Professional Documents
Culture Documents
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dapat didefinisikan adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan/atau bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 12 Tahun 1994. PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan/atau bangunan. Keadaan subyek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak. B OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN Objek PBB adalah "Bumi dan/atau Bangunan": Bumi : Permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Contoh : sawah, ladang, kebun, tanah. pekarangan, tambang, dll. Bangunan : Konstruksi teknik yang ditanamkan atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan di wilayah Republik Indonesia. Contoh : rumah tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung bertingkat, pusat perbelanjaan, jalan tol, kolam renang, anjungan minyak lepas pantai, dll C OBJEK PBB YANG DIKECUALIKAN Pada dasarnya semua tanah dan bangunan yang berada di wilayah negara kita ini bisa dimasukkan sebagai objek Pajak. Namun terhadap tanah dan bangunan tertentu dapat dikecualikan atau tidak dikenakan pungutan Pajak Bumi dan Bangunan. Adapun objek pajak atau tanah dan bangunan yang dikecualikan/tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan itu adalah sebagai berikut : 1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan memperoleh keuntungan, seperti pesantren atau sejenisnya, mesjid, gereja, tanah wakaf, rumah sakit pemerintah, sekolah/madrasah, panti asuhan, candi, dan lain-lain. 2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu seperti musium. 3. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa dan tanah negara yang belum dibebani sesuatu hak dan lain-lain. 4. Tanah atau Bangunan yang digunakan oleh perwakilan diplomatik atau konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik. Artinya bila tanah/gedung perwakilan RI dinegara tertentu tidak dikenai PBB, hal yang sama kita perlakukanterhadap tanah/gedung negara tersebut yang ada disini. 5. Bangunan yang digunakan oleh perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan. D SUBYEK PAJAK DAN WAJIB PAJAK Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata : mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau; memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau; memiliki, menguasai atas bangunan, dan/atau; memperoleh manfaat atas bangunan. Wajib Pajak Wajib Pajak adalah Subjek Pajak (orang pribadi/badan) yang dikenakan kewajiban membayar pajak. Pada umumnya setiap orang/badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki, menguasai dan atau memperoleh manfaat atas bangunan yang bersangkutan bisa dikenakan pajak bumi dan bangunan . Apabila suatu bidang tanah dan bangunan tidak diketahui secara jelas siapa yang menanggung pajaknya, maka yang menetapkan adalah Direktorat Jendral Pajak. Penetapan ini ditentukan berdasarkan buktibukti apakah ada perjanjian antara pemilik dan penyewa yang mengatur, siapa yang menanggung kewajiban pajaknya dan siapa yang secara nyata mendapat manfaat atas bidang tanah dan bangunan tersebut. Tetapi bila ternyata orang atau badan yang ditetapkan sebagai pihak yang harus membayar pajak itu menolak, maka yang bersangkutan dapat memberikan keterangan tertulis kepada Direktur Jendral Pajak. Dalam hal ini DirJen Pajak dapat
menyetujui atau mungkin menolaknya dengan alasan-alasan tertentu. Jawaban dapat diperoleh dalam jangka waktu satu bulan sejak diterimanya keterangan tersebut. E CARA MENDAFTARKAN OBJEK PBB Orang atau Badan yang menjadi Subyek PBB harus mendaftarkan Objek Pajaknya ke Kantor Pelayanan PBB atau Kantor Penyuluhan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak objek tersebut, dengan menggunakan formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang tersedia gratis di Kantor Pelayanan PBB/Kantor Penyuluhan Pajak setempat. F DASAR PENGENAAN PBB Dasar pengenaan PBB adalah "Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)". NJOP ditentukan per wilayah berdasarkan keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dengan terlebih dahulu memperhatikan : 1. harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar; 2. perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan telah diketahui harga jualnya 3. nilai perolehan baru 4. penentuan nilai jual objek pengganti. G NILAI JUAL OBJEK PAJAK TIDAK KENA PAJAK (NJOPTKP) NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak. Besarnya NJOPTKP adalah Rp 8.000.000,- dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali dalam satu Tahun Pajak. 2. Apabila wajib pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, maka yang mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan dengan Objek Pajak lainnya. H DASAR PENGHITUNGAN PBB Dasar penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Besarnya NJKP adalah sebagai berikut : 1. 40% untuk objek pajak perumahan yang wajib pajaknya perseorangan dengan NJOP sama atau lebih dari Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) 2. 20% untuk objek pajak lainnya. Besarnya tarip PBB adalah 0,5% Rumus penghitungan PBB = Tarif x NJKP a. Jika NJKP = 40% x (NJOP - NJOPTKP) maka besarnya PBB = 0,5% x 40% x (NJOP-NJOPTKP) = 0,2% x (NJOP-NJOPTKP) b. Jika NJKP = 20% x (NJOP - NJOPTKP) maka besarnya PBB = 0,5% x 20% x (NJOP-NJOPTKP) = 0,1% x (NJOP-NJOPTKP) I TEMPAT PEMBAYARAN PBB Wajib Pajak yang telah menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (STP) dari Kantor Pelayanan PBB atau disampaikan lewat Pemerintah Daerah harus melunasinya tepat waktu pada tempat pembayaran yang telah ditunjuk dalam SPPT yaitu Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro. J SAAT YANG MENENTUKAN PAJAK TERUTANG. Saat yang menentukan pajak terutang atau belum dibayar adalah keadaan Objek Pajak pada tanggal 1 Januari. Dengan demikian segala mutasi atau perubahan atas Objek Pajak yang terjadi setelah tanggal 1 Januari akan dikenakan pajak pada tahun berikutnya. Contoh : A menjual tanah kepada B pada tanggal 2 Januari 1996. Kewajiban PBB Tahun 1996 masih menjadi tanggung jawab A. Sejak Tahun Pajak 1997 kewajiban PBB menjadi tanggung jawab B.
menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan/atau melampirkan keterangan yang tidak benar memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau dokumen yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar tidak memperlihatkan data atau tidak meminjamkan surat atau dokumen lainnya tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan keterangan yang diperlukan. sehingga menimbulkan kerugian pada negara, dipidana dengan pidana penjara selamalamanya 2 (dua) tahun atau denda setinggi-tingginya sebesar 5 (lima) kali pajak yang terutang. Sanksi pidana tersebut dilipatkan dua apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat satu tahun, terhitung sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan atau sejak dibayarnya denda. B TATA CARA PEMBAYARAN PBB. 1. Pembayaran dapat dilakukan melalui : a. bank atau Kantor Pos dan Giro yang tercantum pada SPPT atau b. Petugas pemungut PBB Kelurahan/Desa yang ditunjuk resmi. 2. Pembayaran harus dilakukan sekaligus (tidak diperkenankan mencicil).
BAB 4
Pajak Bumi dan Bangunan Hal. 36 dari 54HOME :: DAFTAR ISI Laboratorium Pengembangan Akuntansi
b. Isi surat permohonan menyebutkan prosentase pengurangan yang diminta c. Pengajuan permohonan dilakukan dengan ketentuan : 1. Untuk ketetapan PBB s/d Rp 25.000,- dapat diajukan secara perseorangan atau kolektif (melalui Kepala Desa/Lurah yang bersangkutan) dengan formulir yang telah ditentukan. 2. Untuk ketetapan PBB di atas Rp 25.000,- harus diajukan oleh WP yang bersangkutan dengan melampirkan fotokopi SPPT/SKP PBB Tahun Pajak yang dimohonkan. 3. Untuk WP Badan, melampirkan fotokopi : 1. SPPT/SKP PBB tahun yang dimohonkan; 2. SPT PPh tahun terakhir beserta lampirannya. 4. Untuk Objek Pajak yang terkena bencana alam, hama tanaman, dan sebab lain yang luar biasa dan bersifat massal diajukan oleh Kepala Desa/Lurah dengan diketahui oleh Camat dengan mencantumkan nama-nama Wajib Pajak yang dimohonkan pengurangannya dengan mempergunakan formulir yang telah ditentukan. d. Permohonan diajukan selambat-lambatnya 60 hari sejak SPPT/SKP diterima WP. e. Apabila batas waktu pengajuan tersebut tidak dipenuhi, maka permohonannya tidak diproses, dan Kepala Kantor Pelayanan PBB yang bersangkutan harus memberitahukan secara tertulis kepada WP/Kepala Desa/Lurah, disertai penjelasan seperlunya. 3. BENTUK KEPUTUSAN Keputusan atas permohonan pengurangan besarnya PBB yang diajukan WP dapat berupa: mengabulkan seluruh permohonan; mengabulkan sebagaian atau; menolak.
Pajak Bumi dan Bangunan Hal. 37 dari 54HOME :: DAFTAR ISI Laboratorium Pengembangan Akuntansi
BAB 5
Pajak Bumi dan Bangunan Hal. 38 dari 54HOME :: DAFTAR ISI Laboratorium Pengembangan Akuntansi
SKP harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak SKP diterima oleh WP. F LAIN-LAIN Atas SKP dapat diajukan keberatan/pengurangan.
Pajak Bumi dan Bangunan Hal. 39 dari 54HOME :: DAFTAR ISI Laboratorium Pengembangan Akuntansi
BAB 6
Pajak Bumi dan Bangunan Hal. 40 dari 54HOME :: DAFTAR ISI Laboratorium Pengembangan Akuntansi
c. Pajak yang terutang dalam STP apabila tidak dilunasi setelah jangka waktu yang telah ditentukan dapat ditagih dengan surat paksa.
Pajak Bumi dan Bangunan Hal. 41 dari 54HOME :: DAFTAR ISI Laboratorium Pengembangan Akuntansi
BAB 7
Pajak Bumi dan Bangunan Hal. 42 dari 54HOME :: DAFTAR ISI Laboratorium Pengembangan Akuntansi
Keputusan keberatan dapat berupa: diterima seluruhnya, apabila data/bukti-bukti yang dilampirkan dalam pengajuan keberatan dan/atau diperoleh dalam peninjauan terbukti kebenarannya. diterima sebagian, apabila data/bukti-bukti yang dilampirkan dalam pengajuan keberatan dan/atau diperoleh dalam peninjauan sebagian terbukti kebenarannya. ditolak, apabila data/bukti-bukti yang dilampirkan dalam pengajuan keberatan dan/atau diperoleh dalam peninjauan tidak terbukti kebenarannya. ditambah jumlah pajaknya, apabila data/bukti-bukti yang dilampirkan dalam pengajuan keberatan dan/atau diperoleh dalam peninjauan lapangan, menunjukkan adanya peningkatan jumlah luas dan/atau Nilai Jual Objek Pajak. D LAIN-LAIN. a. Keberatan terhadap SPPT/SKP harus diajukan per Objek Pajak dan per tahun pajak. b. Surat keberatan yang diajukan langsung oleh WP akan diberi Tanda Bukti Penerimaan, dan surat keberatan yang dikirim malalui Pos Tercatat, Resi Tanda Pengiriman menjadi Tanda Bukti Penerimaan. c. Pengajuan permohonan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak.
E :: DAFTA R ISI
Laboratori um Pengemba ngan Akuntansi
BAB 8
Pajak Bumi dan Bangunan Hal. 44 dari 54HOME :: DAFTAR ISI Laboratorium Pengembangan Akuntansi
a. Dalam jangka waktu 12 bulan sejak diterimanya surat permohonan secara lengkap dari WP, Kantor Pelayanan PBB harus menerbitkan : Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak (SKKPP) PBB, apabila jumlah yang dibayar ternyata lebih besar dari yang seharusnya terutang; Surat Pemberitaan (SPb), apabila jumlah yang dibayar sama dengan jumlah PBB yang seharusnya terutang; Surat Ketetapan Pajak (SKP) apabila jumlah yang dibayar ternyata kurang dari jumlah PBB yang seharusnya terutang. b. Kepala Kantor Pelayanan PBB harus menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak PBB (SPMKP.PBB) dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya SKKPP.PBB. c. Dalam hal WP mempunyai utang PBB atas objek lainnya dalam wilayah Dati II yang sama, maka kelebihan pembayaran PBB yang tercantum dalam SKKPP.PBB langsung diperhitungkan terlebih dahulu. d. WP dapat mengajukan permohonan agar kelebihan pembayaran PBB diperhitungkan dengan penetapan PBB yang akan datang. e. Atas sisa penghitungan sebagaimana dimaksud pada huruf c dan d, dapat diterbitkan SPMKP.PBB.
E :: DAFTA R ISI
Laboratori um Pengemba ngan Akuntansi
BAB 9
Pajak Bumi dan Bangunan Hal. 46 dari 54HOME :: DAFTAR ISI Laboratorium Pengembangan Akuntansi
Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
Pajak Bumi dan Bangunan Hal. 47 dari 54HOME :: DAFTAR ISI Laboratorium Pengembangan Akuntansi
BAB 10
Pajak Bumi dan Bangunan Hal. 48 dari 54HOME :: DAFTAR ISI Laboratorium Pengembangan Akuntansi
termasuk janda atau dudanya yang berpenghasilan semata-mata dari gaji atau uang pensiun ditetapkan sebesar 40 %. 2. Untuk Objek Pajak lainnya ditetapkan sebesar 20% . D PENERAPAN KLASIFIKASI BUMI DAN/ATAU BANGUNAN 1. Objek perumahan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau dimanfaatkan oleh PNS, ABRI dan para pensiunan termasuk janda dan dudanya. Luas Bumi 1.000 m2 dengan nilai jual Rp 840.000,00/m2 Nilai jual tanah tersebut termasuk kelas 17 dengan nilai jual Rp 802.000,- /m2 Luas Bangunan 400 m2 dengan nilai jual Rp 1.000.000,00/m2. Nilai jual bangunan tersebut termasuk kelas 2 dengan nilai jual Rp 968.000,- /m2 Penghitungan PBB-nya : Jumlah NJOP bumi :1.000 x Rp 802.000,- = Rp 802.000.000, Jumlah NJOP Bangunan : 400 x Rp 968.000,- = Rp 387.200.000, NJOP sebagai dasar pengenaan PBB = Rp 1.189.200.000, NJOPTKP = Rp 8.000.000, NJOP untuk penghitungan PBB = Rp 1.181.200.000, NJKP : 40% x Rp 1.181.200.000,- = Rp 472.480.000,PBB yang terutang : 0,5% x Rp 472.480.000,- = Rp 2.362.400,(Dua juta tiga ratus enam puluh dua ribu empat ratus rupiah) 2. Apabila Objek Pajak pada contoh A dimiliki/dikuasai/dimanfaatkan oleh PNS, ABRI, Pensiunan termasuk janda/dudanya yang berpenghasilan semata-mata dari gaji atau uang pensiun maka penghitungannya adalah: - NJKP : 20% x Rp 1.181.200.000,- = Rp 236.240.000,PBB yang terutang : 0,5% x Rp 236.240.000,- = Rp 1.181.200,(Satu juta seratus delapan puluh satu ribu dua ratus rupiah) 3. Objek perumahan lainnya dan non perumahan. - Luas Bumi 300 m2 dengan nilai jual Rp 75.000,- /m2. Nilai jual bumi tersebut termasuk kelas 30 dengan nilai jual Rp 82.000,/m2
Pajak Bumi dan Bangunan Hal. 49 dari 54HOME :: DAFTAR ISI Laboratorium Pengembangan Akuntansi
- Luas Bangunan 150 m2 dengan nilai jual Rp 260.000,-/m2. Nilai jual bangunan tersebut termasuk kelas 10 dengan nilai jual Rp 264.000,- /m2 Penghitungan PBB-nya : - Jumlah NJOP bumi : 300 x Rp 82.000,- = Rp 24.600.000,- Jumlah NJOP Bangunan : 150 x Rp 264.000,- = Rp 39.600.000,- NJOP sebagai dasar pengenaan PBB = Rp 64.200.000,- NJOPTKP = Rp 8.000.000,- NJOP untuk penghitungan PBB = Rp 56.200.000,- NJKP : 20% x Rp 56.200.000,- = Rp 11.240.000,PBB yang terutang 0,5% x Rp 11.240.000,- = Rp 56.200,(Lima puluh enam ribu dua ratus rupiah)
E :: DAFTA R ISI
Laboratori um Pengemba ngan Akuntansi
&
A PENDAFTARAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) Pendaftaran Objek PBB dilakukan oleh Subyek Pajak dengan cara mengambil dan mengisi formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) secara jelas, benar dan lengkap dengan disertai sket/denah Objek Pajak dan ditandatangani serta dikembalikan ke Kantor Pelayanan PBB yang bersangkutan atau tempat lain yang ditunjuk untuk pengambilan dan pengembalian SPOP. Formulir SPOP disediakan dan dapat diambil gratis di Kantor Pelayanan PBB atau tempat lain yang ditunjuk. B PENDATAAN OBJEK PAJAK Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan dilakukan oleh Kantor Pelayanan PBB dengan menggunakan SPOP dan dilaksanakan sekurang-kurangnya untuk satu wilayah administrasi desa/kelurahan. Pendataan dapat dilakukan dengan cara: a. Penyebaran SPOP: Hanya dapat dilakukan pada daerah/wilayah yang tidak/belum mempunyai peta, terpencil dan mempunyai potensi PBB yang relatif kecil. b. Identifikasi Objek Pajak Dilakukan pada daerah/wilayah yang sudah memiliki peta garis/peta foto yang dapat menentukan posisi relatif Objek Pajak, namun tidak mempunyai data administrasi pembukuan PBB hasil pendataan 3 (tiga) tahun terakhir secara lengkap. c. Verifikasi Objek Pajak Dilakukan pada daerah/wilayah yang sudah memiliki peta garis/peta foto dan sudah mempunyai data administrasi pembukuan PBB hasil pendataan 3 (tiga) tahun terakhir secara lengkap.
BAB 11
Pajak Bumi dan Bangunan Hal. 51 dari 54HOME :: DAFTAR ISI Laboratorium Pengembangan Akuntansi
d. Pengukuran Bidang Objek Pajak Dilakukan pada daerah/wilayah yang hanya memiliki sket desa/kelurahan, sehingga belum dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif Objek Pajak, namun letaknya strategis dan mempunyai potensi PBB yang pesat.
Pajak Bumi dan Bangunan Hal. 52 dari 54HOME :: DAFTAR ISI Laboratorium Pengembangan Akuntansi
BAB 12
Pajak Bumi dan Bangunan Hal. 53 dari 54HOME :: DAFTAR ISI Laboratorium Pengembangan Akuntansi
pelelangan melalui Kantor Lelang Negara, setelah terlebih dahulu diumumkan melalui surat kabar. Dalam hal biaya penagihan paksa dan biaya pelaksanaan sita belum dibayar, maka akan dibebankan kepada WP bersama-sama dengan biaya iklan untuk pengumuman lelang dalam surat kabar dan biaya lelang pada saat pelelangan. Catatan: Apabila WP melunasi utang pajaknya beserta denda dan biaya-biaya lainnya sebelum pelaksanaan penyitaan, maka Surat Perintah Melakukan Penyitaan dicabut. Apabila WP melunasi utang pajaknya beserta denda dan biaya-biaya lainnya sebelum pelaksanaan lelang, maka Pengumuman Lelang dibatalkan C HAK-HAK WAJIB PAJAK a. Meminta Juru Sita memperlihatkan tanda pengenal Juru Sita Pajak Negara. b. Menerima salinan Surat Paksa dan Salinan Berita Acara Penyitaan. c. Menentukan urutan barang yang akan dilelang d. Sebelum pelaksanaan lelang mendapat kesempatan terakhir untuk melunasi utang pajak beserta denda termasuk biaya penyitaan, iklan, dan biaya pembatalan lelang serta melaporkan pelunasan tersebut kepada Kantor Pelayanan PBB yang bersangkutan. D KEWAJIBAN WAJIB PAJAK a. Membantu Juru Sita Pajak Negara dalam melaksanakan tugasnyda engan : memperbolehkan memasuki ruangan, tempat usaha, tempat tinggal; memberikan keterangan lisan atau pun tertulis yang diperlukan; b. Barang yang disita dilarang dipindahtangankan, dihipotikkan, atau disewakan. E LAIN-LAIN Juru Sita Pajak Negara berhak meminta bantuan Kepolisian Negara atau aparat Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan penagihan pajak negara.
Yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah : 1. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut 2. Jalan tol 3. Kolam renang 4. Pagar mewah 5. Tempat olah raga 6. Galangan kapal, dermaga 7. Taman mewah 8. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak 9. Fasilitas lain yang memberikan manfaat. OBJEK PAJAK TIDAK DIKENAKAN PBB: Pasal 3 Undang-undang PBB memberikan pengecualian bumi dan/atau bangunan yang tidak dikenakan PBB, yaitu objek pajak yang : 1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan 2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu 3. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak 4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan perlakuan timbal balik 5. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan