You are on page 1of 33

Peningkatan Kesadaran Lingkungan terhadap Kelestarian Waduk Cirata melalui Program Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)

di Sekolah Dasar (SD)/MI sekitar Waduk Cirata (SD)

Diajukan untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Mahasiswa se-Jawa Barat se Jawa PT Pembangkitan Jawa Bali Badan Pengelola Waduk Cirata Tahun 2011

TIM : Hafidz Mulyansyah Putra Dea Ratna Dewi Camilla

INSTITUT MANAJEMEN TELKOM 2011

Peningkatan Kesadaran Lingkungan terhadap Kelestarian Waduk Cirata melalui Program Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di Sekolah Dasar (SD)/ MI sekitar Waduk Cirata
1)

Hafidz Mulyansyah Putra, 2) Dea Ratna Dewi Camilla

MBTI, SMTM, Institut Manajemen Telkom, Bandung Abstrak Waduk Cirata adalah salah satu dari tiga waduk DAS Citarum yang berfungsi sebagai sumber tenaga air untuk memberi pasokan energi listrik sebesar 1.428 GWh/ tahun untuk daerah Jawa dan Bali. Namun pada saat ini, waduk Cirata mengalami pencemaran skala berat yang mengakibatkan menurunnya kualitas dan kuantitas air pada posisi yang mengkhawatirkan. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan kesadaran jangka panjang pada warga sekitar sebagai salah satu stakeholders yang memiliki kepentingan terhadap waduk Cirata, sehingga degradasi umur waduk yang sebelumnya diperkirakan akan bertahan 100 tahun sejak awal dibuat namun saat ini menjadi 60 tahun dapat diminimalisasi. Oleh karena itu, tunas daerah dalam konteks ini adalah siswa-siswi SD negeri/MI sekitar waduk Cirata perlu mendapatkan pengetahuan dan bimbingan tentang Pendidikan Lingkungan Hidup khususnya kondisi kawasan waduk Cirata. Kerjasama antara BPWC, Dinas pendidikan terkait, dan pihak sekolah diharapkan mampu menciptakan perhatian terhadap isu lingkungan dan mempertahankan eksistensi waduk Cirata.

Kata Kunci: waduk Cirata, pencemaran, pendidikan lingkungan hidup.

KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa penulis telah selesai menuliskan gagasan yang berjudul Peningkatan Kesadaran Lingkungan terhadap Kelestarian Waduk Cirata melalui Program Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di Sekolah Dasar (SD)/MI sekitar Waduk Cirata. Dalam penyusunan karya tulis ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi bisa teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orang tua penulis yang telah turut memberi support mental dalam menyelesaikan penelitian ini. 2. Dan berbagai pihak yang memberikan informasi terkait Waduk Cirata dan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) sebagai gagasan utama. Sehingga gagasan ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Bandung, 4 Agustus 2011

Dea Ratna Dewi Camilla

Hafidz Mulyansyah Putra

DAFTAR ISI Halaman judul ........................................................................................... I Abstrak ..................................................................................................... II Kata Pengantar ........................................................................................ III Daftar Isi .................................................................................................. IV Daftar Lain ............................................................................................... V Bab I Pendahuluan Latar Belakang ............................................................................. 1 Rumusan Masalah ....................................................................... 2 Tujuan Penulisan ......................................................................... 2 Sistematika Penulisan .................................................................. 3 Bab II Tinjauan Pustaka .......................................................................... 4 Bab III Metode Penulisan Pendekatan Penulisan ................................................................. 6 Sumber Penulisan ....................................................................... 6 Sasaran Penulisan ....................................................................... 7 Tahapan Penulisan ...................................................................... 7 Bab IV Pembahasan Pengertian Waduk Cirata dan Pengelolaannya ............................ 8 Kondisi waduk Cirata saat ini dan Dampaknya bagi Kelestarian Waduk Cirata ................................................................................ 8 Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) ........................................... 11 Manfaat Pendidikan Lingkungan Hidup terhadap kelestarian waduk Cirata ................................................................................. 20 Bab V Penutup Kesimpulan .................................................................................. 21 Saran ........................................................................................... 22 Daftar Pustaka ......................................................................................... 24 Lampiran ................................................................................................. 25

DAFTAR LAIN Tabel pemetaan kurikulum .................................................................. Tabel strategi SWOT ........................................................................... 14 22

BAB I. PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Waduk Jatiluhur, Waduk Saguling dan Waduk Cirata merupakan tiga waduk DAS Citarum yang terletak di provinsi Jawa Barat. Waduk Cirata dikelola oleh PT PJB, dimana fungsi utamanya adalah sebagai sumber tenaga air untuk memberi pasokan energi listrik sebesar 1.428 GWh/ tahun untuk daerah Jawa dan Bali. Untuk mendapatkan energi listrik yang maksimal, salah satu syarat yang diperlukan adalah tercapainya kualitas air ideal pada waduk, namun pada saat ini kualitas air di waduk Cirata tidak memenuhi standar mutu (sumber: Gatot Sukiharjo, kepala Latbang UP PLTA Cirata). Salah satu penyebabnya adalah jumlah keramba jaring apung (KJA) yang batas maksimal seharusnya sebanyak 12.000, sekarang telah meningkat 428% menjadi 51.418 KJA (sumber: sensus KJA tahun 2007 oleh BPWC). Keramba yang menggunakan stereofoam dapat mempengaruhi kualitas air menjadi terkontaminasi. Termasuk kandungan pakan yang bersisa dibawah air dapat merusak kondisi mesin pembangkit PLTA Cirata menjadi aus serta dapat meningkatkan sedimentasi pada waduk Cirata. Penyebab lain adalah sawah yang dibangun oleh petani yang memanfaatkan lahan surutan waduk. Pupuk dan semprotan pestisida pada sawah tersebut dapat merusak kualitas air ketika air waduk kembali pasang. Beberapa area di waduk Cirata juga mengalami alih fungsi hutan, dimana lahan yang seharusnya ditanami oleh tanaman yang dapat menahan erosi, kini dijadikan lahan pertanian dan berbagai aktivitas warga lainnya sehingga erosi tidak dapat terelakkan dan menyebabkan sedimentasi kian bertambah pada waduk Cirata. Kualitas air yang menurun dan meningkatnya laju sedimentasi berujung pada umur waduk Cirata yang semula diperkirakan akan bertahan 100 tahun, pada tahun 2007 menyusut 20 tahun sehingga sisa umur waduk Cirata saat ini menjadi 60 tahun lagi.

Waduk Cirata adalah investasi jangka panjang, oleh karena itu diperlukan pemahaman dari warga sekitar yang mayoritas hanya sebagai pekerja, bukan pemilik bisnis KJA untuk turut menjaga

kelestarian waduk Cirata. Tidak hanya sebatas warga pekerja, tapi melibatkan tunas daerah yang akan melanjutkan peradaban jangka panjang. I. 2 Rumusan Masalah Untuk memperjelas rumusan masalah ini, akan diuraikan dengan pertanyaan sebagai berikut: a. b. Apa pengertian waduk Cirata dan bagaimana pengelolaanya? Bagaimana kondisi waduk Cirata saat ini dan apa dampaknya bagi kelestarian waduk Cirata? c. d. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)? Apa manfaat Pendidikan Lingkungan Hidup terhadap kelestarian waduk Cirata?

I. 3

Tujuan Penulisan Manfaat dari penulisan karya ilmiah ini antara lain: a. Bagi penulis Penulisan karya ilmiah ini bermanfaat untuk meningkatkan wawasan, pengalaman dan mengolah kemampuan berpikir untuk menciptakan penyelesaian masalah yang solutif dan kreatif. b. Bagi masyarakat Penulisan karya ilmiah ini bermanfaat untuk memberikan

pengetahuan kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kelestarian waduk Cirata agar masyarakat tidak mengeksploitasi waduk Cirata secara berlebihan. c. Bagi pemerintah Penulisan karya ilmiah ini dapat dijadikan acuan bagi pemerintah, khususnya Dinas Pendidikan kabupaten Bandung Barat. Cianjur, dan Purwakarta agar lebih mengoptimalkan Pendidikan

Lingkungan Hidup untuk menanamkan kecintaan waduk Cirata sejak dini pada para siswa Sekolah Dasar. I. 4 Sistematika Penulisan a. Halaman judul b. Abstrak c. Kata Pengantar d. Daftar Isi e. Daftar Lain f. Bab I Pendahuluan f. 1 f. 2 f. 3 f. 4 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penulisan Sistematika Penulisan

g. Bab II Tinjauan Pustaka h. Bab III Metode Penulisan h. 1 h. 2 h. 3 h. 4 i. Pendekatan Penulisan Sumber Penulisan Sasaran Penulisan Tahapan Penulisan

Bab IV Pembahasan i. 1 i. 2 Pengertian Waduk Cirata dan Pengelolaannya Kondisi waduk Cirata saat ini dan Dampaknya bagi Kelestarian Waduk Cirata i. 3 i. 4 Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) Manfaat Pendidikan Lingkungan Hidup terhadap kelestarian waduk Cirata

j.

Bab V Penutup j. 1 j. 2 Kesimpulan Saran

k. Daftar Pustaka l. Lampiran-lampiran

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah. Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama dengan unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem. Sumber daya alam dapat dikembangkan menjadi sumber daya buatan untuk mengoptimalkan penggunaannya. Salah satu contoh sumber daya buatan adalah waduk. Menurut Puslitbang Sumber Daya Air, waduk adalah danau buatan yang besar. Menurut Komisi Dam Dunia, bendungan atau waduk besar adalah bila tinggi bendungan lebih dari 15 meter. Waduk Cirata dapat dikatakan sebagai waduk besar karena memiliki kedalaman 34,9 meter. Waduk Cirata merupakan salah satu asset yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Waduk Cirata memiliki fungsi utama untuk Pembangkit Listrik Tanaga Air (PLTA) dan fungsi lainnya seperti budidaya perikanan, pertanian, transportasi air, dan pariwisata. Menurut SK Gubernur Nomor 41 tahun 2002 Pasal 2 Ayat 1, pengaturan secara terkoordinasi dan terpadu mengenai pengembangan, pemanfaatan

perairan umum, lahan pertanian dan kawasan Waduk Cirata dalam Keputusan ini, dimaksudkan untuk tercapainya peningkatan fungsi dan daya guna waduk secara optimal bagi berbagai kepentingan yang dimungkinkan secara teknis tanpa mengganggu fungsi utama waduk. Pada saat ini, berbagai aktifitas warga seperti budidaya ikan dalam bentuk keramba jaring apung (KJA), pertanian, maupun pariwisata sudah mengganggu fungsi utama dari PLTA (sumber: Gatot Sukiharjo, kepala Latbang UP PLTA Cirata). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Puslitbang Sumber Daya Air, kualitas air waduk pada awal tahun 80-an masih bagus baik pada lapisan epilimnion dan hypolimnion atau dengan kata lain masih tercemar

ringan. Namun hasil penelitian kualitas air yang dilakukan Puslitbang Sumber Daya Air dan Pemerintah Finlandia pada tahun 90-an

menunjukkan bahwa kualitas airnya sudah banyak menurun. Berdasarkan penelitian tersebut penurunan kualitas air disebabkan oleh pencemaran organik terutama senyawa nitrogen, fosfat, dan zat organik dapat dibagi 3 kategori, yaitu pencemaran amat sangat berat (hypertrophic), pencemaran berat (eutrophic) dan pencemaran sedang (oligotrophic), dan belum tercemar (mesotrophic). Waduk Cirata sendiri termasuk dalam kategori pencemaran berat (eutrophic). Hal tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran dari berbagai pihak untuk menjaga kelestarian waduk Cirata. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, penulis menuangkan sebuah gagasan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat sejak dini melalui program Pendidikan Lingkungan Hidup untuk siswa-siswi Sekolah Dasar sekitar waduk Cirata. Dengan membentuk kesadaran sejak dini, diharapkan waduk Cirata akan tetap terjaga kelestariannya dalam jangka waktu yang panjang.

BAB III. METODE PENULISAN III. 1 Pendekatan Penulisan Penelitian yang dilakukan adalah pada tipe penelitian normatif dan empiris. Penelitian normatif yaitu cara pengumpulan data dengan bersumber pada bahan-bahan pustaka, sedangkan penelitian empiris yaitu cara pengumpulan data dengan bersumber pada data primer seperti koresponden, narasumber, dan lain-lain. III. 2 Sumber Penulisan Sesuai dengan metode pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka data yang dipakai adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data-data yang diperoleh langsung bersumber dari lapangan. Sedangkan data sekunder adalah data-data yang diperoleh tidak langsung bersumber dari lapangan. a. Sumber data primer 1) 2) b. Gatot Sukiharjo, kepala Latbang UP PLTA Cirata Arti Hapsari, BPWC

Sumber data sekunder 1) SK Gubernur Jawa Barat no. 41 tahun 2002 tentang Waduk Cirata 2) 3) UU No. 41 tahun 1999 pasal 19 tentang Alih Fungsi Hutan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Sumber Daya Alam Hayati 4) 5) Buku Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) penerbit CV. Bina Pustaka untuk SD/ MI kelas 4 Handbook seminar Peran Sinergi Stakeholder untuk Kelestarian Waduk Cirata tahun 2011 6) Jurnal Pengelolaan Danau dan Waduk di Indonesia oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (Puslitbang SDA)

III. 3

Sasaran Penulisan Karya Tulis ini ditujukan kepada PT. PJB- BPWC sebagai pengelola waduk cirata, Sekolah Dasar (SD) negeri maupun MI di kawasan waduk Cirata, Departemen Pendidikan kabupaten

Bandung Barat, Purwakarta dan Cianjur, dan Kementerian Negara Lingkungan. III. 4 Tahap Penulisan a. Persiapan Tahap ini merupakan tahap dimana penulis

menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati, dan lain-lain yang memperkaya masukan kognitif yang akan diproses selanjutnya. b. Inkubasi Dalam tahap ini, penulis memproses informasi yang dimiliki sedemikian rupa, sehingga mengantarkannya pada ditemukannya pemecahan masalah atau jalan keluar yang dicari. c. Iluminasi Tahap iluminasi adalah tahap dimana penulis mendapatkan inspirasi atau insight, yaitu berupa gagasan mengenai pemecahan masalah. d. Verifikasi Tahap ini merupakan tahap dimana apa yang

dituliskan sebagai hasil dari tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus tulisan. Pada tahap ini, penulis membagi bagian mana yang perlu ditambahkan atau dihilangkan. Selain itu, pada tahap ini penulis memilih kata-kata yang sesuai, tanpa menghilangkan esensi dari kalimat tersebut.

BAB IV. PEMBAHASAN IV. 1 Pengertian waduk Cirata dan pengelolaannya Waduk Cirata yang dibangun pada tahun 1984 merupakan waduk yang terbentuk dari adanya genangan air seluas 6.200 Hektar akibat pembangunan waduk yang membendung sungai Citarum. Genangan waduk Cirata tersebut meliputi 3 Kabupaten yaitu Bandung Barat, Purwakarta, dan Cianjur. Fungsi utama waduk Cirata adalah memproduksi energi listrik menggunakan tenaga air untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik wilayah Jawa dan Bali. Disamping itu, waduk Cirata memiliki fungsi lain, diantaranya budidaya ikan jaring terapung, pertanian, reservoir atau penyediaan air dan pengembangan pariwisata. Waduk Cirata dikelola oleh Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC). Sesuai dengan visi BPWC yaitu Pengelolaan sumber daya waduk Cirata secara efisien dan profesional guna menjamin keberlanjutan fungsi dan manfaatnya untuk menunjang operasional PLTA serta kesejahteraan masyarakat , BPWC bertugas untuk meningkatkan dan melestarikan mutu lingkungan hidup sekitar waduk Cirata, mengelola waduk Cirata secara partisipatif untuk mendapatkan manfaat yang optimal bagi BPWC dan masyarakat serta memberdayakan masyarakat sekitar waduk Cirata melalui institusi perekonomian lokal untuk mencapai kesejahteraan dan kemandirian. Untuk memenuhi tugasnya, BPWC melakukan

berbagai kegiatan sosialisasi kepada masyarakat baik secara langsung, maupun melalui asosiasi tertentu seperti Aspindac (Asosiasi Petani Ikan Danau Cirata) dan pemuka agama. IV. 2 Kondisi waduk Cirata saat ini dan Dampaknya bagi Kelestarian Waduk Cirata Waduk Cirata saat ini menghadapi masalah yang sangat kompleks, diantaranya :

a.

Keramba Jaring Apung (KJA) Keramba jaring apung merupakan bentuk atau sistem kurungan yang banyak sekali di pakai dan bentuk serta ukurannya bervariasi sesuai dengan tujuan penggunaannya, (Beveridge 1987, Christensen, 1989) dikarenakan system keramba ini memiliki nilai yang ekonomis (murah) dan merupakan cara yang sangat baik untuk menyimpan berbagai organisme air. Tujuan awal dari adanya KJA di waduk Cirata adalah memberikan kompensasi bagi warga sekitar yang lahannya dijadikan waduk. Berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat no. 41 tahun 2002, jumlah KJA di waduk Cirata dibatasi sebanyak 12.000 petak. Namun setelah era reformasi pada tahun 1999, KJA di waduk Cirata mengalami peningkatan yang signifikan dan saat ini jumlah KJA meningkat 428% sebanyak 51. 418 unit (sumber: sensus KJA tahun 2007 oleh BPWC). Jumlah KJA di waduk Cirata dua kali lipat lebih banyak daripada jumlah KJA di waduk Jatiluhur yang luasnya 8.300 hektar. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Octaviana (2007) mengenai Kajian Kualitas Air Waduk Cirata sebagai Area Budidaya Ikan menggunakan Karamba Jaring Apung menunjukan bahwa keramba jaring apung memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap perubahan kualitas air di waduk Cirata.

b. Sektor Pertanian Waduk Cirata memiliki tingkat elevasi maksimal 220 meter dan tingkat elevasi minimal 215 meter (Sumber: Arti Hapsari, BPWC). Ketika curah hujan sedang tinggi, maka tingkat elevasi waduk Cirata akan maksimum. Dan ketika musim kemarau, tingkat elevasinya minimum. Kondisi inilah yang dimanfaatkan oleh warga sekitar waduk cirata. Warga memanfaatkan lahan surutan waduk untuk kegiatan pertanian.

Berbagai macam

tanaman

seperti

padi,

jagung

ditanam pada lahan tersebut. Untuk mengolah tanaman tersebut, warga menggunakan pupuk dan pestisida. Hal inilah yang mengakibatkan kualitas air di waduk Cirata semakin memburuk. Pupuk dan pestisida yang disemprotkan warga akan berpengaruh pada lahan tersebut dan ketika air waduk kembali pasang, lahan yang mengandung bahan-bahan kimia tersebut akan memperburuk kualitas air di waduk Cirata. Selain itu, aktifitas pertanian juga memaksa warga untuk menebang hutan sekitar waduk Cirata. Hutan yang semula berfungsi untuk menahan arus air, kini telah beralih fungsi menjadi lahan pertanian. Tingkat erosi di sekitar waduk Cirata akan meningkat dengan terjadinya kondisi ini. Erosi yang terjadi pada tanah di sekitar waduk Cirata akan meningkatkan sedimentasi. Hal ini berpengaruh pada kuantitas air yang dapat menyebabkan waduk Cirata menjadi dangkal. c. Sektor Pariwisata Beberapa destinasi wisata di sekitar waduk Cirata antara lain Jangari dan Calingcing di kabupaten Cianjur, lalu juga ada bendungan, wisata agro, dan ekowisata hutan. Jangari dan Calingcing berada pada titik pertemuan antara pintu masuk dari Cianjur (dari Jakarta dan Bogor) dan Ciranjang (dari Bandung). Dilokasi tersebut pengunjung bisa menikmati rekreasi alam terbuka dengan memancing, berperahu, atau sekedar berjalan-jalan. Sektor pariwisata telah menyumbangkan devisa yang cukup besar kepada pemerintah di 3 kabupaten, namun secara tidak langsung memberi dampak negatif terhadap kelestarian waduk Cirata. Sekotr pariwisata meningkatkan jumlah warung-warung yang berada di sekitar waduk yang notabene kawasan tersebut merupakan area terlarang karena masih berada di kawasan milik pemerintah yang dikelolah PT PJB. Kunjungan wisata yang meningkat juga telah

meningkatkan jumlah sampah yang ada di lingkungan waduk seperti sampah plastik, makanan, dan lain-lain. Sampahsampah tersebut dapat mencemari waduk Cirata dengan masuknya air lindi sampah serta bakteri coli sehingga meningkatkan nilai BOD dan COD (sumber: Sunardi, 2011). d. Alih Fungsi Hutan Menurut UU No. 41 tahun 1999 pasal 19, alih fungsi hutan didefinisikan sebagai perubahan peruntukan kawasan hutan terfokus untuk mendukung kepentingan di luar kehutanan (pertanian, perkebunan, transmigrasi, pengembangan wilayah dan non kehutanan lainnya). Kawasan waduk Cirata dengan luas 43.777,6 hektar terdiri dari perairan (6.200 hektar) dan daratan (37.557,6 hektar). Perubahan penggunaan lahan yang terjadi berupa penurunan lahan hutan kering primer, yang diikuti pada peningkatan lahan sawah, semak belukar, dan

pemukiman. Hal ini berdampak pada menurunnya kemampuan lahan menahan air hujan dan aliran air permukaan (Sumber: Sunardi, 2011). Alih fungsi hutan yang terjadi telah

mengakibatkan tingginya tingkat erosi. Ini dibuktikan saat longsor yang terjadi di kawasan Intake Cijati-Cimahilir Cirata sepanjang 3 km pada tanggal 17/09/10 (sumber: pikiran rakyat.com edisi 17/09/10 pukul 23.04 ). Erosi yang terjadi secara langsung dapat meningkatkan sedimentasi pada waduk. IV. 3 Pendidikan Lingkungan Hidup Menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature), Pendidikan lingkungan adalah proses mengenali nilai, dan konsep clatifiying dalam rangka untuk mengembangkan

keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan menghargai keterkaitan antara manusia, budaya dan biofisik sekitarnya. Pendidikan lingkungan juga mencakup praktek dalam

pengambilan keputusan dan perumusan diri kode perilaku tentang isu-isu mengenai kualitas lingkungan. Banyak negara yang memperhatikan isu lingkungan yang saat ini sedang menjadi trending topic dengan memasukkan isu tersebut kedalam kebijakan. Sebagai salah satu negara-negara anggota PBB, Indonesia telah meratifikasi kebijakan lingkungan hidup secara terpadu melalui Departemen Dalam Negeri,

Kementerian Negara Lingkungan, Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama RI, lalu pada tanggal 19 Februari 2004 telah menetapkan kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), sebagai arahan bagi semua stakeholders dalam pelaksanaan dan pengembangan PLH di Indonesia (Sumber: Rudolf Pigai, 2009). Departemen Pendidikan yang menjadi salah satu pihak terkait dengan Lingkungan Hidup mulai menggalakkan program Pendidikan Lingkungan Hidup baik untuk Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. pendidikan dengan Kurikulum pada semua jenjang dan jenis

dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai pendidikan, potensi daerah, dan peserta

satuan

didik. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan

memperhatikan beberapa hal, salah satunya yaitu tuntutan pembangunan daerah dan nasional (Sumber: Kementerian

Pendidikan Nasional). Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar. Pendidikan lingkungan hidup telah digalakkan oleh berbagai daerah di Indonesia, namun akan lebih baik jika program pendidikan lingkungan hidup tersebut dilaksanakan secara optimal

untuk mencapai tujuan jangka panjang, yakni meningkatkan kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan sejak dini.

Dengan Pendidikan Lingkungan Hidup berazaskan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik, maka penulis mengajukan program mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup khusus SD negeri/ MI di kawasan waduk cirata untuk diimplementasikan dengan materi yang berkaitan erat dengan kondisi waduk Cirata sekarang. Materi-materi mengenai tanaman, pencemaran lingkungan, kepedulian

lingkungan, dan pengelolaan sampah akan dikaitkan dengan kondisi waduk Cirata secara khusus. Program ini dapat dimulai dengan kerjasama antara PT. PJB-BPWC dan Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat, Cianjur dan Purwakarta dengan memberikan instruksi kepada seluruh SD negeri dan MI di kawasan waduk Cirata (lampiran) untuk menambahkan mata pelajaran PLH pada kurikulum tahunan. Jumlah SD/MI yang berada di sekitar waduk Cirata di kabupaten Bandung Barat berjumlah 100 SD/MI (kec Cipendeuy dan Cikalongwetan), di kabupaten Cianjur berjumlah 112 SD dan MI (kec. Mande, Ciranjang dan Cikalongkulon), dan di kabupaten Purwakarta berjumlah 10 SD dan MI (kec. Maniis) (sumber: Diknas Jabar (2009). Daftar nama & alamat SD/MI, SMP/MTs,

SMA/SMK/MA negeri & swasta Kabupaten/Kota provinsi jawa barat tahun 2009. Bandung: Departemen Pendidikan dan Olahraga Provinsi Jawa Barat). Bentuk silabus pendidikan lingkungan hidup dapat di kondisikan dengan sekolah masing-masing, dan berikut adalah salah satu contoh pemetaan kurikulum PLH khusus pada siswasiswi kelas IV SD/ MI di sekitar waduk Cirata.

PEMETAAN KURIKULUM (contoh) MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP KELAS/ SEMESTER : IV/ I TAHUN PELAJARAN : 2012 / 2013

Standar Kompetensi 1. Melakukan cara penanaman berbagai jenis tanaman

Kompetensi Dasar 1. 1 Mengenal berbagai tanaman

Materi - Pengertian tanaman secara umum - Berbagai contoh tanaman yang ada di kawasan waduk Cirata

Indikator - Dapat menjelaskan pengertian tanaman secara umum - Dapat menjelaskan berbagai contoh tanaman

1. 2 Menyayangi penanaman tanaman

- Hal-hal yang membuat penanaman tanaman menjadi menyenangkan - Manfaat penanaman tanaman terhadap kelestarian waduk Cirata

- Dapat menjelaskan hal-hal yang membuat penanaman tanaman menjadi menyenangkan - Dapat menjelaskan manfaat penanaman tanaman terhadap kelestarian waduk Cirata

1. 3 Mempraktikkan penanaman tanaman

- Istilah-istilah tentang aktivitas penanaman tanaman

- Dapat menjelaskan istilah-istilah tentang aktivitas menanam tanaman

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Materi - Langkah kerja penanaman tanaman endemik yang ada di kawasan waduk Cirata pada pekarangan sekolah atau pot

Indikator - Dapat melakukan penanaman tanaman

2. Berpartisipasi aktif dalam mencegah pencemaran lingkungan

2. 1 Menjelaskan terjadinya pencemaran lingkungan

- Pengertian pencemaran lingkungan - Jenis-jenis pencemaran ligkungan - Contoh pencemaran lingkungan yang terjadi di Indonesia, khususnya waduk Cirata - Proses terjadinya pencemaran lingkungan di waduk Cirata - Dampak pencemaran lingkungan pada waduk Cirata

- Dapat menjelaskan pengertian pencemaran lingkungan - Dapat menjelaskan jenis-jenis pencemaran lingkungan - Dapat memberikan contoh pencemaran lingkungan yang terjadi di Indonesia, khususnya waduk Cirata

- Dapat menjelaskan proses terjadinya pencemaran lingkungan di waduk Cirata

- Dapat menjelaskan dampak pencemaran lingkungan pada waduk Cirata - Dapat menerapkan perilaku yang menjaga lingkungan

2. 2 Memberi contoh cara berpartisipasi dalam

- Menerapkan perilaku yang menjaga lingkungan, khususnya

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar mencegah pencemaran lingkungan

Materi waduk Cirata - Melibatkan diri dalam kegiatan pencegahan pencemaran lingkungan, khususnya pada waduk Cirata - Mendukung program pemerintah dalam pencegahan pencemaran lingkungan

Indikator

- Dapat melibatkan diri dalam kegiatan pencegahan pencemaran lingkungan

- Dapat mendukung program pemerintah dalam pencegahan pencemaran lingkungan

2. 3 Melaksanakan 3. Menerapkan kepedulian terhadap lingkungan kebersihan dan penataan kelas 3. 1 Menjelaskan kepedulian terhadap lingkungan

- Kebersihan kelas - Penataan kelas - Pengertian kepedulian terhadap lingkungan - Hal-hal yang menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan, khususnya pada waduk Cirata

- Dapat membersihkan kelas - Dapat menata kelas - Dapat menjelaskan pengertian kepedulian terhadap lingkungan - Dapat menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan

3. 2 Memberi contoh sikap peduli terhadap

- Membuang sampah pada tempatnya

- Dapat membuang sampah pada tempatnya

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar lingkungan

Materi - Bertani pada lahan khusus pertanian - Menjaga kebersihan lingkungan - Menghemat air bersih - Mengurangi pemakaian kendaraan pribadi - Manfaat sikap peduli lingkungan - Pengertian pengawasan terhadap lingkungan

Indikator - Dapat menjaga kebersihan lingkungan - Dapat menghemat air bersih - Dapat menyapu halaman rumah dan halaman sekolah - Dapat mengurangi membeli jajanan yang memakai kemasan plastik - Dapat mengurangi pemakaian kendaraan pribadi - Dapat menjelaskan manfaat sikap peduli lingkungan - Dapat menjelaskan pengertian pengawasan terhadap lingkungan - Dapat melakukan usaha pengawasan terhadap lingkungan

3. 3 Melakukan pengawasan terhadap lingkungan

- Usaha pengawasan terhadap lingkungan, khususnya pada waduk Cirata

MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP KELAS/ SEMESTER : IV/ II TAHUN PELAJARAN : 2012 / 2013 Standar Kompetensi 1. Membiasakan bersiap siaga menghadapi bencana alam Kompetensi Dasar 1. 1Mengidentifikasi bencana alam dan penanggulangannya 1. 2Menunjukkan sikap empati terhadap orang lain 1. 3Mempraktikkan cara menghadapi bencana alam 2. Menerapkan teknologi sederhana 2. 1Menjelaskan pemanfaatan barangbarang bekas - Pengertian teknologi sedehana - Barang-barang yang termasuk barang bekas - Tahap awal pemanfaatan barang bekas - Dapat menjelaskan pengertian teknologi sedehana - Dapat mengetahui barang-barang yang termasuk barang bekas - Dapat mengetahui tahap awal pemanfaatan barang bekas Materi - Jenis-jenis bencana alam, ciri-ciri dan cara penanggulangannya - Sikap empati yang dapat dilakukan pada korban bencana alam - Cara-cara yang menghadapi bencana banjir - Dapat melakukan cara-cara yang menghadapi bencana banjir - Dapat bersikap empati terhadap korban bencana alam Indikator - Dapat menjelaskan jenis-jenis bencana alam, ciri-ciri dan cara penanggulangannya

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Materi - Manfaat barang bekas

Indikator - Dapat menjelaskan manfaat barang bekas - Dapat membuat hiasan dari barang bekas

2. 2Membuat hasil karya dari barang bekas

- Langkah kerja pembuatan hiasan dari botol plastik bekas di sekitar waduk Cirata

2. 3Menampilkan hasil karya dalam pameran kelas atau sekolah

- Hasil karya dalam pameran kelas atau sekolah

- Dapat memamerkan hasil karya dalam pameran kelas atau sekolah

IV. 4

Manfaat Pendidikan Lingkungan Hidup terhadap Kelestarian Waduk Cirata Program mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) pada SD/MI dikawasan sekitar waduk Cirata memiliki beberapa manfaat, antara lain: a. Meningkatkan kesadaran jangka panjang terhadap kelestarian lingkungan waduk Cirata, terutama pada siswa-siswi SD/MI. b. Dengan meningkatnya kesadaran jangka panjang terhadap kelestarian lingkungan pada siswa-siswi SD/MI akan

mempengaruhi tindakan-tindakan kesehariannya pada waduk Cirata sehingga dapat meminimalisasi degradasi umur waduk. c. Meringankan tugas BPWC dalam sosialisasi terhadap warga karena dibantu oleh guru-guru PLH yang ada di SD/MI kawasan waduk Cirata. d. Bertambahnya wawasan siswa-siswi SD/MI kawasan waduk cirata akan potensi lingkungannya dan metode pengelolaan yang baik dan benar. Upaya peningkatan kesadaran terhadap kelestarian waduk Cirata tidak hanya dapat diberikan kepada masyarakat dewasa, namun dapat diberikan pada tunas daerah dalam hal ini merupakan siswa-siswi SD/MI yang notabene masih dapat dibentuk

kepribadiannya. Dengan memberikan pendidikan lingkungan hidup khususnya mengenai waduk Cirata secara optimal, peluang agar terbentuknya karakter yang sadar lingkungan akan lebih besar. Dengan terciptanya karakter yang sadar lingkungan sejak dini, akan sangat berpengaruh terhadap kelestarian waduk Cirata dalam jangka waktu yang panjang.

BAB V. PENUTUP V. 1 Kesimpulan Waduk Cirata merupakan waduk yang memberikan

pasokan energi listrik yang besar untuk daerah Jawa dan Bali. Banyak sekali pihak yang memanfaatkan keberadaan waduk Cirata, vaitu untuk budidaya ikan, pertanian, dan pariwisata. Seiring perkembangan jaman, waduk Cirata mengalami pencemaran yang cukup serius dikarenakan kurangnya kesadaran dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Padahal kondisi tersebut selain akan mengancam kelestarian waduk Cirata, juga akan merugikan berbagai sektor yang terkait dengan waduk Cirata, salah satunya adalah PLTA. BPWC sebagai badan yang bertugas untuk mengelola waduk Cirata telah melakukan berbagai tindakan untuk menjaga kelestarian waduk Cirata, namun karena kesadaran masyarakat yang kurang dan respon masyarakat yang tidak selalu positif, akan sulit untuk menjaga kelestarian waduk Cirata. Penulis mengajukan gagasan yaitu upaya kerja sama antara BPWC dan dinas pendidikan untuk mengoptimalkan pendidikan lingkungan hidup untuk siswa-siswi SD/MI dan

mengaitkannya dengan waduk Cirata agar tunas daerah memiliki karakter yang sadar lingkungan dan upaya untuk menjaga kelestarian waduk Cirata akan tercipta dalam jangka waktu yang panjang.

V. 2

Saran Dari pembahasan di atas, penulis memasukkan beberapa saran yang dituangkan dalam strategi SWOT (Strengthness, Weakness, Opportunity, and Threat) berikut ini: Strengthness: kurikulum dan Weakness: yang - PLH dapat dengan guru membutuhkan

flexible

standar kemampuan yang paham

disesuaikan

kondisi waduk cirata - materi yang mu-dah dipahami kare-na dicontohkan de-ngan kondisi sekitarnya - PLH ciptakan dapat mennyata di

dengan baik mengenai waduk cirata

kesadaran

akan kelestarian waduk cirata jangka

panjang Opportunity: - Mudah nilai-nilai untuk Dinas Pendidi-kan - BPWC bekerjasama dengan dalam kan BPWC merumuskurikulum dan Dinas

Pendidikan

setempat

menanamkan peduli

memberikan pelatihan bagi guru-guru SD/ MI mata pelajaran PLH waduk

lingku-ngan pada siswa-siswa SD - Dapat berkoordinasi dengan se-bagai pengelola resmi langsung BPWC

PLH yang terkait dengan kondisi

mengenai Cirata

waduk Cirata

waduk cirata - Dapat

bekerjasama dengan pendidikan Threat: - masih terbatasnya pengetahuan guru2 SD mengenai waduk Cirata - Tidak semua SD di wilayah waduk cirata menerapkan PLH Menerapkan program pelajaran mata PLH - Dinas setempat mewajibkan kepada Pendidikan dinas

pada SD/MI yang belum menerapkan PLH atau namun sudah, belum

SD/MI yang berada di kawasan waduk untuk

Cirata

menerapkan program PLH disesuaikan yang dengan

berkaitan dengan waduk Cirata

kondisi waduk Cirata

DAFTAR PUSTAKA Sopiah, Pipih (2010). Pendidikan Lingkungan Hidup Untuk SD/MI kelas IV. Bandung: CV Bina Pustaka PT PJB-BPWC (2011). Seminar Peran Sinergi Stakeholder untuk Kelestarian Waduk Cirata. Bandung: BPLHD Jawa Barat Diknas Jabar (2009). Daftar nama & alamat SD/MI, SMP/MTs,

SMA/SMK/MA negeri & swasta Kabupaten/Kota provinsi jawa barat tahun 2009. Bandung: Departemen Pendidikan dan Olahraga Provinsi Jawa Barat. SK Gubernur Jawa Barat no. 41 tahun 2002 tentang Waduk Cirata UU No. 41 tahun 1999 pasal 19 tentang Alih Fungsi Hutan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Sumber Daya Alam Hayati Puslitbang SDA. Pengelolaan Danau dan Waduk di Indonesia. Media release: http://www.pusair-pu.go.id/artikel/kesatu.pdf (diakses: 30 Juli 2011). Kemendiknas. Kurikulum Sekolah Dasar. Media release:

http://www.kemdiknas.go.id/ (diakses: 30 Juli 2011). Pemerintah Kabupaten Bandung Barat. Situ dan Bendungan. Media release: http://bandungbaratkab.go.id/ (diakses: 28 Juli 2011). Pemerintah kabupaten Purwakarta. PLTA Cirata. Media release:

http://purwakartakab.go.id/ (diakses: 28 Juli 2011)

LAMPIRAN 1. Biodata peserta Peserta 1: Nama : Hafidz Mulyansyah Putra

Tempat dan Tanggal lahir : Padang Sibusuk, 05-02-1991 NIM Jurusan/Prodi/Fakultas Perguruan Tinggi Prestasi : 109 400 269 : MBTI/MBTI/SMTM : Institut Manajemen Telkom : Juara 1 Lomba Karya Tulis Go Green Kampus IM Telkom (2011) Peserta 2: Nama : Dea Ratna Dewi Camilla

Tempat dan Tanggal lahir : Kuningan, 08-02-1992 NIM Jurusan/Prodi/Fakultas Perguruan Tinggi Prestasi : 109 400 257 : MBTI/MBTI/SMTM : Institut Manajemen Telkom : Juara 3 Lomba Karya Tulis Championship Regeneration SEARCH IM Telkom 2011

2. Surat Keterangan Mahasiswa IM Telkom Peserta 1:

Peserta 2:

3. KTM dan KTP/SIM

You might also like