You are on page 1of 8

Pendahuluan Sebagaimana diketahui, Sismennas merupakan perpaduan dari tata nilai, struktur, fungsi dan proses mencapai efisiensi

dan efektivitas dalam menggunakan sumber dana dan sumber daya nasional dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Sebagai tata nilai Sismennas merupakan usaha menyeluruh dengan mengintegrasikan karsa, sarana, dan upaya untuk memberdayakan, mengubah, meningkatkan potensi menjadi kemampuan nasional yang berdaya saing dalam mengatasi berbagai tantangan dan kendala yang dihadapi. Dengan sistem manajemen nasional yang baik diharapkan akan terjadi penguatan ketahanan nasional yaitu kondisi dinamik bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional, dalam rangka mempertahankan eksistensi bangsa dan negara terhadap semua tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan yang dihadapinya, baik yang datang dari dalam maupun dari luar dalam segala bentuk dan manifestasinya. Beberapa indikator keberhasilan sismennas dalam tannas dapat tercermin pada: kepemerintahan yang baik (Good Governance), keamanan nasional yang relatif mapan dan adanya kepastian hukum dan kepastian masa depan bagi seluruh penduduk, tingkat kesejahteraan rakyat yang memadai atau cukup tinggi, baik lahiriah maupun bathiniah, sumber daya manusia (SDM) yang kompetitif. Kesemua itu akan memungkinkan seluruh rakyat semakin bergairah untuk memberikan peran-serta aktifnya dalam pembangunan. Disisi yang lain perubahan teknologi baik teknologi informasi dan komunikasi, teknologi manajemen, dan teknologi pendukung lain telah menyebabkan terjadinya pergeseran dalam sistem manajemen modern termasuk dalam manajemen nasional[1]. Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi yang lebih baik akan menyebabkan kemudahan dalam pengelolaan data dan informasi. Struktur organisasi yang pada era sebelumnya cenderung bersifat hirarkis fungsional akan menjadi lebih datar (flat) dan lintas komunikasi matrik. Pendekatan baru dalam manajemen kualitas akan berpengaruh pada konsep pengelolaan layanan masyarakat dimana pusat layanan (costumer satisfaction oriented) ada pada masyarakat bukan lagi pada pemerintah. Adanya pergeseran teknologi ini menyebabkan adanya gap antara sistem manajemen nasional yang ada saat ini dengan sistem manajemen nasional yang lebih efisien dan efektif dalam mencapai tujuan nasional. Tulisan ini mencoba mengungkap bagaimana sistem manajemen nasional yang didukung oleh teknologi dapat meningkatkan ketahanan nasional dengan lebih baik. PEMBAHASAN Tata Nilai Sismennas dan Teknologi Ada tiga faktor dalam sismennas yang perlu diintegrasikan untuk dapat mencapai tujuan nasional, yaitu karsa, sarana, dan upaya. Karsa adalah kehendak atau tujuan yang akan dicapai. Kondisi ini akan menjadi arah agar aktivitas yang dilakukan tetap pada jalur pencapaian yang diinginkan. Hal ini terkait dengan kemampuan di bidang idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, guna mengatasi berbagai permasalahan nasional. Sarana merupakan wadah dan pemberdayaan segenap potensi sumber daya dalam proses mencapai tujuan. Sarana merupakan faktor dominan dan sangat diperlukan untuk pemilihan alternatif terbaik dan mendukung pengambilan kebijakan. Upaya merupakan

proses pengambilan keputusan dari berbagai dimensi melalui tranformasi potensi menjadi kemampuan sesuai yang telah ditentukan. Karsa nasional atau tujuan nasional haruslah berwawasan jauh ke depan. Tujuan nasional ini akan menjadi haluan negara yang diturunkan menjadi beberapa pentahapan pencapaian; baik jangka menengah (national objective) maupun jangka pendek (national target). Dalam era sekarang ini untuk mentransformasikan sarana menjadi karsa tidak lepas dalam upaya yang dilakukan akan menggunakan teknologi. Teknologi merupakan alat bantu yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan. Dari sudut pandang administrasi negara, yang dimaksud dengan tata nilai adalah perpaduan antara administrasi, organisasi, dan manajemen. Administrasi identik dengan faktor karsa, sebagai penentu arah, tujuan, atau sasaran dan norma-norma atau cara-cara pencapaiannya. Organisasi identik dengan faktor sarana, sebagai pewadahan potensi sumber daya, sumber dana, serta unsur-unsur pendukung dan penunjang lainnya. Manajemen identik dengan faktor upaya, berintikan cara bertindak meliputi perumusan, pengendalian, pengawasan, dan penilaian dari organisasi sesuai yang digariskan oleh administrasi. Tata hubungan faktor karsa, sarana, upaya dalam implementasi berwujud menjadi perencanana, penganggaran, dan penyusunan program. Perencanaan yang berkaitan dengan penentuan sasaran yang ingin dicapai sebagai faktor karsa; Penganggaran yang berkaitan dengan pengerahan sumber daya dan sumber dana sebagai faktor sarana; dan Penyusunan Program dan Kegiatan dengan menerapkan teknologi dan manajemen yang baik adalah faktor upaya. Perpaduan antara faktor Karsa, Sarana, dan Upaya merupakan tata nilai Sismennas dan menjadi pedoman agar memperoleh keberhasilan sesuai yang diharapkan. Struktur Sismennas dan Cascading Strategy Sismennas sebagai pendekatan sistem (systemic approach) akan mencakup input, proses, output, outcome, dan feedback. Input dalam Sismennas merupakan tatanan luar Sismennas (Outer Setting) yang juga merupakan faktor lingkungan dari tatanan dalam, sebagai sumber aspirasi kepentingan rakyat dan sumber kepemimpinan nasional. Untuk penyelenggaraan pengambilan keputusan sesuai dengan kewenangan terkait[2] diperlukan proses input atau arus masuk yang berasal dari kehidupan masyarakat dan kehidupan politik nasional[3]. Kedua faktor input ini berintikan aspirasi dan kepentingan rakyat. Proses dalam sismennas merupakan rangkaian kegiatan dalam pengolahan respon[4] terhadap kondisi kehidupan masyarakat dan politik nasional untuk dapat disesuiakan dengan tujuan nasional menggunakan sumber daya yang dimiliki. Hasil dari aktivitas ini merupakan keputusan-keputusan strategis, taktis, maupun operasional yang pada dasarnya merupakan tanggapan Pemerintah atas berbagai aspirasi dan kepentingan rakyat. Output dari sismennas terhimpun dalam proses arus keluar untuk selanjutnya disalurkan kembali agar terjadi perubahan dalam tata kehidupan masyarakat dan politik nasional. Berbagai kebijakan ini dituangkan dalam bentuk hierarki perundangan dan peraturan, sesuai dengan sifat permasalahan, klasifikasi kebijakan, maupun instansi atau pejabat yang mengeluarkan.

Feedback atau proses umpan balik, sebagai bagian dari siklus Sismennas, menghubungkan Arus Keluar dengan Arus Masuk dan akan berproses kembali ke Tatanan Pengambilan Keputusan Berkewenangan (TPKB). Dengan demikian maka secara prosedural Sismennas merupakan siklus tak terputus dan berkesinambungan. Leveling dalam proses pengelolaan sumber daya untuk mengubah input menjadi output yang diinginkan, Sismennas berdasar cakupannya terbagi atas supra struktur, infra struktur, dan sub struktur. Pendekatan ini merupakan cara untuk dapat mendefinisikan sistem sebagai unit analisis dalam pengembangan dan pengambilan kebijakan. Dalam Ketatanegaraan Indonesia pengelompokan tatanan menjadi (1) Supra Struktur; (2) Infra Struktur, dan (3) Sub Struktur. Strata Supra Struktur adalah unsur Negara bersama unsur Pemerintah yang dalam keseharian merupakan Kelembagaan Tinggi Negara. Supra struktur lazim disebut unsur Birokrasi atau Aparatur yang mempunyai kewenangan dalam pengambilan keputusan tingkat atas dalam bentuk kebijakan sesuai bidang dan kewenangan masing-masing. Strata Infra Struktur adalah berbagai Komponen Bangsa yang memiliki kemampuan politis menyalurkan kepentingan dan aspirasi kehidupan masyarakat. Strata Sub Struktur adalah unsur masyarakat yang mengacu pola kehidupan sosial budaya, membentuk lingkungan hidup bersama secara tertib dan teratur[5]. Aspek Sismennas yang Handal dengan Teknologi Pada usaha mencapai tujuan nasional, sismennas memiliki posisi kunci. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, dalam sismennas perlu dibuat ukuran-ukuran (indicators) untuk menilai kinerja (performance) dan capaian kualitas harus ditetapkan terlebih dahulu. Indikator kinerja (performance indicator) adalah data atau fakta empiris yang dapat berupa data kualitatif ataupun kuantitatif, yang menandai capaian dari perkembangan daya saing bangsa sebagai outcome sismennas. Penentuan indikator kinerja dalam model sismennas dapat digunakan untuk menggambarkan efisiensi, produktivitas, dan efektivitas dan faktorfaktor yang dapat menunjukkan ketahanan nasional seperti: akuntabilitas, kemampuan inovatif dalam konteks menjaga keberlangsungan bangsa dan kualitas masyarakat yang telah diraihnya, dan suasana politik bangsa. Dengan kata lain, kualitas ketahanan nasional dicerminkan dengan konvergensi dari seluruh indikator kinerja tersebut. Pemanfaatan inovasi teknologi untuk membangun sismennas diharapakan akan dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas, efektivitas, akuntabilitas, dan kemampuan inovasi bangsa. Inovasi teknologi yang relevan dalam implementasi sismennas akan mampu meningkatkan ketahanan nasional sebagai tujuan nasional. Efisiensi dalam sismennas adalah kesesuaian antara masukan (termasuk sumberdaya) dengan proses yang dilaksanakan. Tingkatan efisiensi dapat diperlihatkan dengan bagaimana peran dan kinerja manajemen sumberdaya (TPKB) dalam pelaksanaan proses tersebut. Tingkat efisiensi dapat dihitung berdasarkan perbandingan antara sumberdaya yang telah dimanfaatkan dengan sumberdaya yang dapat/harus digunakan dalam melaksanakan proses tersebut. Semakin kecil hasil perbandingan tersebut, maka semakin kecil tingkat efisiensinya. Produktivitas adalah kesesuaian antara proses dengan keluaran yang dihasilkan. Tingkat produktivitas umumnya diperlihatkan dengan perbandingan jumlah keluaran

yang dihasilkan dari suatu proses dengan memanfaatkan sumberdaya dengan standar tertentu. Namun perlu diperhatikan, bahwa perubahan proses dapat mempengaruhi tingkat produktivitas. Efektivitas adalah kesesuaian antara tujuan atau sasaran dengan keluaran yang dihasilkan. Tingkat efektivitas dapat diperlihatkan dengan membandingkan tujuan dengan hasil dari proses (termasuk dampak yang dihasilkan). Akuntabilitas adalah tingkat pertanggungjawaban yang menyangkut bagaimana sumberdaya yang diterima oleh pemerintah di semua level baik supra, infra maupun sub struktur dimanfaatkan dalam upaya dan kegiatan untuk mencapai tujuan nasional yang telah ditetapkan. Pertanggungjawaban menyangkut tingkat efisiensi, kesesuaian dengan norma dan peraturan yg berlaku umum, dsb. Kemampuan inovatif adalah tingkat fleksibilitas bangsa untuk bereaksi terhadap perubahan sosial dalam masyarakat (TKM dan TPN). Didalam merencanakan dan implementasi aktivitas fungsionalnya, setiap level struktur harus selalu memperhatikan dan mengacu pada perubahanperubahan yang terjadi di masyarakat. Setiap perubahan yang terjadi di masyarakat akan berdampak pada TLP dan TAN. Apabila suatu bangsa tidak mempunyai kemampuan inovasi atau tidak mampu mengakomodasi maupun mengantisipasi perubahan yang terjadi, maka bangsa tersebut akan memiliki ketahanan nasional yang rendah. Teknologi dalam Pengambilan Keputusan Strategis Sismennas Sebagaimana diketahui dalam sismennas keluarannya adalah kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan sumber daya untuk peningkatan ketahanan nasional tentu perlu didukung oleh informasi yang terbaik dan lengkap. Peran teknologi yang handal menjadi sangat penting. Inovasi teknologi dalam sismennas dilakukan untuk mengintegrasikan pulau-pulau informasi yang tersebar baik antar level supra, infra, dan sub struktur maupun antar elemen dalam sismennas. Ada beberapa ciri yang perlu dikembangkan dalam pengambilan kebijakan nasional yang memanfaatkan teknologi, yaitu keterlibatan semua pihak, komprehensif, keakuratan data, dan kedalaman analisis. Inovasi teknologi digunakan untuk memperbaiki hal-hal tersebut. Seperti halnya dalam manajemen modern, sismennas juga menekankan pentingnya keterlibatan semua unsur/pihak yang ada dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan. Keterlibatan tersebut sangat penting, karena harapan dan keinginan masyarakat sebagai yang dilayani negara seharusnya dapat merupakan representasi harapan dan keinginan tujuan nasional. Tingkat Komprehensif dari suatu proses analisis pengambilan kebijakan nasional dengan memperhatikan astagatra akan dapat diperoleh benefit terbaik bagi ketahanan nasional. Data yang digunakan untuk pengambilan kebijakan nasional harus akurat, konsisten antara data satu dengan lainnya, dan sesuai dengan aspek atau isu nasional yang merupakan sasaran nasional. Data yang digunakan untuk penyusunan kebijakan nasional harus dengan jelas disebutkan sumbernya, keterkaitannya dengan isu atau aspek yang dibahas, asumsi dasar penggunaan data tersebut, dan metodologi pengumpulan data. Kualitas dari analisis pengambilan kebijakan nasional secara parsial sudah dapat dilihat pada ketiga atribut diatas. Sebagai bukti lain bahwa telah dilakukan analisis yang mendalam dalam berbagai aspek dan isu yang penting adalah adanya gambaran keterkaitan yang jelas (benang merah) antara (1) permasalahan strategis nasional yang berhasil di identifikasi dengan data pendukung analisis, (2) permasalahan yang berhasil di identifikasi

dengan program atau aktivitas yang diusulkan guna meningkatkan ketahanan nasional, (3) kekuatan yang dimiliki dan peluang bangsa baik secara nasional maupun regional yang dapat dimanfaatkan dengan program atau aktivitas yang diusulkan. Pendekatan Teknologis dan Langkah Implementasi TPKB sebagai kunci Sismennas Sebagian besar organisasi termasuk negara pada umumnya hanya mengandalkan manajemen puncak (supra struktur) untuk menyusun perencanaan strategik sebagai implementasi sismennad, sementara manajemen menengah (infra struktur) sampai manajemen rendah (sub struktur) hanya melakukan implementasi rencana jangka panjang dan pendek. Sistem manajemen nasional seperti ini hanya pas untuk lingkungan yang stabil yang di dalamnya prediksi masih dapat diandalkan untuk memperkirakan masa depan bangsa. Dalam pengembangan aktivitas yang tertuang dalam rencana strategis jangka panjang, menengah, dan pendek, negara harus melibatkan seluruh elemen bangsa di semua level dalam perencanaan strategiknya untuk mengubah mode operasi organisasi dari plan and control menjadi sense and respond. Dengan mekanisme baru ini, diharapkan akan dapat terlihat dan terukur seluruh kinerja daya saing bangsa sebagai dasar ketahanan nasional dalam berbagai level (Effendi, 2009; Kartasasmita, 2009)). TPKB mencakup seluruh perangkat negara yang mendapat kewenangan dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan untuk membuat berbagai kebijakan nasional, yang menyangkut segala aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, dengan mengarah kepada cita-cita nasional. Kebijakan Nasional yang dirumuskan beorientasi kepada kepentingan masyarakat dengan tolok ukur : (1) Secara politis, penyelenggaraannya dapat diterima masyarakat; (2) Secara manajerial, pengerahan dan pemanfaatan sumber daya dapat efektif dan efisien untuk mendapatkan hasil optimal yang memiliki nilai guna, daya guna, hasil guna; dan (3) Secara administratif, penyelenggaraan berjalan dengan tertib. Sebagai suatu sistem, Sismennas dalam mengemban fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan penyelenggaraan pembangunan (Wrihatnolo, 2006). Sebagaimana dalam manajemen strategis, Sismennas akan melalui siklus: Perumusan Kebijakan (Policy Formulation); Pelaksanaan Kebijakan (Policy Implemention); dan Penilaian Kinerja hasil-hasil pelaksanaan kebijakan (Policy Evaluation). Kebijakan Nasional yang dihasilkan berkait dengan fungsi penyelenggaraan pembangunan, adalah Kebijakan Pembangunan yang mentransformasikan kepentingan dan aspirasi masyarakat dalam bentuk program dan kegiatan, maupun kebijakan pembangunan lainnya yang harus diimplementasikan oleh TLP atau Pemerintah dan segenap jajarannyan, baik vertikal maupun horisontal. Melalui pemahaman di atas, TPKB mengemban fungsi-fungsi yang berkait dengan Kebijakan Umum (Pembuatan Aturan, Penerapan Aturan, Penghakiman Aturan) dan yang berkait dengan Kebijakan Pembangunan (Perencanaan, Pengendalian, Penilaian). Untuk menjalankan sismennas berbasis teknologi modern ada beberapa langkah yang dapat digunakan agar tujuan nasional dapat diraih. 1. Langkah pertama adalah penilaian tujuan mendasar bangsa (Pancasia dan UUD 1945), tantangan, kemampuan, dan nilai. Tahap ini juga mencakup persiapan untuk perencanaan manajemen perubahan

dalam manajemen nasional yang fokus pada komunikasi untuk mengidentifikasi pesan-pesan kunci, media yang digunakan, waktu, dan pemberi pesan ideologi bangsa. Manajemen perubahan dengan mengelola komunikasi akan memberikan pengaruh kuat pada penyampaian tujuan nasional ke berbagai pihak (Waits, 2007; Yudhoyono, 2010). 2. Langkah Kedua adalah menentukan hasil-hasil strategis, tema strategis, dan perspektif yang digunakan dalam pengelolaan sumber daya nasional. Semua komponen bangsa harus memahami hal ini. 3. Langkah Ketiga adalah menjabarkan elemen-elemen strategis dari langkah satu dan dua menjadi sasaran strategis yang akan menjadi batu bata penyusunan strategi dan menentukan intensitas strategis nasional. Sasaran adalah hal pertama yang diinisiasi dan dikategorisasikan dalam beberapa level tema. Sebagai sebuah hubungan sebab akiba (cause-effect linkages). Formulasi ini akan terlihat sebagai peta strategi (Strategy Maps) yang digabungkan dengan berbagai indikator kinerja (Nuh, 2010; Putera, 2010). 4. Langkah Keempat adalah pengembangan ukuran kinerja untuk tiap-tiap sasaran strategis baik pada input, proses, output ataupun level supra, infra, dan sub struktur. Ukuran yang mendorong dan menghambat tercapainya sasaran perlu diidentifikasi, target ditetapkan, dan data dasar (baseline) dan benchmarking perlu ditentukan. 5. Langkah Kelima adalah pengembangan inisiatif strategis untuk mendukung sasaran strategis. Untuk membangun akuntabilitas manajemen organisasi, rasa kepemilikan atas ukuran-ukuran kinerja dan inisiatif strategis perlu diperjelas untuk semua elemen bangsa. 6. Langkah Keenam adalah memulai implementasi proses dengan menerapkan manajemen kinerja (menggunakan software) untuk memperoleh informasi yang akurat dan benar dari semua orang dalam organisasi pada waktu yang tepat. Keakuratan informasi ini akan memperbaiki keputusan yang akan diambil dalam menjalankan strategi. 7. Langkah Ketujuh adalah menjabarkan scorecard nasional (supra struktur) menjadi scorecard level propinsi (infra struktur) dan daerah (sub struktur). Proses cascading ini merupakan kunci untuk memastikan bahwa semua proses bisnis yang dijalankan telah saling bersinergi. Ukuran kinerja yang digunakan dapat memastikan bahwa semua elemen sismennas tumbuh untuk berperan serta dalam pertumbuhan daya saing bangsa untuk ketahanan nasional. 8. Langkah Kedelapan adalah evaluasi ketika scorecard selesai dijalankan dalam satu periode waktu. Selama proses evaluasi ini, pemerintah berusaha untuk menjawab pertanyaan seperti apakah strategi nasional berjalan? Apakah sismennas mengukur kinerja dengan benar, apakah lingkungan telah berubah? Apakah sumber daya nasional terencanakan dan berjalan baik? Output Implementasi Sismennas Implementasi Sismennas dengan dukungan teknologi yang baik akan menghasilkan kebijakan yang meningkatkan kualitas pada Tata Kehidupan Masyarakat (TPM) dan Tata Politik Nasional (TPN). TPM dan TPN pada konsep Sismennas merupakan awal dan akhir dari siklus peningkatan ketahanan nasional. Pada strata Tata Kehidupan Masyarakat (TKM) peran masyarakat adalah sebagai penerima dan penilai atas hasil-hasil penyelenggaraan pemerintahan oleh TLP yang landaskan pada catur embanan nasional dan implementasi pembangunan nasional yang landaskan dari penetapan haluan negara oleh TAN.

Keberhasilan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan program-program pembangunan nasional akan mewujudkan Tertib Sosial (Tibsos) yang dinamis dan akan menyadarkan masyarakat akan hak dan kewajibannya terhadap negara dan bangsa. Dengan terpenuhinya hak-hak masyarakat yaitu kebutuhan dasar yang hakiki sesuai teruang pada embanan nasional, yaitu: kesejahteraan, kesehatan, pendidikan maka tata kehidupan masyarakat di bidang idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, akan semakin tumbuh dan berkembang dan sebagai timbal baliknya akan membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap kewajibannya yang pada akhirnya akan memperkokoh Ketahanan Nasional (Tannas). Pada strata TPN dalam menjabarkan kebijakan umum menjadi berbagai peraturan, pedoman, dan prosedur dengan sasaran untuk memantapkan stabilitas politik yang dinamis, makin tumbuhnya pemahaman terhadap tata nilai kehidupan konstitusional, demokratis dan tegaknya hukum. Landasan dan sumber untuk pembuatan, penerapan, dan penghakiman aturan adalah doktrin Wawasan Nusantara (Wasantara) dan pranata politik negara yang diarahkan guna membangun semangat dan kesadaran akan persatuan dan kesatuan bangsa. Berbagai komponen bangsa, unsur kekuatan masyarakat, kekuatan partai politik sebagai elemen-elemen kekuatan bangsa yang beraneka ragam (plularisme) harus menyatukan visi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk bergerak bersama mencapai tujuan nasional. Pemasyarakatan politik termasuk pendidikan politik perlu diatur, ditata, dan dikelola secara berlanjut dan berkesinambungan yang diarahkan pada tertanamnya kesadaran warga negara untuk setia kepada negara dan berdisiplin dalam rangka pembentukan karakter, identitas, dan integritas bangsa Indonesia. Tannas sebagai Outcome Kinerja Sismennas Dari hasil pengujian aturan dan penilaian pelaksanaan berbagai kebijakan dan rencana akan diketahui tingkat keberhasilan pembangunan dapat dianggap sebagai keberhasilan Sismennas, yang dengan akan meningkatnya Tannas, yaitu suatu kondisi dinamik bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional, dalam rangka mempertahankan eksistensi bangsa dan negara terhadap semua tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan yang dihadapinya, baik yang datang dari dalam maupun dari luar dalam segala bentuk dan manifestasinya (Suryohadiprojo, 2010; FRI, 2007; Sunardi, 2004). Indikator-indikator penting dari Tannas sebagai outcome implementasi Sismennas yang baik adalah: 1) Adanya kepemerintahan yang baik (Good Governance), dalam pengertian pemerintah yang menjalankan pemerintahan secara demokratis, transparan, aspiratif, partisipatif berdasarkan hukum, yang selalu memelihara ketertiban-keterti-ban dan pertanggung-jawaban (accountable) serta menjunjung tinggi keadilan sosial. 2) Adanya keamanan nasional yang relatif mapan dan adanya kepastian hukum dan kepastian masa depan bagi seluruh penduduk. Indikator keamanan nasional pada umumnya diukur oleh tingkat stabilitas nasional yang mencakup stabilitas politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, yang pada umumnya merupakan produk atau keluaran dari interaksi negara dengan negara-negara lain (internasional dan regional) dan negara dengan masyarakatnya (nasional).

3)

Adanya tingkat kesejahteraan rakyat yang memadai atau cukup tinggi, baik lahiriah maupun

bathiniah. Masyarakat sejahtera harus kaya materi sekaligus kaya moral spiritual. Yang tidak boleh terjadi adalah kaya materi namun miskin moral, yang mengundang kecurigaan dan kecemburuan sosial. 4) Adanya sumber daya manusia (SDM) yang kompetitif. Untuk memperkuat kepastian masa depan bangsa terutama dalam memasuki era persaingan antar bangsa human development index(HDI) menjadi faktor yang sangat penting. HDI harus diarahkan untuk menghasilkan manusia dengan tingkat daya saing yang tinggi; manusia yang cerdas, ulet, dan tangguh seperti yang ditentukan oleh kriteria Ketahanan Nasional. Terwujudnya berbagai indikator seperti diuraikan di atas, akan memungkinkan seluruh rakyat semakin bergairah untuk memberikan peran-serta aktifnya dalam pembangunan. Hal tersebut menjadi umpan balik dan daya dorong untuk melaksanakan proses pembangunan selanjutnya, sehingga memperlancar perwujudan Catur Embanan Nasional yang dibebankan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. KESIMPULAN DAN SARAN 1. TPKB sebagai inti dari Sismennas perlu didukung dengan teknologi informasi dan komunikasi yang handal agar informasi yang dikelola dan digunakan dalam pengambilan keputusan strategis jangka panjang, menengah, dan pendek dapat lebih kompherensif, akurat dan mendalam dalam analisis. 2. Output dalam Sismennas yang didukung teknologi adalah berupa kebijakan-kebijakan yang dapat mengintegrasikan seluruh kinerja aparatur negara baik pada level supra struktur, infra struktur, dan sub struktur untuk pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan. Aktivitas ini dapat tercapai ketika ada kejelasan dalam strategy cascading saat penjabaran tujuan nasional menjadi aktivitas di berbagai lini manajemen nasional. 3. Outcome implementasi Sismennas yang menggunakan informasi yang baik akan mendorong pada adanya kepemerintahan yang baik (Good Governance), keamanan nasional yang relatif mapan dan adanya kepastian hukum dan kepastian masa depan bagi seluruh penduduk, tingkat kesejahteraan rakyat yang memadai atau cukup tinggi, baik lahiriah maupun bathiniah, dan sumber daya manusia (SDM) yang kompetitif.

You might also like