia tahun 2004 .................................................... 8

Gambar 1 Hidrat Gas ............................................................................................ 3 Gambar 2 Lokasi hidrat gas. Bagian sebelah kiri menunjukkan permafrost dan bagian sebelah kanan menunjukkan laut dalam ................................... 3 Gambar 3 Model sstruktur hidrat gas .................................................................... 4 Gambar 4a Phase boundaries dari hidrat gas ....................................................... 5 Gambar 4b MHSC (Methane-Hydrate Stability Zone) ......................................... 5 Gambar 5 Model penyebaran hidrat gas dalam sedimen ...................................... 6 Gambar 6 Pembentukan metana dari sumber biogenik......................................... 6 Gambar 7 Penampakan BSR dalam metoda seismik ............................................ 7 Gambar 8 Diagram persebaran karbon di dunia ................................................... 8 Gambar 9 Peta persebaran hidrat gas di dunia ...................................................... 9 Gambar 10 Skema pengembangan lapangan hidrat gas ........................................ 11 Gambar 11 Gelembung hidrat gas yang lepas ke atmosfer di dalam laut ............. 11 Gambar 12 Metode stimulasi termal dan pengurangan tekanan pada zona ......... kestabilan hidrat gas ........................................................................... 12 Gambar 13 Skema pelepasan gas metana dari zona hidrat dan zona gas bebas ... 12

MELIRIK POTENSI SUMBER ENERGI HIDRAT GAS

RINGKASAN

Dalam makalah ini, penulis mencoba untuk mengajukan suatu ide terkait pengembangan sumber energi alternatif hidrat gas untuk mengatasi krisis energi dunia di masa mendatang. Saat ini, hidrat gas tengah ramai diperbicangkan para ahli di dunia, terutama di negara-negara maju. Banyak penelitian dan pengembangan yang dilakukan untuk mengkarakterisasikan hidrat gas. Untuk memanfaatkan potensi hidrat gas tersebut, maka pertama kali kita perlu mengenal hidrat gas itu sendiri, mulai dari bentuk, penyusun, proses terbentuknya hingga cara untuk memanfaatkan hidrat gas tersebut. Penulis banyak mengkaji permsalahan seputar energi dan potensi hidrat gas dengan metode studi literatur dan wawancara dengan ahli atau dosen di bidang terkait. Studi literatur dilakukan dengan membedah buku dan jurnal baik nasional maupun berskala internasional serta menggunakan fasilitas internet. Penyusunan makalah ini dimulai dengan bagian pendahuluan yang menguraikan latar belakang dan tujuan penulisan makalah serta manfaat yang hendak dicapai diakhir penyusunan makalah ini. Dalam bagian pendahuluan ini, diuraikan sedikit gambaran mengenai kondisi konsumi energi di dunia saat ini, serta energi yang dominan digunakan. Lalu bagian pembahasan yang menguraikan teori-teori terkini serta informasi akurat terkait penelitian dan pengembangan hidrat gas di dunia, khususnya kajian saintifik hidrat gas itu sendiri. Dalam bagian pembahasan ini, penulis mencoba mengkarakterisasi hidrat gas, menguraikan potensi hidrat gas di dunia dan khususnya di Indonesia serta berbagai permasalahan yang masih membatasi gerak pegembangan hidrat gas teresebut. Dan pada bagian akhir, penulis menyimpulkan berdasarkan kajian yang telah dilakukan dan memberikan rekomendasi bagi pembaca dan pihak terkait (universitas dan pemerintah) agar dapat mengembangkan ide ini kelak.

BAB I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini, energi tengah menjadi permasalahan yang cukup banyak diperbincangkan di dunia. Konsumsi energi fosil konvensinal (minyak dan gas bumi) yang begitu tinggi pada beberapa dekade akhir ini, memaksa umat manusia untuk menghemat penggunaan energi dan mencari alternatif sumber energi baru. Minyak bumi sebagai sumber energi utama di dunia pun belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan umat manusia, apalagi trend harga minyak yang cenderung bertambah tinggi seiring waktu berjalan, yang semakin menambah pelik

permasalahan energi dunia. Saat ini, harga minyak berada di kisaran $80 per barel (per 26 februari 2010). Kondisi ini mirip dengan dekade 70-an, dimana kala itu harga minyak membubung tinggi, yang memaksa para ahli energi di dunia untuk mencari alternatif sumber energi baru. Pada saat itu, banyak negara di dunia melirik energi panas bumi dan sejak dekade 70-an, banyak lapangan panas bumi di dunia mulai dikembangkan (diproduksikan). Saat ini pun, ketika harga minyak mulai membubung naik, banyak ahli mencari dan meneliti alternatif sumber energi lain, termasuk hidrat gas ini. Indonesia pun tidak lepas dari permasalahan ini. Banyak potensi energi yang dimiliki negara kita, seperti geotermal, air, energi solar, dan masih banyak lagi, namun baru sebagian kecil yang dimanfaatkan. Saat ini, banyak negara tengah ramai mengembangkan penelitian hidrat gas yang diduga berpotensi untuk menjadai sumber energi masa depan karena jumlahnya yang diperkirakan sangat melimpah di seluruh dunia. Indonesia pun termasuk negara yang diperkirakan memiliki cadangan hidrat gas yang cukup besar, sehingga perlu untuk mengenal seluk beluk hidrat gas tersebut.

Tujuan

1. Mencari informasi terkini tentang penelitian dan pengembangan hidrat gas di dunia. 2. Mengidentifikasi potensi hidrat gas di Indonesia. 3. Mencari alternatif pengembangan dan pemanfaatan potensi hidrat gas di Indonesia.

Metode

1. Studi literatur melalui buku dan diktat kuliah. 2. Pencarian data informasi melalui media internet. 3. Wawancara dengan dosen bidang terkait.

BAB II. URAIAN GAGASAN

Karakterisasi Hidrat Gas

Hidrat gas adalah kristal es yang terdiri atas molekul-molekul air yang membentuk struktur seperti kurungan, sangkar atau disebut clathrate. Setiap clathrate dapat mengurung atau menjebak molekul gas dan biasanya disebut hidrat clathrate atau gas clathrate, namun istilah hidrat gas lebih sering digunakan

dalam industri minyak dan gas. Bentuk hidrat gas ditunjukkan dalam gambar 1 berikut.

Gambar 1. Hidrat Gas(1) Hidrat gas terbentuk dan stabil pada lingkungan dengan kondisi tekanan tinggi dan temperatur yang mendekati titik beku air atau lebih rendah. Hidrat gas ditemukan di dua daerah, yaitu di daerah daratan sekitar kutub dan laut dalam. Di daerah sekitar kutub, hidrat gasi ditemukan di permafrost, yaitu lapisan pada daratan dengan suhu sama dengan atau lebih kecil dari titik beku air. Sedangkan pada daerah laut, biasanya hidrat gas terbentuk dan stabil pada kedalaman 150 m sampai 2000 m dibawah permukaan laut. Lokasi hidrat gas ditunjukkan pada gambar 2 berikut (Kvenvolden, 1993).

Gambar 2. Lokasi hidrat gas. Bagian sebelah kiri menunjukkan permafrost dan bagian sebelah kanan menunjukkan laut dalam(2) Terdapat tiga struktur geometri hidrat gas, yaitu struktur I, struktur II, dan struktur H, tergantung dari susunan molekul-molekul air yang membentuk hidrat gas. Setiap unit dari struktur hidrat gas memiliki nomor rongga yang menggambarkan tipe dari setiap rongga, seperti ditunjukkan pada gambar 3.

Struktur I memiliki 46 molekul air yang saling berikatan. Setiap unit volume dari struktur ini terdiri dari delapan rongga yang dapat menampung delapan molekul gas. Molekul tuan rumah atau hidrat gas struktur ini dapat menampung molekul gas dengan ukuran lebih kecil dari propana. Struktur II memiliki pola diamond dengan 136 molekul air yang saling berikatan. Setiap unit volume dari struktur ini terdiri dari 24 rongga yang dapat menampung 24 molekul gas. Molekul tuan rumah struktur ini dapat menampung molekul gas dengan ukuran lebih besar dari etana tetapi lebih kecil dari pentana. Struktur H memiliki pola geometri heksagonal yang terdiri dari 34 molekul air yang saling berikatan. Setiap unit volume dari struktur ini terdiri dari enam rongga yang dapat menampung enam molekul gas. Molekul tuan rumah struktur ini dapat menampung molekul gas dengan berbagai variasi ukuran. Rongga clathrate memiliki ukuran diameter dengan rentang sekitar empat angstroms sampai hampir enam angstroms (1 angstroms = 10-6 cm). Jenis-jenis struktur hidrat gas ditunjukkan pada gambar 3 berikut (Hardage et al, 2006).

Gambar 3. Model struktur hidrat gas(3) Terdapat beberapa jenis molekul gas yang dapat terperangkap dalam hidrat gas atau mengisi rongga dalam hidrat gas, yaitu metana (CH 4), etana (C2H6), propana (C3H8), butana (C4H10), nitrogen (N2), karbon dioksida (CO2), dan hidrogen sulfat (H2S). Namun, jenis molekul gas yang paling sering terperangkap dalam hidrat gas adalah metana, sehingga banyak orang menyebut hidrat gas dengan sebutan hidrat metana (methane hydrate). Ketika molekul-molekul gas metana terperangkap dalam clathrates, maka molekul-molekul metana tersebut tidak akan bisa keluar, kecuali struktur hidrat gas rusak atau hancur. Hidat gas dapat melebur atau terurai jika tekanan turun atau temperatur bertambah tinggi. Tidak semua hidrat gas berwarna putih seperti salju. Kebanyakan hidrat gas mengandung hidrokarbon yang tidak berwarna, Sebagian hidrat gas di Teluk Meksiko berwarna kuning, jingga bahkan merah. Sebagian hidrat gas di dataran tinggi Blake-Bahamas di samudera atlantik berwarna abu-abu dan biru. Hingga saat ini, masih terdapat pertentangan di antara para ilmuwan mengenai terbentuknya warna pada hidrat gas. Pertentangan tersebut diantaranya mengenai

bakteri, mineral dan factor-faktor lain yang terkandung dalam hidrat gas sebagai penyebab hidrat gas memiliki warna selain warna putih salju. Struktur I, struktur II, dan struktur H dari hidrat gas memiliki densitas antara 0,90-0,95 gr/cm3, sehingga hidrat gas dapat mengapung di air laut yang densitasnya lebih besar jika hidrat gas lepas dari lapisan perangkap di dasar laut. Gambar 4 di samping menunjukkan analisis tekanan dan temperature pembentukan hidrat metana. Gambar 4a menunjukkan phase boundaries (batasbatas fasa) dari hidrat gas berdasarkan temperatur dan kedalaman tertentu. Gambar 4b adalah grafik modifikasi dari gambar a yang menunjukkan zona kestabilan hidrat gas. Pada gambar 4b tersebut, zona di sebelah kiri MHSC (methane-hydrate stability zone), menunjukkan zona kestabilan hidrat-gas atau zona dimana hidrat gas dapat terbentuk. Hidrat gas dapat terbentuk apabila kondisi termodinamika lingkungan cocok (tekanan dan temperatur), adanya sumber molekul gas yang akan mengisi rongga pada hidrat gas, dan adanya molekul air pada zona kestabilan hidrat gas (GHSZ) (Gupta, 2003). Namun, ada pula beberapa faktor yang dapat membuat hidrat gas gagal terbentuk. Pertama, metana atau gas hidrokarbon lainnya yang larut dalam air laut sehingga tidak membentuk hidrat gas. Kedua adalah salinitas air laut, yang jika semakin tinggi akan menyebabkan hidrat gas semakin mudah terurai. Ketiga adalah pusaran arus panas air laut yang dapat mengganggu zona kestabilan temperatur pembentukan hidrat gas, dan yang keempat adalah pengurangan sulfat pada hidrat gas yang memperkecil kemungkinan terbentuknya hidrat gas. Gambar 4a: Phase boundaries Adanya molekul sulfat juga turut dari hidrat gas(4) membantu pembentukan hidrat gas. Gambar 4b: MHSC (methanePada zona kestabilan hidrat gas hydrate stability zone) (4) (GHSZ), hidrat gas terakumulasi dalam beberapa bentuk, yaitu menyebar dalam sedimen (bentuk yang paling sering dijumpai), berbentuk nodul-nodul kecil dalam sedimen (nodular), berbentuk lapisan kecil dalam sedimen (layered), dan berbentuk masif blocky seperti ditunjukkan pada gambar 5 berikut.

Gambar 5. Model penyebaran hidrat gas dalam sedimen (5) Molekul gas metana yang mengisi rongga hidrat gas berasal dari dua sumber, yaitu termogenik dan sumber biogenik. Sumber molekul gas termogenik berasal dari batuan induk hidrokarbon (source rock), dimana molekul gas metana bermigrasi ke zona kestabilan hidrat gas (GSHZ). Sedangkan molekul gas sumber biogenik, berasal dari aktivitas mikroba di dasar laut. Terdapat dua jenis mikroba yang dapat menghasilkan molekul gas metana dari aktivitasnya. Yang pertama adalah Archaea I yang mengkonsumsi hidrogen dan karbon yang tersedia di dasar laut dan memproduksikan metana. Mikroba ini adalah sumber utama dari metana yang terperangkap dalam hidrat gas yang terdapat di sepanjang pinggiran kontinental dimana pada daerah tersebut sangat sedikit ditemukan sumber gas termogenik. Mikroba yang kedua adalah Archaea II yang mengkonsumsi metana dan memproduksikan sulfida. Metana yang dikonsumsi mikroba Archaea II berasal dari sumber termogenik atau berasal dari metana yang diproduksikan oleh mikroba Archaea I. Proses pembentukan metana dari sumber biogenik ditunjukkan pada gambar 6 berikut (Claypool, 2003).

Gambar 6.Proses pembentukan metana dari sumber biogenik (6)

Sampai saat ini, metode yang paling efektif yang digunakan untuk mendeteksi keberadaaan hidrat gas adalah survei seismik dengan menentukan Bottom-Simulating Reflection (BSR) (Dai, 2004). BSR adalah zona pemantul amplitudo tinggi yang kira-kira paralel dengan dasar laut, yang dihasilkan dari perbedaan impedansi gelombang akustik antara batuan sedimen yang mengandung hidrat gas dan batuan sedimen yang mengandung gas bebas. (Ramana et al, 2006). Kehadiran hidrat gas dapat dideteksi dengan adanya peningkatan kecepatan seismik atau resistivity di suatu zona sedimen dibandingkan dengan zona sedimen normal. Zona hidrat gas biasanya terdapat pada daerah di atas zona BSR seperti ditunjukkan pada gambar 7 berikut.

Gambar 7. Penampakan BSR dalam metoda seismik(7)

Potensi Hidrat Gas

Indonesia memiliki beragam potensi sumber energi. Namun, hingga saat ini, masih sedikit dari potensi tersebut yang dimanfaatkan. Tabel 1 berikut menunjukkan potensi sumber energi yang ada di indonesia beserta pemanfaatannya.

Tabel 1: Potensi Energi Nasional Indonesia Tahun 2004 (8)

Deposit gas alam yang terdapat di dunia, diperkirakan mencapai 13.000 TCF dengan cadangan 5.000 TCF. Sedangkan persediaan minyak dunia diperkirakan sebesar 1.144,013 milyar barel. Sedangkan deposit hidrat gas yang terdapat di bawah laut di seluruh dunia diperkirakan sekitar 30.000 TCF sampai 49.100.000 TCF dan yang terdapat di daratan mencapai 5.000 TCF sampai 12.000.000 TCF. Satu m3 hidrat gas apabila diolah mampu mengurai menjadi 150 m3 sampai 180 m3. Gambar 8 berikut menunjukkan total persebaran karbon di dunia (Energy Information Administration, International Energy Outlook, Natural Gas 1998: Issues and Trends).

Gambar 8. Diagram persebaran karbon di dunia(9)

Gambar 9 berikut menunjukkan persebaran hidrat gas di dunia. Kita bisa melihat bahwa hidrat gas tersebar cukup merata dan sangat melimpah di setiap bagian di dunia (http://www.indeni.org).

Gambar 9. Peta persebaran hidrat gas di dunia(10) Ilmuwan Indonesia yang bekerja sama dengan ilmuwan Jepang dari Jamstec dan Universitas Tokyo, telah meneliti dan memastikan secara positif keberadaan hidrat gas di lokasi subdiksi miring di bagian selatan Sumatera. Di daerah tersebut, terdapat hidrat gas dengan luas area 22.125 km3 dimana setiap satu m3 persegi area dapat menyimpan 800 m3 hidrat gas metana. Secara kasar, diperkirakan di dasar laut di bagian selatan Sumatera, menyimpan 625,4 TCF (Thrillion Cubic Feet) hidrat gas. Selain di patahan Sumatera (Sumatera Subduction Zone), ditemukan pula sumber hidrat gas yang mengandung metana, yakni di Sulawesi Utara seluas 8.200 km3 dengan kandungan 233,2 TCF hidrat gas. Kedua area ini menyimpan potensi energi gas yang cukup besar. Sebagai perbandingan, sumber gas di Natuna saat ini hanya memiliki cadangan gas 222 TCF (http://sinarharapan.co.id artikel 4820, http://www.energi.lipi.go.id). Riset mengenai keberadaan hidrat gas metana ini telah dilakukan sejak tahun 1994 oleh peneliti BPPT, Universitas Indonesia (UI), Pusat Penelitian Geologi Laut (PPGL) , peneliti Jamstec dan Universitas Tokyo, Jepang, dengan peneliti Jerman dari Bundestanstalt fur Geowiessenschaften und Rohstoffe (BGR). Lalu disusul dengan survei yang semakin menguatkan indikasi tersebut pada tahun 1999. Baru kemudian pada tahun 2002 dipastikan keberadaan gas metana di Indonesia (http://www.migas.esdm.go.id). Potensi hidrat gas sebagai sumber energi telah diteliti sejak tahun 1971 oleh ilmuwan di beberapa negara maju seperti Jerman, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Spanyol, Kanada, China dan Rusia. Di negara-negara tersebut, telah dibuktikan keberadaan hidrat gas, namun baru lima persen kawasan laut yang diteliti. Amerika serikat adalah negara yang paling cepat memulai penelitian hidrat gas pada tahun 1982 dan menargetkan pengembangannya secara komersial sampai tahun 2015. Pada tahun 2002, ilmuwan Amerika berhasil mengambil hidrat gas di

10

Delta Mac Kenzie di Kanada dari kedalaman 1.150 km di bawah laut. Ini adalah produksi hidrat gas yang pertama di dunia dengan tebal lapisan permafrost mencapai 600 m. Sedangkan Jepang, memulai penelitian dan pengembangan hidrat gas sebagai proyek nasional pada tahun 1995, dan saat ini secara aktif melakukan eksplorasi dan pengeboran pada zona hidrat gas di pantai Nankai Trough pada kedalaman 3.724-3.980 ft. Pada tahun 2011 mendatang, Jepang akan segera memulai tahap eksploitasi sumber daya hidrat gas di daerah pantai Nankai Trough tersebut (JNOC, 2002). Rusia adalah satu-satunya negara di dunia yang memiliki pengalaman eksplorasi hidrat gas di ladang gas Messoyakha yang dingin yang telah dimulai sejak dekade 60-an (Basniev). Sedangkan Cina, saat ini sedang melakukan eksplorasi hidrat gas dan menemukan cadangan hidrat gas di Laut Cina Selatan. Korea Selatan, baru-baru ini menemukan cadangan hidrat gas di Laut Timur dan menargetkan produksi komersial pada tahun 2015 (http://world.kbs.co.kr). Kanada pun telah melakukan percobaan produksi hidrat gas dalam skala kecil, dan masih akan mengembangkan metode produksi yang ekonomis. Hingga saat ini, semakin banyak negara yang menaruh perhatian pada sumber energi hidrat gas. Sudah seharusnya pula Indonesia mengikuti jejak negara-negara tersebut agar tidak semakin tertinggal jauh.

Permasalahan yang dihadapi

Dalam satu unit volume hidrat gas terdapat 164 molekul gas metana. Untuk memanfaatkan potensi gas tersebut, maka hidrat gas perlu diurai sehingga gas metana dapat dikeluarkan. Hidrat gas yang terlepas dalam bentuk gelembung di dalam laut akan mengurai dan melepaskan molekul gas metana ke atmosfer seperti ditunjukkan pada gambar 10. Maka dibutuhkan teknik khusus untuk memproduksikan hidrat gas tersebut. Diperkirakan pula bahwa di bawah zona hidrat gas terdapat zona yang mengandung gas bebas dalam jumlah besar, dan bila kita telah mampu memproduksikan hidrat gas secara ekonomis, maka kita akan mampu untuk memanfaatkan zona gas bebas tersebut. Gambar 10 menunjukkan skema pengembangan lapangan hidrat gas. Hingga saat ini, masih terdapat kesulitan dalam memproduksi serta mentransportasikan hidrat gas secara efektif dan efisien. Beberapa metode yang tengah diteliti masih belum ekonomis untuk memproduksikan hidrat gas. Namun, terdapat tiga metode yang tengah diteliti untuk memproduksi hidrat gas, yaitu : 1. Pengurangan tekanan (depressurization), yang prinsipnya adalah mengurangi tekanan pada lapisan gas bebas yang berada di bawah BHSZ (Bottom Gas Hydrate Stability Zone) sehingga langsung mempengaruhi zona kestabilan hidrat gas (GHSZ). Hidrat gas yang berada pada zona kestabilan akan keluar dan terdisiosasi atau terurai. Skema pengurangan tekanan dapat dilihat pada gambar 11. 2. Stimulasi termal (Heat Injection), yang prinsipnya menaikkan temperature pada zona kestabilan hidrat gas (GHSZ), sehingga hidrat gas akan keluar dari zona kestabilan dan terdisiosasi. Skema penambahan temperatur dapat dilihat pada gambar 11.

11

3. Menginjeksikan inhibitor kimia, seperti glicol dan metanol yang akan menyebabkan pergeseran kondisi kesetimbangan hidrat gas pada zona kestabilan hidrat gas (GHSZ), sehingga hidrat gas keluar dan terdisiosasi (Hardage et al, 2006). Gas CO2 pun dapat diinjeksikan ke lapisan hidrat gas dan mendorongnya keluar untuk diproduksikan, seperti pada gambar 10 berikut.Metode injeksi CO2 tersebut sering disebut dengan istilah jebakan CO2 (CO2 trapped).

Gambar 10. Skema pengembangan lapangan hidrat gas(11)

Gambar 11. Gelembung hidrat gas yang lepas ke atmosfer di dalam laut (12)

12

Gambar 12. Metode stimulasi termal dan pengurangan tekanan pada zona kestabilan hidrat gas(13) Disamping itu, terdapat permsalahan yang cukup serius dalam memproduksikan hidrat gas. Jika molekul metana dalam hidrat metana lepas ke udara, maka berpotensi menyebabkan pemanasan global, karena pengaruh metana 23 kali lebih berbahaya daripada gas karbon dioksida dalam menaikkan suhu bumi. Gambar 10 dan 12 menunjukkan skema lepasnya gas metana dari zona hidrat dan zona gas bebas (free gas) di bawaha zona hidrat. Untuk itu, diperlukan penelitian yang lebih intens agar ditemukan cara memproduksi hidrat gas yang ekonomis dan aman terhadap lingkungan (Kvenvolden, 1993).

Gambar 13. Skema pelepasan gas metana dari zona hidrat dan zona gas bebas(14)

13

BAB III. KESIMPULAN

Indonesia memiliki cadangan hidrat gas yang cukup besar dan berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi yang dapat memenuhi kebutuhan bangsa. Karena jumlahnya yang sangat besar baik di Indonesia maupun di dunia, hidrat gas sangat berpotensi untuk menjadi sumber energi masa depan di dunia yang mampu menggantikan minyak bumi dan energi fosil konvensional lainnya. Indonesia seyogyanya segera memulai penelitian hidrat gas dan menyiapkan sumber daya manusia Indonesia untuk mengolah hidrat gas tersebut, karena sangat berpotensi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat, khususnya menjawab tantangan krisis energi dunia.

BAB IV. SARAN

1. Banyak negara di dunia yang telah memulai penelitian hidrat gas sejak lama, dan saat ini tengah memasuki tahap memulai produksi. Indonesia pun perlu memulai penelitian hidrat gas dengan segera, karena indonesia memiliki sumber daya hidrat gas yang melimpah. 2. Selain memulai penelitian, maka informasi dan data tentang hidrat gas pun perlu dimasukkan dalam kompetensi kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia, karena kelak dibutuhkan tenaga ahli bangsa Indonesia yang siap untuk mengolah sumber energi hidrat gas ini. Di ITB sendiri, pengetahuan tentang hidrat gas sendiri telah dimasukkan dalam mata kuliah yang diajarkan di program studi Teknik Perminyakan. 3. Untuk melaksanakan penelitian dan pendidikan tenaga ahli, diperlukan dana yang cukup besar. Maka, diperlukan peran Pemerintah dalam menyediakan dana yang dibutuhkan, serta mengajak kalangan industri perminyakan untuk ikut serta dalam program tersebut. Kalangan Universitas dapat pula mengajak kalangan industri untuk menyediakan sarana dan prasarana penelitian. Colorado School of Mines di Amerika memiliki lembaga riset hidrat gas departemen Teknik Kimia di yang mendapat dukungan sponsor dana dari beberapa perusahaan migas seperti Chevron, Total, Shell dan lainnya (http://hydrates.mines.edu, http://www.energy.go).

14

DAFTAR PUSTAKA

Pustaka Jurnal dan Website

Basniev, K. S. New Methods of Development of Gas Hydrate Fields Problem and Perspective. Moscow, Rusia. Claypool, George. E. 2003. How Gas Marine Hydrate Form in Nature?. Rice U. Hydrate Workshop. Dai, Jianchun, Xu, Haibun, Snyder, Fred, dan Dutta, Nader. 2004. Detection and estimation of gas hydrates using rock physics and seismic inversion: Examples from the northern deepwater Gulf of Mexico. Houston, Texas. Gupta, Harsh. 2003. Gas Hydrates: A potential source of energy from the oceans. New Delhi, India. Hardage, Bob A, Roberts, Harry H.2006. Gas Hydrate in Gulf of Mexico : What and where is the seismic target. USA. Hardage, Bob A, Remington, Randy, Roberts, Harry H.2006. Gas Hydrate-a source of shallow water flow?. USA. JNOC.2002. Assessment of the Resource Potential of Methane Hydrate in the Nankai Trough,Offshore Central Japan. Japan. Kvenvolden, Keith. A. 1993. Gas Hydrate-Geological Perspective and Global Chance. U.S.Geological Survey. Menlo Park, California, USA. Ramana, M. V., Ramprasad, T., Desa, M., Sathe, A. V., dan Sethi, A. K. 2006. Gas hydrate-related proxies inferred from multidisciplinary investigations in the Indian offshore areas. Current Science: 91. India. 1998. Energy Information Administration, International Energy Outlook, Natural Gas 1998: Issues and Trends. Washington. http://hydrates.mines.edu http://world.kbs.co.kr http://sinarharapan.co.id artikel 4820. http://www.energi.lipi.go.id http://www.energy.go http://www.indeni.org http://www.migas.esdm.go.id

Pustaka Gambar dan Tabel


(11)

Art, Johnson. Gas Hydrate, An Emerging Resource for Americas Energy Future. Hydrate Energy International. (2)(3)(13) Cryogenic Engineering Laboratory. Gas Hydrates. Presentasi. Department of Mechanical Engineering, Korea Advance Institute of Science and Technology. (4)(6)(12) Hardage, Bob A, Roberts, Harry H.2006. Gas Hydrate in Gulf of Mexico : What and where is the seismic target. USA.

15
(5)

Hardage, Bob A, Remington, Randy, Roberts, Harry H.2006. Gas Hydrate-a source of shallow water flow?. USA. http://www.google.com http://www.indeni.org

(1)(7)

(8)(9)(10)

You might also like