You are on page 1of 5

Tipe-Tipe Kejahatan Korporasi (Types of Corporation Crime) Tipe-tipe kejahatan korporasi menurut Kadish terdiri dari : A.

Property Crime Perbuatan yang mengancam keselamatan harta benda atau kekayaan pribadi seseorang atau negara. Misalnya seperti penyeludupan, penipuan ansuransi, Multilevel Marketing (MLM), dan lain-lain. B. Regulatory Crime Merupakan perbuatan yang melanggar peraturan pemerintah, khususnya pada produk Undang Undang (UU). Misalnya seperti, pembuangan limbah industri, impor limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya), serta upah di bawah UMR (Upah Minimum Regional) C. Tax Crime Merupakan pelanggaran terhadap pertanggung jawaban atas syarat-syarat yang berkaitan dengan pembuatan laporan berdasarkan UU Pajak. Contoh: - Pemalsuan laporan keuangan - Pelanggaran pajak Bila dilihat dari tipe-tipe kejahatan korporasi menurut Kadish, nampak pada kasus re-ekspor tersebut termasuk pada tipe Regulatory Crime dan Tax Crime. Pada Regulatory Crime, dikasus ini ditekankan pada impor limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya), dimana limbah tersebut berasal dari negara Belanda yang berdampak

bisa merugikan Indonesia, baik dari segi pencemaran lingkungan maupun keselamatan jiwa rakyat Indonesia yang menggunakan limbah tersebut. Disamping itu, para investor pun dalam memesan limbah tersebut tidak tanggung-tanggung jumlahnya, dan tidak memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan di kedepannya. Investor mendapat kiriman 89 kontainer, dimana yang diproses untuk re-ekspor baru 24 kontainer. Sedangkan pada Tax Crime, merupakan kesalahan dari petugas yang berwenang di bidang bea-cukai. Mereka telah melakukan pelanggaran terhadap pertanggung jawaban atas syarat-syarat yang berkaitan dengan laporan berdasarkan UU Pajak yang ada pada saat ini. Petugas pajak bea-cukai telah meloloskan barang yang diimpor yang jelas-jelas bahwa barang tersebut adalah barang yang sangat berbahaya. Petugas tidak memeriksa dengan cermat apa isi container tersebut. Walaupun telah melakukan pemeriksaan tetap saja mereka menyetujui atau

mengizinkan bahwa limbah berbahaya tersebut masuk ke Indonesia, tentunya dengan uang pelicin yang diberikan investor. Hal ini pun telah menjadi budaya bagi para investor dan petugas bea-cukai, sehingga dalam ekspor-impor investor tidak mengalami hambatan ataupun kendala pada perizinan pemasukan barang. Faktor Pendorong Terjadinya Kejahatan Korporasi Pada faktor pendorong terjadinya kejahatan korporasi berkaitan dengan kausa kejahatan yang khusus dikaji pada kejahatan korporasi, antara lain :

A. Penerapan Budaya Korporat (Corporate Culture) yang keliru terhadap karyawan korporasi B. Bisnis tidak sekedar hanya bertahan hidup (will to life) tapi diikuti kemauan untuk berkuasa (will to power) Reinhold Niebuhr C. Penentuan target sukses korporasi D. Pandangan keliru tentang Laba/Profit (Peter F Drucker) bahwa : Laba dipandang sebagai tujuan dari korporasi, namun sebenarnya laba adalah akibat dari aktivitas yang dijalankan oleh korporasi. Fungsi Laba merupakan syarat bagi kelangsungan hidup korporasi dan biaya masa depan Tujuan dari bisnis adalah menciptakan pelanggan yang loyal dengan memberikan pelayanan yang terbaik Sedangkan pada faktor pendorong terjadinya kejahatan korporasi, yang dikemukakan Steve Box adalah : 1. Persaingan Dalam kasus ini, tentunya perusahaan yang berencana memakai limbah B3 hanya memikirkan untuk menjadi perusahaan yang terkuat dan tidak tersaingi dengan pendapatan atau laba yang sebanyak mungkin di antara perusahaan lain. Perusahaan berfikir walaupun bahan bakunya berupa limbah tapi berasal

dari Luar Negeri yang diimpor langsung dari Belanda, sehingga meiliki nilai practice yang lebih baik. 2. Pemerintah Pada faktor pendorong terjadinya kejahatan korporasi, peran pemerintah sangat strategis dalam memicu para perusahaan untuk melakukan kejahatan. Misalnya saja pada bea-cukai atau pajak. Semakin diketatkannya peraturan pemerintah yang mengatur tentang ekspor-impor semakin gencar pula para produsen atau pemilik perusahaan / pengurus korporasi untuk menemukan celah agar tujuannya tercapai. Dalam kasus diatas sudah nampak jelas bahwa petugas bea-cukai sangat berpengaruh dalam masuknya barang-barang limbah B3. 3. Karyawan Semakin banyak karyawan yang dimiliki perusahaan, semakin berambisi pula bagi perusahaan untuk mendapatkan laba sebanyak-banyak nya agar tidak mendapati kerugian ataupun penghasilan laba yang pas-pas an. Kembali lagi pada masalah pajak bea-cukai, pengurus bekerja sama dengan petugas pajak ekspor-impor, agar pajak yang dikenakan terhadap barangnya rendah, sehingga memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan upah atau gaji kepada karyawan sesuai aturannya. Disamping itu pendoktrinan kepada karyawan yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh laba semaksimal mungkin adalah salah, yang benar adalah memprioritaskan pada pelayanan kepada konsumen sehingga mendapat banyak konsumen dan dengan sendirinya laba itu sendiri akan berjalan keatas.

4. Konsumen Tidak dapat dipungkiri, konsumen pun dapat menjadi faktor pendorong terjadinya kejahatan korporasi. Konsumen biasanya menghendaki barang yang murah tetapi berkualitas. Dengan statement yang diberikan masyarakat, perusahaan pun berfikir ulang untuk menghasilkan barang yang diminati konsumen. Dengan mendatangkan limbah besi yang di pesan dari Belanda, pengurus berharap dapat menekan biaya produksi. Disamping itu, masyarakat tidak tahu bahan apa yang dipakai pada barang yang di konsumsi. 5. Public Dalam hal ini perusahaan seolah-olah berbuat baik dengan memakai limbah, sehingga pandangan masyrakat positif terhadap korporasi yang dapat mengolah limbah mejadi barang yang meiliki nilai ekonomis. Padahal masyarakat tidak mengetahui bahwa limbah tersebut adalah limbah yang tidak dapat diolah atau B3(Barang berbahaya dan Beracun).

http://www.djpp.depkumham.go.id/hukum-bisnis/84-tanggung-jawab-sosial-perusahaancorporate-social-responsibility-dan-iklim-penanaman-modal.html

www.beacukaimalang.com diakses tanggal 12 Mei 2012 Koran Kompas tanggal 2 Mei 2012 pada artikel Re-ekspor Limbah B3

You might also like