You are on page 1of 18

FASILITAS JAMBAN KELUARGA DAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH DI KELURAHAN BAROMBONG KECAMATAN TAMALATE TAHUN 2009

May 5, 2011 | Author dr Cantik Karya Tulis Ilmiah FASILITAS JAMBAN KELUARGA DAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH DI KELURAHAN BAROMBONG KECAMATAN TAMALATE TAHUN 2009 ABSTRAK Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Karya Tulis Ilmiah, November 2009 Pratiwi Nasir Hamzah Fasilitas Jamban Keluarga dan Pengelolaan Air Limbah di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Tahun 2009 (xi + 26 Halaman + 5 Tabel + 5 Grafik + 2 Lampiran) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana distribusi dan kondisi fasilitas jamban keluarga dan pengelolaan air limbah di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan deskriptif. Lokasi penelitian ini dilakukan di setiap RW di Kelurahan Barombong. Penarikan sampel secara simple random sampling dengan mengambil 50 sampel, masing-masing 5 KK dari 10 RW yang ada di Kelurahan Barombong. Dari hasil penelitian di Kelurahan Barombong 58% persen sudah memiliki jamban keluarga dan 34% pengelolaan air limbahnya langsung ke got atau sungai. Dapat disimpulkan bahwa fasilitas jamban keluarga di Kelurahan Barombong masih perlu ditingkatkan melihat angka yang dicapai masih kurang. Pengelolaan air limbah di Kelurahan Barombong sebagian besar tidak dikelola dengan baik karena mayoritas dibuang langsung ke got atau sungai. Sebagai saran dari penelitian ini adalah diperlukan kerja sama berbagai pihak dalam hal ini pemerintah daerah, instansi-instansi terkait dan seluruh masyarakat dalam meningkatkan keadaan sanitasi lingkungan menjadi lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya dengan masalah sehat sakit atau kesehatan tersebut. Menurut Hendrik L.Bloom (1974) ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu, maka status kesehatan bergeser di bawah optimal.1 Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara spesifik peran lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah, bahwasanya lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit. Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal, hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.2 Hubungan antara manusia dengan lingkungannya selanjutnya dapat meningkatkan kualitas lingkungan dapat pula menghasilkan sesuatu yang dapat merugikan lingkungan, sesuatu yang merugikan lingkungan disebut sebagai environmental hazard dan hal tersebut dapat mempengaruhi aktivitas manusia. Segala aktivitas manusia dapat saling timbal balik dengan sistem penunjang kehidupan dan sumber daya serta sisa-sisa aktivitas manusia (sampah).2 Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada jamban keluarga dan pengelolaan air limbah merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Fasilitas jamban keluarga dan pengelolaan air limbah di masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan perilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.3 Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis lingkungan menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Data Susenas 2001).4 Munculnya kembali beberapa penyakit menular sebagai akibat dari semakin besarnya tekanan bahaya kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan masalah sanitasi, cakupan air bersih dan jamban keluarga yang masih rendah, perumahan yang tidak sehat, pencemaran makanan oleh mikroba, telur cacing dan bahan kimia, penanganan sampah dan limbah yang belum memenuhi syarat kesehatan, vektor penyakit yang tidak terkendali (nyamuk, lalat, kecoa, tikus dan lainlain), pemaparan akibat kerja (penggunaan pestisida di bidang pertanian, industri kecil dan sektor

informal lainnya), bencana alam, serta perilaku masyarakat yang belum mendukung ke arah pola hidup bersih dan sehat. 4 Para ahli kesehatan masyarakat sebetulnya sudah sangat sepakat dengan kesimpulan H.L. Bloom yang mengatakan bahwa kontribusi terbesar terhadap terciptanya peningkatan derajat kesehatan seseorang berasal dari kualitas kesehatan lingkungan dibandingkan faktor yang lain. Namun energi dan kebijakan anggaran agaknya masih sangat cenderung kepada program yang bersifat kuratif.4 Berdasarkan uraian di atas maka saya mencoba untuk melakukan penelitian mengenai sanitasi lingkungan khususnya masalah fasilitas jamban keluarga dan pengelolaan air limbah di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate kota Makassar Tahun 2009. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1.2.1. Bagaimana fasilitas jamban keluarga di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Tahun 2009? 1.2.2. Bagaimana pengelolaan air limbah di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Tahun 2009? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Untuk mengetahui distribusi fasilitas jamban keluarga dan pengelolaan air limbah di lokasi penelitian. 1.3.2. Untuk mengetahui gambaran fasilitas jamban keluarga dan pengelolaan air limbah di lokasi penelitian. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan bagi Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan dalam menerapkan berbagai kebijakan untuk mencapai Indonesia Sehat 2010. 1.4.2 Sebagai bahan bacaan bagi masyarakat dan menjadi sumbangan ilmiah bagi penelitipeneliti selanjutnya. 1.4.3 Penelitian ini merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan serta pengembangan diri khususnya dalam bidang penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang atau dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan.5 Menurut Notoatmodjo (1996), kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Undang-undang RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian faktor penyakit, dan penyehatan atau pengamanan lainnya. Melihat luasnya ruang lingkup kesehatan lingkungan, sangatlah diperlukan adanya multidisiplin kerja agar kegiatannya dapat berjalan dengan baik. 1 Sanitasi lingkungan adalah usaha mengendalikan semua faktor-faktor fisik manusia yang mungkin menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik kesehatan dan daya tahan hidup manusia, kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain: perumahan, penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya. Usaha memperbaiki atau kondisi lingkungan ini dari masa ke masa, dan dari masyarakat satu ke masyarakat lainnya bervariasi dan bertingkat dari paling sederhana (primitif) sampai paling mutakhir (modern). Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara negara berkembang. Karena menurut WHO, penyakit diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karena akses pada sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional .1,4 Ditinjau dari luasnya lingkup,maka masalah lingkungan dapat dibagi menjadi 3 kelompok dasar: Lingkungan rumah tangga atau mikro (Micro environment) Lingkungan khusus atau lingkungan kerja (Meso environment) Lingkungan luas atau makro (Macro environment)6 Masalah kesehatan lingkungan di negara-negara berkembang adalah berkisar pada perumahan, penyediaan air minum, jamban, pembuangan air limbah, dan pembuangan sampah. Berikut hanya akan dibahas mengenai jamban keluarga dan pengelolaan air limbah.6 2.1. Jamban Keluarga

Jamban adalah fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.3 2.1.1. Jenis-Jenis Jamban

Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau. Jamban tangki septik/leher angsa adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya.3

2.1.2. Tujuan Penggunaan Jamban Dapat mencegah terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia serta dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya.7 2.1.3. Tujuan Program JAGA (jamban keluarga) Tidak membuang tinja ditempat terbuka melainkan membangun jamban untuk diri sendiri dan keluarga.3 2.1.4. Syarat-Syarat Jamban Sehat

Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter Tidak berbau Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus Tidak mencemari tanah di sekitamya Mudah dibersihkan dan aman digunakan Dilengkapi dinding dan atap pelindung Penerangan dan ventilasi cukup Lantai kedap air dan luas ruangan memadai Tersedia air, sabun, dan alat pembersih3

2.2. Air Limbah dan Pengolahannya Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah yang dibuang tanpa pengolahan ke dalam suatu badan air. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestic) maupun industri (industry).5,8 2.2.1. Air limbah rumah tangga terdiri dari 3 fraksi penting:

Tinja (feces), berpotensi mengandung mikroba pathogen Air seni (urine), umumnya mengandung Nitrogen dan Fosfor, serta kemungkinan kecil mikroorganisme. Grey water, merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci dan kamar mandi. Grey water sering juga disebut dengan istilah sullage.

Campuran feces dan urine disebut sebagai excreta, sedangkan campuran excreta dengan air bilasan toilet disebut sebagai black water. Mikroba patogen banyak terdapat pada excreta. Excreta ini merupakan cara transport utama bagi penyakit bawaan air.5 2.2.2. Dampak Buruk Air Limbah Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Beberapa dampak buruk tersebut adalah sebagai berikut:

Gangguan Kesehatan

Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit bawaan air (waterborne disease). Selain itu di dalam air limbah mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi makhluk hidup yang mengkonsumsinya. Adakalanya, air limbah yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit (misalnya nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain).5,8

Penurunan Kualitas Lingkungan

Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya sungai dan danau) dapat mengakibatkan pencemaran air tersebut. Sebagai contoh, bahan organik yang terdapat dalam air limbah bila dibuang langsung ke sungai dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen yang terlarut (Dissolved Oxygen) di dalam sungai tersebut. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya. Adakalanya, air limbah juga dapat merembes ke dalam air tanah, sehingga menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar, maka kualitasnya akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan sesuai peruntukkannya.5,8

Gangguan Terhadap Keindahan

Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak mengganggu kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan. Contoh yang sederhana adalah air limbah yang mengandung pigmen warna yang dapat menimbulkan perubahan warna pada badan air penerima. Kadang-kadang air limbah dapat juga mengandung bahan-bahan yang bila terurai menghasilkan gas-gas yang berbau. Bila air limbah jenis ini mencemari badan air, maka dapat menimbulkan gangguan keindahan pada badan air tersebut.5,8

Gangguan Terhadap Kerusakan Benda

Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh bakteri anaerobic menjadi gas yang agresif seperti . Gas ini dapat mempercepat proses perkaratan pada benda yang terbuat dari besi (misalnya pipa saluran air limbah) dan bangunan air kotor lainnya.5,8 Untuk pengolahan air limbah harus dilakukan dengan cermat, dimulai dari perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL) atau unit pengolahan limbah (UPL) yang benar, serta pengoperasian yang cermat.9 2.2.3. Parameter Kualitas Air Limbah Dalam pengolahan air limbah itu sendiri, terdapat beberapa parameter kualitas yang digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu parameter organik, karakteristik fisik, dan kontaminan spesifik. Parameter organik merupakan ukuran jumlah zat organik yang terdapat dalam limbah. Parameter ini terdiri dari total organic carbon (TOC), chemical oxygen demand (COD), biochemical oxygen demand (BOD), minyak dan lemak (O&G), dan total petrolum hydrocarbons (TPH). Karakteristik fisik dalam air limbah dapat dilihat dari parameter total suspended solids (TSS), pH, temperatur, warna, bau, dan potensial reduksi. Sedangkan kontaminan spesifik dalam air limbah dapat berupa senyawa organik atau inorganik.9 2.2.4. Tujuan Utama Pengolahan Air Limbah

Untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam.9 2.2.5.

Tahap-Tahap Pengolahan Air Limbah Pengolahan Awal (Pretreatment) Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation.9 Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment) Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.9 Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment) Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.9

Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment) Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane separation, serta thickening gravity or flotation.9 Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment) Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration, atau landfill.9

BAB III KERANGKA KONSEP 3.1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti Dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan, kesehatan dan sanitasi lingkungan merupakan faktor dominan yang sangat mempengaruhi sehat tidaknya lingkungan dan pembangunan yang dilaksanakan. Dengan demikian perlu diperhatikan sanitasi lingkungan dari setiap masyarakat/daerah sehingga secara optimal masyarakat dapat menjadi pendukung utama dalam pembangunan bangsa dan negara. Pada penelitian ini variabel yang diteliti antara lain: a. Jamban Keluarga

Tempat pembuangan kotoran (feces dan urine) yang digunakan oleh keluarga, yang memenuhi syarat kesehatan dan syarat konstruksi. b. Pengelolaan Air Limbah

Pengelolaan air buangan yang berasal dari rumah tangga.

3.2. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif Sanitasi lingkungan dalam penelitian ini adalah fasilitas jamban keluarga dan pengelolaan air limbah. a. Fasilitas Jamban Keluarga

Yang dimaksud dengan jamban keluarga dalam penelitian ini adalah ada atau tidaknya sarana pembuangan tinja yang diperlukan responden beserta keluarganya.

Ada

: apabila memiliki jamban

Tidak Ada : apabila tidak memiliki jamban b. Pengelolaan Air Limbah Yang dimaksud pengelolaan air limbah dalam penelitian ini adalah tempat pembuangan air limbah dari kamar mandi, tempat cuci, dan dapur.

Penampungan tertutup di pekarangan/SPAL Penampungan terbuka di pekarangan Penampungan di luar pekarangan Tanpa penampungan (di tanah) Langsung ke got/sungai

3.3.

Pola Pikir Variabel yang Diteliti

Air Limbah Tempat cuci Pengetahuan Masyarakat Fasilitas Jamban Keluarga Air Limbah Kamar Mandi Air Limbah WC Air Limbah Dapur

Pengelolaan Air Limbah Pendapatan Masyarakat

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian survey deskriptif dengan maksud untuk mengetahui gambaran fasilitas jamban keluarga dan pengelolaan air limbah di Kelurahan

Barombong Kecamatan Tamalate Tahun 2009. Data yang diperoleh dari hasil survey ini selanjutnya digambarkan berdasarkan tujuan penelitian yang akan dicapai. 4.2. Metode Penelitian Metode penelitian yang diterapkan pada penulisan ini adalah metode survey dengan pendekatan deskriptif. 4.3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di setiap RW di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar. 4.4. Waktu Penelitian Waktu penelitian terhitung dari tanggal 7 November 24 November 2009. 4.5. Populasi dan Sampel 4.5.1. Populasi

Populasi adalah semua masyarakat yang bermukim di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar. 4.5.2. Sampel

Sampel adalah rumah tangga yang berada di lokasi penelitian. Penarikan sampel dilakukan secara simple random sampling. Di Kelurahan Barombong terdiri dari 10 RW di setiap RW diambil masing-masing 5 KK secara simple random sampling. Jadi, jumlah responden yang diambil adalah 50 orang. Responden adalah kepala keluarga atau salah seorang keluarga yang dewasa dan sadar.

4.6. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dengan melakukan wawancara langsung ke rumah-rumah dan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disediakan.

4.7. Pengolahan Data Data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel kemudian disajikan dalam bentuk tabel secara deskriptif.

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. KEADAAN GEOGRAFIS Kelurahan Barombong berada di Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Adapun batas wilayah Kelurahan Barombong adalah : a. b. c. d. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Merdeka. Sebelah timur berbatasan dengan Kanjilo Kabupaten Gowa. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pakkatta Kabupaten Takalar. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar

Adapun luas wilayah Kelurahan Barombong adalah 748.09 Ha dengan jumlah rumah 1863 buah. Kelurahan Barombong terdiri atas 10 ORW yaitu

ORW 1 ORW 2 ORW 3 ORW 4 ORW 5 ORW 6 ORW 7 ORW 8 ORW 9 ORW 10

: : : : : : : : : :

Barombong Bungaya Pattukangang Bontokapetta Bontoa Kaccia Tomposappa Sumanna Timbuseng Banyoa

5.2. KEADAAN DEMOGRAFI Berdasarkan hasil survey tahun 2008, jumlah penduduk Kelurahan Barombong adalah 10714 jiwa, laki laki sebanyak 5218 jiwa dan wanita 5496 jiwa.

5.3. TINGKAT PENDIDIKAN DAN MATA PENCAHARIAN Tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Barombong bervariasi mulai dari tingkat Perguruan Tinggi, SLTA, SLTP, tamat SD, tidak tamat SD, hingga tidak sekolah. Adapun mata pencaharian penduduk sebagian besar berturut turut adalah nelayan, PNS, pegawai swasta, wiraswasta, TNI, petani dan buruh.

BAB VI HASIL PENELITIAN 6.1. Identifikasi Responden Dari hasil penelitian dilakukan identifikasi responden berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. 6.1.1. Jenis Kelamin Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate, Tahun 2009 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah Jumlah 21 29 50 Persen 42 58 100

Sumber : Data Primer

Grafik 1 . Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate, Tahun 2009 Data di atas menunjukkan bahwa jumlah responden berdasarkan jenis kelamin mayoritas adalah perempuan sebanyak 29 responden (58%) dan laki-laki sebanyak 21 responden (42%). 6.1.2. Tingkat Pendidikan Tabel 2. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate, Tahun 2009 Tingkat Pendidikan Tidak pernah sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat perguruan tinggi/akademi Jumlah JumlahPersen 8 16 20 40 14 28 5 10 3 6 50 100

Sumber : Data Primer

Data di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mayoritas responden adalah tamat SD sebanyak 40%. 6.1.3. Jenis Pekerjaan Tabel 3. Distribusi Jenis Pekerjaan Responden Di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate, Tahun 2009 Jenis Pekerjaan PNS Karyawan Swasta Petani Pedagang Buruh Nelayan Tidak bekerja Jumlah Sumber : Data Primer Data di atas menunjukkan bahwa mayoritas jenis pekerjaan responden di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate adalah buruh sebanyak 30%. 6.2. Fasilitas Jamban Keluarga Tabel 4. Distribusi Jamban Keluarga Di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate, Tahun 2009. Jamban Keluarga Ada Tidak Jumlah Sumber : Data Primer Data di atas menunjukkan bahwa di Kelurahan Barombong mayoritas sudah memiliki jamban keluarga yaitu sebesar 58%. 6.3. Pengelolaan Air Limbah Tabel 5. Distribusi Pengelolaan Air Limbah Di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate, Tahun 2009 Pengelolaan Air Limbah JumlahPersen Jumlah 29 21 50 Persen 58 42 100 Jumlah 3 5 7 6 15 9 5 50 Persen 6 10 14 12 30 18 10 100

Penampungan tertutup di pekarangan / SPAL Penampungan terbuka di pekarangan Penampungan di luar pekarangan Tanpa penampungan (di tanah) Langsung ke got/sungai Jumlah Sumber : Data Primer

12 6 15 17 50

24 12 30 34 100

Data di atas menunjukkan bahwa di Kelurahan Barombong mayoritas pengelolaan air limbahnya yaitu langsung ke got/sungai sebesar 34%. BAB VII PEMBAHASAN 7.1. Identifikasi Responden Jumlah sampel yang digunakan adalah 50 orang, dimana jumlah responden laki-laki sebanyak 21 orang (42%) dan perempuan sebanyak 29 orang (58%). Mayoritas jumlah responden adalah perempuan. Pada penilaian tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah tamat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 20 responden (40%) dan untuk jenis pekerjaan responden mayoritas adalah buruh sebanyak 15 responden (30%). Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi masyarakat di lokasi penelitian masih rendah sehingga dapat mempengaruhi kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat. 7.2. Fasilitas Jamban Keluarga Berdasarkan data yang diperoleh di Kelurahan Barombong mayoritas sudah memilki jamban keluarga yaitu sebanyak 58%. Namun, masih ada juga yang tidak memiliki jamban keluarga yaitu sebanyak 42 %. Mereka yang tidak memiliki jamban keluarga ada yang menggunakan WC umum, di tanah, bahkan ada pula yang buang air besar di sungai terutama bagi masyarakat yang bermukim di sekitar sungai/pantai. Walaupun dilihat dari tingkat pendidikan responden mayoritas hanya sampai tamat SD akan tetapi kerja puskesmas setempat berjalan dengan baik dengan memberikan penyuluhanpenyuluhan sehingga sebagian besar dari responden sudah memperoleh pengetahuan mengenai jamban keluarga, yang menjadi kendalanya ialah rendahnya pendapatan masyarakat sehingga belum bisa menyediakan fasilitas jamban keluarga.

Menurut standar kepemilikan jamban keluarga yang ada untuk daerah perkotaan seharusnya sudah mencapai 90%. Dari data di atas fasilitas jamban keluarga di Kelurahan Barombong masih kurang. 7.3. Pengelolaan Air Limbah Pengelolaan air limbah di Kelurahan Barombong mayoritas dilakukan dengan pembuangan langsung ke got/sungai. Adapula yang melalui penampungan di luar pekarangan serta yang tanpa penampungan atau langsung di tanah karena menurut mereka air limbahnya akan meresap ke dalam tanah. Hal ini terjadi karena pendapatan masyarakat yang rendah serta pengetahuan masyarakat mengenai air limbah masih kurang. Padahal, pembuangan air limbah di sembarang tempat dapat mengganggu kesehatan, menurunkan kualitas lingkungan, mengganggu keindahan, serta dapat menyebabkan kerusakan benda. Namun demikian adapula yang sudah memilki SPAL yang memenuhi syarat kesehatan akan tetapi hanya 24%. Data ini menunjukkan bahwa pengelolaan air limbah di Kelurahan Barombong masih banyak yang tidak memenuhi syarat-syarat pengelolaan air limbah yang baik.

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

Fasilitas jamban keluarga di Kelurahan Barombong masih kurang. Pengelolaan air limbah di Kelurahan Barombong sebagian besar tidak dikelola dengan baik atau belum memiliki SPAL permanen karena mayoritas dibuang langsung ke got/sungai sehingga belum bisa memenuhi syarat kesehatan.

8.2. SARAN

Perlu kerja sama berbagai pihak dalam hal ini pemerintah daerah, instansi-instansi terkait dan seluruh masyarakat dalam meningkatkan keadaan sanitasi lingkungan menjadi lebih baik. Kegiatan penyuluhan yang disertai dengan praktek dan pembinaan langsung di lapangan perlu ditekankan secara khusus pada masalah sanitasi lingkungan terutama mengenai jamban keluarga dan pengelolaan air limbah. Dibutuhkan kesadaran semua pihak di lokasi penelitian mengenai pentingnya kepemilikan jamban keluarga dan pengelolaan air limbah yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA 1. 2. Notoatmodjo,S. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT.Rieneka Cipta. Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

3. http://datinkessulsel.wordpress.com/2009/06/26/pengetahuan-dan-tindakan-masyarakatdalam-pemanfaatan-jamban-keluarga/ 4. http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2009/07/sanitasi-lingkungan.html

5. 6. 7. 8. 9.

Mulia, R. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. http://www.dimsum.its.ac.id/id/?page_id=6 http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/sanitasi-lingkungan/ Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI-Press http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-air-limbah/

DAFTAR PERTANYAAN Identifikasi Responden Nama Alamat Umur \ Jenis Kelamin : : : : Laki-laki/Perempuan : :

Pendidikan Pekerjaan

Fasilitas Jamban Keluarga 1. Apakah Bapak/Ibu memiliki jamban keluarga?

a. 2. a. b. c. 3. a. b. c. d.

Ya

b. Tidak

Bila ada, jenis jamban apa yang digunakan? Cemplung dengan penutup Cemplung tanpa penutup Leher angsa Bila tidak memilki jamban keluarga, dimanakah Bapak/Ibu BAB? Di WC umum Di sungai Di tanah ..

Pengelolaan Air Limbah 4. Air yang telah dipakai dari dapur, kamar mandi, dan tempat cucian di buang / mengalir kemana? a. Penampungan tertutup di pekarangan/SPAL b. Penampungan terbuka di pekarangan c. Penampungan di luar pekarangan d. Tanpa penampungan (di tanah) e. Langsung ke got/sungai 5. a. Apakah air buangan tersebut tergenang? Ya b. Tidak

You might also like