You are on page 1of 5

MENATA LINGKUNGAN BELAJAR

1. Menata Ruang Fisik


Menurut Muhammad Saroni (2006:82-83), yang intinya bahwa lingkungan fisik adalah lingkungan yang memberi peluang gerak dan segala aspek yang berhubunga dengan upaya penyegaran pikiran bagi siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang sangat membosankan. Lingkungan fisik ini meliputi saran prasarana pembelajaran yang di miliki sekolah seperti lampu, ventilasi, bangku, dan tempat duduk yang sesuai untuk siswa, dan lain sebagainya. Ruang belajar harus mendapat cahaya baik cahaya mata hari mupun cahaya dari lampu listrik. Cahaya sangat penting bagi kegiatan belajar, dengan cahaya kita dapat membaca dan menulis dengan jelas. De Porter (2001) menyatakan, ruangan anda harus mendapatkan cukup cahaya supaya mata anda tidak cepat lelah. Cahaya mata hari hendaknya datang dari sebelah kiri agak kebelakang maksudnya agar apa yang kita tulis dan kita baca tidak gelap karena terhalang oleh tangan kita dan agak kebelakang agar tidak menyilaukan. Sebagaimana yang disarankan The Liang Gie (1994) cahaya yang berasal dari mata hari hendaknya diusahakan agar datang dari arah kiri agak ke belakang. Pendapat senada dikemukakan oleh Rachman (1999) dalam mengatur cahaya penerangan mestinya harus datang dari sebelah kiri agar tidak menyilaukan. Sedang pendapat lain tidak mempersoalkan dari mana arah cahaya penerangan yang penting tidak langsung berhadapan dengan mata, hal ini dikemukakan Sudarmanto (1995) arah sinar tidak langsung bernadapan dengan mata akan lebih nyaman dari pada langsung. Bagi orang tua yang menggunakan penerangan dari listrik ada bermacam-macam model lampu untuk pencahayaan. The Liang Gie (1994) memberi alternatif model pencahayaan lampu dari listrik. Penerangan taklangsung, penerangan ini terjadi dari cahaya yang dipantulkan dari langitlangit dan dinding kamar studi, sedang sumber cahaya itu sendiri tidak terlihat. Penerangan setengah taklangsung, penerangan ini untuk sebagian datang dari pemantulan cahaya seperti pada penerangan taklangsung tersebut di atas dan untuk sebagian dengan melewati selubung kaca yang berwarna putih susu. Penerangan setengah langsung, penerangan ini terjadi dari cahaya lampu yang memancar ke segenap jurusan dengan melewati selubung kaca yang berwarna putih susu. Penerangan langsung, penerangan ini memancar langsung dari lampu ke permukaan buku tanpa melewati apa-apa. Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa ruangan belajar harus terang, hal ini berhubungan dengan besarnya watt lampu yang digunakan. Mengenai besarnya watt The Liang Gie (1994) memberi alternatif yang dapat digunakan sebagai pertimbangan sebagai yaitu lampu meja 40 watt sampai 60 watt sudah sangat terang. Lampu di atas yang memancarkan penerangan tak langsung dapat kiranya memakai 75 watt sampai 100 watt. Pencahayaan yang baik di ruangan belajar akan membuat anak lebih bersemangat dalam belajar. Menurut Stainback (1999) yang dimaksud pencahayaan yang baik ialah mengurangi sinar yang menyilaukan, hal ini akibat dari penyinaran langsung sehingga ada bagian ruangan yang terang dan sebagian lagi redup. Ventilasi atau pertukaran udara merupakan hal penting dalam ruang belajar. Ventilasi dapat menjadikan udara di ruangan menjadi bersih dan segar. Ruangan belajar dengan udara yang bersih dan segar akan menjadi pendukung kegiatan belajar yang nyaman. Sebagaimana

Rachman(1998/1999) mengatakan suhu, ventilasi dan penerangan adalah aset penting untuk teriptanya belajar yang nyaman. Pertukaran udara dapat melalui jendela maupun lubang ventilasi. Suhu udara di ruangan belajar yang ber AC akan mudah disesuaikan dengan yang kita kehendaki, namun bagi kebanyakan orang suhu dapat diatur melalui jendela, yaitu bila panas jendela dibuka dan bila dingin jendela ditutup. Mengenai suhu yang nyaman dan sejuk untuk belajar Sudarmanto (1995) menyatakan. Suhu kamar yang enak adalah 24/25 Celcius (70 Fahrenheit). Jika udara terlampau panas akan membuat badan lekas capai dan mengantuk, tetapi bila terlampau dingin menimbulkan rasa malas dan gangguan kesehatan. Akibat gangguan-gangguan itu, pikiran tidak dapat berkonsentrasi karena gangguan-gangguan itu. Mengenai dampak dari udara yang segar, nyaman dan sejuk terhadap prestasi belajar, Nasution (1993) menyatakan keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya dari pada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap. Agar kegiatan belajar berlangsung dengan penuh konsentrasi, di ruang belajar harus ada kursi dan meja belajar untuk anak-anak. Banyak model kursi dan meja belajar yang sering kita jumpai. Karena usia anak sekolah dasar masih dalam pertumbuhan dan perkembangan seyogyanya kalau orang tua menyediakan kursi belajar dengan memperhatikan faktor pertumbuhan dan kesehatan. Dalam hal ini Sudarmanto (1995) memberi saran agar kursi untuk belajar harus dapat menampung punggung tegak. Tempat duduk yang nyaman membuat anak kerasan dan memiliki mood untuk belajar Lebih lanjut De Porter (2001) menambahkan kursi-kursi diberi bantalan (jok) supaya lebih nyaman. Mengenai ketinggian kursi Stainback (1999) menyarankan, ketinggian kursi harus memungkinkan kaki anak anda menginjak lantai. Sedang mengenai meja belajar The Liang Gie (1994) lebih menyoroti dari sisi bentuk meja yang digunakan untuk belajar hendaknya meja memenuhi persyaratan sebagai berikut: Meja itu tidak tertutup seluruhnya dari permukaan sampai lantai. Permukaan meja hendaknya rata dan tidak berwarna gelap atau berkilat-kilat. Luas meja tidak terlalu berlebih-lebihan. Meja berukuran 100 kali 70 cm kiranya sudah cukup. Tinggi meja hendaknya disesuaikan dengan tinggi badan. Untuk lebih meningkatkan konsentrasi dan menghindari belajar yang terputus-putus akibat mencari alat tulis maka meja belajar seharusnya bersih.

Lebih lanjut Slameto (1995) menambahkan meja tulis harus bersih dan jangan penuh dengan barang-barang yang tak diperlukan. Sedang mengenai meja belajar Stainback (1999) menyarankan meja atau bangku harus cukup untuk meletakkan semua perlengkapan belajar yang dibutuhkan. 2. Menata Ruang Psikologis

1. Karakteristik guru Berikut ini beberapa karakteristik yang harus dimiliki guru demi terciptanya iklim psiko-sosial kelas yang efektif bagi kelangsungan proses pembelajaran. a. Disukai oleh siswanya

Beberapa sifat guru yang memungkinkan untuk disenangi ialah periang, ramah, tulus hati, dan mendengarkan keluhan siswa, serta percaya diri. b. Memiliki persepsi yang realistik tentang dirinya dan siswanya. Guru yang memiliki pandangan tidak realistic terhadap kemampuan siswanya dan dirinya dapat menghambat efektifitas kegiatan pembelajaran. Guru yang memandang terlalu rendah kemampuan siswanya akan mengembangkan kegiatan pembelajaran yang membosankan. Sementara itu, guru yang memandang kemampuan siswanya terlalu tinggi akan mengembangkan kegiatan pembelajaran yang melampaui kemampuan siswa. Siswa akan mengalami frustasi selama mengikuti pembelajaran. Apabila guru memiliki pandangan yang realistic terhadap kemampuan siswa guru akan mengembangkan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan menantang siswa untuk belajar. Siswa akan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penuh semangat. c. Akrab dengan siswa dalam batas hubungan guru-siswa Untuk mengembangkan hubungan yang baik antara guru-siswa, guru perlu menyediakan waktu untuk mengenal siswa lebih banyak. Melalui bincang-bincang dengan siswa, guru akan mengetahui banyak informasi tentang keluarga siswa, kegiatan siswa di luar sekolah, hobi mereka, dan lain sebagainya. Namun, perlu diingat bahwa hubungan yang terlalu dekat antara guru denga siswa perlu dihindari agar siswa tetap menghormati dan menghargai guru sebagai orangtua. d. Bersikap positif terhadap pertanyaan /respon siswa Sikap positif guru terhadap pertanyaan siswa akan muncul apabila guru memang menguasai materi yang sedang dibahas. Oleh karena itu , anda harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. e. Sabar, teguh dan tegas Sebagai guru, kita dituntut untuk sabar. Kadang-kadang siswa selalu ingin menguji kesabaran kita. Menghadapi siswa yang memang cukup lambat dalam menangkap atau memahami sesuatu, guru dituntut untuk sabar. Apabila kita tidak sabar, siswa akan merasa ketakutan untuk mengajukan masalah yang dihadapi. Ketakutan siswa pada guru ini akan menghambat keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu guru harus teguh dan tegas dalam memegang aturan. Apabila siswa dituntut untuk selalu memperhatikan pertanyaan atau taggapan siswa lain, guru harus selalu memperingatkan siswa lain yang melakukan diskusi berdua pada saat seorang siswa berbicara
3. Menata Musik Musik berpengaruh pada guru dan pelajar. Guru dapat menggunakan musik untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa dan mendukung lingkungan belajar. Musik membantu pelajar bekerja lebih baik dan mengingat lebih banyak. Musik merangsang,

meremajakan dan memperkuat belajar baik secara sadar maupun tidak. Musik dapat membantu siswa masuk ke keadaan optimal, dan memungkinkan guru untuk membagun hubungan dengan siswa. Selain itu, musik sebenarnya berhubungan dan mempengaruhi kondisi fisiologis. Biasanya akan sulit berkonsentrasi seseorang benar-benar relaks dan sulit untuk relaksketika seseorang berkonsentrasi penuh. Dr. Georgi Lozanov dalam DePorter dkk mengatakan bahwa relaksasi yang diiringi musik membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi

4. Meletakkan Slogan, Sertifikat, atau Kata-kata Mutiara Pemacu Belajar a. poster Ikon Ciptakan ikon atau simbol untuk setiap konsep utama yang diajarkan dan gambarkan di atas selembar kertas berukuran 25 X 40 cm atau lebih besar. Panjang poster-poster ikon tersebut di depan kelas di atas pandangan mata, memberikan gambaran keseluruhan, tinjauan global dari bahan pelajaran. Untuk melihatkonsep-konsep tersamar ini pelajar harus mendongak. Ini akan membantu penciptaan, penyimpanan, dan pencarian informasi secara visual. Pasang poster di tempat tersebut sampai unit pelajaran yang bersangkutan selesai. Lalu, pindahkan kebagian dinding yang lain, agar tempatnya dapat digunakan untuk poster-poster unit berikutnya. Ikon-ikon unit sebelumnya yang tetap dipajang akan menjadi pengingat sadar dan tidak sadar untuk pelajaran, bantulah dengan cara memasang posternya, supaya mereka dapat mengakses memori visual mereka setiap kali mereka melihatnya. Setelah belajar kita menjadi terbiasa dengan konsep-konsep pokok dalam bentuk gambar, mintalah mereka untuk membuat poster untuk unit-unit mendatang. Kita dapat mengambil selangkah lebih jauh dan menggunakan poster ikon untuk mengintip acara yang akan datang. Tempatkan poster ikon unit selanjutnya pada dinding sebelah kanan, tempat untuk bahan-bahan pelajaran yang akan datang. Jika materi ditampakkan dengan cara demikian, minat siswa akan terpicu:Tentang apa ya kira-kira poster yang itu? b. Poster Afirmasi Buatlah (atau lebih baik mintalah siswa membuat) poster motivasi afirmasi dengan pesan-pesan seperti, Aku mampu mempelajarinya!dan Aku menjadi semakin pintar dengan setiap tantangan baru. Tempatkan poster-poster itu di dinding samping setinggi mata orang duduk. Perhatikan bahwa poster ini setinggi telinga. Pada saat siswa memandang sekeliling ruangan, poster-poster tersebut mengucapkan afirmasi seperti dialog internal, sehingga menguatkan keyakinan tentang belajar dan tentang isi yang diajarkan. c. Gunakan Warna Bayangkan sebuah apel dalam benak kita. Pejamkan mata kita jika perlu. Apakah kita melihat apel itu hitam dan putih atau berwarna? Hampir semua orang melihat apel berwarna. Mengapa? Karena otak berpikir dalam warna. Gunakan warna untuk memperkuat pengajaran kita dan belajar siswa! Gunakan warna hijau, biru, ungu dan

merah untuk kata-kata penting, jingga dan kuning untuk menggarisbawahi, serta hitam dan putih untuk kata-kata penghubung seperti dan, sebuah, dari, dan lain-lain.

http://e-edu.lpmp-kalbar.net/index.php?option=com_content&view=article&id=46:penataanlingkungan-belajar-dalam-pakem&catid=44:pengelolaan-pembelajaran&Itemid=64 http://martinis1960.wordpress.com/2011/02/04/lingkungan-belajar-berkualitas/ http://www.scribd.com/doc/53009118/penataan-lingkungan-belajar-anak-SD http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PELAKSANAAN%20PEMBELAJARAN.pdf

You might also like