You are on page 1of 26

1 TANTANGAN KOMUNIKASI DI TENGAH KERAGAMAN BUDAYA DUNIA Oleh Ido Priyono Hadi Bagaimana Perbedaan Kultur, Etnosentrisme, dan

Bahasa Mempengaruhi Komunikasi [values, beliefs, and practices] PENGERTIAN KOMUNIKASI BISNIS ANTARBUDAYA Intercultural communication is the process of sending and receiving messages between people of different cultures. Komunikasi Antarbudaya [Intercultural Communication] adalah proses komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya [baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi. Penggolongan kelompok budaya tidak bersifat mutlak; kita boleh memilih satu atau lebih untuk menandai sebuah kelompok yang memiliki budaya yang sama. Misalnya di USA. Orang Amerika berbicara tentang orang-orang asli California, Nebraska, dan New Hampshire sebagai berasal dari budayabudaya regional yang berbeda [West Coast, Midwest, dan New England], Kita boleh menyebut masing-masing sebagai anggota sebuah budaya kota atau budaya desa, atau sebagai anggota budaya Irlandia atau budaya Yahudi. Kita boleh menganggap mereka sebagai anggota-anggota budaya Barat yang lebih luas lagi. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat-istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Atau dalam versi lainnya

Culture is a shared system of symbols, beliefs, attitudes, values, expectations, and norms for behavior. Subcultures are distinct groups that exist within a major culture. Cara anda berpakaian, hubungan anda dengan orangtua dan teman-teman anda, apa yang anda harapkan dari perkawinan dan pekerjaan, makanan yang anda makan, bahasa yang anda gunakan, semuanya itu dipengaruhi oleh budaya anda. Ini tidak berarti bahwa, anda berpikir, percaya, dan bertindak sama persis seperti setiap orang lainnya dalam budaya anda. Sebuah budaya akan berubah dan berevolusi dari waktu ke waktu. Namun seperangkat karakteristik dimiliki bersama oleh sebuah kelompok secara keseluruhan dapat dilacak, meskipun telah berubah banyak, dari generasi ke generasi. Etnosentrisme Dalam berkomunikasi, kita cenderung untuk menghakimi nilai, adat istiadat atau aspek-aspek budaya lain menggunakan kelompok kita sendiri dan adat istiadat kita sendiri sebagai standar bagi semua penilaian. Disadari atau tidak, kita sering mengganggap kelompok kita sendiri, negeri kita sendiri, budaya kita sendiri, sebagai yang terbaik, yang paling bermoral, dsb. Etnosentrisme sulit dihilangkan, karena ia bersumber pada psikologi manusia [memperoleh dan memelihara penghargaan diri]. Dan ini merupakan keinginan yang sangat manusiawi dari tiap orang yang berlatar budaya yang berbeda.2 Adanya perbedaan budaya dimasing-masing kelompok, masyarakat dan negara, juga turut mempengaruhi efektifitas komunikasi antarbudaya. Adapun kunci keberhasilan dalam hubungan komunikasi bisnis juga dapat dipengaruhi oleh hal-hal seperti : ! Social values contohnya orang Amerika dikenal dengan etos kerja keras, sukses dapat diukur dari sisi materi,

berorientasi pada tujuan dan efesiensi. Sementara untuk Indonesia dengan tingkat pengangguran usia kerja yang tinggi, menciptakan lapangan pekerjaan jauh lebih penting daripada bekerja secara efisien. ! Roles and Status contohnya, dibanyak negara wanita masih belum [tidak] memainkan peranan yang menonjol dalam bisnis, pemerintahan bahkan dalam praktek kesehariannya masih ada batasan-batasan. Hal ini dikarenakan adanya sistem nilai, kepercayaan, dan pengaruh kuat agama. Konsep status juga berbeda. Seorang eksekutif Amerika menunjukkan tanda-tanda statusnya dengan menunjuk kepada nilai materialistik. Big boss biasanya mempunyai ruang kantor besar, karpet yang bagus, sofa yang mahal, asesori-asesori yang mahal, dll. Mempunyai kantor pribadi lebih terhormat di Amerika, daripada sebuah meja kerja pribadi di ruang terbuka. Ini disebutnya Spatial Arrangements. Dalam budaya lain, dikomunikasikan dalam cara yang berbeda, misalnya seorang eksekutif Perancis akan lebih terhormat apabila duduk di tengah dalam area yang terbuka. ! Concept of Time Perbedaan persepsi terhadap waktu adalah faktor lainnya yang bisa menyebabkan misunderstandings . Para ekekutif Amerika dan Jerman melihat waktu sebagai sesuatu yang harus diencanakan dan dipergunakan secara efisien, berfokus hanya pada tugas pekerjaan tiap periode yang sudah terjadwal. Waktu adalah terbatas, jadi mereka mencoba langsung mendapatkan sesuatu [informasi, pendapat, masukan, pengarahan, dll] secepat mungkin ketika berkomunikasi. Disisi lain, para eksekutif Amerika Latin dan Asia melihat waktu sebagai sesuatu yang fleksibel. Karena dalam budaya mereka, membangun sebuah dasar/fondasi hubungan bisnis adalah jauh lebih penting daripada batas waktu pertemuan untuk tugas tertentu. ! Concept of Personal Space Seperti halnya waktu, ruang/ jarak dalam berkomunikasi seringkali menyebabkan pengertian yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Dalam Budaya Barat dalam berkomunikasi biasanya mereka

berdiri 5 feet selama percakapan bisnis. Jarak ini bagi orang Jerman dan Jepang, adalah dekat namun tidak nyaman . Tetapi bagi orang Arab dan Amerika Latin, jarak ini jauh dan tidak nyaman. Budaya Barat cenderung bereaksi negatif [tanpa pemberitahuan kenapa], ketika seorang Arab bergerak mendekat selama percakapan. Dan orang Arab mungkin bereaksi negatif [tanpa pemberitahuan kenapa] ketika seorang Amerika/ Kanada bersikap mundur agak menjauh selama percakapan. Perbedaan Komunikasi Antara kultur Low Context dan High Context VIEWS OF COMMUNICATION IN HIGH AND LOW CONTEXT CULTURES High Context [examples : Japan, United Arab Emirates] Low Context [examples : Germany, North America] Prefered communication strategy Indirectness, politeness, ambiguity Directness, confrontation, clarity Reliance on words to communicate Low High Reliance on nonverbal signs to communicate High Low Importance of written word Low High Agreements made in writing Not Binding Binding Agreements made orally Binding Not binding

Attention to detail Low High Source : Adapted from David A. Victor, International Business Communication [New York: HarperCollins, 1992], 148, 153, 160.3 Dalam bukunya, antropolog Edward Hall membedakan budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah. Menurutnya, budaya bisa dianggap ada dalam suatu rentang [continuum], seperti tampak dalam gambar di bawah. Budaya Konteks Tinggi Jepang Arab Yunani Spanyol Italia Inggris Prancis Amerika Skandinavia Jerman Jerman-Swiss Budaya Konteks Rendah Contoh budaya-budaya yang disusun dalam suatu rentang antara Budaya Konteks Tinggi dan Budaya Konteks Rendah [Sumber : Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, Communication Between Cultures, Belmont, CA : Wadsworth, 1991, hlm. 235] Budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah mempunyai beberapa perbedaan penting dalam cara penyandian pesannya. Anggota budaya konteks tinggi lebih terampil membaca

perilaku nonverbal dan "dalam membaca lingkungan" , dan mereka menganggap bahwa orang lain juga akan mampu melakukan hal yang sama. Jadi mereka berbicara lebih sedikit daripada anggota-anggota budaya konteks rendah. Umumnya komunikasi mereka cenderung tidak langsung dan tidak ekplisit. Budaya konteks rendah, sebaliknya menekankan komunikasi langsung dan ekplisit: pesanpesan verbal sangat penting, dan informasi yang akan dikomunikasikan disandi dalam pesan verbal. Budaya konteks tinggi antara lain budaya Cina, Korea, Jepang, Indonesia. Dalam membandingkan orang-orang Amerika dengan orang-orang Melayu dan Jepang, Althen memberikan suatu contoh dimensi konteks tinggi/ konteks rendah : Orang-orang Amerika memperhatikan kata-kata yang orang gunakan untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan perasaan. Mereka umumnya tidak terampil dalam "membaca" pesan nonverbal orang lain. "Oh, kalian orang Amerika!" kata seorang wanita Jepang yang jengkel dipaksa menjelaskan rincian tentang suatu situasi yang tidak menyenangkan, "Kamu harus mengatakan segalanya!" [Althen, 1992, Hlm. 416] Orang Indonesia juga sangat pintar dalam "membaca" pesan nonverbal orang lain. Misalnya mhs yang akan menghadap dosen untuk urusan skripsi, maka mhs tsb harus dapat melihat apakah sang dosen itu sedang dalam suatu situasi ceria [wajah], menyenangkan, punya waktu, dan bisa diajak konsultasi dsb. Kalau tidak bisa-bisa mhs tsb dimarahi habis-habisan karena tidak mengerti keadaan sang dosen yang sedang tidak mood tsb Komunikasi Non Verbal lainnya: Body language, contoh mengatakan "NO". Bagi orang Amerika dan Kanada, mengatakan "NO" dengan menunjukkan geleng-geleng kepala [shake their heads and forth] . Orang Bulgaria menunjukan dengan kepala naik turun [nod up and down]. Orang Jepang dengan menggerak-gerakan tangan kanan. Orang Sisilia [Italia] dengan mengangkat dagunya.4 Eye Contact, Contohnya orang Amerika Utara melihat eye contact sebagai tanda kejujuran. Orang yang berkomunikasi dengan orang lain tidak memandang mata lawan bicara

dipandang tidak jujur. Anak-anak orang Puerto Rico diajarkan untuk tidak memandang mata orang dewasa karena tidak sopan. Orang Jepang mengajarkan anak-anak mereka agar melihat orang yang jauh lebih tua hanya sebatas leher. Di Korea memandang lawan bicara terus menerus diartikan sebagai tanda perbuatan kasar. Di negara Arab, antara pria dan wanita tidak dianjurkan untuk saling menatap satu sama lain, karena bisa diartikan melanggar Hukum agama Islam, atau memandang orang yang bukan muhrimnya. Smiling, pepatah Cino kuno mengatakan, orang tanpa senyum tidak boleh membuka toko". Senyum adalah bahasa universal, yang bisa menutupi rasa malu, kesedihan/ duka, emosi, bahkan rasa marah seseorang. Gestures, mempunyai makna berbeda ditiap negara. Di Bulgaria, orang yang menganggukanggukan kepala bisa berarti mengatakan "no" dan menggeleng-gelengkan kepala mereka yang bisa berarti berkata "iya". Personal Space, adalah jarak yang diinginkan seseorang [wanita/pria] ketika berkomunikasi atau pertukaran yang bukan dalam kondisi intim. Hasil observasi dan experimen terbatas menyimpulkan bahwa, kebanyakan orang Amerika Utara, Eropa Utara dan Asia menginginkan ruang pribadi yang lebih besar dibandingkan dengan orang Amerika Latin, Perancis, Italia dan Arab. Touch, hasil studi di US menunjukkan bahwa sentuhan diintepretasikan sebagai menunjukkan "kekuatan" atau bisa diartikan membantu atau menolong. Orang yang jauh lebih kuat, menyentuh orang yang kurang kuat. Time. Masalah perbedaan waktu merupakan hal yang lumrah di belahan bumi manapu. Tetapi yang jauh lebih penting adalah adanya perbedaan sudut pandang terhadap waktu dan sikap terhadap waktu. Komunikasi non verbal usianya lebih tua daripada komunikasi verbal. Hingga usia kira-kira 18 bulan, manusia cenderung bergantung total pada komunikasi non verbal seperti sentuhan, senyuman, pandangan mata, bunyi-bunyian, dll. Maka tidaklah mengherankan ketika kita

ragu pada seseorang, kita lebih percaya pada pesan non verbalnya. Orang yang terampil membaca pesan non berbal orang lain disebut intuitif, sedangkan yang terampil mengirimkannya disebut ekspresif. Manusia mempersepsi tidak hanya lewat bahasa verbalnya saja, seperti bagaimana bahasanya [halus, kasar, intelektual, mampu berbahasa asing, dsb], namun juga melalui perilaku non verbalnya. Pentingnya pesan non verbal ini misalnya dilukiskan frase, bukan apa yang ia katakan, melainkan bagaimana ia mengatakannya . Lewat perilaku non verbalnya, kita dapat mengetahui suasana emosional seseorang, apakah ia sedang bahagia, bingung, atau sedih. Kesan awal kita pada sesorang sering didasarkan perilaku non verbalnya, yang mendorong kita untuk mengenalnya lebih jauh. Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata, mencakup semua rangsangan [kecuali rangsangan verbal] dalam suatu setting komunikasi, dan bermakna bagi orang lain. Dilihat dari fungsinya, perilaku non verbal mempunyai beberapa fungsi. Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan non verbal, seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata, yakni sebagai : 1. Emblem, gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan, Saya tidak sungguh-sungguh. 2. Ilustrator. Pandangan ke bawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan. 3. Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.5 4. Penyesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respons yang tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan. 5. Affect Display. Pembesaran manik-mata [pupil dilation] menunjukkan peningkatan emosi.

Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut, atau senang. Oral Communication : Understatement and Exaggeration, Compliments, Silence, Voice Qualities. Understatemen merupakan kebiasaan mengecilkan persoalan. Sedangkan exaggerate adalah pernyataan yang dilebih-lebihkan atau dibesar-besarkan. Seorang businessman dalam bernegosiasi dengan seoarng Jerman berkata, "I know it's impossible, but can we do it? " . Bagi orang Jerman pernyataan itu menunjukkan "tidak bisa dikerjakan". Namun bagi orang Amerika melihatnya "impossible" sebagai ada hubungan kuat dengan berkata "difficult" dan diasumsikan dengan adanya kecukupan sumberdaya dan komitmen untuk melakukannuya, alias "the job could in fact be done". Compliments adalah ungkapan kata pujian atas diri seseorang, bisa dalam konteks berkomunikasi atau sapaan akrab. Silence, mempunyai arti yang berbeda-beda dalam budaya yang berbeda. Di Jepang, diam bisa berarti "I don't like your idea," tetapi juga bisa berarti , "I'm thinking. Orang Mesir mengartikan diam dengan konsentrasi. Orang Yunani mengartikannya dengan penolakan. Kalau di Indonesia diam adalah bisa takut atau tidak mengerti samasekali. Voice Qualities adalah keras lemahnya suara dalam berkomunikasi. Terlalu keras dalam bersuara, lawan bicara bisa mengartikan pernyataan tersebut dengan tulus hati, sungguhsungguh atau malah bisa diartikan kasar. Referensi 1. Locker, O. Kitty., Business and Administrative Communication, Mc. Graw Hill - The Ohio State University, USA, 2. Bovee, Courland L., Business Communication Today, Prentice Hall International, Inc. New Jersey 3. Mulyana, Deddy., Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya Bandung, Juni 2000 Copyright 2001 @ido priyono hadi

KOMUNIKASI BISNIS

Resume Tantangan Komunikasi Di Tengah Keragaman Budaya Dunia


Globalisasi telah menjangkau hampir seluruh budaya dunia, termasuk indonesia. Dalam kehidupan dunia saat ini, terjadi kecenderungan-kecenderungan ke arah kebebasan politik, negara dengan pemerintah sendiri, dan di lain pihak terjadi pembentukan aliansi ekonomi.Berkaitan dengan masalah aliansi ekonomi, maka dalam prakteknya akan terjadi hubungan ekonomi yang lebih besar dari sebelumnya. Semakin banyak investor yang berasal dari luar negeri, semakin banyak terjadi transaksi saham dengan pihak asing, dan semakin banyak pura praktik wararaba. Hubungan ekonomi yang lebih besar ini selanjutnya akan berdampak pada semakin banyaknya komunikasi yang terjadi antara pihak-pihak yang terlibat dalam aliansi Pada kehidupan dewasa ini, dimana pergerakan orang, modal, bahan baku, produk dan informasi tidak dapat dikendalikan lagi oleh perusahan. Dalam kondisi seperti ini, perusahaan dengan skala lokal, misalnya Mirota batik dimungkinkan untuk berhubungan dengan orang asing, di mana mereka menjadi konsumen dari perusahaan tersebut. Beberapa perusahaan lain mulai memasuki pasar luar negeri dengan ekspor dan dapat pula perusahaan lokal menerima tawaran kerja sama dengan perusahaan asing. Perusahaan local yang terus berkembang dapat menjadi perusahaan nasional dan seranjutnya dapat membuka cabang di luar negeri atau mengadakan afiriasi dengan perusahaan di luar negeri. Banyak sekali perdagangan dan kegiatan ekonomi dalam skala dunia yang dilakukan perusahaan. Perusahaan yang beroperasi dalam skala dunia mempunyai aseet yang sangat besar,yang tersebar di banyak Negara contoh perusahaan yang beroperasi dalam skala global yaitu Unilever, P&G, coca cola, General Elec-tric, dan lBM. Operasi perusahaan-perusahaan di atas melampaui batas-batas negara, sehingga karyawan dari perusahaan-perusahaan diatas akan berinteraksi secara global. Mereka berinteraksi dengan orang dari berbagai negara, agama, adat,dan budaya. sebagai contoh, seorang karyawan Generit Eteciric(GE)Yogyakarta yang berlokasi di sleman, akan berinteraksi dengan karyawan dari Batak,Ambon, dan bahkan dari Amerika. Apa yang dijelaskan ini menggambarkan komunikasi antarbudaya secara internal, yakni komunikasi antarbudaya diantara karyawan GE itu sendiri. Dalam komunikasi eksternal,karyawan akan berinteraksi dengan orang orang dari luar perusahaan tempat mereka bekerja. Pada perusahaan global seperti dibahas di atas, akan terjadi interaksi dan komunikasi dengan konsumen, pemasok,investor, dan pesaing dari negara-negara lain. Sehingga karyawan dituntut untuk dapat

menggunakan bahasa yang berlaku secara internasional yakni bahasa inggris. Selain itu, karyawan dituntut untuk memahami budaya asing,sehingga akan mempermudah komunikasi.

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya.Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat-istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Sebuah budaya akan berubah dan berevolusi dari waktu ke waktu. Namun seperangkat karakteristik dimiliki bersama oleh sebuah kelompok secara keseluruhan dapat dilacak, meskipun telah berubah banyak, dari generasi ke generasi. Budaya sebagai sejumlah asumsi penting yang dianut oleh anggota suatu masyarakat tertentu (Noe ef. alt:84). Budaya bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang, dan tidak dimiliki oleh sebagian yang lain. Budaya dimiliki oleh seluruh manusia, hanya saja antara budaya satu dengan budaya lain ada aspekaspek yang berbeda dan ada aspek-aspek yang sama.Namun meskipun ada persamaan dalam aspek-aspek tertentu, misalnya dalam hal bahasa, namun tetap menimbulkan perilaku yang berbeda. Oleh karena itu untuk memudahkan hubungan antarbudaya dan mengurangi distorsi-distorsi, para komunikator harus keluar dari kungkungan budayanya sendiri, dan masuk atau memahami budaya pihak lain.

Definisi yang pertama dikemukakan didalam buku Intercultural Communication: A Reader dimana dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya (intercultural communication) terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain (Samovar & Porter, 1994, p. 19). Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (2003, p. 13).

Apapun definisi yang ada mengenai communication) dapat dinyatakan :

komunikasi

antar

budaya

(intercultural

Intercultural communication is the process of sending and receiving messages between people of different cultures. Komunikasi Antarbudaya (Intercultural Communication) adalah proses komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaanperbedaan sosio ekonomi). Penggolongan kelompok budaya tidak bersifat mutlak, kita boleh memilih satu atau lebih untuk menandai sebuah kelompok yang memiliki budaya yang sama. Misalnya di USA, Orang Amerika berbicara tentang orang-orang asli California, Nebraska, dan New Hampshire berasal dari budaya-budaya regional yang berbeda (West Coast, Midwest, dan New England). Kita boleh menyebut masing-masing sebagai anggota sebuah budaya kota atau budaya desa, atau sebagai anggota budaya Irlandia atau budaya Yahudi. Kita boleh menganggap mereka sebagai anggota-anggota budaya Barat yang lebih luas lagi. Model Komunikasi Antarbudaya Komunikasi antarbudaya terjadi apabia pengirim pesan (sender) adalah anggota budaya tertentu sedang penerima (receiver) anggota budaya yang lain. Dalam komunikasi yang demikian akan muncul masalah-masalah di mana suatu pesan disandi (encoding) dalam suatu budaya dan harus disandi ulang (decoding) dalam budaya lain. Hal ini perlu rnendapat perhatian karena budaya mempengaruhi orang daiam berkomunikasi. Gambar tersebut menunjukan adanya komunikasi antara tiga budaya, yaitu budaya A,B,dan C. Budaya A dan budaya B relative sama, masing-masing diwakili oleh satu segi empat dan satu segi delapan tak berturan yang hamir menyerupai segi empat. Budaya C sangat berbeda dangan kedua budaya yang pertama, perbedaan ini ditunjukan dengan perbedaan bentuk yang mewakilinya,yakni lingkaran. Perbedaan bentuk budaya ini dapat dilihat pertama kali pada saat ia melingkupi individu-individu yang ada di dalamnya. Etnosentrisme bisa diartikan kecenderungan untuk menilai kelompok lain dengan standar, perilaku, dan adat atau kebiasaan dalam kelompoknya, serta melihat kelompok lain lebih rendah dibandingkan kelompoknya sendiri(Mulyana & Rakhmat:77). Makin besar kesamaan kelompok lain dengan kelompoknya, maka semakin dekat mereka dengan kelompok tersebut. Biasanya kita menghakimi nilai, adat istiadat atau aspek-

aspek budaya lain menggunakan kelompok kita sendiri dan adat istiadat kita sendiri sebagai standar bagi semua penilaian. Disadari atau tidak, kita sering mengganggap kelompok kita sendiri, negeri kita sendiri,budaya kita sendiri, sebagai yang terbaik, yang paling bermoral. Etnosentrisme sulit dihilangkan, karena ia bersumber pada psikologi manusia (memperoleh dan memelihara penghargaan diri). Dan ini merupakan keinginan yang sangat manusiawi dari tiap orang yang berlatar budaya yang berbeda. Adanya perbedaan budaya dimasing-masing kelompok, masyarakat dan negara, juga turut mempengaruhi efektifitas komunikasi antarbudaya.

Tabel 1. Perbedaan Komunikasi kultur Low Context dan High Context Edward T. Hall (ibid.pp.293-294) membedakan budaya konteks tinggi (high-context culture) dengan budaya konteks rendah (low-context culture). Dua tipologi budaya ini memiliki beberapa perbedaan penting dalam cara penyandian pesannya. Menurutnya, budaya bisa dianggap ada dalam suatu rentang(continuum). Budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah mempunyai beberapa perbedaan penting dalam cara penyandian pesannya. Budaya konteks tinggi ditandai dengan komunikasi konteks tinggi seperti kebanyakan pesan bersifat implisit, tidak langsung, dan tidak terus terang. Pesan yang sebenarnya mungkin tersembunyi dalam perilaku nonverbal pembicara; intonasi suara, gerakan tangan, postur tubuh, ekspresi wajah, tatapan mata, atau bahkan konteks fisik (dandanan, penataan ruangan, benda-benda dan lain sebagainya) sehingga budaya konteks tinggi lebih terampil membaca perilaku nonverbal dan "dalam membaca lingkungan" , dan mereka menganggap bahwa orang lain juga akan mampu melakukan hal yang sama. Jadi mereka berbicara lebih sedikit. Umumnya komunikasi dengan mereka cenderung tidak langsung dan tidak ekplisit.

Contoh Negara Budaya Konteks Tinggi :

Budaya konteks rendah ditandai dengan komunikasi konteks rendah seperti pesan bersifat verbal dan eksplisit, gaya bicara langsung, lugas,berterus terang, menekankan komunikasi langsung dan ekplisit: pesan-pesan verbal sangat penting, dan informasi yang akan dikomunikasikan disandi dalam pesan verbal Contoh Budaya konteks rendah Dalam membandingkan orang-orang Amerika dengan orang-orang Melayu dan Jepang, Althen memberikan suatu contoh dimensi konteks tinggi/ konteks rendah : Orang-orang Amerika memperhatikan kata-kata yang orang gunakan untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan perasaan. Mereka umumnya tidak terampil dalam "membaca" pesan nonverbal orang lain."Oh, kalian orang Amerika!" kata seorang wanita Jepang yang jengkel dipaksa menjelaskan rincian tentang suatu situasi yang tidak menyenangkan, "Kamu harus mengatakan segalanya!" [Althen, 1992, Hlm. 416] Orang Indonesia juga sangat pintar dalam "membaca" pesan nonverbal orang lain. Misalnya seorang anak yang ingin menyampaikan hasil rapot yang jelek kepada ayahnya,maka anak tersebut harus dapat melihat apakah sang ayah itu sedang dalam suatu situasi ceria (wajah), menyenangkan, punya waktu, dan bisa diajak bicara dsb. Kalau tidak bisa-bisa anak tersebut dimarahi habis-habisan karena nilainya yang jelek.

E. Perbedaan Budaya dalam Komunikasi

Nilai (value) didefinisikan sebagai keyakinan dasar (Robbins: 158). Nilai akan mempengaruhi persepsi seseorang, sehingga seseorang yang masuk ke suatu organisasi atau perusahaan akan membawa persepsinya mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Secara umum orang-orang Amerika berpandangan bahwa uang akan dapat mengatasi berbagai masalah. orang-orang Amerika dikenal dengan etos kerja keras, sukses dapat diukur dari sisi materi, berorientasi pada tujuan dan efesiensi Kekayaan yang diperoleh dari usahanya sendiri merupakan sinyal superiototas,dan orang yang bekerja keras lebih baik daripada yang tidak bekerja keras.Di Indonesia,

khususnya orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan masih memiliki kebersamaan yang tinggi,sementara ada kecenderungan bahwa nilai-nilai gotong royong mulai memudar di daerah perkotaan, seiring dengan semakin tingginya sikap individualities. Indonesia dengan tingkat pengangguran usia kerja yang tinggi, menciptakan lapangan pekerjaan jauh lebih penting daripada bekerja secara efisien Roles and Status (Peran dan Status) Budaya menuntun peran yang akan dimainkan seseorang,termasuk siapa berkomunikasi dengan siapa, apa yang mereka komunikasikan, dan dengan cara bagaimana mereka berkomunikasi. Sebagai contoh: Concept of Time (Konsep Waktu) Perbedaan persepsi terhadap waktu adalah faktor lainnya yang bisa menyebabkan misunderstandings Ekekutif Amerika dan Jerman Eksekutif Amerika Latin dan Asia waktu sebagai sesuatu yang harus direncanakan dan dipergunakan secara efisien, berfokus hanya pada tugas pekerjaan tiap periode yang sudah terjadwal. Waktu adalah terbatas, jadi mereka mencoba langsung mendapatkan sesuatu (informasi, pendapat, masukan, pengarahan, dll) secepat mungkin ketika berkomunikasi. waktu sebagai sesuatu yang fleksibel. Karena dalam budaya mereka, membangun sebuah dasar/fondasi hubungan bisnis adalah jauh lebih penting daripada batas waktu pertemuan untuk tugas tertentu.

Tabel 2. Pandangan waktu eksekutif di dunia

Concept of Personal Space (Konsep Ruang Pribadi) Seperti halnya waktu, ruang/ jarak dalam berkomunikasi seringkali menyebabkan pengertian yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Dalam Budaya Barat dalam berkomunikasi biasanya mereka berdiri 5 feet selama percakapan bisnis. Jarak ini bagi orang Jerman dan Jepang, adalah dekat namun tidak nyaman . Tetapi bagi orang Arab dan Amerika Latin, jarak ini jauh dan tidak nyaman.Budaya Barat cenderung bereaksi negatif (tanpa alasan yang pasti), ketika seorang Arab bergerak mendekat selama

percakapan. Dan orang Arab mungkin bereaksi negatif (tanpa alasan yang pasti) ketika seorang Amerika/ Kanada bersikap mundur agak menjauh selama percakapan. Linguistic (Bahasa) Dalam bisnis global persyaratan pemahaman bahasa asing tidak dapat dihindari lagi. lnteraksi dengan orang asing bukan hanya karena dalam perusahaan mempekerjakan orang-orang dari berbagai negara, tetapi perusahaan global juga berhubungan dengan pemasok, pelanggan, agen, distributor, pesaing, dan hukum dariberbagai negara. Bahasa internasional adalah bahasa lnggris, sehingga pemahaman bahasa lnggris merupakan hal yang penting, namun dalam bisnis-bisnis tertentu diperlukan penguasaan bahasa lain.Dalam perkembangan ekonomi di lndonesia, di mana pada tahun 1996 terdapat 265 (49,76%) perusahaan asing berasaldari Jepang, maka pemahaman bahasa Jepang menjadi signifikan dalam komunikasi bisnis Pengambilan Keputusan Dinegara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada, para eksekutif selalu berupaya secepat dan seefisien mungkin dalam mengambil suatu keputusan penting. Umumnya, para manajer puncak berkaitan dengan suatu keputusan pokok atau utama,sedangkan hal-hal yang lebih rinci diserahkan kepada manajer yang lebih bawah. Lain halnya di Amerika Latin dan Jepang, proses pengambil keputusan yang dilakukan oleh manager puncak umumnya berjalan lambat dan bertele-tele. Konteks Budaya Salah satu berbagai macam cara orang menyampaikan pesannya kepada orang lain sangat ditentukan konteks budaya. Di dalam konteks budaya tinggi seperti Korea Utara atau Taiwan, orang kurang tergantung pada komunikasi verbal, tetapi lebih banyak tergantung pada komunikasi non verbal. Dalam melakukan percakapan mereka cenderung menyampaikan pesan-pesan secara tidak langsung (indirect) yang disertai dengan ekspresi ataupun gerakan-gerakan tubuh. Dalam konteks budaya rendah,seperti Amerika Serikat dan Jerman, orang sangat tergantung pada komunikasi verbal dan bukan komunikasi non verbal. Perilaku Sosial Apa yang dianggap sopan di suatu Negara bisa jadi dianggap kurang sopan di Negara lain. Contoh : di Negara-negara Arab memberikan seuatu hadiah kepada istri orang lain dianggap tidak sopan, namun tidak mengapa jika hadiah tersebut deberikan kepada anak-anaknya. Di jerman memberikan bunga mawar merah kepada wanita dianggap sebagai suatu undangan yang romantis, tetapi menjadi tidak baik jika dikaitkan dengan hubungan bisnis.

Sebagai contoh mengatakan "NO". Bagi orang Amerika dan Kanada, mengatakan "NO" dengan menunjukkan geleng-geleng kepala. Orang Bulgaria menunjukan dengan kepala naik turun.Orang Jepang dengan menggerak-gerakan tangan kanan. Orang Sisilia (Italia) dengan mengangkat dagunya.

Negara

Reaksi Eye contact

Amerika Orang Amerika Utara melihat eye contact sebagai tanda Utara kejujuran. Orang yang berkomunikasi dengan orang lain tidak memandang mata lawan bicara dipandang tidak jujur. Puerto Anak-anak orang Puerto Rico diajarkan untuk tidak Rico memandang mata orang dewasa karena tidak sopan. Jepang Orang Jepang mengajarkan anak -anak mereka agar melihat orang yang jauh lebih tua hanya sebatas leher Korea Memandang lawan bicara terus menerus diartikan sebagai tanda perbuatan kasar. Arab Antara pria dan wanita tidak dianjurkan untuk saling menatap satu sama lain, karena bisa diartikan melanggar Hukum agama Islam, atau memandang orang yang bukan muhrimnya Tabel 3. Reaksi Eye Contact Antarbudaya Senyum adalah bahasa universal, yang bisa menutupi rasa malu, kesedihan/ duka, emosi,bahkan rasa marah seseorang. Tiap Negara mempunyai makna berbeda. Contoh: Di Bulgaria, orang yang mengangguk-anggukan kepala bisa berarti mengatakan "no" dan menggeleng-gelengkan kepala mereka yang bisa berarti berkata "iya". Hasil observasi dan experimen terbatas menyimpulkan bahwa, kebanyakan orang Amerika Utara, Eropa Utara dan Asia menginginkan ruang pribadi yang lebih besar dibandingk an dengan orang Amerika Latin, Perancis, Italia dan Arab. Hasil studi di US menunjukkan bahwa sentuhan diintepretasikan sebagai menunjukkan "kekuatan" atau bisa diartikan membantu atau menolong.Orang yang jauh lebih kuat, menyentuh orang yang kurang kuat. Masalah perbedaan waktu merupakan hal yang lumrah di belahan bumi manapun. Tetapi yang jauh lebih penting adalah adanya perbedaan sudut pandang terhadap waktu dan sikap terhadap waktu. Komunikasi non verbal usianya lebih tua daripada komunikasi verbal. Sampai pada

usia kira-kira 18 bulan, manusia cenderung bergantung total pada komunikasi non verbal seperti sentuhan, senyuman, pandangan mata, bunyi-bunyian, dll. Maka tidaklah mengherankan ketika kita ragu pada seseorang, kita lebih percaya pada pesan non verbalnya. Orang yang terampil membaca pesan non berbal orang lain disebut intuitif, sedangkan yang terampil mengirimkannya disebut ekspresif. Manusia mempersepsi tidak hanya lewat bahasa verbalnya saja, seperti bagaimana bahasanya (halus, kasar, intelektual, mampu berbahasa asing, dsb), namun juga melalui perilaku non verbalnya. Pentingnya pesan non verbal ini misalnya dilukiskan dengan frase, bukan apa yang ia katakan, melainkan bagaimana ia mengatakannya . Lewat perilaku non verbalnya, kita dapat mengetahui suasana emosional seseorang, apakah ia sedang bahagia, bingung, atau sedih. Kesan awal kita pada sesorang sering didasarkan perilaku non verbalnya, yang mendorong kita untuk mengenalnya lebih jauh. Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata, mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, dan bermakna bagi

A. PENDAHULUAN Peradaban manusia beririsan dengan perkembangan kebudayaannya. Perkembangan kebudayaan manusia bersinergi dengan budaya komunikasinya. Mengkomunikasikan kebudayaan sebagai peretas kebudayaan sangat diperlukan. Komunikasi budaya seyogyanya diiringi budaya komunikasi. Sebab komunikasi adalah budaya dan budaya adalah komunikasi. Begitu tidak dapat dilepaskannya manusia dari kebudayaan dan komunikasi tak jarang melahirkan miss

communication(kesalahpahaman komunikasi). Miss communication jika tidak disikapi dengan bijak kelak berujung pada break trust (kehilangan kepercayaan) (Hamijoyo,
2005: V). Terlebih dalam konteks komunikasi bisnis lintas budaya, tentu memerlukan pemahaman mendalam dan utuh tentang budaya yang dianut komunikan bisnis kita. Raharjo menjelaskan (2005: 1), masyarakat Indonesia yang multikultural (plural

culture) secara demografis maupun sosiologis potensial bagi terjadinya konflik, karena
masyarakat terbagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan identitas kultural mereka. Menurut Ting Toomey (dalam Raharjo, 2005: 1), identitas kultural merupakan perasaan (yang terbagemotional significance) dari seseorang untuk ikut memiliki (sense

of belonging) atau berafiliasi dengan kultur tertentu. Masyarakat yang terbagi ke dalam kelompok-kelmpok itu kemudian melakukan identifikasi kultural (cultural identifivatin),
yaitu masing-masing orang mempertimbangkan diri mereka sebagai representasi dari sebuah budaya partikular. Budaya yang dianut oleh seseorang mengandung nilai-nilai, pandangan dan pola komunikasi, yang tentunya juga akan mempengaruhi cara mereka dalam berbisnis. Pola bisnis yang dilakukan etnis Cina tertu berbeda dengan cara bisnis yang dilakukan oeh pribumi, karena dipengaruhi oleh nilai budaya yang mereka yakini.

B. KOMUNIKASI Setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial "social relations" (Effendy, 2000: 3). Hasil penelitian yang diungkapkan Adhim (2005: 564), dari bangun tidur di pagi hari hingga berbaring kembali menjelang tengah malam, 70 % waktu bangun kita gunakan untuk berkomunikasi. Ini berarti, kualitas hidup kita banyak ditentukan oleh bagaimana kita berkomunikasi dengan sesama. Kegagalan berkomunikasi sering menimbulkan kesalahpahaman, kerugian, dan bahkan malapetaka. Risiko tersebut tidak hanya pada tingkat individu, tetapi juga pada tingkat lembaga, komunitas, dan bahkan Negara (Mulyana, 2004: 1). Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal atau bahasa isyarat. Manusia berkomunikasi Bentuk umum komunikasi untuk manusia membagi pengetahuan danpengalaman.

termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gesture, dan broadcasting. Komunikasi dapat berupa interaktif, transaktif, bertujuan, atau tak bertujuan. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.[1]

Komunikasi adalah transaksi. Dengan transaksi dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses, bahwa komponen-komponennya saling terkait, dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan. Dalam setiap proses transaksi, setiap komponen berkaitan secara integral dengan setiap komponen yang lain. Komponen komunikasi saling bergantung, tidak pernah independen: Masing-masing komponen dalam kaitannya dengan komponen yang lain. Sebagai contoh, tidak mungkin ada sumber tanpa penerima, tidak akan ada pesan tanpa sumber, dan tidak akan umpan balik tanpa adanya penerima. Karena sifat saling bergantung ini, perubahan pada sembarang komponen proses mengakibatkan perubahan pada komponen yang lain.

C. BUDAYA Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.[2] Rogers dan Stenfatt (dalam Rahardjo, 2005: 48), mengatakan bahwa budaya dapat diberi batasan sebagai keseluruhan cara hidup orang (the total way of life) yang tersusun berdasarkan pola-pola perilaku , nilai-nilai, norma-norma, dan objek-objek material yang mereka pelajari dan pertukarkan. Meskipun budaya merupakan sebuah konsep yang sangat umum, tetapi budaya memiliki efek yang sangat kuat terhadap perilaku individu termasuk perilaku tkomuniasi. Budaya tidak hanya dimiliki oleh kelompok bangsa atau kelompok etnis, tetapi juga komunitas, organisasi,dan sistemsistem lain. Budaya adalah sesuatu yang mempengaruhi pola kehidupan sekaligus dipengaruhi dinamika masyarakatnya. Berbicara tentang ragam budaya yang dinamis dan saling mempengaruhi, sesungguhnya yang terpenting bagi kita adalah mengambil nilai positif dari pengaruh budaya yang ada, terutama di tengah gencarnya pengaruh gaya hidup modern di era globalisasi ini.[3] Budaya sebagai komponen esensial dari usaha manusia untuk bertahan hidup (survive) dan berkembang dalam lingkungan partikular mereka, menurut Ting Toomey (dalam Raharjo, 2005: 49-50),memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1) Identity Meaning Function:

Budaya memberikan kerangka referensi untuk menjawab pertanyaan yang paling mendasar dari keberadaan manusia: siapa saya? Keyakinan-keyakinan cultural, nilainilai, norma-norma memberikan titik pijak dimana seseorang dapat memberikan makna dan nilai penting bagi identitasnya. Makna identitas yang didapat dari budaya dikontruksikan dan dipelihara melalui komunikasi sehari-hari.

2) Group Inclution Function:


Budaya menyajikan fungsi inklusi dalam kelompok yang bias memuaskan kebutuhan seseorang terhadap afiliasi keanggotaan dan rasa ikut memiliki. Budaya menciptakan sebuah kawasan yang nyaman dimana seseorang dapat mengalami inklusi dalam kelompok dan membedakan antara in-group dengan out-group. Di dalam kelompoknya sendiri, seseorang akan merasakan adanya keamanan, inklusi, dan penerimaan.

3) Intergroup Boundary Regulation Function:


Fungsi budaya ini membentuk sikap seseorang tentang in-group dan out-

group berkaitan dengan orang yang secara cultural tidak sama (dissimilar). Sikap
merupakan kecenderungan yang dipelajari yang mempengaruhi perilaku seseorang. Budaya negatif. membantu seseorang untuk membentuk sikap evaluatif terhadap interaksi in-group dan out-group. Sikap evaluatif bias memiliki konotasi posistif atau

4) The Ecologycal Adaptation Function:


Budaya memfasilitasi proses-proses adaptasi di antara diri (self), komunitas cultural, dan lingkungan yang lebih besar (missal: milleu ekologis atau habitat). Budaya bukanlah sebuah sistem yang statis, ia bersifat dinamis dan berubah. Budaya menyususn sitem reward and punishment yang jelas yang meneguhkan perilakuperilaku adaptif tertentu dan memberi sangsi terhadap perilaku-perilaku non adaptif sepanjang waktu.

5) The Cultural Communication Function:


Secara mendasar berarti koordinasi anatara budaya dengan komunikasi. Budaya mempengaruhi komunikasi dan komunikasi mempengaruhi budaya. Komunikasi cultural memberikan seperangkat hal-hal yang ideal tentang bagaimana interaksi sosial dapat dijalankan dengan lancar di antara individu-individu dalam suatu

komunitas. Budaya mengikat orang secara bersama-sama melalui kode-kode linguistik yang dipertukarkan, norma-norma, dan scripts, yaitu rangkaian interaksi atau pola-pola komunikasi yang dipertukarkan oleh sekelompok orang dalam suatu komunitas ujar

D. KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Menurut Maletzke (1976) komunikasi antarbudaya (intercultural communication) adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang berbeda budaya. Komunikasi antar budaya pada dasarnya mengkaji bagaimana budaya berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi; apa makna pesan verbal dan nonverbal menurut budaya-budaya bersangkutan, apa yang layak dikomunikasikan, bagaimana cara mengkomunikasikannya, kapan mengkomunikasikannya, dan sebagainya. Komunikasi antarbudaya (intercultural

communication)

adalah

proses

komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).[4] Oleh karena latar belakang budaya yang berbeda inilah maka kata Sutaryo (2005: 193), komunikasi antarbudaya seringkali menampakkan keunikan-keunikannya tersendiri. Biasanya, pemahaman terhadap budaya lawan bicara atau kawan berkomunikasi itu relatif tidak sempurna, tak seberapa mendalam, kurang paham, atau bahkan sama sekali tidak saling mengerti. Tetapi keadaan dan minat untuk berkomunikasi itu tidak dapat ditunda lagi. Disitulah keunikan-keunikan tersebut muncul. Komunikasi antarbudaya di samping memang tidak mungkin lagi dihindari, juga sesungguhnya sangat penting bagi penduduk semua negeri di era globalisasi dewasa ini. Kemunculannya sangat mendesak karena interdependensi antarbangsa semakin nyata, apakah itu di bidang ekonomi, iptek, politik, kebudayaan dan lain-lain. Di samping tentu saja karena mobilitas penduduk dunia ini semakin tinggi dan luas, kemajuan teknologi komunikasi yang luar biasa pesat. Suatu hal yang juga perlu disadari adalah di dalam proses komunikasi (yaitu mereka yang terlibat di dalam komunikasi) berasal dari latar belakang kebudayaan yang berbeda. Dari sisnilah kadang-kadang muncul sifat-sifat keunikan dari komunikasi antarbudaya tersebut (Sutaryo, 2005: 181). Dalam rangka membahas berbagai persoalan komunikasi antarbudaya, Richard E Porter dan Larry A Samovar (dalam Sutaryo, 2005: 181-182), antara lain mengatakan bahwa hal yang terpenting yang menandai komunikasi antarbudaya adalah sumber dan

penerimanya berasal dari budaya yang berbeda. Sedangkan Devito (dalam Sutaryo, 2005: 183), menegaskan bahwa untuk mendefinisikan komunikasi antarbudaya, kita perlu terlebih dahulu memahami hakekat kultur itu sendiri. Kita dapat mendefinisikan sebagai gaya hidup yang relatif khusus dari suatu kelompok masyarakat, yang terdiri atas nilai-nilai, kepercayaan, artefak, cara berperilaku, serta cara berkomunikasi, yang ditularkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Termasuk dalam hal ini adalah segala hal yang dihasilkan dan dikembangkan oleh anggota kelompok itu, misalnya bahasa, cara berpikir, seni, undang-undang, dan agama mereka.

E. KESUKSESAN DAN BUDAYA BISNIS ETNIS CINA E.1 Kesuksesan Etnis Cina Dalam Berbisnis Di Indonesia, di Zaman kolonial Belanda, Orang Tionghoa menjadi ras nomor dua dalam pembagian status sosial pemerintah kolonial Belanda. Tak heran jika mereka sejak zaman penjajahan sudah banyak menjadi pengusaha dan menikmati berbagai kemudahan untuk berbisnis. Di zaman Suharto, orang Cina mendapat tekanan
dari pemerintah. Atas alasan Komunis, orang Tionghoa dibatasi hak-haknya di bidang

politik. Mereka hanya diijinkan berusaha di ibu kota negara, kota propinsi dan kabupaten. Mereka dilarang masuk desa dengan alasan agar warga pribumi mendapat kesempatan untuk mengembangkan usaha yang basisnya, menurut Suharto di pedesaan. Alhasil, kebijakan Suharto atas keberadaan orang Tionghoa tersebut justru membuat orang-orangTiongho semakin berjaya di bidang ekonomi. Karena hanya bidang
itulah satu-satunya yang dapat membuat mereka bertahan hidup. Hasilanya

sekarang ini hampir 70 % ekonomi Indonesia dikuasai oleh orang Cina. Padahal persentase mereka kurang lebih 3 % dari total jumlah penduduk Indonesia. Sekarang di mana-mana orang Cina menguasai hampir seluruh sektor-sektor ekonomi mulai dari perbankan, properti, industri sampai perjudian. Di Nias, orang Cina sudah memegang kunci perekonomian. Lihat jalan Sirao di jantung kota Gunung Sitoli yang menguasai pertokoan tersebut adalah orang Cina. Kapal barang dan beberapa kapal penumpang juga pemiliknya orang Cina. Mereka juga bisa menentukan harga karet, nilam, kopra dan sebagainya dari penduduk. [5] E.2 Budaya Bisnis Etnis Cina

Jika kita cermati dengan seksama, mengapa etnis Cina bisa lebih maju dalam berbisnis dari pada pribumi...? jawabnya adalah karena mereka memiliki budaya dan prinsip, seperti: 1) Mereka berani berutang tapi penuh dengan perhitungan, sedangkan kita memiliki utang tetapi tidak memiliki perhitungan yang matang, bahkan masih malas dan boros. 2) Mereka pintar mengelola keuangan, sementara kita tidak memiliki ilmu itu. 3) Mereka tidak gengsi, tetapi kita selalu gengsi untuk memulai usaha, apalagi jika usaha itu tidak sesuai dengan gelar yang dimiliki. 4) Mereka sangat menguasai pasar, dan kita buta akan masalah pasar. 5) Mereka saling tolong menolong, sedangkan kita tidak mau disaingi dan bahkan berusaha untuk salng menjatuhkan. 6) Mereka bersaing sehat, kita terkadang menggunakan cara yang curang dan bahkan main dukun. 7) Mereka senang kalau saudara mereka senang dan maju, kita justeru sebaliknya, merasa tidak senang jika melihat saudara kita sukses. 8) Mereka pandai membaca zaman, musim, atau waktu di mana mereka harus memacu usahanya, apa yang pas di jual pada masa natal, tahun baru, ataupun ramadhan, sementara kita berbisnis dengan cara monoton, tanpa ada pariatif dengan mempertimbangkan pasar. 9) Mereka memperhatikan mutu atau kualitas barang yang dijual, sebaliknya kita tidak menjaga kualitas. 10) 11) 12) 13) 14) Mereka menjaga timbangan dan ukuran, kita terkadang sengaja mengurangi ukuran dan timangan. Etos kerja tinggi (kerja keras dan ulet), kita mudah putus asa dan malas. Mereka cerdik, dispilin, dan pandai menggunakan waktu, sementara kita tidak disiplin dan semaunya menggunakan waktu. Mereka umumnya tinggal di tempat mereka berusaha, sehingga dapat melayani pelanggan dengan maksimal, sedangkan kita tidak demikian. Mereka tepat janji, kita terkadang sengaja tidak mau menepati janji karena berbagai alasan.

DAFTAR PUSTAKA

Apa

Kontribusi Orang Tionghoa Di Nias? Melalui < http://www.niasisland. com/home/discuss_desc_inq.php?caller=&file_option=discuss&code_option=213& menu_name_option=Kese-Kese+(Discussion)&submenu_name_ option=&i=0 > [31/10/07].

Hamijoyo, Santoso S. 2005. Komunikasi Partisipatoris: Pemikiran dan Implementasi Komunikasi dalam Pengembangan Masyarakat. Bandung: Humaniora. http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi#Proses_komunikasi [11/9/07]. Ido Priyono Hadi. Tantangan Komunikasi di Tengah Keragaman Budaya Dunia. Melalui <http://faculty.petra.ac.id./ido/courses/3b_ tantangan-komunikasi. pdf > [31/10/2007).

Membangun Budaya Positif. Melalui <


com/wmview. php?ArtID=933 > [31/10/07].

http://www.pembelajar.

Rahardjo, Turnomo. 2005. Menghargai Perbedaan Kultural: Mindfulness dalam Komunikasi Antaretnis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sutaryo. 2005. Sosiologi Komunikasi. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.

You might also like