You are on page 1of 15

KESENIAN

TEATER

SHAFRINA IRZA

XI IA 2

Introducing
Teater "thtre) Berasal dari Bahasa Yunani "theatron = "tempat untuk menonton (Inggris "theater" dan Perancis

Cabang dari seni pertunjukan yang berkaitan


dengan akting/seni peran di depan penonton dengan menggunakan gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), mimik, boneka, musik, tari dan lain-lain

Teater di Indonesia
Teater Tradisional
Kelompok 1. Teater Rakyat

Tradisi
sederhana, spontan dan tema dekat dengan kehidupan masyarakat Randai dari Sumbar, Keprak dari Jateng, Mamandai dari Kalsel 2. Teater Klasik lahir dari lingkungan keraton wayang kulit, wayang golek 3. Teater Transisi

Bentuk pertunjukan dengan peserta daerah setempat karena terkondisi dengan adat istiadat, sosial masyarakat dan struktur geografis masing-masing daerah Ciri-ciri Teater Tradisional 1. Pementasan di panggung terbuka secara sederhana, serta banyak improvisasi 2. Ceritanya turun temurun, menggambarkan ciri kedaerahannya 3. Umumnya dialog dan gerak dilengkapi tarian

dari teater tradisi dengan unsur modern


Srimulat dari Surabaya

Teater di Indonesia
Teater Modern

Modern

cerita yang bahannya dari kejadian-kejadian sehari-hari, atau karya sastra Ciri-ciri Teater Modern - Panggung tertata - Ada pengaturan jalan cerita - Tempat panggung tertutup Contoh Teater Modern a. drama b. teater c. sinetron d. film

RANDAI
Randai merupakan suatu teater tradisi yang bersifat kerakyatan yang terdapat di daerah Minangkabau, Sumatera Barat Suatu kesenian yang dimainkan oleh beberapa orang dalam artian berkelompok atau beregu Randai bertolak dari sastra lisan yang disebut Kaba (cerita) Dua unsur pokok Randai Unsur Penceritaan Yang diceritakan adalah kaba dan dipaparkan/disampaikan lewat gurindam, dendang dan lagu, yang sering diiringi oleh alat musik tradisional Minang, yaitu: salung, rebab, bansi, rebana, atau yang lainnya Unsur Laku dan Gerak atau Tari Yang dibawakan melalui gelombang. Gerak tari yang digunakan bertolak dari gerak-gerak silat tradisi Minangkabau, dengan berbagai variasinya dalam kaitannya dengan gaya silat di masing-masing daerah

Dalam masyarakat tradisi Minangkabau, randai termasuk dalam posisi profane. Artinya, randai terbebas dari segala kegiatan yang

berhubungan dengan adat dan agama secara langsung. Randai muncul


sebagai bentuk dan dalam kategori pamenan permainan. Permainan di sini dapat berarti ganda: memperagakan keterampilan dan kemampuan

serta bermain dalam kata-kata dan imaji.


Oleh karenanya, randai bukanlah sesuatu yang suci dan yang disakralkan. Tak ada sangsi agama maupun adat sehingga randai menjadi sebuah bentuk kesenian yang terbuka dan selalu berkembang

Budaya Minang lebih terlihat spesifiknya dibanding dengan teater tradisi lain di daerah Sumatra pada umumnya. Karena tarian Minang yang bersumber dari silat Minang, gerak-geraknya sangat spesifik

Dialog Randai penuh dengan pantun dan syair serta prosa liris. Berupa untaian bait masing-masing bait umumnya empat baris, dua baris berisi sampiran, dua

lainnya berisi maksud yang sebenarnya. Bait-bait tersebut untuk menjaga iramairama pertunjukkan agar sesuai dengan gurindam dan dendang yang ada Karena sifatnya yang liris, yang terikat dengan jumlah suku kata dan adanya sajak,

syair, pantun, maka kaba selalu didendangkan. Cerita yang didendangkan inilah
yang disebut gurindam. Gurindam dan tari yang bersumber dari gerak silat inilah yang menjadi ciri khas Randai sebagai Teater Tradisi Minang

Randai mengandung bentuk demokratisasi kehidupan

masyarakat Minangkabau. Diperagakannya randai di


gelanggang, menjadikan segala bentuk hukum dan etika adat takluk pada hukum di gelanggang. Gelanggang menempatkan setiap individu dalam kedudukan yang sama. Pimpinan randai disebut tuo randai yang sewaktu-waktu

sekaligus bertindak sebagai guru silat. Tuo randai ini juga


bertindak sebagai sutradara, tetapi tidak seperti drama barat.

Konsepsi etika dan estetika dalam masyarakat

Minangkabau, secara umum mengacu pada ungkapan nan


baik budi nan endah baso. Hal ini juga bisa dihubungkan dengan putiah kapeh dapek diliek putiah hati bakaadaan. Artinya, segala hal yang baik menurut masyarakat Minangkabau adalah segala hal yang jelas ada, dapat bermanfaat, dan berguna. Jika hati memang bersih, harus terlihat dalam tingkah laku dan tindak tanduk

Etika
1. Status dan fungsi seseorang tetap dihormati 2. Harkat manusia tetap dijaga 3. Semua tokoh adalah manusia 4. Pemaafan

Estetika
1. Harmoni 2. Kekuatan kata 3. Konfigurasi nilai-nilai 4. Tanpa simbol

Artistik
1. Keseragaman yang beragam 2. Tidak bermain dalam permainan 3. Penonton, pemain, pemeran 4. Rapport sebagai penjalin

Randai selalu menghadirkan dua hal secara bergantian. Bila etika ditampilkan dalam cerita dan penceritaan, estetika berada dalam garis lingkaran. Bila estetika tampil dalam tari dan nyanyian, etika mengurung dalam lingkaran.

http://www.anneahira.com/seni-teaternusantara.htm http://dramaturgi.blogspot.com/2008/08/definisi -teater.html http://id.wikipedia.org/wiki/Teater http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_Teater http://minangkabauku.wordpress.com/2005/06/ 08/randai-sebuah-kesenian-daerah-dariminangkabau/ http://id.wikipedia.org/wiki/Randai

You might also like