You are on page 1of 12

BAB I PENGERTIAN A.

Peradilan dan Pengadilan Istilah Peradilan dan Pengadilan adalah memiliki makna dan pengertian yang berbeda, perbedaannya adalah : 1. Peradilan dalam istilah inggris disebut judiciary dan rechspraak dalam bahasa Belanda yang meksudnya adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas Negara dalam menegakkan hukum dan keadilan. 2. Pengadilan dalam istilah Inggris disebut court dan rechtbank dalam bahasa Belanda yang dimaksud adalah badan yang melakukan peradilan berupa memeriksa, mengadili, dan memutus perkara. Kata Pengadilan dan Peradilan memiliki kata dasar yang sama yakni adil yang memiliki pengertian: a. Proses mengadili. b. Upaya untuk mencari keadilan. c. Penyelesaian sengketa hukum di hadapan badan peradilan. d. Berdasar hukum yang berlaku1.

B. Administrasi Istilah Administrasi berasal dari bahasa Latin yaitu Administrare, yang artinya adalah setiap penyusunan keterangan yang dilakukan secara tertulis dan sistematis dengan maksud mendapatkan sesuatu ikhtisar keterangan itu dalam keseluruhan dan dalam hubungannya satu dengan yang lain. Namun tidak Gie dalam Ali Mufiz (2004:1.4) menyebutkan bahwa Administrasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga dengan demikian Ilmu Administrasi dapat diartikan sebagai suatu ilmu semua himpunan catatan yang lepas dapat dijadikan administrasi. Menurut Liang yang mempelajari proses, kegiatan dan dinamika kerjasama manusia. Mengenai arti dan apakah yang dimaksud dengan administrasi, lebih lanjut Liang Gie dalam Ali Mufiz (2004: 1.5) mengelompokkan menjadi tiga macam kategori definisi administrasi yaitu:

http://lawindonesia.wordpress.com/hukum-islam/pengertian-peradilan-dan-pengadilan/

1. Administrasi dalam pengertian proses atau kegiatan Sebagaimana dikemukakan oleh Sondang P. Siagian bahwa administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. 2. Administrasi dalam pengertian tata usaha a. Menurut Munawardi Reksodiprawiro, bahwa dalam arti sempit administrasi berarti tata usaha yang mencakup setiap pengaturan yang rapi dan sistematis serta penentuan fakta-fakta secara tertulis, dengan tujuan memperoleh pandangan yang menyeluruh serta hubungan timbal balik antara satu fakta dengan fakta lainnya. b. G. Kartasapoetra, mendefinisikan bahwa administrasi adalah suatu alat yang dapat dipakai menjamin kelancaran dan keberesan bagi setiap manusia untuk melakukan perhubungan, persetujuan dan perjanjian atau lain sebagainya antara sesama manusia dan/atau badan hukum yang dilakukan secara tertulis. c. Harris Muda, administrasi adalah suatu pekerjaan yang sifatnya mengatur segala sesuatu pekerjaan yang berhubungan dengan tulis menulis, surat menyurat dan mencatat (membukukan) setiap

perubahan/kejadian yang terjadi di dalam organisasi itu. 3. Administrasi dalam pengertian pemerintah atau administrasi negara a. Wijana, Administrasi negara adalah rangkaian semua organ-organ negara terendah dan tinggi yang bertugas menjalankan pemerintahan, pelaksanaan dan kepolisian. b. Y. Wayong, menyebutkan bahwa administrasi Negara adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengendalikan usaha-usaha instansi pemerintah agar tujuannya tercapai2.

http://raharjo.wordpress.com/2008/05/19/pengenalan-hukum-administrasi-negara/

BAB II BADAN-BADAN PERADILAN

Sebagai pelaksanaan Pasal 24 dan pasal 25 UUD 1945, dalam UU NO 14 tahun1970 juga datur adanya empat lingkungan peradilan. Masing-masing lingkungan peradilan memiliki lingkungan wewenang mengadili tertentu yang juga meliputi badan-badan peradilan tingkat pertama dan banding, yang semuanya bernaung pada Mahkamah Agung. Sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (1) lingkungan peradilan itu meliputi : a. Peradilan Umum Dimana peradilan umum ini memiliki kekuasaan kehakiman yakni pengadilan negeri sebagai pengadilan tingkat pertama dan pengadilan tinggi sebagai pengadilan tingkat kedua atau pengadilan banding. ( UU No 2 tahun 1986) b. Peradilan Agama Peradilan agama ini bertugas dan berwenang menerima, memeriksa, mengadili, dan memutuskan serta menyelesaikan perkara-perkara perdata Islam tertentu antara orang-orang yang beragama Islam di Indonesia untuk menegakkan hukum dan keadilan. c. Peradilan Militer Peradilan militer ini mengadili pelanggaran terhadap Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer dan Kitab Undang-Undang Hukum Disiplin Tentara. d. Peradilan Tata Usaha Negara Kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan tata usaha negara dilakukan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara sebagai pengadilan tingkat pertama dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara sebagai pengadilan tingkat kedua3.

Patimpus M. Hadjono,dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press) hal. 299-301

BAB III PERADILAN ADMINISTRASI NEGARA Di Indonesia Peradilan Adminitrasi Negara di kenal dengan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN). Oleh karena itu dalam makalah ini kami lebih banyak menggunakan istilah PTUN4. A. Karakteristik Peradilan Tata Usaha Ciri khas hukum acara peradilan tata usaha negara terletak pada asas-asas hukum yang melandasinya, yaitu: a. Asas praduga rechtmatig (vermoeden van rehtmatigheid = presumtio iustae causa yang artinya keabsahan). Asas ini mengandung makna bahwa setiap tindakan penguasa selalu dianggap absah sampai ada pembatalannya. b. Asas pembuktian bebas. Hakim yang menetapkan beban pembuktian. c. Asas keaktifan hakim (dominius litis). Keaktifan hakim dimaksudkan untuk mengimbangi kedudukan para pihak karena tergugat adalah pejabat tata usaha negara sedangkan penggugat adalah orang atau badan hukum perdata. d. Asas putusan pengadilan mempunyai kekuatan mengikat erga omnes. Sengketa TUN adalah sengketa publik, dengan demikian putusan pengadilan TUN berlaku bagi siapa saja. Peradilan Tata Usaha Negara pada dasarnya menegakkan hukum publik, yakni hukum administrasi sebagai mana ditegakkan dalam Undang-undang PTUN pasal 47 bahwa sengketa yang termasuk lingkup kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara adalah sengketa tata usaha negara.Peradilan Tata Usaha Negara melalui UU No.5 tahun 1986 tidak hanya melindungi hak individu tetapi juga melindungi hak masyarakat. B. Upaya Administratif Tidak setiap keputusan tata usaha negara (KTUN) dapat langsung digugat melalui peradilan tata usaha negara. Terhadap KTUN yang mengenal adanya upaya administratif diisyaratkan untuk menggunakan saluran peradilan tata usaha negara. Hal ini terdapat pada pasal 48 UU No.5 tahun 1986, yakni: 1. Dalam hal suatu badan atau pejabat tata usaha negara diberi wewenang oleh atau berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk menyelesaikan secara

Ali Murtado, Hukum Administrasi Negara, ( Medan : Wal Ashri Publishing) hal.100

adminisitratif sengketa tata usaha negara tertentu, maka sengketa tata usaha negara tersebut harus diselesaikan melalui upaya administratif yang tersedia. 2. Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 1, jika seluruh upaya administratif yang bersangkutan telah digunakan. 3. Dengan demikian kemungkinan ada dua jalur atau dua alur berperkara di muka peradilan tata usaha negara. Bagi KTUN yang tidak mengenal adanya upaya administratif, gugatan ditunjukkan kepada PTUN (tingkat pertama) sedangkan upaya KTUN yang mengenal adanya upaya administratif gugatan langsung ditunjukkan kepada pengadilan tinggi tata usaha negara. Ada dua upaya administratif, yaitu, banding admistratif dan prosedur keberatan. Dalam hal penyelesaiannya dilakukan oleh instansi yang sama yaitu badan atau pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan KTUN, maka prosedur yang ditempuh itu disebut keberatan. Dalam hal penyelesaiannya dilakukan oleh instansi atasan atau instansi lain, maka prosedur itu disebut banding administratif 5. C. Perlindungan Hukum Perlindungan hukum bagi rakyat merupakan konsep universal, dalam arti dianut dan diterapkan oleh setiap negara yang mengedepankan diri sebagai negara hukum. Namun seperti disebutkan paulus E. Lotulung, masig-masing negara mewujudkan perlindungan hukum tersebut, dan juga sampai seberapa jauh perlindungan hukum itu diberikan. Dalam tulisan ini tidak akan dibicarakan mengenai cara dan mekanisme perlindungan hukum administrasi negara. Lebih lanjut, perlu pula dikemukakan disini bahwa perlindungan yang dimaksudkan dalam tulisan ini lebih ditekankan pada perlindungan hukum terhadap sikap tindak atau perbuatan hukum pemerintah berdasarkan hukum positif di Indonesia, dan sesekali dikemukakan pula aspek-aspek teoritisnya. Pengauasa dapat dianggap melakukan perbuatan melanggar hukum karena melanggar hak subjektif orang lain apabila: 1. Pengauasa melakukan perbuatan yang bersumber pada hubungan hukum perdata serta melanggar ketentuan dalam hukum tersebut.

Patimpus M. Hadjono,dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press) hal.313-318

2. Penguasa melakukan perbuatan yang bersumber pada hukum publik serta melanggar ketentuan kaidah hukum tersebut. Kedudukan pemerintah yang serba khusus terutama karena sifat-sifat istimewa yang melekat padanya, yang tidak dimiliki oleh manusia biasa, telah menyebabkan perbedaan pendapat yang berkepanjangan dalam sejarah pemikiran hukum, yaitu berkenaan dengan apakah negara dapat digugat atau tidak di depan hakim. Pertama, konsep negara sebagai lembaga kekuasaan dikaitkan dengan konsep hukum sebagai keputusan kehendak yang diwujudkan oleh kekuasaan menyatakan bahwa tidak ada tanggung gugat negara. Kedua, konsep yang membedakan negara sebagai pengauasa dan negara sebagai fiskus. Sebagai pengauasa, negara tidaka dapat digugat dan sebaliknya sebagai fiskus dapat saja negara digugat. Ketiga, konsep yang mengetengahkan kriteria sifat hak, yakni apakah suatu hak dilindungi oleh hukum publik ataukah hukum perdata. Keempat, konsep yang mengetengahkan kriteria kepentingan hukum yang dilanggar. Kelima, konsep yang mendasar pada perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad) sebagai dasar untuk menggugat negara. Konsep ini tidaklah mempermasalahkan apakah yang dilanggar itu peraturang hukum publik atau peraturan hukum perdata. Keenam, konsep yang memisahkan antara fungsi dan pelaksanaan fungsi. Fungsi tidak dapat digugat, tetapi pelaksanaannya yang melahirkan kerugiandapat digugat. Ketujuh, konsep yang mengetengahkan suatu asumsi dasar bahwa negara dan alatalatnya berkewajiban dalam tndak-tanduknya, apapun aspeknya (hukum publik maupun hukum perdata) memperhatikan tingkah laku manusiawi yang normal6. D. Birokrasi dan TUN Pada umumnya pengertian birokrasi dalam masyarakat luas senantiasa dikaitkan dengan sesuatu yang serba lamban, lambat, berbelit-belit dan serba formalitas. Administrasi tanpa birokrasi tidak berarti sama sekali proses pelayanan dan proses kegiatan untuk mencapai tujuan. Birokrasi tanpa administrasi tidak tentu arah dan tidak terkendali dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan. Birokrasi dan administrasi keduanya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Birokrasi diperlukan dalam proses administrasi dalam mencapai tujuan. Birokrasi didalam administrasi menurut Max Weber adalah sebagai salah satu sistem otorita yang ditetapkan secara rasional oleh berbagai peraturan. dengan

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada) hal. 279-289

demikian birokrasi dimaksudkan untuk mengorganisasai secara teratur suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh banyak orang. Sedangkan menurut Dennis Wrong birokrasi organisasi diangkat sepenuhnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu dari berbagai ragam tujuan, ia sebagai organisasai secara hierarki dengan jalinan komando yang tegas dari atas ke bawah, menciptakan pembagian pekerjaan yang jelas menugasi setiap organisasi dengan tujuan yang spesifik. Dennis H. Wrong mengungkapkan bahwa setiap organisasi birokrasi mempunyai ciri struktural utama sebagai berikut: Pembagian tugas. Hierarki otorita. Peraturan dan ketentuan yang terperinci. Hubungan interpersonal diantara pekerja. Bahwa dalam setiap organisasi ada dua kelompok, yaitu: 1. Mereka yang diatas atau kelompok superior atau pemimpin atau penguasa dan seterusnya. 2. Mereka yang dibawah atau kelompok sub ordinasi atau mereka yang dikuasai, bawahan, pengikut dan seterusnya7. S. Prajudi Atmosudirdjo berpendapat bahwa birokrasi atau Administrasi Negara atau Tata Usaha Negara meliputi tiga hal, yaitu: Aparatur negara, aparatur pemerintah, atau institusi politik, Fungsi atau aktivitas melayani atau sebagai kegiatan pemerintah operasional, dan Proses teknis penyelenggaraan Undang-undangan.

Dari beragam tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh pejabat birokrasi atau Badan Tata Usaha Negara, hanya tindakan hukum Tata Usaha Negara yang bersifat ekstern, publik, sepihak, individual, dan konkrit saja yang dapat menjadi objek sengketa. Tindakan yang demikianlah yang dapat disengketakan menurut Undangundang tentang Peradilan Tata Usaha Negara (peraturn). Sedangkan tindakantindakan material dan tindakan hukum lainnya, apabila disengketakan akan termasuk dalam kewenangan badan Peradilan Umum.

Drs. A.W.Widjaja,Etika Administrasi Negara,(Jakarta:Bumi Aksara) hal.22-29

E. Pelanggaran Hukum Secara umum kelaziman pelanggaran hukum oleh pemerintah menurut Felix A. Nigro dapat dikategorikan dalam 9 bentuk pelanggaran yaitu: 1. Ketidakjujuran (dishonesty). 2. Berperilaku tidak etis (unetical behavior). 3. Mengesampingkan hukum (overedding the law). 4. Memperlakukan pegawai secara tidak patut (unfair treatment of employes). 5. Melanggar prosedur hukum (violations of procedural due process). 6. Tidak menjalin kerja sama yang baik dengan pihak legislatif (failure to respect legislative inten). 7. Pemborosan dalam penggunaan sumber daya (gress inefficiency). 8. Menutup-nutupi kesalahan yang dilakukan oleh aparatur (coopering up mistakes). 9. Kegagalan untuk melakukan inisiatif dan terobosan yang positif (failure to show inisiative). Berdasarkan elemen-elemen tersebut perlindungan hukum bagi rakyat terhadap pemerintah diarahkan kepada usaha-usaha untuk mencegah terjadinya sengketa, usaha-usaha untuk menyelesaikan sengketa (hukum) antara pemerintah dengan rakyat secara musyawarah, sehingga penyelesaian melalui peradilan hendaklah merupakan jalan terakhir dan harus mencerminkan suasana damai dan tentram terutama melalui hukum acaranya. Timbulnya perbuatan administrasi negara yang melawan hukum sehingga dipersoalkan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Peraturan perundang-undangan yang kurang jelas atau tidak lengkap 2. Kurangnya pedoman dan petunjuk pelaksanaan 3. Kurangnya menguasai urusan serta tata cara penyelesaian 4. Kurangnya organisasi dan managemen yang diperlukan 5. Kurangnya nilai moral aparat bersangkutan. F. Sengketa Tata Usaha Negara Sengketa disini adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha Negara sebagai akibat dari dikeluarkannya suatu keputusan tata usaha Negara yang dianggap melanggar hak orang atau badan hukum perdata tersebut. Sengketa diluar ini, tidak masuk dalam kapasitas PTUN, sehingga jelas bahwa Peradilan Tata Usaha Negara
8

diadakan dalam rangka memeberikan perlindungan hukum kepada rakyat yang dirugikan akibat suatu keputusan tata usaha Negara8. Dalam sengketa TUN badan/pejabat TUN dapat saja mempunyai peran sebagai: Tergugat Intervenient Saksi Kuasa Hukum Pemegang/ penyimpanan dokumen (KTUN)

Dalam hal pejabat/badan TUN mempunyai kepentingan terkait dengan suatu sengketa TUN, dia bisa bertindak sebagai intervenient yangmempertahankan atau membela kepentingannya. Sebagai intervenient mestinya tidak harus bergabung dengan salah satu pihak yang bersengketa, tetapi sebagai pihak yang mandiri dengan kepentingannya sendiri. Dalam hal seorang pejabat atau badan TUN diminta sebagai saksi, maka yang bersangkutan harus datang sendiri. Kelalaian dalam hal tersebut bisa melahirkan suatu tindakan paksa, yaknio hakim dapat meminta bantuan polisi untuk menghadirkan pejabat TUN tersebut. Dalam hal yang menyangkut rahasia jabatan, ada tidaknya rahasia jabatan tergantung dari penilaian hakim. Pejabat yang sengaja menahan dokumen berupa KTUN (mungkin dengan maksud agar penggugat tidak memiliki bukti berupa KTUN) dapat diperintahkan hakim untuk memperlihatkan dokumen tersebut9. Penyelesaian Tata Usaha Negara dikenal dengan dua macam cara antara lain: I. Melalui Upaya Administrasi (vide pasal 48 jo pasal 51 ayat 3 UU no. 5 tahun 1986) Upaya administrasi adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh dalam menyelesaikan masalah sengketa Tata Usaha Negara oleh seseorang atau badan hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu Keputusan tata Usaha Negara, dalam lingkungan administrasi atau pemerintah sendiri. Bentuk upaya administrasi: 1. Keberatan, yaitu Prosedur( upaya administrasi) yang dapat ditempuh oleh seseorang atau badan hukum perdata yang tidak puas terhadap
8 9

Ali Murtado, Hukum Administrasi Negara, ( Medan: Wal Ashri Publishing) hal. 108 Philipus M. Hadson,dkk,pengantar hukum administrasi Indonesia,(Yogyakarta:Gadjah Mada University press) hal.376

KTUN

yang

penyelesaiaan

sengketa

TUN

sebagai

akibat

dikeluarkannya KTUN tersebut dilakukan sendiri oleh Badan atau Pejabat TUN mengeluarkan Keputusan itu. 2. Banding Administratif, yaitu Prosedur yang dapat ditempuh oleh seseorang atau badan hukum perdata yang tidak puas terhadap KTUN yang penyelesaiaan sengketa TUN sebagai akibat

dikeluarkannya KTUN tersebut dilakukan oleh atasan dari Badan atau Pejabat TUN mengeluarkan Keputusan itu. atau instansi lain dari Badan atau Pejabat TUN yang mengeluarkan Keputusan yang tersebut. II. Melalui Gugatan (vide pasal 1 angka 5 jo pasal 53 UU no. 5 tahun 1986) Apabila di dalam ketentuan perundang-undangan yang berlaku tidak ada kewajiban untuk menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara tersebut melalui Upaya Administrasi, maka seseorang atau Badan Hukum Perdata tersebut dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Pihak yang bersengketa dalam Pengadilan Tata Usaha Negara a) PENGGUGAT Dalam ketentuan pasal 53 ayat (1) UU no 5 tahun 1986 dirumuskan bahwa Penggugat adaalh orang atau Badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang yang berisiu tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan atau rehabilitasi. Dari ketentuan tersebut dapat diketqahui bahwa dalam sengketa Tata Usaha Negara, yang dapat bertindak sebagai penggugat adalah: 1) Orang yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan taata Usaha Negara. 2) Badan Hukum Perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh Keputusan Tata Usaha Negara. 3) Berdasarkan yurisprudensi putusan hakim Pengadilan Tata Usaha Negara tanggal 9 desember 1994 Nomor 088/G/1994 Piutang/PTUN Surabaya bahwa organisasi lingkungan dapat
10

bertindak

sebagai

penggugat

dengan

mengatasnamakan

kepentingan umum jika organisasi tersebut memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Tujuan dari organisasi ini tersebut memangn melindungi lingkungan hidup atau menjaga kelestarian alam, tujaun ini harus tercantum dan dapat dilihat dalam anggaran dasaqr organisasi yang bersangkutan. b. Organisasi tersebut harus berbentuk badan hukum atau yayasan. c. Organisasi tersebut harus secara berkesinambungan menunjukkan adanya kepedulian terhadap perlindungan lingkungan hidup yang secara nyata dimasyarakat. d. Organisasi tersebut harus cukup representatif. b) TERGUGAT Pihak Tergugat, yaitu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya. 1. Jika wewenang diberikan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah atribusi atau delegasi, maka yang menjadi Tergugat adalah badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang memperoleh wewenang tersebut untuk mengeluarkan KTUN yang disengketakan. 2. Jika wewenang yang diberikan kepada Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara itu adalah mandat, maka yang menjadi tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang memberikan wewenang kepada Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan KTUN yang disengketakan10.

10

http://po-box2000.blogspot.com/2011/05/penyelesaian-sengketa-tata-usaha-negara.html

11

DAFTAR PUSTAKA Murtado, Ali, Hukum Administrasi Negara, Medan, Wal Ashri Publishing, 2009 Hadson, Philipus M., dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta, Gajah Mada University press, 1995 Widjaja, A.W., Etika Administrasi Negara, Jakarta, Bumi Aksara,1994 R., Ridwan H., Hukum Administrasi Negara, Jakarta, PT. Grafindo Persada, 2006
http://po-box2000.blogspot.com/2011/05/penyelesaian-sengketa-tata-usaha-negara.html http://lawindonesia.wordpress.com/hukum-islam/pengertian-peradilan-dan-pengadilan/ http://raharjo.wordpress.com/2008/05/19/pengenalan-hukum-administrasi-negara/

12

You might also like