You are on page 1of 9

BAB II PEMBAHASAN 2.

1 PENGERTIAN SEKS DAN SEKSUALITAS Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki -laki dengan perempuan. Karakter seksual masing-masing jenis kelamin memiliki sp esifikasi yang berbeda hal ini seperti yang pendapat berikut ini: sexual charact eristics are divided into two types. Primary sexual characteristics are directly related to reproduction and include the sex organs (genitalia). Secondary sexua l characteristics are attributes other than the sex organs that generally distin guish one sex from the other but are not essential to reproduction, such as the larger breasts characteristic of women and the facial hair and deeper voices cha racteristic of men (microsoft encarta encyclopedia 2002). Pendapat tersebut seiring dengan pendapat Hurlock (1991), seorang ahli psikologi perkembangan, yang mengemukakan tanda-tanda kelamin sekunder yang penting pada laki-laki dan perempuan. Menurut Hurlock, pada remaja putra : tumbuh rambut kema luan, kulit menjadi kasar, otot bertambah besar dan kuat, suara membesar dan lai n-lain. Sedangkan pada remaja putri : pinggul melebar, payudara mulai tumbuh, tu mbuh rambut kemaluan, mulai mengalami haid, dan lain-lain. Seiring dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada remaja ke arah kematangan ya ng sempurna, muncul juga hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksual nya. Hal tersebut merupakan suatu yang wajar karena secara alamiah dorongan seks ual ini memang harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, se bagai fungsi pengembangbiakan dan mempertahankan keturunan. Menurut kamus, kata pendidikan berarti proses pengubahan sikap dan tata laku kelomp ok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Sedangkan kata seks mempunya dua pengertian. Pertama, berati jenis kelamin dan y ang ke dua adalah hal ihwal yang berhubungan dengan alat kelamin, misalnya perse tubuhan atau sanggama. Padahal yang disebut pendidikan seks sebenarnya mempunyai pengertian yang jauh lebih luas, yaitu upaya memberikan pengetahuan tentang per ubahan biologis, psikologis, dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perk embangan manusia. Dengan kata lain, pendidikan seks p ada dasarnya merupakan upaya untuk memberik an pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika, s erta komitmen agama agar tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi tersebut. D engan demikian, pendidikan seks ini bisa juga disebut pendidikan hidup berkeluar ga. Seks merupakan pembedaan jenis kelamin secara biologis. Perbedaan ini dibawa sej ak lahir dan tidak dapat diubah karena merupakan kodrat yang diberikan Tuhan dan tidak dapat dipertukarkan. Seksualitas mengandung makna yang sangat luas karena mencakup aspek kehidupan ya ng menyeluruh, terkait dengan jenis kelamin biologis maupun sosial (gender), ori entasi seksual, identitas gender, dan perilaku seksual. Seksualitas adalah sebua h proses sosial yang menciptakan dan mengarahkan hasrat atau birahi manusia (the socially constructed expression of erotic desire), dan dalam realitas sosial, s eksualitas dipengaruhi oleh interaksi factor- faktor biologis, psikologis, sosia l, ekonomi, politik, agama dan spiritual. Seksualitas itu sendiri membicarakan tentang totalitas ekspresi kita sebagai lak i-laki atau perempuan, apa yang kita percayai, kita pikirkan dan kita rasakan te ntang diri kita, bagaimana kita bereaksi terhadap lingkungan, bagaimana kita men ampilkan diri kita, bagaimana kita berbudaya dan bersosial, etika dan adab perga ulan, yang kesemuanya tersebut akan mencirikan identitas kita. Seksualitas sejatinya merupakan hal yang positif, selalu berhubungan dengan jati diri seseorang dan juga kejujuran seseorang terhadap dirinya. Sayangnya, masyar akat umumnya masih melihat seksualitas sebagai hal yang negatif, bahkan menjijik kan sehingga tidak pantas atau tabu dibicarakan. Studi tentang seksualitas mempe rkenalkan tiga terminologi penting menyangkut seksualitas manusia, yaitu: identi tas gender, orientasi seksual, dan perilaku seksual. 2.2 Konteks seksualitas (Konsep Seksualitas)

Konsep Seksualitas 1. Definisi Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin yaitu penis untuk laki-laki dan vagina untuk perempuan. Se ksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, perilaku dan kultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan deng an organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual (BKKBN, 2006). Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai mahluk seksual, identitas peran atau jenis (BKKBN, 2006). Dari dimensi sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan ant ar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seks ualitas yang akhirnya membentuk perilaku seks (BKKBN, 2006). Dimensi perilaku menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seksual, yaitu peri laku yang muncul berkaitan dengan dorongan atau hasrat seksual (BKKBN, 2006). Dimensi kultural menunjukan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat (BKKBN, 2006). Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapa i kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang terkait dengan seksualitas, hal in i tercermin dari ekspresi yang bebas namun bertanggung jawab dalam kehidupan pri badi dan sosialnya misalnya dalam menjaga hubungan dengan teman atau pacar dalam batasan yang diperbolehkan oleh norma dalam masyarakat atau agama. Bukan hanya tidak adanya kecacatan, penyakit atau gangguan lainnya. Kondisi ini hanya bisa dicapai bila hak seksual individu perempuan dan laki-laki diakui dan dihormati ( BKKBN, 2006). 2. Orientasi Seksual Orientasi seksual adalah dengan jenis kelamin mana seseorang lebih tertarik seca ra seksual. Orientasi seksual dikategorikan menjadi dua yaitu heteroseks (orang yang secara seksual tertarik dengan lawan jenis) dan homoseks (orang yang secar a seksual lebih tertarik dengan orang lain yang sejenis kelamin). Di antara ke dua orientasi seksual tersebut, masih ada perilaku-perilaku seksual yang sulit d imasukkan dalam satu kategori tertentu karena banyak sekali keragaman di dalamny a (BKKBN, 2006). Homoseksualitas adalah ketertarikan secara seksual dan aktivitas seksual pada j enis kelamin yang sama. Laki-laki yang tertarik kepada laki-laki disebut gay, s edangkan perempuan yang tertarik pada perempuan disebut lesbian. Terjadinya hom oseksualitas sampai saat ini masih diperdebatkan. Ada yang mengatakan bahwa hal ini terjadi sejak lahir (dipengaruhi oleh gen) dan ada pula yang mengatakan dar i pengaruh lingkungan (BKKBN, 2006). 3. a. Perilaku Seksual Definisi Dorongan seksual bisa diekspresikan dalam berbagai perilaku, namun tent u saja tidak semua perilaku merupakan ekspresi dorongan seksual seseorang. Ekspr esi dorongan seksual atau perilaku seksual ada yang aman dan ada yang tidak aman , baik secara fisik, psikis, maupun sosial. Setiap perilaku seksual memiliki kon sekuensi berbeda. Perilaku seksual adalah perilaku yang muncul karena adanya dor ongan seksual. Bentuk perilaku seksual bermacam-macam mulai dari bergandengan ta ngan, berpelukan, bercumbu, bercumbu berat sampai berhubungan seks (BKKBN, 2006 ). b. Perilaku seks aman (Touching) Perilaku seks aman adalah perilaku seks tanpa mengakibatkan terjadinya p ertukaran cairan vagina dengan cairan sperma misalnya dengan bergandengan tangan , berpelukan, berciuman. Sementara hubungan seks tanpa menggunakan kondom bukan merupakan perilaku seks aman dari kehamilan dan PMS. Jika benar-benar ingin am an, tetaplah tidak aktif seksual tetapi jika sudah aktif, setialah dengan satu p asangan saja, atau gunakan kondom dengan mutu yang baik dan benar agar dapat men gurangi risiko terkena PMS, HIV/AIDS dan kehamilan (BKKBN, 2006).

c.

Anal Seks Seks anal (bahasa Inggris: anal sex atau anal intercourse) adalah hubung an seksual di mana penis yang ereksi dimasukkan ke rectum melalui anus. Selain i tu penetrasi anus dengan dildo, butt plug, vibrator, lidah, dan benda lainnya ju ga disebut anal sex. Anal sex dapat dilakukan oleh orang heterosexual maupun hom osexual. Dalam beberapa budaya female receptive anal intercourse diterima karen a resiko kehamilan lebih rendah (walaupun tidak ada jaminan, karena mani dapat m asuk dari anus melalui perineum ke vagina). Anal sex juga digunakan untuk menja ga keperawanan karena hymen tidak rusak. Alasan lain adalah karena anus lebih "k etat" daripada vagina (terutama setelah kelahiran bayi), karena itu lebih member ikan kepuasan bagi penis. d. Biseksual Biseksual adalah kondisi tertentu yang membuat seseorang mampu menikmati stimulasi erotis-seksual, baik dari pasangan sejenis maupun lain jenis.

e.

Homoseksual Homoseksualitas mengacu pada interaksi seksual dan/atau romantis antara pribadi yang berjenis kelamin sama. Pada penggunaan mutakhir, kata sifat homosek s digunakan untuk hubungan intim dan/atau hubungan sexual di antara orang-orang berjenis kelamin yang sama, yang bisa jadi tidak mengidentifikasi diri merek seb agai gay atau lesbian. Homoseksualitas, sebagai suatu pengenal, pada umumnya dibandingkan denga n heteroseksualitas dan biseksualitas. Istilah gay digunakan sebagian besar untu k mengacu pada orang-orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai homoseks, tanpa memandang jenis kelamin. Lesbian adalah suatu istilah tertentu yang hanya digunakan untuk merujuk kepada wanita homoseks. Definisi tersebut bukan definisi mutlak mengingat hal i ni diperumit dengan adanya beberapa komponen biologis dan psikologis dari seks d an gender, dan dengan itu seseorang mungkin tidak seratus persen pas dengan kate gori di mana ia digolongkan. Beberapa orang bahkan menganggap ofensif perihal pe mbedaan gender (dan pembedaan orientasi seksual). Homoseksualitas dapat mengacu kepada: 1) Orientasi seksual yang ditandai dengan kesukaan seseorang dengan orang l ain mempunyai kelamin sejenis secara biologis atau identitas gender yang sama. 2) Perilaku seksual dengan seseorang dengan gender yang sama tidak peduli o rientasi seksual atau identitas gender. 3) Identitas seksual atau identifikasi diri, yang mungkin dapat mengacu kep ada perilaku homoseksual atau orientasi homoseksual. Ungkapan seksual dan cinta erotis sesama jenis telah menjadi suatu corak dari sejarah kebanyakan budaya yang dikenal sejak sejarah awal . Bagaimanapun, bukanlah sampai abad ke-19 bahwa tindakan dan hubungan seperti itu dilihat sebag ai orientasi seksual yang bersifat relatif stabil. Penggunaan pertama kata homos eksual yang tercatat dalam sejarah adalah pada tahun 1869 oleh Karl-Maria Kertbe ny, dan kemudian dipopulerkan penggunaannya oleh Richard Freiherr von Krafft-Ebi ng pada bukunya Psychopathia Sexualis. Di tahun-tahun sejak Krafft-Ebing, homoseksualitas telah menjadi suatu pokok kajian dan debat. Mula-mula dipandang sebagai penyakit untuk diobati, seka rang lebih sering diselidiki sebagai bagian dari suatu proyek yang lebih besar u ntuk memahami Ilmu Hayat, ilmu jiwa, politik, genetika, sejarah dan variasi buda ya dari identitas dan praktek seksual. status legal dan sosial dari orang yang m elaksanakan tindakan homoseks atau mengidentifikasi diri mereka gay atau homosek s wanita beragam di seluruh dunia. f. Oral Seks Adalah suatu variasi seks dengan memberikan stimulasi melalui mulut dan lidah pada organ seks / kelamin pasangannya. Cunnilingus yaitu seks oral yg dil akukan seorang pria pada vagina dengan mulut ataupun lidah. Fellatio adalah seks oral yang dilakukan wanita kepada alat kelamin pria, penis dan testis.

g.

Masturbasi Masturbasi adalah menyentuh, menggosok dan meraba bagian tubuh sendiri y ang peka sehingga menimbulkan rasa menyenangkan untuk mendapat kepuasan seksual (orgasme) baik tanpa menggunakan alat maupun menggunakan alat. Biasanya masturba si dilakukan pada bagian tubuh yang sensitive, namun tidak sama pada masing-mas ing orang, misalnya: puting payudara, paha bagian dalam, alat kelamin (bagi wani ta terletak pada klitoris dan sekitar vagina; sedangkan bagi laki-laki terletak pada sekitar kepala dan leher penis). Misalnya laki-laki melakukan masturbasi de ngan meraba penisnya, remaja perempuan menyentuh klitorisnya hingga dapat menimb ulkan perasaan yang sangat menyenangkan atau bisa timbul ejakulasi pada remaja l aki-laki (BKKBN, 2006). Secara medis masturbasi tidak akan mengganggu kesehatan. Orang yang mela kukannya tidak akan mengalami kerusakan pada otak atau bagian tubuh lainnya. Mas turbasi juga tidak menimbulkan risiko fisik seperti mandul, impotensi, dan cacat asal dilakukan secara aman, steril, tidak menimbulkan luka dan infeksi. Risiko fisik biasanya berupa kelelahan. Pengaruh masturbasi biasanya bersifat psikologi s seperti rasa bersalah, berdosa, dan rendah diri karena melakukan hal-hal yang tidak disetujui oleh agama dan nilai-nilai budaya sehingga jika sering dilakukan akan menyebabkan terganggunya konsentrasi pada remaja tertentu (BKKBN, 2006). h. Berciuman (Kissing) Berciuman adalah sebuah proses cumbuan pada pasangan seksual dengan meng gunakan bibir. Berciuman yang bersifat cumbuan biasanya dilakukan pada daerah se nsitif, misalnya bibir atau leher. Ciuman yang dilakukan pada leher pasangan sek s disebut dengan necking (Fatia, 2005) i. Onani Onani mempunyai arti sama dengan masturbasi. Namun ada yang berpendapat bahwa onani hanya diperuntukkan bagi laki-laki, sedangkan istilah masturbasi da pat berlaku pada perempuan maupun laki-laki. Istilah onani diambil dari seseoran g bernama onan yang sejak kecil sering merasa kesepian. Untuk mengatasi rasa ke sepiannya ia mencari hiburan dengan membayangkan hal-hal erotis sambil mengeksp lorasi bagian-bagian tubuhnya yang sensitif sehingga mendatangkan suatu kenikmat an. Nama onan ini berkembang menjadi onani. Istilah onani lainnya yang dipakai d engan arti sama yaitu swalayan, ngocok, automanipulatif, dsb (BKKBN, 2006). j. Bercumbu berat (Petting) Bercumbu berat adalah melakukan hubungan seksual dengan atau tanpa pakai an tetapi tanpa melakukan penetrasi penis ke dalam vagina, jadi sebatas digesekk an saja ke alat kelamin perempuan. Ada pula yang mengatakan petting sebagai berc umbu berat. Biasanya dilakukan sebagai pemanasan sebelum melakukan hubungan seks . Walaupun tanpa melepaskan pakaian, bercumbu berat tetap dapat menimbulkan keha milan tidak diinginkan karena sperma tetap bisa masuk ke dalam rahim, karena ket ika terangsang perempuan akan mengeluarkan cairan yang mempermudah masuknya sper ma ke dalam rahim, sedangkan sperma itu sendiri memiliki kekuatan untuk berenang masuk ke dalam rahim jika tertumpah pada celana dalam yang dikenakan perempuan, apalagi jika langsung mengenai bibir kemaluan (BKKBN, 2006). k. Hubungan seksual Hubungan seksual yaitu masuknya penis ke dalam vagina. Bila terjadi ejak ulasi (pengeluaran cairan mani yang di dalamnya terdapat jutaan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada dalam vagina memudahkan pertemuan sperma da n sel telur yang menyebabkan terjadinya pembuahan dan kehamilan (BKKBN, 2006). 2.3 Perkembangan seksualitas 1. Masa Bayi Genitalia bayi sensitif terhadap sentuhan sejak lahir. Dengan stimulasi bayi lak i-laki berespons dengan ereksi penis dan bayi perempuan dengan lubrikasi vaginal . Anak laki-laki juga mengalami ereksi noktural spontan tanpa stimulasi. Perilak u dan respons ini tidak berhubungan dengan kontak psikologis erotik seperti pada masa pubertas atau masa dewasa tetapi lebih pada perilaku pembelajaran normal d alam membentuk rasa diri. lang Orang tua harus mau menerima perilaku eksplorasi bayi sebagai langkah pe

rkembangan identiras diri yang positif. Dengan memberikan bentuk stimulasi takti l lainnya melalui menyusu, memeluk, dan menyentuh atau membuai, membantu bayi da lam mendefinisikan pengalaman kesenangan dan kenyamanan melalui interaksi manusi a dan dari kontak tubuh. 2. Masa Usia Bermain dan Prasekolah Anak dari usia 1 sampai 5/6 tahun menguatkan rasa identitas jender dan mulai mem bedakan perilaku sesuai jender yang didefinisikan secara sosial. Anak juga menga mati perilaku orang dewasa, mulai untuk menirukan tindakan orang tua yang berjen is kelamin sama, dan mempertahankan atau memodifikasi perilaku yang didasarkan p ada umpan balik orang tua. Eksplorasi tubuh terus berlanjut dalam kelompok usia ini. Eksplorasi dap at mencakup mengelus diri sendiri, manipulasi genital, memeluk boneka, hewan pel iharaan, atau orang disekitar mereka dan percobaan sensual lainnya. Sementara me mpelajari bahwa tubuh itu baik dan bahwa stimulasi tertentu itu menyenangkan, an ak dapat juga diajarkan tentang perbedaan perilaku yang bersifat pribadi versus publik. Permainan dengan pasangan jenis kelamin dapat ditangani dengan cara sepe rti apa adanya. Orang tua dapat menginterpretasi rasa keingintahuan yang ditunju kan sebagai suatu indikasi yang menandakan bahwa anak telah siap untuk belajar t entang perbedaan dan nama-nama yang sesuai untuk genetalia perempuan dan laki-la ki. Pertanyaan tentang dari mana bayi berasal atau perilaku seksual yang dia mati oleh anak harus dijelaskan dengan terbuka, jujur, dan sederhana. Bahkan jik a pertanyaan tidak dijawab, kesempatan pembelajaran harus tetap diberikan melalu i menunjuk pada wanita yang sedangta hamil atau perilaku hewan dikebun binatang atau melalui diskusi tentang seksualitas sebagai tindak lanjut dari cerita atau program televisi yang melibatkan topik ini. 3. Masa Usia Sekolah Bagi anak-anak dari usia 6 sampai 10 tahun, edukasi dan penekanan tentang seksua litas datang dari orangtua dan gurunya tetapi lebih signifikan dari kelompok tem an sebayanya. Anak-anak usia sekolah sepertinya akan terus melanjutkan perilaku stimul asi diri. Orang tua dan anak-anak dapat diinformasikan bahwa masturbasi tidak me mpunyai efek fisik atau emosional yang membahayakan. Anak-anak dalam kelompok usia ini akan terus mengajukan pertanyaan tenta ng seks dan menunjukkan kemandirian mereka dengan menguji perilaku yang sesuai. Batas-batas pengujian mungkin ditunjukkan dengan menggunakan kata-kata kotor ata u menceritakan guyonan dengan konotasi seksual sambil mengamati reaksi orang dew asa. Anak-anak juga mempunyai keinginan dan kebutuhan privasi. Sampai usia 1 0 tahun, banyak anak gadis dan sebagian anak laki-laki sudah mulai mengalami seb agian dari perubahan pubertas. Sebagaimana anak memasuki pubertas, tubuh mereka berubah dan mereka mengalami peningkatan kesopanan. Mereka membutuhkan informasi yang akurat dari rumah dan sekolah tentang perubahan tubuh selama periode ini. Sampai usia sekolah dini anak harus juga diberi informasi untuk berhatihati terhadap potensiaal penganiayaan seksual. Anak-anak yang sangat kecil dapat diajarkan tentang perbedaan antara sentuhan yang baik dan sentuhan yang buruk d an tentang bagian tubuh tertentu biasanya tidak disentuh oleh orang dewasakecual i saat mandi atau selama pemeriksaan fisik. Jika terjadi penganiayaan seksual, anak yang merasa leluasa menceritakan tentang tubuhnya akan dengan akurat menggambarkan kejadian yang dialami. Respon orangtua juga dapat menjadi hal yang sangat penting untuk bagaimana anak mengat asi efek sesudah penganiayaan seksual. 4. Pubertas dan Masa Remaja Pubertas pada anak gadis biasanya ditandai dengan perkembangan payudara, puting dan areola ukurannya meningkat. Proses ini yang sebagian dikontrol oleh heredita s, mulai pada paling muda usia 8 tahun dan mungkin tidak komplet sampai akhir us ia 10 tahunan. Kadar estrogen yang meningkat juga mulai mempengaruhi genital. Ut erus mulai membesar, dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal, hal tersebut dap

at terjadi secara spontan atau akibat perangsangan seksual. Vagina memanjang, da n rambut pubis dan aksila mulai tumbuh mulai tumbuh. Menarke sangat bervariasi. Menarke dapat terjadi secepatnya pada usia 8 tahun dan tidak sampai pada usia 16 tahun atau lebih. Meskipun siklus menstruasi pada awalnya tidak teratur dan ovu lasi mungkin tidak terjadi pada menstruasi pertama, fertilisasi harus selalu diw aspadai kecuali dilakukan hal lain. Kadar testoteron yang meningkat pada anak laki-laki selama pubertas dita ndai dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat dan vesikula seminalis. An ak laki-laki dan anak gadis mungkin memiliki organmus sebelum masa pubertas dita ndai dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat dan vesikula seminalis. An ak laki-laki san anak gadis mengalami orgasmus sebelum masa pubertas, tetapi eja kulasi pada anak laki-laki tidak terjadi sampai organ seksnya matur yaitu usia 1 2-14 tahun. Hal ini dapat diintreprestasikan sebagai suatu periode mimpi basah d an bahkan bagi anak laki-laki yang berpengatahuan mungkin sangat memalukan. Anak laki-laki harus mengetahui bahwa, meski mereka tidak menghasilkan sperma saat p ertama ejakulasi, mereka akan segera menjadi subur. Perubahan emosi selama puber tas dan masa remaja sama dramatisnya seperti perubahan fisik. Masa ini adalah pe riode yang ditandai oleh mulainya tanggung jawab dan asimilasi penghargaan masya rakat. Informasi faktual ini dapat datang dari rumah, sekolah, buku-buku atau te man sebaya. Bahkan dengan informasi seperti ini pun remaja mungkin tidak mengint regrasikan pengetahuan ini gaya hidupnya. Yang lebih penting dari hal faktual ad alah pedoman dalam menetapkan sistem nilai atau keyakinan pribadi untuk digunaka n sebagai kerangka kerja pembuatan keputusan. Sikap-sikap orang tua mengenai per an dan perilaku sesuai gender mempengaruhi karir dan pilihan keluarga remaja dan dapat juga mempengaruhi keputusan mengenai aktivitas seksual dan pilihan menjad i orangtua dan pasangan. Masa ini mungkin merupakan usia dalam mengidentifikasi orientasi seksual. Remaja mungkin takut bahwa pengalaman ini mendefinisikan seksualitas total mereka. Ini tidak benar: banyak individu berorientasi hetero seksual secara ketat setelah p engalaman. Dukungan dapat datang dari berbagai sumber seperti konselor di sekola h, penasehat spiritual, keluarga, dan profesional kesehatan mental. Pada remaja mungkin pertama kalinya bagi anak mencari perawatan kesehatan tanpa di temani ya ng menyayangi dan saling percaya dan keinginan untuk mendengarkan. 5. Masa Dewasa Dewasa telah mencapai maturasi tetapi terus untuk mengeksploitasi dan menemukan maturasi emosional dalam hubungan. Model ini menggambarkan sebagian besar orang dewasa. Keintiman dan seksualitas juga merupakan masalah bagi orang dewasa yang memilih untuk tidak melakukan hubunagan seks, tetap melajang karena pilihan send iri atau karena situasi tertentu tetap menginginkan aktivitas seksual, yaitu mer eka yang melajang setelah memutuskan hubungan, mereka yang homo seksual. Beberap a orang dewasa mungkin hanya memerlukan ijin untuk mengeksperimen dengan pilihan atau keyakinan bahwa ekspresi seksual selain dari senggama penis-vagina adalah normal. Pengenalan secara mutual tentang keinginan dan preferensi dan negosiasi praktik seksual mencetuskan ekspresi yang positif. 6. Masa Dewasa Tua (Lansia) Seksualitas dalam usia tua beralih dari penekanan pada prokreasi menjadi penekan an pada pertemanan, kedekatan fisik, komodasi intim, dan hubungan fisik mencari kesenangan. Hal ini dapat secara efektif dipenuhi dengan mempertahankan aktiivit as seksual secara teratur sepanjang hidup. Terutama sekali bagi wanita, hubungan senggama teratur membantu mempertahankan elastisitas vagina, nencegah atrofi, d an mempertahankan kemampuan untuk lubrikasi. Lansia mungkin juga menghadapi keka watiran kesehatan yang membuat sulit bagi mereka untuk melanjutkan aktivitas sek sual. 2.4 Pola Fungsi Seksual Definisi Suatu kondisi dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami perubaha n kesehatan seksual. Kesehatan seksual adalah integrasi dari aspek somatik, emos ional, intelektual, dan sosial dari keberadaan seksual yang memperkaya dan menin gkatkan rasa cinta, komunikasi, dan kepribadian.

Perubahan 1. Perubahan 2. Perubahan 3. Perubahan 4. Perubahan 5. Perubahan an Seksual

Pola Pola Pola Pola Pola Pola

Seksualitas Seksualitas Seksualitas seksualitas Seksualitas Seksualitas

b.d b.d b.d b.d b.d

Stres ( Uraikan ). Efek Penyakit Akut atau Kronis. Perubahan atau Kehilangan Bagian tubuh Perubahan Pranatal dan Pascapartum Rasa Takut Hamil dan/atau Penyakit Hubung

Faktor-Faktor yang Berhubungan Perubahan pola seksual dapat terjadi sebagai respons terhadap berbagai masalah k esehatan, situasi, dan konflik yang biasa / sering terjadi adalah sebagai beriku t : a. Patofisiologis Berhubungan dengan efek biokimia pada energi, libido sekunder terhadap : Endokrin Diabetes Melitus Penurunan produksi hormon Hipertiroid Genitourinarius Gagal ginjal kronis Neuromuskular dan Rangka Artritis Sklerosis multipel Gangguan suplai saraf ke otak, medula spinalis, saraf sensori atau saraf autonomic Kardiorespiratorius Infark miokard Gangguan pernapasan kronis Gagal jantung kongestif Kanker Berhubungan dengan takut dihubungkan dengan (PHS) : HIV/AIDS Herpes Sifilis Klamidia Gonoroe Papiloma virus manusia Berhubungan dengan efek alkohol pada penampilan Berhubungan dengan penurunan lubrikan vaginal Berhubungan dengan takut ejakulasi dini Berhubungan dengan fobia mis, hamil, kanker, penyakit menular

b.

Tindakan yang Berhubungan Berhubuungan dengan efekk dari Obat - obatan Terapi radiasi Berhubungan dengan perubahan konsep diri dari perubahan dalam penampilan (trauma , pembedahan radikal) c. Situasional Berhubungan dengan masalah pasangan Tidak menginginkan Perpisahan, perceraian Penyiksaan Berhubungan dengan tidak ada privasi Berhubungan stresor - stresor sekunder tedrhadap Masalah pekerjaan

d. -

Konflik nilai Cemas dengan kondisi keuangan Konflik hubungan Berhubungan dengan kesalahan informasi atau kurangnya pengetahuan B.d kelelahan B.d Takut penolakan sekunder terhadap kegemukan B.d nyeri b.d takut gagal dalam hubungan seksual b.d takut hamil b.d depresi b.d ansietas b.d takut terkena penyakit hubungan seksual b.d riwayat pengalaman yang tidak menyenangkan Maturasional Remaja B. d tidak efektifnya model peran b.d pengajaran seksual yang negatif b.d tidak adanya pengajaran seksual Orang Dewasa B.d keputusan menjadi orangtua b.d menopause b.d konflik nilai b.d efek kehamilan pada tingkat energi dan gambaran tubuh

ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian kesehatan seksualitas 1. Riwayat Kesehatan Seksual pertanyaan masa lalu atau tidak mengetahui apakah klien mempunyai masalah kekhaw atiran seksual. 2. Pengkajian Fisik inspeksi dan palpasi 3. Identifikasi klien yang beresiko Misalnya : adanya gangguan struktur atau fungsi tubuh akibat trauma, dll riwayat pnganiayaan seksual. kondisi yang tidak menyenangkan terapi medikasi spesifik yang dapat menyenangkan masalah seksual. gangguan aktivitas fisik sementara maupun permanen konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan religi 1. 2. 3. 4. Diagnosa masalah seksualitas Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan (b.d) ketakutan kehamilan efek antihipertensi depresi perpisahan dengan perceraian Disfungsi seksual b.d cedera medulla spinalis penyakit kronis nyeri ansietas mengenai penempatan di RS Gangguan Citra tubuh b.d efek masektomi disfungsi seksual perubahan pasca persalinan Ganguan harga diri b.d kerentanan yang dirasakan setelah mengalami serangan infrak miokardium pola penganiayan ketika masih kecil Perencanaan

tujuan yang dicapai mencakup : mempertahankan, memperbaiki, atau meningkatkan kesehatan seksual meningkatkan pengtahuan seksualitas dan kesehatan mencegah PMS mecegah kehamilan yang tidak diinginkan meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi seksual memperbaiki konsep seksual diri Implementasi Proses kesehatan seksual perawat : keterampilan komuniksi yang baik Topik tentang penyuluhan tergantung karakteristik dan faktor yang berhubungn Rujukan mungkin diperlukan

Evaluasi Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan Klien, pasangan perawat mungkin harus mengubah harapan atau menetapkan jangka wa ktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan Komunikasi terbuka dan harga diri yang positif dalam artian penting.

You might also like