You are on page 1of 11

Sejarah Peradaban Islam

Oleh : Surya Anantatama Sembiring Komunikasi dan Penyiaran Islam 1A Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah mengutus para RasulNya untuk memberi bimbingan serta petunjuk kepada manusia ke jalan yang benar, sholawat serta salam semoga terlimpah kepada pembawa kebenaran yakni Rasulullah SAW. Alhamdulillah, karena berkat rahmatnya penulis bisa menyelesaikan makalah ini yang diberi judul Perkembangan Islam pada Masa Safawi ,sebagai salah satu tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga amal baik dan jasa mereka mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.

Tangerang, 27 Desember 2011

Penulis

Daftar Isi

Sampul .................................................................................................................................................... 1 KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2 Daftar Isi .................................................................................................................................................. 3 BAB 1 Pendahuluan A. B. Bab 2 Pembahasan A. Situasi Politik dan Keagamaan Persia ................................................................................................ 5 B. Upaya Konsolidasi Kekuatan Para Pembangun Kerajaan Safawi ...................................................... 5 C. Capaian-Capaian Peradaban Islam, Perkembangan Pemikiran Keagamaan dan Sosial Politik ......... 8 D. Hubungan Diplomatik dengan Usmani dan Mughal .......................................................................... 9 E. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi ................................................................................. 9 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 11 Latar Belakang............................................................................................................................. 4 Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 4

BAB 1 Pendahuluan

A.

Latar Belakang

Setelah khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara mongol, kekuatan politik islam mengalami ke/munduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban islam yang hancur akibat serangan bangsa mogol itu. Namun, kemalangan tidak berhenti sampai disitu. Timur lenk, sebagaimana telah disebut, menghancurkan pusat-pusat kekuasaan islam yang lain. Keadaan politik umat islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar : Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia.

B.

Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang di atas maka dibuatlah rumusan masalah guna memahami bagaimana Perkembangan Islam pada Masa Safawi : 1. 2. 3. 4. 5. Bagaimana situasi sosial politik dan keagamaan di Persia ? Apa upaya upaya konsolidasi kekuatan para pembangun kerajaan Safawi ? Apa saja pencapaian-pencapaian peradaban Islam, perkembangan pemikiran keagamaan dan sosial politik ? Bagaimana hubungan diplomatik antara Usmani dan Mughal ? Apa penyebab darri terjadinya kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi ?

Bab 2 Pembahasan

A. Situasi Politik dan Keagamaan Persia


Sejarah negara dan bangsa Persia bisa dikatakan dimulai sejak tahun 5000 SM1. Ketika itu tanah dataran tinggi Iran sudah mulai dihuni. Awal tahun 100 SM. Terjadi penyerbuan suku-suku Persia dan Media. Kaum Persia menduduki daerah selatan. Dinasti Akhaemedina memerintah daerah ini abad ke-6 SM. Sampai abad ke-3 SM. Selaku vazal dari Raja-Raja Media dengan rajanya yang terkenal Darius Kikasarus dan putranya Cyrus.2 Raja terakhir dinasti ini, Darius III Codamanus (336-331 SM). Ditaklukan oleh bangsa Macedonia dibawah Alexander Agung. Kemudian daerah ini dikuasai oleh dinasti Selukida yang tidak berumur panjang.3 Sementara itu, ada dua kerajaan yang berkuasa secara berturut-turut, yaitu Hastasapas dan Sasan.4 Pada tahun 637 M iran mulai ditaklukan bangsa-bangsa Arab (Islam), kemudian menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Islam. Sementara itu muncul ancaman baru dari bangsa Turki. Ancaman dari bangsa turki berupa konflik perbatasan wilayah, ideologi, dan etnis. Ancaman ideologi yang terjadi antara bangsa turki dengan bangsa safawi adalah konflik ideologi antara suni dengan syiah dimana bangsa turki y Sekitar tahun 1000 M berdiri kerajaan Turki pertama di daerah Ghanawida yang beragama islam. Awal pertengahan abad ke-11, suku-suku turki menduduki seluruh wilayah persia, dibawah pimpinan seljuk. Sementara itu, penaklukan Bangsa mongol juga terjadi di bagian-bagian tertentu wilayah Persia. Bangsa Mongol mulai menaklukan wilayah ini pada abad ke-13. Dinasti Il-Khan dari bangsa Mongol berkuasa antara 1256-1336 M.

B. Upaya Konsolidasi Kekuatan Para Pembangun Kerajaan Safawi


Ketika kerajaan usmani sudah mencapai puncak kemajuannya, kerajaan safawi di persia baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat. Dalam perkembangannya, kerajaan safawi sering bentrok dengan Turki Usmani. Berbeda dari dua kerajaan islam lainnya (Usmani dan Mughal), kerajaan safawi menyatakan, syiah sebagai mahzab negara. Karena itu, kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya negara iran dewasa ini. Kerajaan safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di ardabil, sebuah kota Azerbaijan.5 Tarekat ini diberi nama tarekat safawiyah, didirikan pada waktu yang hampir bersamaan
1

. Hasan Shadily (ed.), Ensiklopedia Indonesia (Jakarta: Ikhtiar Baru-Van Hoeve, edisi khusus, 1991), III, hlm. 1480. 2 . Orang Arab menyebutnya Kisra. Sebutan ini pula yang diberikan kepadaraja-raja Iran. Lihat Ibid., V, hlm. 2686. 3 . Ibid 4 . Ibid., hlm. 1482. 5 . P.M. Holt, dkk, (ed.), The Cambridge History of Islam, vol. 1 A, (London: Cambridge University Press, 1970), hlm. 394.

dengan berdirinya kerajaan usmani. Nama safawayiah, diambil dari nama pendirinya, safi al-din (1252-1334 M) dan nama safawi itu terus dipertahankan samapi tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, nama itu terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan. Safi al-din berasal keturunan orang yang berada dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Ia keturunan dari imam syiah yang keenam, Musa Al-kazhim. Gurunya bernama syaikh taj al-din ibrahim zahidi (1216-1301 M)6 yang dikenal dengan julukan zahid al-gilani. Karena prestasi dan ketekunannya dalam kehidupan tasawuf, safi al-din diambil menantu oleh gurunya tersebut.7 Safi aldin mendirikan tarekat safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini sangat teguh memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakatan tasawuf safawiyah bertujuan memerangi orang-orang ingkar, kemudian memerangi golongan yang mereka sebut ahli-ahli bidah. Tarekat yang dipimpin safi al-din ini semakin penting, terutama setelah ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria, dan Anatolia. Di negeri-negeri di luar Ardabil Safi Al-din menempatkan seorang wakil yang memimpin murid-muridnya. Wakil itu diberi gelar Khalifah.8 Suatu ajaran agama yang dipegang secara fanatik biasanya kerap kali menumbulkan keinginan di alangan penganut ajaran itu untuk berkuasa. Karena itu, lamam kelamaan murid-murid tarekat safawiyah berubah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan, dan menantang orang yang bermahzab selain syiah. Kecenderungan memasuki dunia politik itu mendapat wujud konkretnya pada masa kepemimpinan juneid (1447-1460 M). Dinasti safawi memperluas gerakannya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik antara juneid dengan penguasa kara koyunlu (domba hitam), salah satu bangsa turki yang berkuasa diwilayah itu. Dalam konflik tersebut, juneid kalah dan diasingkan kesuatu tempat. Ditempat baru ini ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, Ak-Koyunlu (domba putih), juga satu suku bangsa turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan, yang ketika itu menguasai sebagian persia.9 Selama dalam pengasingan, junaed tidak tinggal diam. Ia malah dapat menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan uzun hasan. Ia juga berhasil mempersunting salah seorang saudara perempuan Uzun Hasan. Pada tahun 1459 M, juneid mencoba merebut ardabil tetapi gagal. Pada tahun 1460 M, ia mencoba merebut sircassia tetapi pasukan yang dipimpinnya dihadang oleh tentara sirwan. Ia sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut.10 Ketika itu anak juneid, haidar, masih kecil dan dalam asuhan uzul hasan. Karena itu, kepemimpinan gerakan safawi baru bisa diserahkan kepadanya secara resmi pada tahun 1470 M. Hubungan haidar dengan uzun hasan semakin erat setelah haidar mengawini salah seorang putri uzun hasan. Dari perkawinan ini lahirlah ismail yang di kemudian hari menjadi pendiri kerajaan safawi di persia.11 Kemenangan AK Koyunlu tahun 1476 M terhadap kara koyunlu, membuat gerakan militer safawi yang dipimpin oleh haidar dipandang sebagai rifal politik oleh AK koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Padahal, sebagaimana telah disebutkan, safawi adalah sekutu AK Koyunlu. Ak Koyunlu berusaha melenyapkan kekuatan militer dan kekuasaan dinasti safawi . karena itu, ketika

Allouche , the Origins and Development of the ottoman-safavid conflict, (Michigan: University Microfilms International, 1985), hlm. 96. 7 Alloche, op.cit., hlm. 87. 8 Hamka, sejarah umat islam, jilid III, (jakarta:Bulan Bintang, 1981, cetakan keempat), hlm. 60. 9 P.M. Holt, op.cit., hlm.396. 10 Carl brockelmann, tarikh al-syuub al-Islamiyah, (beirut: Dar Al-Ilm, 1974), hlm. 494. 11 Ibid., hlm. 495.

safawi menyerang wilayah sircassia dan pasukan sirwan, AK koyunlu mengirimkan banntuan militer kepada sirwan, sehingga pasukan haidar kalah dan haidar sendiri terbunuh dalam peperangan itu.12 Ali, putra dan pengganti haidar , didesak oleh bala tentaranya untuk menuntut balas atas kematian ayahnya, terutama terhadap ak- koyunlu. Tetapi Yakub pemimpin Ak-Koyunlu dapat menangkap dan memenjarakan Ali bersama saudaranya ibrahim ismaildan ibunya, di fars selama empat setengah tahun (1489-1493 M). Mereka dibebaskan oleh rustam, putra mahkota AK koyunlu, dengan syarat mau membantunya memerangi saudara sepupunya. Setelah saudara sepupu rustam dapat dikalahkan. Ali bersaudara kembali ke Ardabil. Akan tetapi, tidak lama kemudian Rustama berbalik memusuhi dan menyerang Ali bersaudara, dan ali terbunuh dalam serangan ini (1494 M).13 Kepemimpinan gerakan safawi, selanjutnya berada di tangan ismail, yang saat itu masih berusia tujuh tahun. Selama lima tahun ismail beserta pasukannya bermarkas di Gilan, mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan, Syiria, dan Anatolia.14 Pasukan yang dipersiapkan itu dinamai Qizilbash (baret merah). Dibawah pimpinan ismail, pada tahun 1501 , pasukan Qizilbash menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu di Sharur, dekat nakchivan. Pasukan ini terus berusaha memasuki dan menaklukan Tabriz, ibu kota Ak- Koyunlu dan berhasil merebut serta mendudukinya. Di kota ini ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja pertama dinasti Safawi.15 ia disebut juga ismail 1. Ismail 1berkuasa selama lebih kurang 23 tahun, yaitu antara tahun 1501 dan 1524 M. Pada sepuluh tahun pertama ia berhasil memperluas wilayah kekuasaanya. Ia dapat menghancurkan sisasisa kekuatan AK koyunlu di Hamadan (1503 M), menguasai propinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan, dan Yazd (1504 M), diyar Bakr (1505-1507 M), baghdad dan daerah barat daya Persia (1508 M), sirwan (1509 M), dan Khurasan (1510 M). Hanya dalam waktu sepuluh tahun itu wilayah kekuasaannya sudah meliputi seluruh persia dan bagian timur Bulan Sabit Subur (fortile Crescent).16 Tidak sampai disitu, ambisi politik mendorongnya untuk terus mengembangkan sayap menguasai daerah-daerah lainnya, seperti turki usmani. Namun, ismail bukan hanya menghadapi musuh yang sangat kuat, tetapi juga membenci golongan syiah. Peperangan dengan turki Usmani terjadi pada tahun 1514 M di Chaldiran, dekat Tarbiz. Karena keunggulan organisasi militer kerajaan usmani, dalam peperangan ini ismail 1 mengalami kekalahan, malah turki usmani dibawah pimpinan sultan salim dapat menduduki Tabriz. Kerajaan safawi terselamatkan dengan pulangnya sultan Usmani ke Turki karena terjadi perpecahan di kalangan militer Turki di negerinya.17 Kekalahan tersebut meruntuhkan kebanggaan dan kepercayaan diri ismail. Akibatnya, kehidupan ismail 1 berubah. Ia lebih senagn menyendiri, menempuh kehidupan hura-hura dan berburu. Keadaan ini menimbulkan dampak negatif bagi kerajaan safawi, yaitu terjadi persaingan segitiga antara pimpinan suku-suku Turki, pejabat-pejabat keturunan persia, dan qizilbash dalam merebut pengaruh untuk memimpin kerajaan safawi.18 Rasa permusuhan dengan kerajaan Usmani terus berlangsung sepeninggal ismail. Peperangan-peperangan antara dua kerajaan besar islam ini terjadi beberapa kali pada zaman pemerintahan tahmasp 1 (1524-1576 M), ismail 2 (1576-1577 M), dan muhammad khudabanda (1577-1587 M). Pada masa tiga raja tersebut kerajaan safawi dalam keadaan lemah. Disamping karena

12 13

P.M. Holt, loc. Cit.. Ibid., hlm. 397. 14 Ibid., hlm. 397-398. 15 Ibid., hlm. 398. 16 Ibid., hlm. 399. 17 Hassan Ibrahim Hassan, op. cit., hlm. 337. 18 P.M. Holt, op. cit., hlm. 401-413.

sering terjadi peperangan melawan kerajaan usmani yang lebih kuat, juga karena sering terjadi pertentangan antara kelompok-kelompok di dalam negeri.

C. Capaian-Capaian Peradaban Islam, Perkembangan Pemikiran Keagamaan dan Sosial Politik


Masa kekuasaan Abbas 1 merupakan puncak kejayaan Kerajaan Safawi. Secara politik, ia mampu mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan berhasil merebut kembali wilayah-wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain pada masa raja-raja sebelumnya. Kemajuan yang dicapai Kerajaan Safawi tidak hanya terbatas di bidang politik. Dibidang yang lain, kerajaan ini juga mengalami banyak kemajuan. Kemajuan-kemajuan itu antara lain adalah sebagai berikut : 1. Bidang ekonomi Stabilitas politik Kerajaan Safawi pada masa Abbas 1 ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Safawi, lebih-lebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya bandar ini maka salah satu jalur dagang laut antara Timur dan Barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, Dan Perancis sepenuhnya menjadi milik Kerajaan Safawi.19 Disamping sektor perdangangan, kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan di sektor pertanian terutama didaerah Bulan Sabit Subur (Fortile Crescent). 2. Bidang ilmu pengetahuan Dalam sejarah bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang peradaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pada masa Kerajaan Safawi tradisi keilmuan ini terus berlanjut. Ada beberapa ilmuan yang selalu hadir di majlis istana, yaitu Baha Al-din Al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar Al-Din Al-Syaerzi, filosof, dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog, dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah-lebah.20 Dalam bidang ini, Kerajaan Safawi mungkin dapat dikatakan lebih berhasil dari dua kerajaan besar Islam lainnya pada masa yang sama. 3. Bidang pembangunan fisik dan seni Para penguasa kerajaan ini telah berhasil menciptakan Ishfan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Di kota tersebut, berdiri bangunan bangunan besar lagi indah seperti masjidmasjid, rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa di atas Zende Rud, dan istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan taman-taman wisata yang ditata secara apik. Ketika Abbas 1 wafat, di Isfahan terdapat 162 mesjid, 48 akademi, 1802 penginapan, dna 273 pemandian umum.21

19 20

Ibid. Ibid. 21 Marshal G. S. Hodgson, The venture of islam, vol. III, (Chicago: The University of Chicago Press, 1981), hlm. 40.

Dibidang seni, kemajuan nampak begitu kentara dalam gaya arsitektur bangunanbangunannya, seperti terlihat pada mesjid Shah yang dibangun tahun 1611 M dan mesjid Syaikh Lutf Allah yang dibangun tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat pula dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenunan, mode, tembikar, dan benda seni lainnya. Seni lukis mulai dirintis sejak zaman Tahmasp 1. Raja ismail 1 pada tahun 1522 M membawa seorang pelukis timur ke Tabriz. Pelukis itu bernama Bizhad.22

D. Hubungan Diplomatik dengan Usmani dan Mughal Ketika dimasa kerajaan safawi berdiri terdapat tiga kerajaan besar islam yang saling memiliki hubungan diplomatik, berikut ini hubungan diplomatik yang pernah terjadi antara kerajaan Safawi dan Usmani serta Safawi dengan Mughal : Ketika kerajaan Safawi berada dalam kondisi memprihatinkan, kerajaan safawi melakukan hubungan diplomatik dengan Usmani dengan menciptakan perjanjian damai dengan Turki Usmani. Untuk mewuudkan perjanjian ini, abbas 1 terpaksa harus menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia, dan sebagian wilayah Luristan. Di samping itu, Abbas berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pertama dalam islam (Abu Bakar, Umar ibn Khattab, dan Usman) dalam khotbah-khotbah jumat. Sebagai jaminan atas syarat-syarat itu, ia menyerahkan saudara sepupunya, haidar mirza sebagai sandera di istambul.23 Kerajaan safawi pernah memiliki hubungan diplomatik dengan dua kerajaan besar dizamannya yaitu kerajaan Usmani dan Mughal. Hubungan diplomatik yang terjadi antara kerajaan mughal dengan kerajaan safawi terjadi ketika Sultan Humayun menghadap kepada sultan Shah Thamasp untuk meminta bantuan. Setelah disetujui, ia bersama pasukan tambahan itu berhasil menaklukan kandahar dan kabul. E. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi
Sepeninggal Abbas 1 Kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas 2 (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp 2 (1722-1732 M), dan Abbas 3 (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut, kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukan grafik naik dan berkembang. Tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran. Safi Mirza, cucu Abbas 1, adalah seseorang pemimpin yang lemah. Ia sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena sifat pencemburunya. Kemajuan yang pernah dicapai oleh Abbas 1 segera menurun. Kota Qandahar (sekarang termasuk wilayah afghanistan) lepas dari kekuasaan Kerajaan Safawi, diduduki Kerajaan Mughal yang ketika itu diperintah Sultan Syah Jehan, sementara Baghdad direbut oleh Kerajaan Usmani. Abbas 2 adalah raja yang suka minum minuman keras sehingga ia sakit dan jatuh dan meninggal. Meskipun demikian, dengan bantuan wazir-wazirnya, pada masa kota Qandahar dapat direbut kembali. Sebagaimana Abbas 2, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap pembesar yang dicurigainya. Akibatnya, rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah Husein yang alim. Penganti Sulaiman ini memberi kekuasaan yang besar kepada para ulama Syiah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afghanistan, sehingga mereka berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan Dinasti Safawi.
22 23

Ibid. Carl Borckelmann, op. cit., hlm. 503.

Pemberontakan bangsa Afghan tersebut terjadi pertama kali pada tahun 1709 M dibawah pimpinan Mir Vays yang berhasil merebut wilayah Qandahar. Pemberontakan lainnya terjadi di Herat, suku Ardabil Afghanistan berhasil menduduki Mashad. Mir Vays diganti oleh Mir Mahmud sebagai penguasa Qandahar. Ia berhasil mempersatukan pasukannya dengan pasukan Ardabil. Dengan kekuatan gabungan ini, Mir Mahmud berusaha memperluas wilayah kekuasaannya dengan merebut negeri-negeri Afghan dari kekuasaan safawi. Ia bahkan berusaha menguasai Persia. Karena desakan dan ancaman Mir Mahmud, Shah Husein akhirnya mengakui kekuasaan Mir Mahmud dan mengangkatnya sebagai gubernur di Qandahar dengan gelar Husein Quli khan (budak Husein). Dengan pengakuan ini, Mir Mahmud menjadi lebih leluasa bergerak. Pada tahun 1721 M, ia dapat merebut Kirman. Tak lama kemudian, ia dan pasukannya menyerang Isfahan, mengepungnya selama enam bulan dan memaksa Shah Husein untuk menyerah tanpa syarat. Pada tanggal 12 oktober 1722 M, Shah husein menyerah dan 25 oktober Mir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh kemenangan. Salah seorang putra Husein, bernama Tahmasp 2, dengan dukungan penuh suku Qazar dari Rusia, memproklamasikan dirinya sebagai raja yang sah dan berkuasa atas Persia dengan pusat kekuasaannya di kota Astarabad. Pada tahun 1726 M Tahmasp 2 bekerja sama dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan digempur dan dikalahkan oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729 M. Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan itu. Dengan demikian, dinasti Safawi kembali berkuasa. Namun, pada bulan Agustus 1732 M Tahmasp 2 dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan oleh Abbas 3 (Anak Tahmasp 2) yang ketika itu masih sangat kecil. Empat tahun setelah itu, tepatnya, 8 maret 1736, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Abbas 3. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan dinasti Safawi di Persia. Diantara sebab-sebab kemunduruan dan kehancuran Kerajaan Safawi ialah konflik berkepanjangan dengan Kerajaan Usmani. Bagi Kerajaan Usmani, berdirinya Kerajaan Safawi yang beraliran Syiah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya. Konflik antara dua kerjaan tersebut berlangsung lama, meskipun pernah berhenti sejenak ketika tercapai perdamaian pada masa shah abbas 1. Namun, tak lama kemudian, abbas meneruskan konfli tersebut, dan setelah itu dapat diaktakan tidak ada lagi perdamaiaan antara dua kerajaan islam itu. Penyebab lainnya adalah dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan Safawi. Ini turut mempercepat proses kehancuran kerajaan tersebut. Sulaiman, disamping pecandu berat narkotik, juga menyenangi kehidupan malam beserta harem-haremnya selama tujuh tahun tanpa sekali pun menyempatkan diri menangani pemerintahan. Begitu juga sultan Husein. Penyebab penting lainnya adalah karena pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk oleh Abbas 1 tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash. Hal ini disebabkan karena pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses pendidikan rohani seperti yang dialami oleh Qizilbash. Sementara itu, anggota Qizilbash yang baru ternyata tidak memiliki militansi dan semangat yang sama dengan anggota Qizilbash sebelumnya. Dan yang tidak kalah penting adalah konflik dikalangan keluarga istana dalam perebutan tahta kekuasaan.

10

DAFTAR PUSTAKA
1. 2. 3. Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press. M. Faal, Fahsin. 2008. Sejarah Kekuasaan Islam. Jakarta: CV. Artha Rivera Maryam, Sitti. 2004. Sejarah Peradaban Islam : Dari Masa Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: LESFI

11

You might also like