You are on page 1of 5

Bahan Okulasi tanaman kakao berasal dari 2 (dua) jenis cabang yaitu ortotrop dan plagiotrop.

Tanaman yang dihasilkan dari okulasi tunas ortotrop pada umumnya habitus baik , tanaman berjorget, tanaman tinggi besar dan percabangan teratur serta lebih lambat berbunga/berbuah. Sedangkan tanaman yang dihasilkan dari okulasi tunas plagiotrop pada umumnya habitus pendek, percabangan mulai dari permukaan tanah dan tanaman cepat berbuah.

Faktor penting pada okulasi. Batang bawah: Batang bawah harus dalam pertumbuhan yang aktif, yang ditandai dengan adanya daun muda (flush). Sel-sel kulit batang bawah harus cukup mengandung air sehingga tidak terjadi kerusakan sel pada saat okulasi. Oleh karena itu sebaiknya okulasi dilakukan pada saat kandungan air tanah cukup. Entres kayu (kayu olulasi): Entres harus bermutu baik yaitu berwarna coklat (tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda), dan mata dalam keadaan baik (nampak jelas). Ketrampilan tenaga okulasi: Potongan mata okulasi dengan sayatan batang bawah harus serasi. Disamping itu luka sayatan dan potongan mata okulasi harus diusahakan agar tidak membuka terlalu lama. Cara mengokulasi. Okulasi Ortotrop. - Pilih cabang-cabang ortotrop yang telah memenuhi syarat, ambil dengan hatihati , hindarkan dari luka dan terkena suhu tinggi, tangkai daun dipotong 1.5-2 cm - Batang bawah yang sudah berumur 1 tahun diokulasi dengan mata entres yang dikehendaki, kulit batang bawah ditarik dengan pisau okulasi selebar 0.7 mm dan panjang 3-4 cm dibuka dari bawah ke atas. - Mata okulasi disiapkan dengan cara menyayat mata bersama sedikit bagian kayu tempat mata tersebut menempel. - Kayu dilepas dengan hati-hati dari bagian ujung, lalu kulit dipotong seukuran bukaan batang bawah. - Mata okulasi secepat mungkin ditempelkan pada bukaan batang bawah yang masih segar. Permukaan kambium hindarkan dari sentuhan tangan agar tidak terkontaminasi kotoran. Ikatlah dengan tali rafia dari bawah ke atas. Dengan susunan seperti genteng. Pada musim hujan, tali okulasi dapat ditutup degan parafin yang dicairkan. - 14 hari setelah pelaksanaan, apabila mata okulasi tetap berwarna hijau berarti okulasi jadi/berhasil. Apabila okulasi tidak jadi maka segera diulang pada sisi yang berlawanan. - Kemudian dilakukan pengeratan batang bawah pada jarak 5-6 cm di atas tempelan. Satu minggu setelah mata membengkak (metir) , batang bawah dilengkungkan, dan empat bulan kemudian batang bawah dipotong. - Batang klonal yang tumbuh dari mata entres dirundukkan agar tumbuh tunas ortotrop dan dari tunas yang tumbuh ini selanjutnya dipelihara 2 tunas ortotrop. - Setelah 6 bulan, batang klonal pertama dipotong selanjutnya dipelihara 2 tunas ortotrop dan tunas ini terus dipelihara selama 6 bulan (misal tunas A dan B). - Selanjutnya tunas A dipotong setinggi 20 cm dan dari tunas A ini dipelihara tunas A1 dan A2 kemudian menyusul tunas B untuk dipelihara tunas B1 dan B2. - Empat tunas dari A dan B tersebut kemudian dipelihara dan tanaman siap

menghasilkan kayu okulasi/entres. Okulasi Plagiotrop. - Ranting calon kayu okulasi diambil dengan hati-hati, jangan sampai terluka dan terkena suhu tinggi. Tangkai daun dipotong 1.5-2.0 cm. - Batang bawah dipilih dari bibit yang tumbuh sehat, umur 4 bulan , diameter batang 7 mm. Kulit batang bawah ditarik dengan pisau okulasi selebar 0.7 mm dan panjang 3-4 cm, dibuka dari bawah ke atas (di bawah kotiledon) - Sayatlah mata okulasi bersama sedikit bagian kayu tempat mata menempel. Selanjutnya kayu dilepas dengan hati-hati dari bagian ujung, lalu kulit dipotong seukuran bukaan batang bawah. - Mata okulasi dihindarkan tersentuh tangan agar tidak terkontaminasi kotoran. Ikat dengan talim rafia dari bawah ke atas dengan susunan seperti genteng. Pada musim hujan tali okulasi dapat ditutup dengan parafin yang dicairkan. - Setelah 14 hari, bila okulasi berhasil maka mata okulasi tetap hijau. Bila gagal maka segera diulang pada sisi yang berlawanan. Okulasi yang berhasil dilakukan pengeratan batang bawah pada jarak 5-6 cm di atas tempelan. Satu minggu setelah mata membengkak (metir) batang bawah dilengkungkan. - Setelah tunas okulasi berdaun 5-6 lembar, batang bawah dipotong di atas pertautan, kemudian tunas baru dirawat dengan baik, hindarkan dari serangan hama atau penyakit. Pemupukan dan penyiraman bibit dilakukan sebagaimana lazimnya. - Pertumbuhan tunas okulasi diarahkan ke atas, diberi tajar yang panjangnya 5060 cm - Selama okulasi tidak boleh ada tunas-tunas air/wiwilan yang tumbuh - Bibit hasil okulasi siap dipindahkan ke kebun setelah berumur 8-9 bulan, panjang tunas 30 cm dan jumlah daun lebih dari 12 lembar. Dua minggu sebelum bibit dipindahkan, polibag diputar untuk memutus perakaran yang menembus tanah. Penulis: Sri Wijiastuti, Penyuluh Pertanian Madya Sumber: Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Induk Kakao, Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta. 2006. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sangat penting bagi perekonomian nasional khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Pada tahun 2009, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 1,5 juta kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ketiga dalam sub sektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan nilai sebesar US $ 975 juta. Teknologi sambung samping merupakan teknik rehabilitasi tanaman kakao tua dan tidak produktif lagi dengan cara menyambungkan entres kakao unggul (sebagai batang atas) dengan kakao yang tidak produktif (sebagai batang bawah). Teknik sambung samping sebagian besar digunakan oleh petani kakao yang enggan mengganti tanamannya dengan bibit baru karena mereka menganggap tanaman kakaonya masih dapat menghasilkan buah walaupun dalam jumlah sedikit.

Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2008) luas tanaman kakao yang masuk dalam program rehabilitasi dengan teknik sambung samping terutama di Bali dan Sulawesi adalah 235.000 ha. Sehingga kegiatan rehabilitasi melalui teknik sambung samping jelas membutuhkan entres yang sangat banyak yang berasal dari klon unggul. Potensi bahan tanam kakao unggul lokal yang tersedia di beberapa daerah pengembangan kakao belum banyak dimanfaatkan sebagai sumber entres, padahal beberapa klon seperti klon ICS 13, ICS 60, Hibrida, Sulawesi 1, Sulawesi 2, RCC 70, ICCRI 03, ICCRI 04, Polman, M01, Luwu Utara, merupakan sumber entres yang baik. Teknik Penyambungan Pertama-tama buat dua buah torehan vertikal setinggi 5 cm dengan menggunakan pisau okulasi pada sisi batang setinggi 45-60 cm dari permukaan tanah. Jarak antara torehan 1-2 cm atau sama dengan diameter entres yang akan disisipkan. Ujung atas torehan dipotong miring ke bawah hingga mencapai kambium. Pangkal entres disayat miring sehingga diperoleh bentuk permukaan sayatan tersebut runcing seperti baji, panjang sayatan 3-4 cm. Entres yang sudah dipersiapkan perlahan-lahan disisipkan pada batang bawah. Sisi sayatan yang berbentuk baji diletakkan menghadap ke kambium batang bawah kemudian lidah kulit ditutup kembali sebelum dilakukan pengikatan. Entres dikerodong dengan kantong plastik yang telah dipersiapkan, kemudian diikat kuat dengan menggunakan tali rafia. Pemotongan tanaman pokok pada prinsipnya dapat dilakukan apabila sambungan sudah cukup kuat menempel pada batang bawah pada jarak 50-100 cm dari letak sambungan. Tingkat Keberhasilan Sambungan Tingkat keberhasilan sambungan di Sulawesi Selatan menunjukkan persentase sambung jadi antar klon TSH 858 berbeda nyata dengan klon Sulawesi 1, klon Sulawesi 2, klon M 01, dan klon 45. Kenyataan ini menunjukkan bahwa setiap klon memiliki kemampuan yang berbeda untuk menghasilkan sambungan jadi.

Gambar 1. Tunas umur 1 bulan

Gambar 2. Tunas mulai berbuah umur 24 bulan (Klon Sulawesi 1)

Demikian juga, tingkat keberhasilan sambungan yang dicapai oleh petani yang sudah berpengalaman 2 tahun mencapai 74,5% sedangkan petani yang baru belajar 1 tahun hanya 53,8-56,0%. Hasil analisis ekonomi menunjukkan sambung samping sejak tahun pertama menghasilkan modal positif sebesar Rp. 1.313.000,- yang diperoleh dari buah hasil panen batang bawah. Sampai dengan tahun kelima total pendapatan yang diperoleh mencapai Rp. 50.848.000,- atau 1,8 kali dari total pendapatan yang diperoleh dari penanaman biasa. Penutup Teknologi sambung samping merupakan teknologi yang murah, mudah diterapkan, dan dapat meningkatkan pendapatan petani dan merupakan salah satu pilihan yang cocok dilakukan dalam program rehabilitasi tanaman kakao. Potensi klon kakao unggul yang dapat dijadikan sebagai sumber entres di setiap daerah pengembangan cukup besar namun belum dimanfaatkan secara optimal. Tingkat keberhasilan sambungan dipengaruhi oleh jenis entres yang digunakan, umur entres, tersedianya entres dalam jumlah yang memadai dan dekat lokasi pengembangan, kemampuan dan keterampilan petani melakukan sambungan, serta kondisi iklim. Terakhir Diperbaharui pada Sabtu, 31 Maret 2012 14:29

Kakao adalah bahan utama pembuatan bubuk kakao (coklat), bubuk kakao adalah bahan dalam pebuatan kue, es krim, makanan ringan, susu yang dalam bahasa sehari-hari masyarakat kita menyebutnya coklat. Karakter rasa coklat adalah gurih, dengan aroma yang khas sehingga disukai banyak orang khususnya anak-anak dan remaja. Negar-negara penghasil kakao di dunia (tahun panen 2005) adalah: Pantai Gading (38%), Ghana (19%), Indonesia (13%), Nigeria (5%), Brasil (5%), Kamerun (5%), Ekuador (4%), dan Malaysia (1%). Pada budidaya kakao, bibit kakao yang yang terbaik adalah yang berasal dari klon unggul dan diperbanyak dengan cara vegetatif sehingga secara genetik sifatsifat unggul yang diinginkan tetap dapat dipertahankan. Teknik perbanyakan tanaman dengan cara vegetatif yang lazim digunakan pada komoditas kakao adalah dengan cara okulasi, meskipun terdapat beberapa teknik perbanyakan vegetatif lainnya seperti sambung dan kultur jaringan. Seperti halnya okulasi pada tanaman perkebunan lainnya (karet, kopi, dll.), okulasi pada tanaman kakao bertujuan menempelkan mata entres dari klon unggul tertentu yang diinginkan sifat-sifatnya kepada batang bawah.

Untuk melakukan okulasi kakao (coklat), yang pertama perlu diperhatikan adalah sumber mata entres (kayu olulasi) harus berasal dari klon/varietas yang unggul. Selanjutnya sumber entres harus berkualitas baik yaitu berwarna coklat (tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda) serta mata entres yang akan diambil dalam keadaan baik (nampak jelas). Kayu okulasi dapat berasal dari 2 (dua) jenis cabang yaitu ortotrop dan plagiotrop. Tanaman yang dihasilkan dari okulasi tunas ortotrop pada umumnya habitus baik, tanaman berjorget, tanaman tinggi besar dan percabangan teratur serta lebih lambat berbunga/berbuah. Sedangkan tanaman yang dihasilkan dari okulasi tunas plagiotrop pada umumnya habitus pendek, percabangan mulai dari permukaan tanah dan tanaman cepat berbuah. Selanjutnya perlu diperssiapkan batang bawah yang akan kita tempelkan mata okulasi. Batang bawah harus dalam pertumbuhan yang aktif, yang ditandai dengan adanya daun muda (flush). Sel-sel kulit batang bawah harus cukup mengandung air sehingga tidak terjadi kerusakan sel pada saat okulasi. Oleh karena itu sebaiknya okulasi dilakukan pada saat kandungan air tanah cukup. Setelah kedua faktor di atas terpenuhi, berikutnya yang harus diperhatikan adalah keterampilan tenaga okulasi. Tenaga okulasi yang berpengalaman cenderung meningkatkan keberhasilan okulasi. Kuncinya adalah potongan mata okulasi dengan sayatan batang bawah harus serasi. Di samping itu luka sayatan dan potongan mata okulasi harus diusahakan agar tidak membuka terlalu lama.

Selanjutnya perlu diperssiapkan batang bawah yang akan kita tempelkan mata okulasi. Batang bawah harus dalam pertumbuhan yang aktif, yang ditandai dengan adanya daun muda (flush). Sel-sel kulit batang bawah harus cukup mengandung air sehingga tidak terjadi kerusakan sel pada saat okulasi. Oleh karena itu sebaiknya okulasi dilakukan pada saat kandungan air tanah cukup. Setelah kedua faktor di atas terpenuhi, berikutnya yang harus diperhatikan adalah keterampilan tenaga okulasi. Tenaga okulasi yang berpengalaman cenderung meningkatkan keberhasilan okulasi. Kuncinya adalah potongan mata okulasi dengan sayatan batang bawah harus serasi. Di samping itu luka sayatan dan potongan mata okulasi harus diusahakan agar tidak membuka terlalu lama.

You might also like