You are on page 1of 5

Pengertian Kepemimpinan Transaksional

Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang menekankan pada tugas yang diemban oleh bawahan. Pemimpin di sini merupakan seseorang yang mendesain pekerjaan serta mekanismenya, sementara staf adalah seseorang yang melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya masing-masing. Kepemimpinan ini lebih difokuskan pada peranannya sebagai manajer karena pemimpin sangat terlibat dalam aspek-aspek prosedural manajerial yang metodologis dan fisik. Untuk lebih memahami kepemimpinan transaksional, Nawawi menjelaskan karakteristik dari kepemimpinan itu sebagai berikut: 1) Kepemimpinan ini cenderung kharismatik, melalui perumusan visi dan misi secara jelas, menanamkan kebanggaan pada organisasi dan pemimpin, memperoleh penghargaan, dukungan dan kepercayaan dari bawahan. 2) Kepentingan ini mengutamakan inspirasi, yang mencakup mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menggunakan lambang-lambang dan slogan-slogan untuk memfokuskan usaha mengungkapkan sesuatu yang penting secara sederhana. 3) Kepemimpinan ini memiliki kemampuan memberikan rangsangan intelektual, menggalakkan penggunaan kecerdasan, membangun organisasi belajar, mengutamakan rasionalitas, dan melakukan pemecahan masalah secara teliti. 4) Kepemimpinan ini memberikan pertimbangan yang diindividualkan, memberi perhatian secara pribadi, memperlakukan bawahan secara individual, menyelenggarakan pelatihan dan menasehati.

Teori Kepemimpinan. Salah satu teori yang menekankan suatu perubahan dan yang paling komprehensif berkaitan dengan kepemimpinan adalah teori kepemimpinan transformasional dan transaksional (Bass, 1990). Gagasan awal mengenai gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional ini dikembangkan oleh James MacFregor Gurns yang menerapkannya dalam konteks politik. Gagasan ini selanjutnya disempurnakan serta diperkenalkan ke dalam konteks organisasional oleh Bernard Bass (Berry dan Houston, 1993). Burn (dalam Pawar dan Eastman, 1997) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional dapat dipilah secara tegas dan keduanya merupakan gaya kepemimpinan yang saling bertentangan. Kepemimpinan transformasional dan transaksional sangat penting dan dibutuhkan setiap organisasi. Selanjutnya Burn (dalam Pawar dan Eastman, 1997; Keller, 1992) mengembangkan konsep kepemimpinan transformasional dan transaksional dengan berlandaskan pada pendapat Maslow mengenai hirarki kebutuhan manusia. Menurut Burn (dalam Pawar dan Eastman, 1997) keterkaitan tersebut dapat dipahami dengan gagasan bahwa kebutuhan karyawan yang lebih rendah, seperti kebutuhan fisiologis dan rasa aman hanya dapat dipenuhi melalui praktik gaya kepemimpinan transaksional. Sebaliknya, Keller (1992) mengemukakan bahwa kebutuhan yang lebih tinggi, seperti harga diri dan aktualisasi diri, hanya dapat dipenuhi melalui praktik gaya kepemimpinan transformasional.

Sejauhmana pemimpin dikatakan sebagai pemimpin transformasional, Bass (1990) dan Koh, dkk. (1995) mengemukakan bahwa hal tersebut dapat diukur dalam hubungan dengan pengaruh pemimpin tersebut berhadapan karyawan. Oleh karena itu, Bass (1990) mengemukakan ada tiga cara seorang pemimpin transformasional memotivasi karyawannya, yaitu dengan: 1) mendorong karyawan untuk lebih menyadari arti penting hasil usaha; 2) mendorong karyawan untuk mendahulukan kepentingan kelompok; dan 3) meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti harga diri dan aktualisasi diri. Hubungan antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional 38 Berkaitan dengan kepemimpinan transformasional, Bass (dalam Howell dan Hall-Merenda, 1999) mengemukakan adanya empat karakteristik kepemimpinan transformasional, yaitu: 1) karisma, 2) inspirasional, 3) stimulasi intelektual, dan 4) perhatian individual. Selanjutnya, Bass (1990) dan Yukl (1998) mengemukakan bahwa hubungan pemimpin transaksional dengan karyawan tercermin dari tiga hal yakni: 1) pemimpin mengetahui apa yang diinginkan karyawan dan menjelasakan apa yang akan mereka dapatkan apabila kerjanya sesuai dengan harapan; 2) pemimpin menukar usaha-usaha yang dilakukan oleh karyawan dengan imbalan; dan 3) pemimpin responsif terhadap kepentingan pribadi karyawan selama kepentingan tersebut sebanding dengan nilai pekerjaan yang telah dilakukan karyawan. Bass (dalam Howell dan Avolio, 1993) mengemukakan bahwa karakteristik kepemimpinan transaksional terdiri atas dua aspek, yaitu imbalan kontingen, dan manajemen eksepsi. Berkaitan dengan pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap perilaku karyawan, Podsakoff dkk. (1996) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional merupakan faktor penentu yang mempengaruhi sikap, persepsi, dan perilaku karyawan di mana terjadi peningkatan kepercayaan kepada pemimpin, motivasi, kepuasan kerja dan mampu mengurangi sejumlah konflik yang sering terjadi dalam suatu organisasi. Menurut Bycio dkk. (1995) serta Koh dkk. (1995), kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin menfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar kerja, penugasan kerja, dan penghargaan. Judge dan Locke (1993) menegaskan bahwa gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor penentu kepuasan kerja. Jenkins (dalam Manajemen, 1990), mengungkapkan bahwa keluarnya karyawan lebih banyak disebabkan oleh ketidakpuasan terhadap kondisi kerja karena karyawan merasa pimpinan tidak memberi kepercayaan kepada karyawan, tidak ada keterlibatan karyawan dalam pembuatan keputusan, pemimpin berlaku tidak objektif dan tidak jujur pada karyawan. Pendapat ini didukung oleh Nanus (1992) yang mengemukakan bahwa alasan utama karyawan meninggalkan organisasi disebabkan karena pemimpin gagal memahami karyawan dan pemimpin tidak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan karyawan. Dalam kaitannya dengan koperasi, Kemalawarta (2000) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kendala yang menghambat

perkembangan koperasi di Indonesia adalah keterbatasan tenaga kerja yang terampil dan tingginya turnover. Pada dasarnya, kepemimpinan merupakan kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi karyawan dalam sebuah organisasi, sehingga mereka termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam memberikan penilaian terhadap gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin, karyawan melakukan proses kognitif untuk menerima, mengorganisasikan, dan memberi penafsiran terhadap pemimpin (Solso, 1998). Berbagai penelitian yang dilakukan berkaitan dengan kepuasan kerja terutama dalam hubungannya dengan gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional. Penelitian yang dilakukan oleh Koh dkk. (1995) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan transformasional dan transaksional dengan kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Popper dan Zakkai (1994) menunjukkan bahwa pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap organisasi sangat besar.

Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional , Pengaruhnya terhadap Kepuasan kerja Pegawai
14 Agu 2010 Tinggalkan sebuah Komentar by erdiyansyah in Uncategorized Tag:bass, kepemimpinan, maslow, tranformasional, transaksional judul diatas memang terasa amat panjang, awal yang saya kira bagaimana harus menuliskan sesuatu dlm tulisan ini.. judul itu adlh sebuah refleksi dari skripsi sya yg sedang saya tulis sekarang, yang saya bagikan disini adalah gambaran secara garis besarnya saja, penambahan-penambahan setelahnya bisa ditambah jika dirasa perlu . sebelum berbicara tentang transfor dan transak, sebaiknya kita paham betul tentang arti kepemimpinan :
1. kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi. kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para pengikut) . Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada pemimpin. tersirat dalam definisi ini adalah premis bahwa pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan berralasi dengan para pengikut mereka. 2. kepemimpinan merupakan suatu proses. agar bisa mempimpin, pemimpin harus melakukan sesuatu. sprti telah diobservasi oleh john gardner (1986-1988) kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas. Kendati posisi otoritas yang diformalkan mungkin sangat mendorong suatu proses kepemimpinan, namun sekedar menduduki posisi itu tidak menandai seseorang untuk menjadi pemimpin. 3. kepemimpinan harus membujuk orang2 lain untuk mengambil tindakan. Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara, seoerti menggunakan otoritas yang terelegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukum, restrukturisasi organisasi dan mengkomonikasikan visi.

Konsep kepemimpinan transformasional dan transaksional didasari oleh teori kebutuhan atau motivasi maslow. Menurut Bass dalam Robbins, (2008) kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah bisa dipenuhi dengan baik oleh pola kepemimpinan transaksional sedangkan pemuasan kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi hanya bisa dipenuhi oleh pemimpin yang menerapkan pola kepemimpinan transformasional.

Transaksional Manajemen Konten


Menghubungkan orang, proses dan konten

Pelanggan Fitur

Metro Cash and Carry

Metro raksasa ritel menggunakan OpenText Manajemen Proses Bisnis (BPM) Server untuk proses faktur yang mengendalikan. Baca lebih lanjut Setiap bisnis bergantung pada transaksi antara organisasi internal dan mitra eksternal, seperti pelanggan atau pemasok. Kertas dokumen, seperti perintah atau faktur, sering melakukan transaksi antara perusahaan. Perusahaan besar dapat menerima ribuan dokumen setiap hari. Mengelola dokumen-dokumen secara manual dengan mudah menghasilkan misfiling atau bahkan hilangnya informasi. Akses ke dokumen berbasis kertas sulit dan memakan waktu dan produktivitas mengganggu. Di bidang layanan pelanggan, pencarian dokumen memperlambat respon terhadap permintaan pelanggan. Perusahaan terperosok dalam proses berbasis kertas dan silo informasi berisiko ditahan oleh pelanggan tidak puas, omset pelanggan yang tinggi dan kerugian kompetitif yang signifikan. OpenText memberikan aplikasi untuk manajemen konten transaksional yang mulus diintegrasikan ke dalam aplikasi bisnis dan membawa orang, proses dan isi bersama-sama.

ECM OpenText Suite Aplikasi untuk Content Management Transaksional


ECM OpenText Suite untuk aplikasi Content Management Transaksional meliputi:

ECM OpenText Suite, Pengolahan Konten Transaksional (TCP) mempercepat proses bisnis dengan menangkap konten transaksional dan memberikan kepada orang yang tepat dalam konteks langkah-langkah dalam rantai proses. Dengan blok bangunan penangkapan, proses, melestarikan, mengakses, dan mengintegrasikan, TCP menyediakan platform untuk berbagai solusi yang memerlukan integrasi konten transaksional dengan proses bisnis. E OpenText E n terpri s Layanan Proses mengotomatiskan volume tinggi, proses bisnis transaksional. Sangat fleksibel dan scalable, OpenText Enterprise Services Proses menyediakan acara berbasis pengolahan, integrasi dengan ERP dan aplikasi warisan, dan desain proses grafis dan alat pemodelan. Akses Dokumen Bersama OpenText untuk SAP Solusi mengintegrasikan aplikasi SAP dengan Pengolahan Konten Transaksional aplikasi yang memungkinkan Anda untuk mengelola proses konten-sentris bisnis yang harus berinteraksi dengan non-aplikasi SAP selain aplikasi SAP. Hal ini memungkinkan pengembangan tujuan-dibangun solusi, seperti pelanggan dan swalayan penjual portal yang mengintegrasikan informasi yang dikelola dalam sistem SAP tanpa mengorbankan keamanan sistem tersebut.

You might also like