You are on page 1of 6

Kelompok : Adhitya Dido Widyanto (0906514632) Wulansari Khairunisa (0906635381)

PPT
TUGAS KELOMPOK -

KELEMAHAN DAN KELEBIHAN DARI PENGGUNAAN TANAH DAN PENGGUNAAN TATA RUANG

Penggunaan Tanah dan Penggunaan Tata Ruang Tanah adalah ruang daratan yang memiliki wujud nyata, digunakan, dikuasai dan menjadi tempat kehidupan dan penghidupan seluruh rakyat Indonesia. Penggunaan tanah didefinisikan sebagai "jumlah dari pengaturan, aktivitas, dan input yang dilakukan manusia pada tanah tertentu" (FAO, 1997a; FAO/UNEP, 1999). Di Indonesia penggunaan tanah diatur oleh Undang Pokok Agraria (UU No. 5 Tahun 1960). Kegiatan penataan ruang pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjamin lingkungan hidup yang berkelanjutan dengan memperhatikan keunggulan komparatif di suatu wilayah, dan mengurangi kesenjangan pembangunan. Undang-Undang yang mengatur tentang tata ruang di Indonesia adalah Undang Undang Penataan Ruang (UU No. 26 Tahun 2007). Tanah adalah unsur ruang yang strategis dan pemanfaatannya terkait dengan penataan ruang wilayah. Penataan ruang wilayah, mengandung komitmen untuk menerapkan penataan secara konsekuen dan konsisten dalam kerangka kebijakan pertanahan yang berlandaskan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. Sehubungan dengan itu dan atas perintah Pasal 16 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka dalam rangka pemanfaatan ruang perlu dikembangkan penatagunaan tanah yang disebut juga pola pengelolaan penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah.

Kelemahan dan Kelebihan Penggunaan tanah merupakan suatu usaha yang dilakukan di atas sebidang tanah dengan tujuan utama yaitu kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Dalam Undang Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria (UUPA) pasal 2 ayat 3 dijelaskan bahwa penggunaan tanah di Indonesia harus digunakan untuk mencapai kepentingan rakyat. Menggunakan tanah dalam

hal ini dapat berarti luas, akan tetapi, dalam konteks kesejahteraan rakyat, dapat dikatakan menggunakan tanah berarti melakukan suatu pembangunan di atas tanah tersebut. Pembangunan yang dilakukan dapat bermacam macam, mulai dari kegiatan penanaman tanaman pangan (sawah dan perkebunan), pembangunan rumah, jalan dan sebagainya. Akan tetapi, melakukan pembangunan berarti harus siap menerima konsekuensinya. Di samping adanya sisi positif dari pembangunan, di sisi lain melakukan pembangunan berarti mau tidak mau harus merusak kestabilan dan kelestarian dari tanah itu sendiri. Dampak yang ditimbulkan pun beragam bentuknya, mulai dari berkurangnya daya dukung tanah hingga adanya pencemaran lingkungan khususnya pada badan tanah itu sendiri. Erosi, pengikisan tanah akibat pembangunan, penurunan tanah, intrusi air laut dan pencemaran terhadap tanah merupakan contoh kecil dari dampak negatif yang ditimbulkan dari pembangunan. Dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan tanah memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan tersebut antara lain : Kelebihan 1. Penggunaan tanah ditujukan sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat dengan melakukan pembangunan. 2. Dalam penerapannya, diharapkan terciptanya suatu keselarasan antara satu bidang tanah dengan bidang tanah lainnya, misalnya tanah pertanian tidak tumpang tindih dengan tanah industri 3. Penggunaan tanah bersumber dari tiga azas, lestari, optimal serta serasi dan seimbang (Silalahi). Kekurangan 1. Sering timbul konflik dalam menentukan hak miliki tanah. Contoh kasusnya adalah konflik tanah ulayat yang sering muncul hingga berlarut larut. 2. Apabila penggunaan tanah tidak berencana, ada kemungkinan penggunaan tanah hanya didominasi oleh satu jenis penggunaan tanah. Contoh kasus misalkan di suatu wilayah yang menjadi sektor unggulan adalah tanah industri, maka yang mendominasi penggunaan tanahnya adalah tanah industri. Hal ini akan menimbulkan ketimpangan dalam penggunaan tanah serta tidak terwujudnya tiga azas tadi. (serasi, optimal serta serasi dan seimbang.

Dalam konsep penggunaan tanah yang diatur UU No. 5 Tahun 1960, mempertimbangkan bahwa didalam Negara Republik Indonesia yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraris, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur bahwa hukum agraria yang masih berlaku sekarang ini sebagian tersusun berdasarkan tujuan dan sendi-sendi dari pemerintahan jajahan dan sebagian dipengaruhi olehnya, hingga bertentangan dengan kepentingan rakyat dan Negara didalam menyelesaikan revolusi nasional sekarang ini serta pembangunan semesta. Sementara, dalam konsep penggunaan tata ruang yang diatur UU No. 26 Tahun 2007 mempertimbangkan bahwa perkembangan situasi dan kondisi nasional dan internasional menuntut penegakan prinsip keterpaduan, keberlanjutan, demokrasi, kepastian hukum, dan keadilan dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang yang baik sesuai dengan landasan idiil Pancasila. bahwa untuk memperkukuh Ketahanan Nasional berdasarkan Wawasan Nusantara dan sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan semakin besar kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang, maka kewenangan tersebut perlu diatur demi menjaga keserasian dan keterpaduan antardaerah dan antara pusat dan daerah agar tidak menimbulkan kesenjangan antardaerah. Banyak pandangan menyatakan bahwa rencana tata ruang telah menjadi landasan legal dalam mengkonversi tanah-tanah pertanian subur dan hutan. Inisiatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah cenderung diselenggarakan untuk memenuhi tujuan jangka pendek, tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan jangka panjang. Konversi lahan dari kawasan lindung menjadi kawasan budidaya (lahan usaha) guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan praktek pembangunan yang kerap terjadi. Dibidang pertanahan, permasalahan yang harus dihadapi dalam penataan ruang adalah bagaimana menyelaraskan berbagai kepentingan pertumbuhan ekonomi dan investasi pembangunan dengan penguatan hak-hak rakyat atas tanah dan lingkungan hidup. Berbagai permasalahan tersebut semakin kompleks, sehingga meningkatkan kesulitan pengaturan dan pengelolaan sumberdaya terutama tanah. Permasalahan alokasi sumberdaya tanah baik dalam alokasi penguasaan maupun alokasi penggunaan sumberdaya tanah akan senantiasa

menjadi hal yang strategis untuk diselesaikan secara adil. Dari berbagai pengalaman terhadap implementasi rencana tata ruang, penyelenggaraan penataan ruang memerlukan langkah-langkah korektif penyempurnaannya di bidang pertanahan yaitu: Dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan tata ruang memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan tersebut antara lain : Kelebihan 1. Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional 2. Mempertimbangkan perkembangan situasi dan kondisi nasional dan internasional dengan mendasarkan pada prinsip penegakan prinsip keterpaduan, keberlanjutan, demokrasi, kepastian hukum, dan keadilan dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang yang baik sesuai dengan landasan idiil Pancasila Kekurangan 1. Efek yang ditimbulkan dari adanya penggunaan tata ruang atau pembangunan yang sangat gencar karena cenderung mempertimbangkan tuntutan penggunaan tanah pada masa mendatang yang lebih besar, terutama juga oleh penduduk asing yang berniat menginvestasikan hartanya di Indonesia. Hal ini justru dapat merugikan baik lingkungan maupun manusianya, karena pemanfaatan tanah tidak fokus memandang dampak yang diakibatkannya seperti erosi, banjir, tanah longsor, intrusi air laut terhadap air tanah, dan sebagainya. 2. Penyusunan dan implementasi RTRW di masa lalu belum cukup memberikan porsi yang seharusnya terhadap aspek pertanahan, sehingga sulit mengimplementasikan RTRW. Pada dasarnya implementasi penataan ruang merupakan penerapan kepentingan publik terhadap tanah yang telah dilekati hak, sehingga diperlukan penyelenggaraan pengaturan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah. Demikian pula, upaya mewujudkan rencana tata ruang akan lebih efektif apabila ditempuh dengan memberikan atau tidak memberikan suatu hak atas tanah.

3. Dalam implementasi rencana tata ruang sering terjadi benturan peraturan perundangan yang menyangkut bidang atau sektor tertentu, misalnya pertambangan, kehutanan, dan perkebunan. Rencana Tata Ruang Wilayah yang ketetapannya dituangkan dalam Peraturan Daerah dalam kenyataannya sulit diimplementasikan apabila berada dalam suatu kawasan yang pengelolaannya memiliki berbagai peraturan tersendiri.

Sumber Referensi: Foth, H. 1988. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Gadjah Mada University: Yogyakarta S.B, Silalahi. ___. Perkembangan Penggunaan dan Kebijakan Penyediaan Tanah Mendukung Ketahanan Pengan. Dewan Pakar Agraria APPSI, Jakarta. Isa, Iwan. 2008. Penataan Ruang Dalam Perspektif Pertanahan. Badan Pertanahan Nasional. Dalam http://bulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=fullart&idart=45 diakses pada 18 Mei 2012 pukul 17.58 WIB.

You might also like