You are on page 1of 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya, Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) dengan penuh rasa bangga kami dapat menyelesaikan makalah yang merupakan salah satu mata pelatihan Gladi Posko Pemerintahan dengan pelatih Iman Sukmana, S.Sos, M.Si sebagai pembimbing dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah yang dibuat ini dapat berguna dan menjadikan motivasi untuk para praja lebih giat lagi belajar dan meningkatkan pendidikan di masa depan dan dapat berpengaruh dalam pemerintahan untuk memajukan pemerintahan ini. Amin Akhirnya kami berharap, dengan dibuatnya makalah ini mudah-mudahan menjadi stimulus positif terbentuknya makalah-makalah lain yang berhubungan dengan masalah pendidikan dalam memperkaya khazanah keilmuan di lingkungan kampus IPDN ini. Kami sebagai penulis makalah ini mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pelancarnya makalah yang lainnya.

Jatinangor, Desember 2011

Penulis,

DAFTAR ISI
1
Created by D5

KATA PENGANTAR..................1 DAFTAR ISI2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 1.2.1 1.3.1 Latar Belakang ..............3 Rumusan Masalah...3 Tujuan.........................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................6 BAB III PEMBAHASAN 3.1.1 3.2.1 Contoh Kasus.............7 Analis Kasus..................10

BAB IV PENUTUP............................................................................................................13 KATA PENUTUP14 DAFTAR PUSTAKA...15

2 Created by D5

BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Bencana-bencana alam adalah kejadian-kejadian yang ditimbulkan oleh bahaya-bahaya alam yang tak bisa diatasi oleh kemampuan lokal dan mempengaruhi dengan serius pembangunan sosial dan ekonomi sebuah wilayah. Bencana-bencana alam secara tradisional dipandang sebagai situasi-situasi yang menimbulkan berbagai tantangan dan masalah, terutama yang bersifat kemanusiaan. Hanya sedikit perhatian diberikan kepada perlindungan hak-hak asasi manusia (HAM) yang juga perlu disediakan dalam situasi khusus ini. Dalam situasi keadaan Darurat bencana sering terjadi kegagapan penanganan dan kesimpang siuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan, sehingga mempersulit dalam pengambilan kebijakan untuk penanganan darurat bencana. Sistem Koordinasi juga sering kurang terbangun dengan baik, Penyaluran bantuan, distribusi logistic sulit terpantau dengan baik sehingga kemajuan kegiatan penanganan tanggap darurat kurang terukur dan terarah secara obyektif. Situasi dan kondisi di lapangan yang seperti itu disebabkan belum terciptanya mekanisme kerja Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana yang baik, terstruktur dan sistematis. Dalam kondisi Kedaruratan Bencana diperlukan sebuah institusi yang menjadi pusat Komando dan Koordinasi kedaruratan bencana sesuai dengan lokasi dan tingkatan bencana yang terjadi. Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana dapat dilengkapi dengan Posko Lapangan Tanggap Darurat 1.2.1 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang kami angkat dalam pembuatan makalah ini adalah : Bagaimana langkah pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya; untuk mengidentifikasi: cakupan lokasi 3 Created by D5

bencana, jumlah korban, kerusakan prasarana dan sarana; gangguan terhadap fungsi pelayanan umum? Bagaimana penentuan status keadaan darurat bencana? Bagaimana langkah penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana melalui upaya: pencarian dan penyelamatan korban, pertolongan darurat; dan/atau evakuasi korban? Bagaimana upaya pemenuhan kebutuhan dasar yang meliputi : kebutuhan air bersih dan sanitasi; pangan; sandang; pelayanan kesehatan, pelayanan psikososial, dan penampungan dan tempat hunian. Bagaimana langkah perlindungan terhadap kelompok rentan, penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial ? Bagaimana langkah pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital, dilakukan dengan memperbaiki dan/atau mengganti kerusakan akibat bencana ? 1.3.1 Tujuan Mengetahui langkah pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya; untuk mengidentifikasi: cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan prasarana dan sarana; gangguan terhadap fungsi pelayanan umum? Mengetahui cara penentuan status keadaan darurat bencana? Memahami langkah-langkah penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana melalui upaya: pencarian dan penyelamatan korban, pertolongan darurat; dan/atau evakuasi korban? Mengetahui cara upaya pemenuhan kebutuhan dasar yang meliputi : kebutuhan air bersih dan sanitasi; pangan; sandang; pelayanan kesehatan, pelayanan psikososial, dan penampungan dan tempat hunian.

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :

4 Created by D5

Mengetahui langkah-langkah perlindungan terhadap kelompok rentan, penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial ?

Mengetahui langkah-langkah pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital, dilakukan dengan memperbaiki dan/atau mengganti kerusakan akibat bencana ?

5 Created by D5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2008 tentang Badan Nasional

Alam. Pengelolaan Bantuan Bencana. Penanggulangan Bencana.

6 Created by D5

BAB III PEMBAHASAN 3.1.1 Contoh Kasus

FGD Hasil Kajian Tanggap Darurat Bencana Gempa Sumbar 2009, Padang 27 September 2010 FGD Hasil Kajian dan Pembelajaran Penanganan Masa Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi Sumbar 2009 MPBI News, Padang, 27/9/2010

Provinsi Sumatera Barat (Prov. Sumbar) diguncang gempa pada tanggal 30 September 2009 lalu. Gempa berkekuatan 7,6 SR itu menyebabkan kerusakan luar biasa. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah korban meninggal mencapai 1.195 jiwa dan yang terluka mencapai 1.789 orang. Bangunanbangunan yang hancur mencapai 119.005 rumah, 4.607 pusat pendidikan, dan 395 rumah sakit. Total kerugian material akibat gempa tersebut sebanyak Rp. 4.815.477.418.250,- (Empat trilyun delapan ratus lima belas milyar empat ratus tujuh puluh tujuh juta empat ratus delapan belas ribu dua ratus lima puluh rupiah). Respon tanggap darurat terhadap gempa Sumbar itu dilakukan oleh Pemerintah Pusat, lembaga masyarakat Pemerintah Daerah, serta sendiri lembagalembagalangsung internasional Sumbar

lembaga nasional dan lokal. Selain itu bergerak dan berbuat dalam melakukan upaya respon bencana sesuai dengan caranya mereka yang unik. Momentum tanggap darurat gempa Sumbar itu sudah cukup lama, tapi tetap saja menarik untuk dipelajari guna mendapatkan pembelajaran-pembelajaran agar dalam hal upaya penyelenggaraan penanggulangan 7 Created by D5

bencana, khususnya tanggap darurat dapat dilakukan dengan lebih baik. Untuk itu Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) dengan didukung oleh Emergency Capacity Building Project (ECB) mengadakan Riset Mekanisme Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana: Studi Kasus Penanganan Tanggap Darurat Gempa di Provinsi Sumatera Barat 2009. Hasil-hasil dan temuan riset dipaparkan dalam acara FGD Hasil Kajian dan Pembelajaran Penanganan Masa Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi Sumbar 2009 pada tanggal 27 September 2010 di Hotel Mariani, Padang. Acara ini diikuti oleh 25 orang dari berbagai latar belakang, seperti wakil pemerintah (Prov. Sumbar, Kota Padang, Agam dan Padang Pariaman), LSM serta wakil masyarakat. ECB merupakan hasil pertemuan 7 lembaga kemanusiaan internasional, yaitu CARE International, Catholic Relief Services (CRS), International Rescue Committee, Mercy Corps, Oxfam GB, Save the Children dan World Vision International (WVI) pada tahun 2003. Pasca bencana gempa dan tsunami Aceh 2004, wilayah yang mendapatkan perhatian cukup banyak adalah Sumbar. Banyak inisiasi yang dilakukan, baik oleh pemerintah maupun lembaga non pemerintah sebagai upaya pengurangan risiko bencana, khususnya terhadap ancaman gempa dan tsunami. Dampak apa yang dihasilkan dari banyaknya inisiasi tersebut? Koordinator Tim Riset Lapangan, Sofyan mengatakan, Kenapa Sumbar karena Sumbar telah mengalami gempa dua kali, yaitu tahun 2007 dan 2009. Belum selesai upaya rehab-rekon gempa tahun 2007 sudah masuk pula tanggap darurat 2009. Ini sebagai pembelajaran yang bagi kita semua, tidak hanya pemerintah tapi juga lembaga non pemerintah, swasta, partai politik. Opini yang terbentuk sebagai dampak gempa bumi 30 September 2009 sangat luar biasa. Pernyataan Wakil Presiden yang diperkuat oleh Presiden dan Menteri serta liputan media, khususnya televisi menggambarkan bencana tersebut sebanding dengan gempa Jogjakarta atau bahkan Aceh. 8 Created by D5

Ada cukup banyak pembelajaran yang berhasil ditarik dari upaya tanggap darurat gempa Sumbar 2009 itu. Kejadian bencana yang berdampak pelajaran luas harus menjadi khususnya berharga,

Propinsi Sumbar dan Kabupaten/Kota tentang ancaman yang ada untuk lebih siap dan berupaya semaksimal mungkin mengurangi risiko bencana. Kelembagaan penanggulangan bencana (PB) yang kuat, didukung perangkat kebijakan, pendanaan serta dukungan politik menjadi sangat penting. Memahami dan menjalankan kebijakan yang ada di seluruh tingkatan, baik pusat dan daerah. Rencana PB, rencana kontijensi, peningakatan kapasitas sumber daya manusia (SDM), simulasi maupun hal-hal yang berkaitan dengan tindakan preventif, mitigasi dan kesiapsiagaan perlu mendapat prioritas. Demikian juga dengan pengarusutamaan PB dalam pembangunan. Pelibatan masyarakat dan lembaga non pemerintah dalam berbagai upaya PB, termasuk dalam kerja-kerja kemanusiaan.

3.2.1

Analisis Kasus Dari contoh kasus diatas, bencana alam Gempa yang terjadi di Provinsi

Sumatera Barat pada tahun 2009 memang banyak menelan korban jiwa dan 9 Created by D5

kerusakan yang menimbulkan banyak kerugian. Banyak masyarakat mengakui bahwa kurangnya kesiapsiagaan dan upaya semaksimal mungkin mengurangi risiko bencana. Kelembagaan penanggulangan bencana yang kuat, didukung perangkat kebijakan, pendanaan serta dukungan politik menjadi sangat penting. Memahami dan menjalankan kebijakan yang ada di seluruh tingkatan, baik pusat dan daerah. Untuk mengurangi jumlah korban jiwa dan kerusakan akibat bencana ini perlu adanya kesiapsiagaan baik dari pemerintah pusat, daerah, lembaga non pemerintah serta masyarakat sekitar dalam hal tanggap darurat. Adanya kesiapsiagaan pada saat tanggap darurat sangatlah dibenarkan. Karena tanggap darurat merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buuk yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsian, penyelamatan serta pemulihan sarana dan prasarana. Segera setelah bencana alam yang tergolong besar terjadi, selain pemerintah juga banyak pihak baik kelompok maupun instansi ataupun lembaga didalam masyarakat maupun diluar negeri ingin berkontribusi menolong sesame yang terkena dampak bencana. Banyaknya pihak yang berkontribusi pada saat yang bersamaan pada suatu lokasi yang sama dapat mengakibatkan tidak terkoordinasi dan tidak terpadunya upaya penanggulangan bencana apabila tidak dilakukan upaya pengendalian atau pengaturan yang terkoordinasi. Untuk menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana harus mengacu pada sistem yang sama yang disebut Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana. Upaya yang dilakukan dalam rangka penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi : Melakukan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi kerusakan dan kerugian di daerah bencana serta Sumber Daya yang tersedia. Menentukan status keadaan darurat bencana. Melakukan penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena bencana. 10 Created by D5

Memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang terkena bencana. Melindungi kelompok rentan (bayi-bayi, anak-anak, ibu hamil, wanita, lansia dan penduduk dengan kebutuhan khusus (misal cacat jasmani atau orang sakit). Melakukan pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital. Melakukan pengkajian secara cepat merupakan tindakan cepat yang diberikan

oleh Kepala Daerah selaku yang dituakan untuk mengambil tindakan cepat tanpa harus menunggu adanya perintah langsung dari pemerintah pusat untuk melakukan tindakan represif tentang keadaan darurat bencana.untuk melakukan suatu upaya penanggulangan korban dan kerusakan tanpa harus menunggu adanya proposal. Pengkajian secara cepat dapat dilakukan oleh Tim Kaji Cepat berdasarkan penugasan dari Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) atau Kepala BPBD sesuai dengan kewenangannya. Adapun tujuan dari pengkajian ini adalah untuk menentukan kebutuhan dan tindakan yang tepat. Status Keadaan Darurat merupakan suatu upaya untuk menentukan suatu kedaan yang siaga serta kewaspadaan terjadinya suatu bencana, hal ini sanagat diperlukan untuk mengurangi adanya jumlah korban jiwa. Penentuan status bencana dilaksanakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah dan ditetapkan oleh presiden untuk tingkat nasional, oleh Gubernur untuk tingkat Provinsi dan oleh Bupati untuk tingkat Kabupaten atau Kota. Penyelamatan dan Evakuasi dilaksanakan oleh Tim Gerak Cepat dengan melibatkan masyarakat dibawak Komando Komandan Penanganan Darurat Bencana.dalam penyelamatan serta evakuasi daerah bencana akan sangat membantu keselamatn dari seluruh korban jiwa. Pemenuhan Kebutuhan Dasar lebih pada bantuan logistic,berpa sandang, pangan dan papan bagi korban bencana alam yang dilakukan oleh pemerinta, pemerintah daerah, masyarakat, lembaga usaha, lembaga internasional dan lembaga asing non pemerintahan sesuai dengan standar minimum sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Perlindungan merupakan suatu upaya untuk pengungsian para korban bencana alam pada tempat yang dianggap aman serta jauh dari jangkauan bencana. 11 Created by D5

Perlindungan ini dilakukan pada kelompok rentan dengan memberikan prioritas kepada korban bencana alam yang mengalami luka parah dari kelompok rentan yang berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan dan psikososial. Kegiatan ini dilaksanakan oleh instansi dan lemabaga yang terkait dikoordinasikan oleh Kepala BNPB dan atau Kepala BPBD dengan pola pendampingan. Pemulihan lebih pada pemulihan kesehatan psikoogis para korban serta prasarana dan sarana vital yang bertujuan agar kehidupan masyarakat tetap berlangsung. Kegiatan ini dilakukan oleh instansi atau lembaga yang terkait yang dikoordinasikan oleh Kepala BNPB atau Kepala BPBD sesuai dengan kewenangannya. Apabila langkah-langkah saat tanggap darurat ini benar-benar dilaksanakan, maka akan mengurangi jumlah korban jiwa serrta kerusakan yang terjadi akibat bencana alam Bencana Gempa di Sumatera Barat pada tahun 2009 ini merupan pembelajaran bagi kita semua untuk lebih siap lagi dalam penanganan penanggulangan bencana yang akan terjadi dikemudian hari.

BAB IV PENUTUP 4.1.1 Kesimpulan Gempa yang terjadi khususnya di Sumatera Barat pada tahun 2009 sangat banyak menelan korban jiwa serta kerusakan, hal ini terjadi karena kurangnya tindakan kesiapsiagaan saat tanggap darurat. Adanya kesiapsiagaan pada saat 12 Created by D5

tanggap darurat sangatlah penting, untuk itu diperlukan langkah-langkah yang baik dalam penanganannya, adapun langkah-langkah tanggap darurat dalam penanganan bencana adalah : Melakukan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi kerusakan dan kerugian di daerah bencana serta Sumber Daya yang tersedia. Menentukan status keadaan darurat bencana. Melakukan penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena bencana. Memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang terkena bencana. Melindungi kelompok rentan (bayi-bayi, anak-anak, ibu hamil, wanita, lansia dan penduduk dengan kebutuhan khusus (misal cacat jasmani atau orang sakit). Melakukan pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital. Saran Dalam menanggapi kasus Gempa yang terjadi di Sumatera Barat pada tahun 2009, Pihak terkait seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, lembaga-lembaga internasional serta lembaga-lembaga nasional dan local agar lebih respon dan cepat tanggap adalam menangani hal ini. Selain itu masyarakat Sumbar sendiri langsung bergerak dan berbuat dalam melakukan upaya respon bencana sesuai dengan caranya mereka. Momentum tanggap darurat gempa Sumbar anggaplah sebuah pembelajaran agar dalam hal upaya penyelenggaraan penanggulangan bencana, khususnya tanggap darurat dapat dilakukan dengan lebih baik. KATA PENUTUP Alhamdulillah, kami ucapkan karena kami telah dapat menyelesaikan makalah ini, yang merupakan tugas dari salah satu mata pelatihan Gladi Posko Pemerintahan dengan pelatih Iman Sukmana, S.Sos, M.Si. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata pelatihan Gladi Posko Pemerintahan Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami selaku peserta didik sangat mengaharapkan adanya saran yang sangat membantu demi terbentuknya makalah Etika Pemerintahan ini untuk menjadi lebih baik lagi. 13 Created by D5

4.2.1

Akhir kata, kami ucapkan terimakasih bagi pihak-pihak yang membantu sehingga makalah ini dapat terbentuk. Untuk saran yang sifatnya membangun sangat kami nantikan.

Jatinangor, Desember 2011

Penulis, DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2008 tentang Badan Nasional MPBI News, Padang, 27 September 2010.

Alam. Pengelolaan Bantuan Bencana. Penanggulangan Bencana.

14 Created by D5

15 Created by D5

You might also like