Professional Documents
Culture Documents
12/2011
Oleh:
Tegar Yusuf A N Putuhena (1106032245) Witra Evelin M. Sinaga (1106032390) Abdul Musawir (1106109472)
Latar Belakang
peraturan perundangundangan yang lebih tinggi kepada peraturan perundangundangan yang lebih rendah pelimpahan kewenangan membentuk peraturan perundang-undangan dinyatakan secara tegas ataupun tidak
Delegasi kewenangan
delegasi van wetgevingsbevoegdheid
Latar Belakang
UU No. 12 Tahun 2011
Mengatur pendelegasian kewenangan pengaturan lebih lanjut kepada peraturan perundang-undangan di bawahnya secara definitif.
Pengaturan pendelegasian
Pendelegasian kepada peraturan perundangundangan yang dua tingkat di bawahnya atau lebih dari peraturan perundangundangan yang memberikan delegasi.
Rumusan Masalah :
Bagaimana status dan implikasi pendelegasian kewenangan pengaturan yang diberikan peraturan perundang-undangan kepada peraturan perundang-undangan yang ada di bawahnya sesuai dengan ketentuan UU No. 12 tahun 2011 ?
Bagaimana hirarki peraturan perundangundangan Republik Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 dan implikasinya ?
Hans Kelsen
... the law regulates it own growth and its own making. The unity of the legal order is a law-making unity. The law is not a system of equal, side-by-side norms; it is a hierarchy with different layers
( hukum mengatur sendiri pertumbuhan dan pembuatannya. Kesatuan dari tata hukum adalah kesatuan pembuatan hukum. Hukum bukanlah sebuah sistem norma yang setara saling berdampingan; dia adalah sebuah hirarki dengan tingkatan yang berbeda-beda ...)
Hirarki berjenjang yang dikenal dengan Stuffentheorie yang kemudian dikembangkan oleh Hans Nawiasky, yang mengemukakan teori tentang jenjang hukum suatu negara, yang terkenal dengan nama die Theorie vom Stufenordnung der Rechtsnormen. Konsep hirarki norma hukum ini kemudian diadopsi dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Ketentuan dalam Pasal 8 : Memasukkan kategori peraturan perundangundangan yang tidak disebutkan dalam Pasal 7 ayat 1 UU No. 12 Tahun 2011 akan memberikan implikasi yang tidak kecil dalam proses kenegaraan.
Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan UndangUndang sebagaimana mestinya ...
Pasal 12 pendelegasian pengaturan kepada Peraturan Pemerintah, dengan kalimat materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya Pasal 13 : materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang, materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah, atau materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan Pemerintahan
Lampiran II UU No. 12 Tahun 2011 : bahwa Undang-Undang dapat mendelegasikan pengaturan lebih lanjut kepada peraturan perundangundangan yang lebih rendah. Undang-Undang dapat mendelegasikan pengaturan lebih lanjut kepada Undang-Undang
Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 - Undang-Undang dapat mendelegasikan kewenangan pengaturan kepada: menteri, kepala lembaga pemerintah non kementerian, dan pejabat setingkat menteri (Lampiran II UU No. 12/2011 angka 211) ijin pendelegasian lanjutan atau sub-delegasi
(Lampiran II UU No. 12/2011 angka 204)
peluang adanya sub-delegasi dari alat penyelenggaraan negara alat penyelenggaraan negara lainnya setelah mendapatkan delegasi dari Undang-Undang, dengan catatan Undang-Undang tersebut mengijinkan adanya sub-delegasi tersebut (Lampiran II UU No. 12/2011 angka 12)
Pendelegasian langsung aparat pemerintah setingkat eselon 1 atau direktur jendral hanya diijinkan diberikan oleh peraturan perundangundangan yang lebih rendah dari Undang-Undang
(Lampiran II UU No. 12/2011 angka 214)
Permasalahan Lampiran II : norma hukum seharusnya ditempatkan pada UndangUndang, dan lampiran seharusnya tidak membentuk suatu norma baru, apalagi norma yang begitu penting, seperti pendelegasian kewenangan. Lampiran II dapat diubah dengan Perpres
Seharusnya pendelegasian kewenangan dari UndangUndang harus dari UndangUndang kepada peraturan perundang-undangan yang lebih rendah
pada dasarnya tidak ada masalah, karena hal tersebut memang sudah ditentukan secara tegas oleh konstitusi dan dikuatkan dengan teori dan doktrin.
Secara formil tidak melanggar ketentuan, karena UndangUndang tersebut memang menegaskan adanya peluang pendelegasian tersebut.
Secara doktrin agak menjadi masalah, karena dasar Peraturan Presiden adalah kewenangan atribusi yang melekat sebagai pemegang kekuasaan Pemerintahan (Pasal 4 (1) UUD NRI Tahun 1945)
Ketentuan tersebut diatur dalam Lampiran II angka 211, sedangkan kedudukan Lampiran II tersebut menjadi permasalahan. Menyalahi konsep pemisahan kekuasaan atau trias politika yang dianut dalam konstitusi. (Menteri adalah pembantu Presiden dalam menjalankan Pemerintahan).
Delegasi mengandung prinsip pertanggungjawaban dari yang diberi delegasi kepada pemberi delegasi
Ketentuan tersebut diatur dalam Lampiran II angka 211, sedangkan kedudukan Lampiran II tersebut menjadi permasalahan.
Masuk terlalu dalam ranah pemerintahan, sehingga mengacaukan sistem pertanggungjawaban dan akuntabilitas dari pejabat pemerintah
Tidak disebutkan bahwa peraturan direktur jendral sebagai bentuk peraturan perundang-undangan, meski direktur jendral sebagai bagian dari eksekutif memang berhak mengeluarkan peraturan perundang-undangan
Simpulan
Undang-Undang sebagai peraturan perundang-undangan tertinggi setelah konstitusi. Undang-Undang dapat mendelegasikan kewenangan pengaturan kepada peraturan di bawahnya, terutama kepada Peraturan Pemerintah. pendelegasian Undang-Undang kepada peraturan perundang-undangan lain ternyata memiliki permasalahan dan kekacauan yang signifikan. Pengaturan pendelegasian dalam UU No. 12 tahun 2011 menyebabkan dilanggarnya doktrin dan teori hukum, serta konsep negara hukum Indonesia, serta pelanggaran terhadap konstitusi negara Republik Indonesia.
Saran :
Revisi dan perubahan mendasar dari UndangUndang No. 12 tahun 2011, terutama terkait dengan Lampiran II
Terima Kasih