You are on page 1of 40

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah menganugrahi kepintaran dan akal kepada kita semua. Dengan akal dan kepintaran itu manusia dapat mengembangkan dan mengolah bumi dan dunia sebagai titipan-Nya. Tidak lupa juga kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mencerahkan kehidupan dunia dan bisa menjadi panutan bagi manusia-manusia lain.Dengan kepintaran, akal yang di anugrahi Allah SWT penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Sistem Politik Indonesia ini. Hukum dan peraturan diciptakan untuk dipatuhi bukan dilanggar. Begitu juga koe etik yang dibuat untuk berbagai profesi yang ada di dunia ini. membiarkan kode etik hanya menjadi peraturan tertulis belaka merupakan penyelewengan norma-norma yang dipatuhi dalam sebuah masyarakat. Tidak ada tujuan lain dalam kode etik selain untuk menciptakan keseimbanga diantara manusia yang ada, agar ada batasan dalam menjalankan profesi masing-masing. HUMAS yang dianggap memiliki informasi yang penting dari sebuah perusahaan merupakan profesi yang perlu menjaga informasi yang disebarluaskan untuk publik. Karena itu perlu adanya kode etik dan perundang-undanga untuk menjaga prilaku karyawan-karyawan yang kaya akan informasi ini. Kode etik kehumasan yang dibuat ternya dalam praktiknya banyak terdapat pelanggaran yang secara sengaja dilakukan HUMAS. Jadi, dimana sebenarnya posisi kode etik saat ini. Kemana fungsi kode etik yang merupakan moral phlisophy dalam sebuah profesi yang menyangkut hati nurani setiap pelaku-pelakunya. Apakah saat ini hati nurani begitu jauh dari manusia demi mengejar materi?. Kemampuan untuk memenuhi tuntutan keseimbangan hal normatif dan realitas merupakan kewajiban yang harus dipenuhi manuis walau realitasnya sulit untuk dilakukan. Kajian ini dinilai sangat berguna bagi mahasiswa terutama mahasiswa ilmu komunikasi. Sebagai mahasiswa jurnalistik perlu tahu agar mampu memposisikan diri

dalam menilai HUMAS bukan hanya melihat dari luar saja kesalah-kesalahan suatu perusahaan. Karena dari itu kelompok kami mengucapkan terimakasih kepada dosen Etika Kehumasan Rismawaty S.Sos., M.Si yang telah memberikan pengetahuan mengenai kode etik kehumasan dan membagi pengalaman-pengalaman yang sangat berguna dalam HUMAS.

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1 1.1. 1.2. LATAR BELAKANG MASALAH ........................................................ 1 ETIKA KEHUMASAN .......................................................................... 2 1.2.1.Pengertian Etika ............................................................................. 3 1.2.2.Pengertian Humas .......................................................................... 6 1.2.3.Perkembangan Profesionalisme ..................................................... 9 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 32 2.1. 2.2. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ......35 DAFTAR PUSTAKA .38 Analisa Pelanggaran yang dilakukan PT EXAM BATAM .......... 32 Analisa Pelanggaran yang dialakukan Humas PT. Sekar Grup ..... 33 Pengertian dan Fungsi Manajemen ....................................................... 14 Humas sebagai Alat Manajemen ........................................................... 20 Metode Komunikasi dan Kelembagaan Humas .................................... 22 KODE ETIK PUBLIC RELATIONS (HUMAS) ............................... 244

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Sulit memang menjalankan profesinalisme dalam kehidupan nyata karena profesionalisme menuntut sesuatu yang ideal bagi seluruh aspek-aspek kehidupan. Walau begitu bukan tidak mungkin diwujudkan dalam realitas. Segala sesuatu yang diatur dan ditentukan oleh manusia merupakan hal-hal yang memiliki kemungkinan untuk dilaksanakan. Untuk mewujudkan itu perlu adanya pengorbanan dan keseriusan dalam melaksanaknnya. Sebagai acuan untuk melaksanakan profesi maka diciptakanlah kode etik agar dapat mengatur dan memiliki batasan dalam bekerja. Seperti HUMAS juga yang memiliki kode etik dalam menjalankan tugasnya. Agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dan mampu bekerja sesuai dengan diharapkan HUMAS memiliki keharusan memathui kode etik yang berlaku. Yang menjadi masalah saat ini adalah humas merupakan bagian dari suatu perusahaan. Mereka ada karena perusaahaan ada yang ditujukan untuk mengatur hubungan-hubungan perusahaan dengan publik dan masyarakat. Ketika perusahaan tersandung masalah, maka HUMAS berada di garis depan untuk menyelesaikannya. Dalam menjalankan tugasnya HUMAS tetap harus menjga nama baik perusahaannya walau memang sebenarnya perusahaannya bersalah. HUMAS wajib menjaga citra perusahaannya baik dimata publik atau masyarakat. Ini yang membuat kerja HUMAS menjadi sangat sulit. Satu sisi dia wajib membela perusahaan satu sisi lagi mengutamakan kepentingan masyarakat. Karena itulah perlu adanya HUMAS yang handal sebagai negosiator untuk perusahaannya. Makalah ini bertujuan untuk membahas hal-hal tersebut dengan contoh dua studi kasus yaitu pada kasus PT. Exam Batam Indonesia yang tersandung masalah tentang penutupan perusahaanya dan isu mem PHK seluruh 1 yang

karyawanya. Kedua kasus PT. Sekar Grup yang membuang limbah kesungai dan mendapat pemberontakan dari warga. HUMAS malah memberikan ganti rugi kepada masyarakat dengan uang. Tindakan ini bukan membuat citra perusahaan naik malah menurunkan pamornya. Kasus-kasus ini akan dianalisa dengan kode etik kehumasan yang berlaku di Indonesia. Kode etik dari asosiasi kehumasan perusahaan Indonesia dan yang di keluarkan asosiasi humas di di Indonesia. Dengan dua kode etik ini cukup rasanya untuk menganalisa kasus-kasus yang diangkat dalam makalah ini.

1.2 ETIKA KEHUMASAN Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai the discpline which can act as theperformance index or reference for our control system. Dengan demikian, etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self control, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.

Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan kelompok yang berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi yang dalam menerapkan semua keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai dari dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi sendiri. Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat built-in mechanism berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi,dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-gunaan kehlian (Wignjosoebroto, 1999).Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya. Tanpa etika profesi, apa yang semual dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidakadanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite profesional ini.

1.2.1. Pengertian Etika Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul.Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agara mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan 3 kepentingannya serta terjamin agar

perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita. Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini : Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya. Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk

mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang pelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.

Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan,buruknya prilaku manusia : 1. ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil. 2. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yangbernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan. Etika secara umum dapat dibagi menjadi : a) ETIKA UMUM, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika danprinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teoriteori. b) ETIKA KHUSUS, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa terwujud dalam pengambilan keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar.

ETIKA KHUSUS dibagi lagi menjadi dua bagian : Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia. Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadpa pandangan-pandanganadunia dan idiologiidiologi maupun tanggung jawab umat manusia terhadaplingkungan hidup. Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan bidang yang paling aktual saat ini adalah sebagai berikut : 1. Sikap terhadap sesame 2. Etika keluarga 3. Etika profesi 4. Etika politik 5. Etika lingkungan 6. Etika idiologi

1.2.2. PENGERTIAN HUMAS Hubungan masyarakat atau Public Relations (PR) adalah suatu usaha yang sengaja dilakukan, direncanakan secara berkesinambungan untuk menciptakan serta memelihara sikap saling pengertian antara sebuah lembaga/institusi dengan masyarakat.

Humas adalah komunikasi dua arah antara organisasi dengan public secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemendengan meningkatkan pembinaan kerja sama dan pemenuhan kepentinganbersama (Effendy, 1991). PR adalah sebuah seni sekaligus ilmu sosial dalammenganalisa kecenderungan, kepada meramalkan pimpinan

konsekuensinya,

memberikanpengarahan

institusi/lembaga dan melaksanakan program terencana yang dapat memenuhi kepentingan institusi maupun lembagatersebut ataupun

masyarakat yang terkait.

Dewasa ini kegiatan Public Relations (Humas), merupakan kegiatan yang berkaitan dengan fungsi dan peranannya dalam kehumasan baik di dalam lembaga pemerintah, swasta, organisasi profit dan non profit tidak lepas dari etika kehumasan sebagai patokan atau pedoman atau ramburambu yang penting dan mendasar serta yang harus ditaati dan dipatuhi oleh setiap praktisi Public Relations (humas). Yang dalam hal ini dituangkan dalam bentuk pasal-pasal yang formal dan normatif yang berisikan kode perilaku dan kode etik sebagai pedoman moral yang mengikat bagi setiap penyandang profesi humas (Public Relations) tersebut yang disebut Kode Etik Profesi Humas. Cutlip, Center dan Broom (2000) menyatakan bahwa PR merupakanfungsi manajemen yang membentuk dan memelihara hubungan yang salingmenguntungkan antara organisasi dan masyarakat yang menjadi sandarankeberhasilan atau kegagalannya.Public Relations merupakan aktivitaskomunikasi yang terorganisir secara langsung ditujukan kepada khalayak tertentu,pada periode waktu yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan 5 metode tertentu. Secara tidak langsung, citra atau image sendiri merupakan tujuanatau garis akhir dari suatu aktivitas program kerja Public Relations 7

(Ruslan,2006). Definisi Public Relations menurut The International Public RelationsAssociation (IPRA) adalah fungsi manajemen yang direncanakan, dan dijalankan terus menerus dimana organisasi-organisasi dan lembaga yang bersifat umum dan pribadi berusaha memperoleh dan membina pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada sangkut pautnya dengan menilai opini publik dengan tujuan sedapat mungkin

menghubungkan kebijaksanaan ketatalaksanaan mereka, guna mencapai tujuan kerjasama yang lebih produktif dan untuk melaksanakan kepentingan bersama yang lebih efisien dengan jalan penerapan berencana dantersebar luas (Jefkins, 1996). Sementara menurut Cutlip (2000), Public Relations is the management functions that establishes and maintains mutually beneficial relationship between an organization and the publics on whom its success offailure depends, yang artinya Public Relations adalah fungsi manajemen yangmembangun dan mempertahankan

hubungan yang baik dan bermanfaat antaraorganisasi dan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasitersebut. Greener (1995) public relations adalah presentasi positif suatuorganisasi kepada keseluruhan publiknya. Public Relations adalah usaha yang terencana dan

berkesinambunganuntuk membangun dan mempertahankan hubungan baik serta saling pengertianantara sebuah organisasi dan publiknya (Gregory, 2004). The British InstitutePublic Relations mendefinisikan Public Relations practice is deliberate, planned,and sustain effort to establish and maintain mutual understanding between anorganization and its public (Praktik Public Relations adalah memikirkan,merencanakan dan

mencurahkan daya untuk membangun dan menjaga salingpengertian antara organisasi dengan publiknya). Public Relations adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi sikappublik, mengidentifikasi kebijakan dan aturan seseorang atau 8

organisasi demikepentingan publik dan melaksanakan sesutu program kegiatan untukmemperoleh pengertian dan penerimaan publik.

1.2.3. PENGEMBANGAN PROFESIONALISME Profesionalisme merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan atau suatu rangkaian kwalitas yang menandai atau melukiskan coraknya suatu profesi.Profesionalisme mengandung pula pengertian menjalankan suatu profesi untuk keuntungan atau sebagai sumber penghidupan. Disamping istilah profesionalisme, ada istilah yaitu profesi.Profesi sering kitaartikan dengan pekerjaan atau job kita sehari-hari.Tetapi dalam kata profession yang berasal dari perbendaharaan Angglo Saxon tidak hanya terkandung pengertian pekerjaan saja.Profesi mengharuskan tidak hanya pengetahuan dan keahliankhusus melalui persiapan dan latihan, tetapi dalam arti profession terpaku juga suatu panggilan. Dengan begitu, maka arti profession mengandung dua

unsur.Pertama unsure keahlian dan kedua unsur panggilan.Sehingga seorang profesional harus memadukan dalam diri pribadinya kecakapan teknik yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaannya, dan juga kematangan etik.Penguasaan teknik saja tidak membuat seseorang menjadi profesional.Kedua-duanya harus menyatu.Berkaitan dengan

profesionalisme ini ada dua pokok yang menarik perhatian dari keterangan ENCYCLOPEDIA-NYA PROF, TALCOTT PARSONS mengenai profesi dan profesionalisme itu. PERTAMA ialah bahwa manusia-manusia profesional tidak dapat di golongkansebagai kelompok kapitalis atau kelompok kaum buruh.Juga tidak dapatdimasukkan sebagai kelompok administrator atau birokrat.

KEDUA ialah : bahwa manusia-manusia profesional merupakan suatu kelompok tersendiri, yang bertugas memutarkan roda perusahaan, dengan suatu leadership status. Jelasnya mereka merupakan lapisan kepemimpinan dalam memutarkan roda perusahaan itu.Kepemimpinan di segala tingkat, mulai dari atasan, melalui yang menengah sampai ke bawah. Profesionalisme merupakan suatu proses yang tidak dapat di tahantahan dalamperkembangan dunia perusahaan modern dewasa ini. PARSONS tidak tahu arahlanjut proses profesionalisasi itu nantinya, tapi menurutnya, bahwa keseluruhankompleks profesionalisme itu tidak hanya tampil kedepan sebagai sesuatu yangterkemuka, melainkan juga sudah mulai mendominasi situasi sekarang. Dalam perkembangannya perlu diingat, bahwa profesionalisme mengandung dua unsur, yaitu unsur keahlian dan unsur panggilan, unsur kecakapan teknik dan kematangan etik, unsur akal dan unsur moral.Dan kedua-duanya itulah merupakan kebulatan unsur kepemimpinan.Dengan demikian, jika berbicara tentang profesionalisme tidak dapat kita lepaskan dari masalah kepemimpinan dalam arti yang luas. Menurut SOEGITO REKSODIHARJO (1989), arti yang diberikan kepada kata profesi adalah suatu bidang kegiatan yang dijalankan oleh seseorang dan merupakan sumber nafkah bagi dirinya. Meskipun lazimnya profesi dikaitkan dengan tarap lulusan akademi / universitas, suatu profesi tidak mutlak harus dijalankan oleh seorang sarjana.Didalam masyarakat Indonesiapun kita telah mengenal berbagai profesi non-akademik, seperti misalnya, profesi bidan, pemain sepak bola, atau petinju profesional, dan bahkan profesi tertua di dunia. Walaupun obyek yang ditangani dapat berupa orang atau benda fisik, yang menjadi penilaian orang tentang suatu profesi ialah hasilnya, yaitu tentang mutu jasa atau baik buruk penanganan fungsinya.Dalam situasi yang penuh tantangan dan persaingan ketat seperti sekarang ini, 10

kunci keberhasilan profesi terletak pada TARAF KEMAHIRAN ORANG YANG MENJALANKAN. Taraf kemahiran demikian hanya dapat diperoleh melalui proses belajar dan berlatih sampai tingkat kesempurnaan yang dipersyaratkan untuk itu tercapai. Dalam proses ini tidak terapat jalan pintas. Bagi seseorang yang berbakat dan terampil, proses itu mungkin dapat terlaksanasecara lebih baik atau lebih cepat dari pada orang lain yang kurang atau tidakmemiliki kemampuan itu. Bagi golongan terakhir ini, apabila mereka tidak bersedia untuk bersusah payah melebihi ukuran biasa untuk menguasai sesuatu kejujuran, pilihan terbaik ialah untuk mencari profesi lain yang lebih sesuai dengan bakat mereka. Dalam lapangan kerja, atasan seharusnya menilai kemampuan orang bukan sematamata atas dasar diploma atau gelarnya, tetapi atas dasar kesanggupannya untuk mewujudkan prestasi berupa kemajuan nyata dengan modal pengetahuan yang ada padanya.Dalam praktek, kita jumpai bahwa tidak semua orang mampu mendayagunakan pengetahuannya dalam pekerjaan.Tidak jarang kita jumpai seorang sarjana yang mampu bekerja secara rutin.Sebaliknya seorang non-sarjana yang kreatif ternyata mampu memberi bukti kesanggupan berkembang dan menambah aneka bentuk faedah baru dengan dasar pengetahuannya yang relatif masih terbatas itu.Diploma dan gelar bukan jaminan prestasi seseorang. Prestasi harus diukur di satu pihak dengan hasil yang diperoleh dari seseorang dan di lain pihak dengan tolak ukur yang dikaitkan dengan kemampuan yang semestinya ada pada orang itu. Diploma hanya memberi harapan tentang adanya kemampuam itu, tetapi kemampuan nyata harus dibuktikan melalui hasil penerapan pengetahuan yang ditandai dengan diploma tadi dalam pekerjaannya.Untuk memperoleh kemampuan demikian, pengamalan merupakan guru yang terbaik.

11

Tanpa kesanggupan untuk menarik pelajaran dari pengalamannya, seseorang tidak akan mengalami proses kemajuan dan pematangan dalam pekerjaan. Orang yang sudah puas dengan perolehan tanda lulus atau gelar saja dan tidak meneruskan proses belajarnya dari praktek bekerja, akan mengalami kemunduran dalam dunia yang dinamis ini dan akan tertinggal dari yang lain. Di bawah ini dikemukakan beberapa ciri profesionalisme : 1. Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil

(perfect result), sehingga kita di tuntut untuk selalu mencari peningkatan mutu. 2. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang

hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan. 3. Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak

mudah puas atau putus asa sampai hasil tercapai. 4. Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan olehkeadaan terpaksa atau godaan iman seperti harta dan kenikmatan hidup. 5. Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan fikiran dan perbuatan,

sehingga terjaga efektivitas kerja yang tinggi.

1.2. Fungsi Humas Menurut Rosady Ruslan (2006 : 142) humas berfungsi untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam mengembangkan tanggung jawab serta partisipasi antara pejabat humas/ PRO dan masyarakat untuk mewujudkan tujuan bersama. Rosady Ruslan (2006 : 142-144) juga mengatakan bahwa fungsi humas dapat diwujudkan melalui beberapa aspek pendekatan atau strategi humas yaitu :

12

1. Strategi operasional Melalui pelaksanaan program Humas yang dilakukan dengan pendekatan kemasyarakatan (sociology approach), melalui mekanisme social kultural dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dari opini publik atau kehendak masyarakat terekam pada setiap berita atau surat pembaca dan lain sebagainya yang dimuat di berbagai media massa. Pihak humas mutlak untuk mendengar keluhan, aspirasi dari masyarakat juga menindaklanjuti akan keluhan dan aspirasi tersebut. 2. Pendekatan persuasif dan edukatif Fungsi humas adalah menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada pihak publiknya yang bersifat mendidik dan memberikan penerangan, maupun dengan melakukan pendekatan persuasif, agar tercipta saling pengertian, menghargai,

pemahaman, toleransi, dan sebagainya. 3. Pendekatan tanggung jawab sosial humas Menumbuhkan sikap tanggung jawab sosial bahwa tujuan dan sasaran yang hendak dicapai tersebut bukan ditujukan untuk mengambil keuntungan sepihak dari publik sasarannya (masyarakat), namun untuk memperoleh keuntungan bersama. 4. Pendekatan kerja sama Berupaya membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan berbagai kalangan, baik hubungan ke dalam (internal relations) maupun hubungan ke luar (eksternal relations) untuk meningkatkan kerja sama. Humas berkewajiban memasyarakatkan misi instansi yang diwakilinya agar diterima oleh atau mendapat dukungan masyarakat (publik sasarannya).Hal ini dilakukan dalam rangka menyelenggarakan hubungan baik dengan publiknya

13

(community relations), dan untuk memperoleh opini publik serta perubahan sikap yang positif bagi kedua belah pihak (mutual understanding). 5. Pendekatan koordinatif dan integratif Untuk memperluas peranan PR di suatu masyarakat, maka fungsi Humas dalam arti sempit hanya mewakili lembaga/ institusinya.Tetapi peranannya yang lebih luas adalah berpartisipasi dalam menunjang program pembangunan dan ketahanan nasional di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankamnas

1.3. Pengertian dan Fungsi Manajemen Umumnya, aktivitas manajemen pada setiap lembaga atau organisasi berkaitan dengan usaha mengembangkan potensial dan memimpin suatu tim dan kelompok orang dalam satu kesatuan, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan tertentu dalam organisasi yang telah

ditetapkansebelumnya (pre determine objective). Manajemen berasal dari kata manage (bahasa latinnya;manus) yang berarti: memimpin, menangani, mengatur, atau membimbing. Goerge R. Terry (19972), mendefinisikan manajemen sebagai, sebuah proses yang khas dan terdiri dari tindakan-tindakan seperti perencanaan, pengorganisasian, pengaktifan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaransasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumbersumber lainnya. Dari definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa fungsi pokok atau tahapan-tahapan dalam manajemen merupakan suatu proses yang meliputi hal-hal sebagai berikut: 1.Perencanaan (planning) Meliputi; penerapan tujuan dan syandar, penentuan atauran dan procedure, pembuatan rencana serta eamalan (prediksi) apa yang akan terjadi.

14

2.Pengorganisasian (organizing) Meliputi: pemberian tugas terpisah kepada masing-masing pihak, membentuk bagian, mendelegasikan dan menetapkan jalur wewenang, mendelegasikan dan menetapkan system komunikasi, serta mengkoordinir kerja setiap karyawan dalam satu tim yang solid dan terorganisir. 3.Penyusunan Formasi (staffing) Meliputi; menetukan persyaratan personnel yang akan dipekerjakan, merekrut calon karyawan, menentukan job description dan persyaratan teknis suatu pekerjaan, melakukan penilaian dan pelatihan termasuk di dalamnya pengembangan kualitas dan kuantitas karyawan sebagai acuanuntuk

penyusunan setiap fungsi dalam manajemen organisasi. 4.Memimpin (leading) Meliputi: membuat orang lain melaksanakan tugasnya, medorong dan memotivasi bawahan, serta menciptakan iklim atau suasana pekerjaan yang kondusif khususnya dalam metode komunikasi dari atas ke bawah atau sebalinya sehingga timbul saling pengertian dan kepercayaan yang baik. Menumbuhkan disiplin kerja dan sense of belonging (rasa memiliki) pada setiap karyawan dan jajaran manajemen (public internal). 5.Pengawasan (controlling) Fungsi terakhir manajemen ini mencakup; persiapan suatu standar kualitas dan kuantitas hasil kerja, baik berbentuk produk maupun jasa yang diberikan perusahaan/organisasi dalam upaya pencapaian tujuan, produktivitas dan terciptannya citra yang positif.(Basu Swasta DH, Asas-asas Manajemen Modern. Liberty, Yogyakarta, 1996) Adapun segi komunikasi dalam sebuah organisasi dapat dilihat 2 bentuk yaitu komunikasi antar manajemen dan komunikasi antar karyawan. Dengan kata lain terdapat dua unsurperanan komunikasi dalam suatu organisasi, yaitupertama; unsur komunikasi manajemen (manajemen communication) atau sering disebut

15

juga komunikasi organisasional (organizational communication) dan uncur kedua adalah kokmunikasi antar manusia (human relations communication). Menurut cutlip and center, dalam bukunya Effective Public relations, edisi Kelima (1982), public relations dapat dibedakan kepada fungsi manajmen melalui konsep kegiatan administrasi (operationg concept of administration) dan fungsi staf khusus dalam pelayanan administrasi (specialized staff function serving administrator). Manajemen Humas berarti penelitian, perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian suatu kegiatan komunikasi yang disponsori oleh organisasi; mulai dari pertemuan kelompok kecil hingga berkaitan dengan konferensi pers internasional via satelit, dari pembuatan brosur hingga kampanye nasional melalui multimedia, dari menyelenggarakan acara open house hingga kampanye politik, dari pengumuman pelayanan public hingga menangani kasus manajmen krisis. Peran PR/Humas dalam konteks komunikasi sebagai suatu metode dan teknik komunikasi atau lembaga yang berperan sebagai penunjang manajmen dan aktivitas organisasi serta demi tercapainya tujuan berasama dalam suatu organisasi. Yaitu memerlukan kemampuan: 1. Karakteristik Manajer Pada umumnya karakteristik manajer yang menjadi tolok ukur kredibilitas manajer dalam memimpin adalah sebagai berikut: Manajer mampu berkeja di bawah tekanan terus-menerus dalam berbagai tantangan situasi atau kondisi tugas dan tanggung jawab, serta kemungkinan risiko tertentu yang mungkin dihadapinya. Lebih banyak menggunakan komunikasi bahasa lisan sebagai media penyampaian pesan dan informasi sehingga terdapat arus instruksi dari atas ke bawah (top and down), atau dari bawah ke atas (bottom up) demi terpeliharanya saling pengertian dan kepercayaan bagi kedua belah pihak dalam menjalankan fungsinya masing-masing.

16

Memberikan motivasi, menumbuhkan inspirasi, semangat dan dorongan kepada pihak lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang direncanakan (pre determine objective). Menyeleksi dan mengembangkan bawahannya melalui system pelatihan dan pendidikan yang terarah dan terencana serta rasional. Dalam praktiknya, sisi seni dalam manajemen lebih menonjol daripada sisi ilmiahnya, namun tetap memperhatikan segi profesionalismenya dalam melaksanakan fungsi dan perananya masing-masing, baik bawahan maupun atasan. Ada sutau ungkapan, sebuah organisasi itu tak ubahnya seperti makhluk sosial yang hidupnya tergantung pada rasa saling percaya, dan keintiman antara para anggotanya.Begitu pula dengan pimpinan dan bawahan dalam organisasi, mereka harus memiliki komitmen yang penuh terhadap kemajuan dan citra perusahaan.Sebagai contoh ekspresi komitmen pimpinan dalam menghargai suatu keberhasilan yang telah dicapai oleh anak buahnya itu adalah tepukan bahu, katakata pujian, pemberian piagam, imbalan materi hingga promosi ke posisijabatan/pangkat yang lebih tinggi. Kebiasaan-kebiasaan tersebut tampak sepele, namun jika diterapkan secara serius dan periodic akan membangkitkan komitmen total para anggotanya untuk memotivasi dan memacu prestasinya masing masing demi kemajuan bersama. 2. Komunikasi dalam Manajemen Sebelumnya telah dijelaskan di dalam sebuah organisasi/perusahaan

terdapatdua unsure komunikasi yang saling berkaitan erat satu sama lain yaitu komunikasimanajeman (management communication) dan komunikasi antar manusia (humanrelations communication). George R. Terry dalam bukunya, Principles ofManagement, (6th edition, 1972, Richard D Irving Inc. Georgetown) menjelaskanbahwa secara garis besar terdapat 5 (lima) bentuk komunikasi dalam manajemenyaitu;

17

a) Komunikasi jalurorganisasi yaitumelalui

formal, formal,

biasanya memiliki

adalah

bentuk

komunikasi tanggung tertulis Juga

dalam jawab sesuai

wewenang bentuk yang lisan

dan dan

instruksi-instruksi secara

denganprosedur

fungsional

berlaku.

memiliki

aruskomunikasi atasan kebawah atau sebaliknya. b) Komunikasi non-formal, yaitu bentuk komunikasi yang secarafungskional berada di luar komunikasi formal. Komunikasi ini dapatterjadi secara tibatiba atau sepontanitas dalam konsidi yang tidakdiharapkan terjadi komunikasi formal seperyti hubungan antar pribadiuntuk menjelaskan atau memberikan saran yang berkaitan dengantugas dan kewajiban. Biasanya komunikasi non formal cukup efektifdilakukan pada perusahaan bersifat padat karya dengan jumlah pekerjacukup banyak, serta tidak terlalu teknis, cara bekerja permanent danterusmenerus/kontinu. c) Komunikasi informal. Bentuk komunikasi ini mungkin lebih dekatkepada komunikasi non-formal, berkaitan dengan aspek-aspkenkejiwaan, bersifat lebih sensitive dan sentimental karena didominasioleh kontak hubungan antara manusia. Komunikasi informasl tersebutbanyak dipergunakan oleh divisi personalia dalam upaya menggaliatau mengetahui lebih mendalam mengenai kaitan aspek psikologiskaryawan setelah sebelumnya menunjukan prestasi yang memuaskan dengan kehidupan sehari-hari di luar pekerjaannya. d) Komunikasi teknis, hubungan komunikasi di sini lebih bersifat danhanya dapat dipahami atau dimengerti oleh para ahli ata pekerjakhusus yang berkaitan dengan pekerjaan tertentu. Misalnyakomunikasi bidang pekerjaan teknik mesin industri, arsitek, rancangbangun/konstruksi dan program komputerisasi, internet sertaElektronik-mail (E-mail) dan alain sebagainya. e) Komunikasi procedural, formal. bentuk komunikasi adalah ini lebih dekat teknis

kepadakomunikasi

Contohnya

pedoman

pekerjaan(petunjuk manual), peraturan perusahaan atau kebijaksanaan 18

pimpinan,instruksi tertulis, memo, laporan berkala bulanan/tahunan, tata caraproses dan penyelesaian suatu pekerjaan. Termasuk pula dalam bentukkomunikasi ini adalah hubungan pekerjaan antara pimpinan danbawahan yang ditetapkan dalam bentuk peraturan tertulis dan rincimengenai suatu deskripsi jabatan (penjelasan) dan spesifikasi 3. Dasar-dasar majemen Humas Peranan public relations dalam sebuah organisasi berkaitan dengan tujuanutama dan fungsi-fungsi manajemen perusahaan. Fungsi dasar manajmen tersebutmerupakan suatu proses kegiatan atau8 pencapaian sumber-sumber (sumber daya)yang dimilliki oleh organisasi/lembaga tersebut. Unsure-unsur sumber dayatersebut dinamakan dengan 6-M, yaitu: Sumber daya Manusia (Men), sumbermaterial/barang yang dikuasai (Material), alat atau perkakas mesin produksi yangdimilki (Machine), kemampuan keuangan (Money), metode yang di pergunakan(Methode), dan perluasan atau pemasaran yang hendak dicapai/dituju (Market). Keberhasil;an peran public relations dalam menunjang fungsifungsimanajmen perusahaan untuk mencapai tujuan bersama tergantung kepadakemampuan memanfaatkan unsure-unsur sumber daya (6-M sources) yangdimiliki pada sebuah organisasi/lembaga tersebut. Artinya sebagai PublicRelations Manager (Pejabat Humas), seorang manajer

dituntutkemampuannyauntuk mengkoordinasikan seluruh unsure sumber daya yang ada (6-M).haltersebut merupakan konsekuensi dari: 1. Kemampuan sebagai fungsi manajmen teknis (technical management), dan 2. Kemampuan berperan sebagai manajer profesional (managerial skill) Pengertian tersebut di atas sesuai dengan definisi yang dinyatakan olehRobert kreitener (1978), (Pakar Manajmen dari Arizona State University), bahwa, Manajmen ialah proses kerjasama dengan dan melalui orang lain untuk mencapaitujuan organisasi dalam lingkungan yang mengalami perubahan. 19

Prosesmanajemen tersebut terpusat pada pemanfaatan atau penggunaan sumber dayayang terbatas secara efektif dan efisien. Dalam menunjang keberhasilan mencapai tujuan utama manajemenperusahaan/organisasi bekerja sama dengan berbagai pihak terkait seorangpraktisi Humas (Public Relations Practioner) harus memiliki beberapaketerampilan khusus, diantaranya: Sebagai creator: Memiliki kreativitas dalam penciptaan suatu gagasan,ide-ide atau buah pemikiran yang cemerlang. Conceptor: Mempunyai kemampuan (skill) sebagai konseptor

dalampenyusunan program kerja kehumasan, dan rencana program lainnya. Mediator: kemampuan menguasai teknik komunikasi baik melaluimedia secara lisan maupun tertulis dalam penyampaian pesan ataumenyalurkan informasi dari lembaga organisasi yang diwakilinyakepada public. Problem Solver: mampu mengatasi setiap permasalahan yangdihadapinya, baik secara proaktif, antisipatif, inovatif, dinamis dansolutif. Kegiatan utama dari Humas/PR dalam mewakili top manajemen suatulembaga atau organisasi tersebut, merupakan bentuk kegiatan two waycommunication adalah cirri khas dari fungsi dan peranan Public Relation. Haltersebut dikarenakan salah satu tugas PR ialah bertindak sebagai narasumber informasi (source of informations) dan merupakan saluran informasi (chanel of informations). 1.4. Humas sebagai Alat Manajemen Public Relations sesungguhnya sebagai alat manajemen modern secarastructural merupakan bagian integral dari suatu kelembagaan atau organisasi.Artinya PR/Humas bukanlah merupakan fungsi terpisah dari fungsi kelembagaanatau organisasi tersebut menjadikan Humas/PR dapat

menyelenggarakankomunikasi dua arah timbale balik antara organisasi/lembaga yang diwakilinyadengan publiknya.

20

Peranan ini turut menentukan sukses atau tidaknya misi, visi dan tujuan bersama dari organisasi/lembaga tersebut.Dikaitkan dengan pemahaman manajemen Jumas (magement of PublicRelations), apabila di tinjau dari segi selain fungsi manajmen dan proses dalam kegiatan komunikasi (yang merupakan factor utama yang dapat menentukan kelancaran proses manajemen dalam fungsi Kehumasan dari lembaga yang diwakilinya) maka pada umumnya manajemen humas melalui fungsi atau bebberapa tahapan-tahapan sebagai berikut: a. perencanaan (Planing) b. Pengorganisasian (Organizing) c. Pengkomunikasian (Communicating) d. Pengawasan (Controlling) e. dan Penilaian (Evaluating). Peranan komunikasi tersebut di suatu aktivitas manajemen

organisasi/lembaga masa kini atau perusahaan besar biasanya diserahkan atau dilaksanakan oleh pihak Public Relations /Humas. Dari peranan yang dilaksanakan tersebut, pejabat Humas (PRO magaer) akan melakukan fungsi fungsi manajemen perusahaan, secara garis besar aktivitas utamanya berperan sebagai: 1. Communicator Artinya kemampuan sebagai komunikator baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui media cetak/elektronik dan lisan (spoken person) atau tatap muka sebagainya.Disamping itu juga bertindak sebagai mediator dan sekaligus persuader. 2. Relationship Kemampuan peran PR/Humas membangun hubungan yang positif antara lembaga yang diwakilinya dengan public internal dan eksternal.

Juga,berupaya menciptakan saling pengertian, kepercayaan, dukungan, kerjasama dan toleransi antara kedua belah pihak tersebut.

21

3. Back up management Melaksanakan dukungan manajemen atau menunjang kegiatan lain, seperti manajemen promosi, pemasaran, operasional, personalia dan sebagainya untuk mencapai tujuan bersama dalam suatu kerangka tujuan pokok perusahaan/organisasi. 4. Good Image Maker Menciptakan citra atau publikasi yang positif merupakan prestasi, reputasi dan sekaligus menjadi tujuan utama bagi aktivitas public relations dalam melaksanakan manajemen kehumasan membangun citra atau nama baik lembaga/organisasi dan produk yang diwakilinya.

1.5. Metode Komunikasi dan Kelembagaan Humas Secara structural, public relations merupakan bagian dari integral dari suatulembaga/organisasi.Artinya public relations merupakan salah satu fungsi manajmen modern yang bersifat melekat pada manajemen perusahaan (corporate management function).Itu berarti bagaimana humas dapat berperan dalam melakukan komunikasi timbal balik (two ways communication) dengan tujuan menciptakan saling pengertian (mutual understanding), saling

mengharagai (mutual appreciation), saling mempercayai (mutual confidence) menciptakan good will, memperoleh dukungan public (public support) dan sebagainya demi terciptanya citra positif bagi suatu lembaga/perusahaan (corporate image). Fungsi Public Relations dalam manajemen Humas (Cutlip et. Al. 200: 5) tersebut maka secara operasional teknisnya, yaitu sebagai berikut: 1. Public Relations berfungsi melaksanakan: a. Penelitian (Research) Tahap penelitian dalam PR, baik dalam memperoleh data primer dan sekunder, maupun penelitian bersifat opinion research, secara kualitatif dan kuantitatif. Kegiatan ini bersifat 22

motivation research, yaitu penelitian yang tertuju pada jiwa manusia yang berkaitan dengan kebutuhan dan keinginan (needs & wants) yang paling mendasar. b. Perencanaan (Planning) Penyusunan suatu program acara (event) atau agenda setting dan program kerja Humas. Penyusunan tersebut berdasarkan dta dan fakta di lapangan, kebijakan, procedure, tema dan kemampuan dana serta dukungan dari pihak terkait. c. Pengkoordinasian (Coordinating) Maksudnya adalah mengkoordinir satu tim kerja dengan menentukan kerja sama dan keterlibatan dari instansi atau personil lainnya ke dalam satu koordinasi tim yang solid sebagai upaya pencapaian tujuan lembaga/organisasi. d. Administrasi (Administration) Menyangkut masalah administrasi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dokumentasi, system pengarsipan dan pencatatan keluar atau yang masukanya uang, dan sekaligus merupakan suatu bukti tertulis/tercatat dalam system administrasi yang baik. e. Produksi (Production) Hal ini merupakan bentuk produk publikasi dan promosi yang dikelola oleh Humas, dalam upaya mendukung perluasan/pemasaran produk atau nama dan pengaruh pada sebuah organisasi dan lain sebagainya. Merencanakan media plan, publication publicity, audio visual, special event&regulars events untuk tujuan berkampanye. f. Partisipasi Komunitas (Commjunity Participation) Maksudnya adalah partisipasi Humas dalam melakukan suatu komunikasi timbale balik dengan komunitas masyarakat/public lingkungan tertentu untuk mencapai saling pengertian dan citra positif terhadap lembaga yang diwakilinya.Misalnya, kegiatan peduli bidang social marketing dan social care (kepedulian PR terhadap aspek kepentingan social). g. Nasehat (Advisory) Memberikan sumbang saran kepada manajemen dan pimpinan perusahaan berkenaan dengan kebijakan organisasi tentang penyesuaian berdasarkan kepentingan public 23

eksternal/internal, maupun berdasarkan hasil pengidentifikasian keinginan dan reaksi opini public terhadap tujuan perusahaan.

2. Aktivitas Humas (PR Activities): a. Pencarian fakta/permasalahan (Fact Finding) b. Perencanaan (Planning) c. Komunikasi (Communication) d. Evaluasi (Evaluating) 3. the right man and the right place or the right man behind the gun, yaitu antara lain upaya Humas untuk mencapai: a. Efektivitas Berhasil untuk mencapai tujuan, seraya untuk memuaskan semua pihak yang terkait. b. Efisiensi Ketepatan mengelola keuangan/dana secara tepat.

1.6. KODE ETIK PUBLIC RELATIONS (HUMAS) I. KODE ETIK KODE ETIK KEHUMASAN INDONESIA PERHUMAS (Kode Etik ini telah terdaftar sejak tahun 1977 di Departemen Dalam Negri dan Deppen saat itu, dan telah tercatat serta diakui oleh organisasi profesi Humas Internasional; International Public Relations Associations / IPRA) Dijiwai oleh Pancasila maupun Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan tata kehidupan nasional. Diilhami oleh Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai landasan tata kehidupan internasional.

24

Dilandasi Deklarasi ASEAN (8 Agustus 1967) sebagai pemersatu bangsabangsa Asia Tenggara. Dan dipedomi oleh cita-cita, keinginan, dan tekad untuk mengamalkan sikap dan perilaku kehumasan secara professional.

Kami para anggota Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) sepakat untuk mematuhi kode etik kehumasan Indonesia, dan apabila terdapat buktibukti bahwa di antara kami dalam menjalankan profesi kehumasan ternyata ada yang melanggarnya, maka hal itu sudah tentu akan mengakibatkan diberlakukannya tindak organisasi terhadap pelanggarnya. Pasal 1 Komitmen Pribadi Anggota Perhumas harus : a. Memiliki dan menerapkan standar moral serta reputasi setinggi mungkin dalam menjalankan profesi kehumasan; b. Berperan secara nyata dan sungguh-sungguh dalan upaya memasyarakatkan kepentingan Indonesia; c. Menumbuhkan dan mengembangkan hubungan antarwarga Negara Indonesia yang serasi dan selaras demi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Pasal 2 Perilaku terhadap Klien atau Atasan Anggota Perhumas harus : a. Berlaku jujur dalam berhubungan dengan klien atau atasan. b. Tidak mewakili dua atau beberapa kepentingan yang berbeda atau yang bersaing tanpa persetujuan semua pihak yang terkait. c. Menjamin rahasia serta kepercayaan yang diberikan oleh klien atau atasan maupun yang pernah diberikan oleh mantan klien atau mantan atasan. d. Tidak melakukan tindak atau mengeluarkan ucapan yang cenderung merendahkan martabat, klien atau atasan , maupun mantan klien atau mantan atasan.

25

e. Dalam memberi jasa-jasa kepada klien atau atasan, tidak akan menerima pembayaran, komisi, atau imbalan dari pihak manapun selain dari klien atau atasannya yang telah memperoleh penjelasan lengkap. f. Tidak akan menyarankan kepada calon klien atau calon atasan bahwa pembayaran atau imbalan jasa-jasanya harus didasarkan kepada hasil-hasil tertentu, atau tidak akan menyetujui perjanjian apapun yang mengarah kepada hal yang serupa

Pasal 3 Perilaku terhadap Masyarakat dan Media Massa Anggota Perhumas harus : a. Menjalankan kegiatan profesi kehumasan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat serta harga diri anggota masyarakat. b. Tidak melibatkan diri dalam tindak untuk memanipulasi integritas sarana maupun jalur komunikasi massa. c. Tidak menyebar luaskan informasi yang tidak benar atau yang menyesatkan sehingga dapat menodai profesi kehumasan. d. Senantiasa membantu penyebarluasan informasi maupun pengumpulan pendapat untuk kepentingan Indonesia.

Pasal 4 Perilaku terhadap Sejawat Praktisi kehumasan Indonesia harus : a. Tidak dengan sengaja merusak dan mencemarkan reputasi atau tidak professional sejawatnya. Namun, bila ada sejawat yang bersalah karena melakukan tindak yang tidak etis, yang melanggar hukum, atau yang tidak jujur, termasuk melanggar kode etik kehumasan Indonesia, maka bukti-bukti wajib disampaikan kepada Dewan Kehormatan Perhumas. b. Tidak menawarkan diri atau mendesak klien atau atasan untuk menggantikan kedudukan sejawatnya.

26

c. Membantu dan bekerja sama dengan para sejawat di seluruh Indonesia untuk menjunjung tinggi dan mematuhi kode etik kehumasan Indonesia ini.

KODE ETIK PROFESI PUBLIC RELATIONS (Asosiasi Public Relation Perusahaan-perusahaan Indonesia) PASAL 1 Norma-norma Perilaku Profesional Dalam menjalankan kegiatan profesionalnya, seorang anggota wajib menghargai kepentingan umum dan menjaga harga diri setiap anggota masyarakat. Menjadi tanggung jawab pribadinya untuk bersikap adil dan jujur terhadap klien, baik yang mantan maupun yang sekarang, dan terhadap sesama anggota Asosiasi, anggota media komunikasi serta masyarakat luas.

PASAL 2 Penyebarluasan Informasi Seorang anggota tidak akan menyebarluaskan, secara sengaja dan tidak bertanggung jawab, informasi yang paIsu atau yang menyesatkan, dan sebaliknya justru akan berusaha sekeras mungkin untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Ia berkewajiban untuk menjaga integritas dan ketepatan informasi.

PASAL 3 Media Komunikasi Seorang anggota tidak akan melaksanakan kegiatan yang dapat merugikan integritas media komunikasi.

27

PASAL 4 Kepentingan yang Tersembunyi Seorang anggota tidak akan melibatkan dirinya dalam kegiatan apa pun yang secara sengaja bermaksud memecah belah atau menyesatkan, dengan cara seolah olah ingin memajukan suatu kepentingan tertentu, padahal sebaliknya justru ingin memajukan kepentingan lain yang tersembunyi. Seorang anggota berkewajiban untuk menjaga agar kepentingan sejati organisasi yang menjadi mitra kerjanya benar-benar terlaksana secara baik. PASAL 5 Informasi Rahasia Seorang anggota (kecuali apabila diperintahkan oleh aparat hukum yang berwenang) tidak akan menyampaikan atau memanfaatkan informasi yang diberikan kepadanya, atau yang diperolehnya, secara pribadi dan atas dasar kepercayaan, atau yang bersifat rahasia, dari kliennya, baik di masa Ialu, kini atau di masa depan, demi untuk memperoleh keuntungan pribadi atau untuk keuntungan lain tanpa persetujuan jelas dari yang bersangkutan. PASAL 6 Pertentangan Kepentingan Seorang anggota tidak akan mewakili kepentingan kepentingan yang saling bertentangan atau yang saling bersaing, tanpa persetujuan jelas dari pihak-pihak yang bersangkutan, dengan terlebih dahulu mengemukakan fakta fakta yang terkait.

PASAL 7 Sumber sumber Pembayaran Dalam memberikan jasa pelayanan kepada kliennya, seorang anggota tidak akan menerima pembayaran, baik tunai atau pun dalam bentuk lain, yang diberikan

28

sehubungan dengan jasa jasa tersebut, dari sumber manapun, tanpa persetujuan jelas dari kliennya. PASAL8 Memberitahukan Kepentingan Kuangan Seorang anggota, yang mempunyai kepentingan keuangan dalam suatu organisasi, tidak akan menyarankan klien atau majikannya untuk memakai organisasi tersebut atau pun memanfaatkan jasa jasa organisasi tersebut, tanpa memberitahukan terlebih dahulu kepentingan keuangan pribadinya yang terdapat dalam organisasi tersebut. PASAL 9 Pembayaran Berdasarkan Hasil Kerja Seorang anggota tidak akan mengadakan negosiasi atau menyetujui persyaratan dengan calon majikan atau calon klien, berdasarkan pembayaran yang tergantung pada hasil pekerjaan PR tertentu di masa depan. PASAL 10 Menumpang tindih Pekerjaan Anggota Lain Seorang anggota yang mencari pekerjaan atau kegiatan baru dengan cara mendekati langsung atau secara pribadi, calon majikan atau calon langganan yang potensial, akan mengambil langkah langkah yang diperlukan untuk mengetahui apakah pekerjaan atau kegiatan tersebut sudah dilaksanakan oleh anggota lain. Apabila demikian, maka menjadi kewajibannya untuk memberitahukan anggota tersebut mengenai usaha dan pendekatan yang akan dilakukannya terhadap klien tersebut. (Sebagian atau seluruh pasal ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menghalangi anggota mengiklankan jasa jasanya secara umum).

PASAL 11 Imbalan kepada Karyawan Kantor kantor Umum Seorang anggota tidak akan menawarkan atau memberikan imbalan apa pun, dengan tujuan untuk memajukan kepentingan pribadinya (atau kepentingan klien), kepada 29

orang yang menduduki suatu jabatan umum, apabila hal tersebut tidak sesuai dengan kepentingan masyarakat luas. PASAL 12 Mengkaryakan Anggota Parlemen Seorang anggota yang mempekerjakan seorang anggota Parlemen, baik sebagai konsultan ataupun pelaksana, akan memberitahukan kepada Ketua Asosiasi tentang hal tersebut maupun tentang jenis pekerjaan yang bersangkutan. Ketua Asosiasi akan mencatat hal tersebut dalam suatu buku catatan yang khusus dibuat untuk keperluan tersebut. Seorang anggota Asosiasi yang kebetulan juga menjadi anggota Parlemen, wajib memberitahukan atau memberi peluang agar terungkap, kepada Ketua, semua keterangan apa pun mengenai dirinya. PASAL 13 Mencemarkan Anggota anggota Lain Seorang anggota tidak akan dengan itikad buruk mencemarkan nama baik atau praktek profesional anggota lain. PASAL 14 Instruksi/Perintah Pihak pihak Lain Seorang anggota yang secara sadar mengakibatkan atau memperbolehkan orang atau organisasi lain untuk bertindak sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan kode etik ini, atau turut secara pribadi ambil bagian dalam kegiatan semacam itu, akan dianggap telah melanggar Kode ini. PASAL 15 Nama Baik Profesi Seorang anggota tidak akan berperilaku sedemikian rupa sehingga merugikan nama baik Asosiasi, atau profesi Public Relations. PASAL 16 Menjunjung Tinggi Kode Etik Seorang anggota wajib menjunjung tinggi Kode Etik ini, dan wajib bekerja sama dengan anggota lain dalam menjunjung tinggi Kode Etik, serta dalam melaksanakan 30

keputusan keputusan tentang hal apa pun yang timbul sebagai akibat dari diterapkannya keputusan tersebut. Apabila seorang anggota, mempunyai alasan untuk berprasangka bahwa seorang anggota lain terlibat dalam kegiatan kegiatan yang dapat merusak Kode Etik ini, maka ia berkewajiban untuk memberitahukan hal tersebut kepada Asosiasi. Semua anggota wajib mendukung Asosiasi dalam menerapkan dan melaksanakan Kode Etik ini, dan Asosiasi wajib mendukung setiap anggota yang menerapkan dan melaksakan Kode Etik ini. PASAL 17 Profesi Lain Dalam bertindak untuk seorang klien atau majikan yang tergabung dalam suatu profesi, seorang anggota akan menghargai Kode Etik dari profesi tersebut dan secara sadar tidak akan turut dalam kegiatan apa pun yang dapat mencemarkan Kode Etik tersebut.

31

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Analisa Pelanggaran yang PT Exam Batam Indonesia Dari kasus di atas maka pelanggaran yang dilakukan Humas PT Exam Batam Indonesia berkaitan dengan Etika PR ialah memberikan statement yang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan kepada media dan publik, atau boleh dikatakan sebagai pembohongan publik. Kasus ini melanggar Etika Public Realtions PERHUMAS dan APPRI.

PERHUMAS Pelanggaran dalam kasus diatas tidak sesuai dengan pasal III Perilaku Tehadap Masyarakat dan Media Massa, butir c dan d, yaitu: c. tidak menyebarluaskan informasi yang tidak benar atau yang menyesatkan sehingga dapat menodai profesi kehumasan. d. Senantiasa membantu menyebarluaskan informasi maupun pengumpulan pendapat untuk kepentingan Indonesia. APPRI Pemberian informasi palsu oleh Humas PT Exam Batam melanggar pasal 2 tentang Penyebarluasan Informasi: seorang anggota tidak akan menyebarluaskan, secara sengaja dan tidak sengaja dan tidak bertanggung jawab, informasi yang palsu atau menyesatkan, dan sebaliknya justru akan berusaha sekeras mungkin untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Ia berkewajiban untuk menjaga integritas dan ketepatan informasi. Dalam kasus ini pihak Direktur Humas & PTSP BP Batam mengatakan bahwa PT Exas tidak menghentikan operasionalnya namun hanya mengurangi

32

order dan secara otomatis akan berdampak pada pengurangan tenaga kerja. Namun pada kenyataanya PT Exas Batam Indonesia sudah tidak beroperasi lagi. Hal ini mengegambarkan bahwa pernyataan dari PT Exas Batam Indonesia hanyalah sebagai alibi untuk mem PHK seluruh karyawanya.

2.2. Analisa Pelanggaran yang dilakukan Humas PT. Sekar Grup KODE EKTIK HUMAS Indonesia

Pasal 3 Perilaku terhadap Masyarakat dan Media Massa Anggota Perhumas harus : e. Menjalankan kegiatan profesi kehumasan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat serta harga diri anggota masyarakat. Penjelasan: Dalam kasus ini humas tidak melihat kepentingan masyarakat secara esensial, malah memberikan bayaran ganti rugi bukan berusaha menutup masalah yang ada yaitu membenahi saluran pembuangan. f. Tidak menyebar luaskan informasi yang tidak benar atau yang menyesatkan sehingga dapat menodai profesi kehumasan. Uang ganti rugi yang kurang bagi masyarakat dan memang tidak dibayarkan keseluruhan kepada masyarakat. Ada pemotongan dana disana-sini hingga masyarakat mengambil keputusan menutup sendiri saluran pembuangan PT. Sekar Grup.

33

KODE ETIK PROFESI PUBLIC RELATIONS PASAL 1 Norma-norma Perilaku Profesional

Dalam menjalankan kegiatan profesionalnya, seorang anggota wajib menghargai kepentingan umum dan menjaga harga diri setiap anggota masyarakat. Menjadi tanggung jawab pribadinya untuk bersikap adil dan jujur terhadap klien, baik yang mantan maupun yang sekarang, dan terhadap sesama anggota Asosiasi, anggota media komunikasi serta masyarakat luas. Penjelasan: humas tidak berhasil menjembatani perusahaan dan masyarakat yang terganggu akibat limbah yang dikeluarkan PT. Sekar Grup. Humas lebih condong menyelamatkan perusahaannya daripada mengutamakan kepentingan masyarakat luas.

34

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1Kesimpulan
1. Pelanggaran kode etik yang sering dilakukan humas adalah memberikan informasi yang salah kepada publik untuk menyelamatkan nama perusahaan 2. Ketika perusahaan mempunyai masalah maka HUMAS menjadi tameng menyelamatkan diri dari publik 3. Yang membuat Etika HUMAS sulit ditegakkan karena etika merupakan hal yang normatif sedangkan perusahaan tujuan utamanya adalah mencari

keuntungan sebesar-besarnya yang terkadang mengabaikan perspektif idealisme 4.HUMAS menjadi dilema ketika berada pada sisi karyawan perusahaan yang harus.Patuh kepada perusahaan atau patuh pada etika humas ketika terjadi masalah dansaat ini lebih cenderung patuh pada perusahaan karena faktor ekonomi.

35

3.2Saran
1. Perusahaan-perusahaan yang memakai jasa HUMAS dalam institusinya sebaiknya menghargai profesionalisme dan ideologisme HUMAS. Jangan selalu menjadikan HUMAS sebagai tameng untuk menutupi kesalahan yang dibuat perusahaan. Agar tidak terkesan buruk perusahaan biasanya memberikan informasi palsu ke publik melalui HUMAS. Divisi HUMAS banyak tidak berdaya karena mereka digaji oleh perusahaan. 2. Orang-orang yang bekerja di divisi HUMAS sebaiknya mampu menjaga nama baik HUMAS. Segala sesuatu mengenai filsafat moral HUMAS harusnya menjadi acuan dalam bekerja, bukan semata-mata bekerja untuk materi saja. Karena bila karyawan HUMAS terlalu berorientasi pada uang maka publik akan banyak mendapat kebohongan informasi.

36

DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong Uchjana. 1981. Human Relation and Public Relation. Bandung: Mandar Maju Effendy, Onong Uchjana. 1986. Dimensi-dimensi komunikasi. Bandung: Alumni _________________.1988. Humas Prinsip kasus dan masalah. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Sumber Lain : http://www.batamtoday.com/detail_berita.php?id=10991

http://bppaudnibjb.org/index.php?option=com_content&view=article&id=113:p eran-humas-dalam-tugas-seksi-informasi-bp-pnfi&catid=41:umum&Itemid=54

http://bahumasartikel.blogspot.com/2008/01/tujuan-dan-fungsi-humas.html

http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/03/humas-adalah-segalanya-bagiperusahaan.html

http://arpandibidar.blogspot.com/2011/05/etika-kehumasanpr.html

http://sosbud.kompasiana.com/2011/05/28/lumpur-lapindo-vs-lumpur-sidoarjo/

37

You might also like