You are on page 1of 26

BAB PENDAHULUAN

Kecerdasan Emosi sebenarnya bukan suatu bahasan yang asing dalam Islam. Dalam telaah Alquran dan kehidupan Rasulullaah saw. tercantum bagaimana seorang muslim atau muslimah harus bersikap dalam menjalani hidup atau dalam mengelola emosinya. Menurut Definisi yang dilontarkan oleh dua orang ahli, dalam bukunya mengenai EQ dan IQA1995, Daniel Goldman, Kecerdasan Emosi adalah: 1. Kemampuan untuk bisa mengenali emosi diri sendiri. 2. Mengelola dan Mengekspresikan Emosi Diri dengan Tepat. 3. Memotivasi Diri Sendiri 4. Mengenali Emosi Orang lain 5. Membina Hubunga Kecerdasan Intelektual bias diukur, ditunjuk dengan score2 tertentu, apakah tinggi, sedang, jenius, di atas rata2 atau dibawah rata2. Jelas bahwa kecerdasan intelektual yang tinggi berbicara tentang kemampuan minat intelektual yang dapat kita ramalkan. Sedangkan kecerdasan emosi (EQ) yang tinggi, berbicara mengenai tidak mudah takut atau gelisah, mudah bergaul dan jenaka, mampu melibatkan diri dengan orang lain atau dengan permasalahan, tanggung jawab dan simpatik, erat dalam hubungan sosial. Tidak bisa dipisahkan antara emosi dan rasio, semua bisa berjalan beriringan, ada hubungan intergratif antara IQ da EQ, terutama dalam masalah motivasi/ketekunan. Definisi kecerdasan emosi:

1. Mengenali Emosi Diri Sendiri Mengenali emosi diri sendiri merupakan syarat utama. Mengenali emosi diri berarti mewaspadai terhadap suasana hati atau terhadap pikiran tentang suasana hati sendiri, artinya harus memposisikan diri sebagai pengontrol emosi, bukan sebagai yang dikontrol emosi.

2. Mengelola dan Mengekspresikan Emosi. Ketika kita mampu mengelola dan mengekspresikan emosi, maka keuntungannya kita akan mampu lebih cepat menguasai perasaan, dan kembali membangkitkan kehidupan emosi yang normal. Contoh ketika orang yang kita cintai dipanggil Allah Swt, reaksi orang akan bereda-beda. Akan berbeda orang yang bisa menguasai emosi dengan orang yang terhanyut, walaupun sama-sama cerdas. Orang yang cepat menguasai perasaan, akan cepat pula bangkit dalam perasaan yang normal. Hal ini akan lebih baik, karena bisa kembali dalam menjalani kehidupannya. Berbeda dengan orang yang tidak bisa menguasai emosinya. 3. Memotivasi Diri Diharapkan dapat memotivasi diri sendiri untuk dapat bekerja mencapai tujuan Sendiri

4. Mengenali Emosi orang lain. Ketika kita bisa mengenali emosi diri sendiri, insyaAllah kita akan bisa juga mengenali emosi orang lain. Bisa berempati, bisa merasakan apa yang orang lain rasakan tanpa harus terhanyut. Emosi jarang terungkap dalam bentuk verbal.. Biasanya akan lebih mudah terlihat dari bahasa non-verbal yang mencakup sekitar hampir 90%. Bahasa non-verbal ini juga lebih bisa dipercaya. Ketika kita bisa mengenali emosi orang lain , merupakan modal kita untuk bisa hangat dengan orang lain, lebih peka, dan lebih bisa menyesuaikan diri. 5. Membina Hubungan dengan Orang Lain. Dalam hal ini point terpenting adalah mengetahui prinsip prinsip bahwa jangan takut untuk berbeda, berbeda itu tidak selamanya buruk, jangan selalu berkorban untuk kepentingan orang lain, jangan mengorbankan prinsip kita hanya untuk menyenangkan orang lain. Mengendalikan emosi

Emosi dan perasaan akan bergolak dikarenakan dua hal, yaitu kegembiraan yang memuncak dan musibah yang berat. Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda, sesungguhnya aku melarang dua macam ucapan yang bodoh lagi tercela: keluhan tatkala mendapat nikmat dan umpatan tatkala mendapat musibah. Dan Allah berfirman, (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu) (QS. Al-Hadid: 23) Maka dari itu Rasulullah bersabda, sesungguhnya kesabaran itu ada pada benturan yang pertama. Barangsiapa mampu menguasai perasaannya dalam setiap peristiwa, baik yag memilukan dan juga menggembirakan, maka dialah orang yang sejatinya memiliki kekukuhan iman dan keteguhan keyakinan. Karena itu pula, ia akan memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan dikarenakan keberhasilannya mengalahkan nafsu. Allah swt menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang senang bergembira dan berbangga diri. Namun menurut Allah, ketika ditimpa kesusahan manusia mudah berkeluh kesah, dan ketika mendapat kebaikan manusia sangat kikir. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan orang yang khusyu dalam shalatnya. Itu karena merekalah orang-orang yang mampu berdiri seimbang di antara gelombang kesedihan yang keras dan dengan luapan kegembiraan yang tinggi. Dan mereka itulah yang akan senantiasa bersyukur tatkala mendapat kesenangan dan bersabar tatkala berada dalam kesusahan. Emosi yang tak terkendali hanya akan melelahkan, menyakitkan, dan meresahkan diri sendiri. Sebab, ketika marah, misalnya, maka kemarahan akan meluap dan sulit dikendalikan. Dan itu akan membuat seluruh tubuhnya gemetar, mudah memaki siapa saja, seluruh isi hatinya tertumpah ruah, nafasnya tersengal-sengal, dan ia akan cenderung bertindak sekehendak nafsunya. Adapun saat mengalami kegembiraan, ia menikmatinya secara berlebihan, mudah lupa diri, dan tak ingat lagi siapa dirinya. Begitulah manusia, ketika tidak menyukai seseorang, ia cenderung menghardik dan mencelanya. Akibatnya, seluruh kebaikan orang yang tidak ia sukai itu tampak lenyap begitu

saja. Demikian pula ketika menyukai orang lain, maka orang itu akan terus dia puja dan sanjung setinggi-tingginya seolah-olah tak ada cacatnya. Dalam sebuah hadist dikatakan : cintailah orang yang engkau cintai sewajarnya, karena siapa tahu ia akan menjadi musuhmu di lain waktu, dan bencilah musuhmu itu sewajarnya, karena siapa tahu dia menjadi sahabatmu di lain waktu. Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda, Ya Allah saya minta pada-Mu keadilan pada saat marah dan lapang dada. Barangsiapa mampu menguasai emosinya, mengendalikan akalnya dan menimbang segalanya dengan benar, maka ia akan melihat kebenaran, akan tahu jalan yang lurus dan akan menemukan hakekat. Sesungguhnya, Kami telah mengutus rasul-rasul dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan (QS. Al-Hadid: 25) Islam mengajarkan keseimbangan norma, budi pekerti dan perilaku sebagaimana ia mengajarkan manhaj yang lurus, syariat yang diridhai, dan agama yang suci. Dan, demikianlah (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat islam), umat yang adil dan pilihan (QS. Al-Baqarah: 143) Keadilan merupakan tuntutan yang ideal sebagaimana ia dibutuhkan dalam penerapan hukum. Itu terjadi, karena pada dasarnya islam dibangun di atas pondasi kebenaran dan keadilan. Yakni, benar dalam memberitakan berita-berita Ilahi dan adil dalam menetapkan hukum, mengucapkan perkataan, melakukan tindakan dan berbudi pekerti. Dan, Telah sempurna kalimat Rabb-mu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil (QS. Al-Anam: 115)
Jika dimensi kemalaikatan membawa manusia dekat kepada Allah, dimensi kebinatangan membawa Manusia mempunyai dua dimensi kepribadian. Pertama, yang disebut dengan al-bu'dzil malakuti atau dirnensi kemalaikatan yang berasal dari alam malakut. Ada satu bagian dalam diri kita yang membawa kita ke arah kesucian, yang mendekatkan diri kita kepada Allah. Dimensi ini mendorong kita untuk berbuat baik, membuat kita tersentuh oleh penderitaan orang lain, dan mengajak kita untuk membantu mereka yang memerlukan bantuan. Dengan kata lain, dimensi ini adalah sisi kebaikan yang ada dalam diri manusia. Dimensi kedua, adalah dimensi kebinatangan atau al-budul bahimi. Dimensi inilah yang mendorong manusia untuk berbuat buruk, membuat hati kita keras ketika melihat penderitaan orang lain, dan menimbulkan rasa iri kepada orang lain yang lebih beruntung. Dimensi ini juga menggerakkan kita untuk marah dan dendam kepada sesama manusia. Inilah sisi buruk dalam diri manusia. Jika dimensi kemalaikatan membawa manusia dekat kepada Allah, dimensi kebinatangan membawa manusia dekat dengan setan. Setan sebenarnya tidak mempunyai kemampuan untuk menyesatkan manusia, kecuali kalau manusia membantunya dengan membuka sisi kebinatangannya. Karena itulah setan pernah berjanji di hadapan Allah, Demi kekuasaan Engkau aku akan inenyesatkan rnereka semua. Kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas. (QS. Shad 82-83). Sebenarnya yang bisa disesatkan oleh setan adalah hamba-hamba Allah yang membuka sisi kebinatangannya. AlGhazali menyebut sisi ini sebagai pintu gerbang setan atau madakhilus syaithan. Bila orang sering membuka pintu gerbang kebinatangannya, setan dapat masuk melakukan provokasi

di dalamnya. Oleh karena itu, bagian kebinatangan yang ada dalam diri manusia sering disebut dengan pasukan setan. Melalui pasukan setan inilah setan dapat mengarahkan manusia untuk berbuat buruk. Dua dimensi ini, malakuti dan bahimi, terus menerus bertempur dalam satu peperangan abadi yang dalam Islam disebut dengan aljihadul akbar, peperangan yang besar. Jihad yang agung itu adalah peperangan melawan bagian dari diri manusia yang ingin membawa kita jauh dari Allah. Tugas kita adalah memperkuat al-bu'clul malakuti itu, supaya kita memenangkan pertempuran agung. Ada dua hal yang harus dilakukan manusia agar ia dapat memenangkan pertempuran agung itu, yaitu shalat dan sabar. Minta tolonglah kamu (dalam jihad akbar ini) dengan melakukan shalat dan sabar, sesungguhnya itu berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (QS AI-Baqarah 45).

Emosi sangat mempengaruhi kehidupan manusia ketika dalam mengambil keputusan. Tidak jarang suatu keputusan diambil melalui emosinya. Tidak ada sama sekali keputusan yang diambil manusia murni dari pernikiran rasionya. Karena seluruh keputusan manusia memiliki warna emosional. Jika kita memperhatikan keputusan-keputusan dalam kehidupan manusia, ternyata keputusannya lebih banyak ditentukan oleh emosi daripada akal sehat. Karena itulah Goleman mengusulkan selain memperhatikan kecerdasan otak, kita juga harus memperhatkan kecerdasan emosi. la menyebutkan bahwa yang menentukan sukses dalam kehidupan manusia bukanlah rasio tetapi emosi. Dalam Islam, kemampuan mengendalikan emosi dan menahan diri disebut sabar. Orang yang paling sabar adalah orang yang paling tinggi dalam kecerdasan emosionalnya. la biasanya tabah dalam menghadapi kesulitan. Orang-orang yang cerdas secara emosional adalah orang yang sabar dan tabah dalam menghadapi berbagai cobaan. la tabah dalam mengejar tujuannya. Orang-orang yang bersabar menurut AI-Quran akan diberi pahala berlipat ganda di dunia dan akhirat. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. AIBaqarah 157). Ada beberapa pahala yang akan diperoleh bagi orang yang bersabar yaitu shalawat (keberkatan yang sempurna), rahmat, dan hidayat. Ada tiga jenis kesabaran, yaitu sabar dalam menghadapi musibah, sabar dalam melakukan ibadah, dan sabar dalam menahan diri untuk tidak melakukan maksiat. Sabar dalam menghadapi musibah pahalanya lebih besar. Bahkan menurut AlQuran, pahalanya diberikan tanpa perhitungan: Allah memberikan pahala kepadanya tanpa perhitungan (Az-Zumar 10). Sabar dalam menjalankan ibadah pahalanya lebih besar daripada sabar dalam menghadapi musibah. Dan sabar dalam menahan diri akan melakukan maksiat pahalanya jauh lebih besar daripada dua jenis sabar yang lainnya. Manajemen emosi pada wanita dakwatuna.com Allah berfirman: Dan bergaullah bersama mereka (istri) dengan cara yang patut (diridhai oleh Allah). Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS. An-Nisa:19). Bila para pakar merasa kewalahan dan kebingungan untuk secara cermat dan pasti memahami hakikat manusia, seperti ekspresi Dr. Alexis Karel melalui bukunya Man is The Unknown yang menggambarkan akhir pencariannya pada frustasi, keputus-asaan dan jalan buntu dalam memahami hakikat dan perilaku manusia, maka tentunya manusia sendiri akan lebih sulit lagi meraba kejiwaan wanita yang pada aktualisasi emosinya bagaikan gelas-gelas kristal yang

memiliki banyak dimensi, segi dan sudut sebagai bagian estetikanya namun pada saat yang sama secara embodied ia bersifat rawan pecah (fragile) perlu perlakukan lembut dan sensitif yang dalam bahasa Arab kaum wanita sering diistilahkan sebagai al-jins al-lathif (jenis lembut) terutama menyangkut dinamika kejiwaan, relung-relung emosional dan lika-liku perasaannya. Dalam kodrat wanita terutama yang menyangkut emosinya yang demikian itu sebagai kelebihan sekaligus dapat pula berpotensi menjadi kekurangannya kadang kaum wanita sendiri sering salah paham dan sulit memahami dirinya apalagi mengendalikan dan mengelola emosinya secara baik. Padahal secara kodrati penamaan wanita sebagai terjemahan dari an-niswah dalam bahasa jawa merupakan kependekan dari wani ditata yang berarti berani ditata atau dikelola. Dengan demikian sebenarnya manusia itu sendiri sudah merasakan kodrat hidup dan apa yang dialaminya, sudah menangkap adanya sesuatu yang menjadi fitrah dan takdirnya sebagaimana Allah ungkapkan hal itu pada surat al-Qiyamah: 14. Namun secara empiris manusia lebih suka mencari jati dirinya di luar dirinya, lebih cenderung mencari faktor, oknum dan kambing hitam selain dirinya dengan menutup, menipu dan membodohi diri sendiri. Oleh karenanya Allah Sang Khalik mengingatkan umat manusia untuk melihat ke dalam, mengaca diri dan jujur pada diri sendiri sehingga dapat mengoptimalkan pengelolaan kekurangan dan kelebihannya tanpa dinodai upaya manipulasi dan distorsi. (QS. Adz-Dzariyat:21) Ayat di atas sangat erat dan lekat dengan pasangan suami istri sebagai pesan pertama pernikahan. Ayat ini begitu agungnya melandasi ikatan perkawinan sehingga dicantumkan di halaman pertama buku nikah sebagai wasiat ilahi hubungan suami istri yang harus dilandasi kepada kesadaran tenggang rasa, ngrekso dan ngemong satu sama lain yang merupakan bahasa lain dari pengendalian perasaan dan manajemen emosi dalam rumah tangga. Rasulullah bersabda: Terimalah wasiat tentang memperlakukan kaum wanita (istri) dengan cara yang baik. Karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk laki-laki yang melekuk. Dan sesuatu yang paling melekuk itu adalah sesuatu yang terdapat pada tulang rusuk yang paling atas. Jika hendak meluruskannya secara paksa tanpa hati-hati, maka kalian akan mematahkannya. Sedang jika kalian membiarkannya, maka ia akan tetap melekuk. Oleh karena itu, terimalah wasiat memperlakukan wanita dengan baik. (HR. Ahmad dan AlHafidz Al-Iraqi). Pada riwayat lain dari hadits ini dijelaskan, bahwa sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk berlekuk. Jika kalian mencari kenikmatan darinya, maka kalian akan mendapatkannya. Sedangkan di dalam dirinya masih tetap ada sesuatu yang melekuk. Di mana jika kalian hendak meluruskannya, maka kalian akan mematahkannya. Patah di sini berarti perceraian. (HR. Muslim). Syeikh Waliyullah Ad-Dahlawi dalam Hujjatullah al-Balighah (II/708) menjelaskan makna hadits di atas ialah: terimalah wasiat dariku (rasulullah) dan gunakan untuk memahami wanita (isteri). Karena pada penciptaannya terdapat sesuatu yang melekuk. Sebagaimana lazimnya setiap sesuatu akan mewarisi sifat dasarnya. Jika seseorang ingin mengarungi bahtera rumah tangga bersama pasangannya, maka ia harus siap untuk mentolerir dan memaafkan perkara-perkara sepele yang terjadi dan menahan amarah karena sesuatu yang tidak disukainya.

Dalam hal itu, Rasulullah saw tidak bermaksud memvonis bahwa wanita itu adalah makhluk yang berperangai buruk. Beliau hanya ingin menyampaikan fakta, fenomena dan realitas nyata agar kaum pria bersikap realistis dan siap berinteraksi, bergaul dengan mitra hidupnya dan bagi kaum wanita agar dapat mawas diri. Artinya, jika dalam diri istrinya didapati suatu letupan maupun ledakan emosi, serta menyaksikan ekspresi maupun luapan perasaan yang tidak berkenan di hatinya, maka ia akan menghadapinya dengan sabar dan bermurah hati, tanpa bersikap reaktif dan terpengaruh amarah sehingga menumbuhkan kebencian dan rasa muak, namun ia justru akan melihat sisi baik mitranya. Karena ia hanyalah seorang manusia yang mempunyai sisi baik dan sisi buruk sebagaimana dirinya. Karena itu, Rasulullah bersabda: seorang mukmin hendaknya tidak membenci mukminat hanya karena satu perangai yang dianggap buruk. Sebab, jika ia membenci satu perangai, maka pastilah ada perangai lain yang akan ia sukai. Sejarah tidak pernah menjumpai dalam satu agama atau tradisi mana pun, suatu ajaran yang begitu care, apresiatif dan menghargai kodrat dan hak-hak wanita melebihi doktrin ajaran Islam. Adakah hikmah dibalik kehendak Allah menciptakan wanita dalam keadaan demikian? Memang, Allah tidak menciptakan sesuatu secara sia-sia (QS. Ali-Imran: 191) dan Dia mengamanahkan kepada kaum wanita tugas-tugas penting dan sensitif seperti hamil, menyusui dan mendidik anak. Untuk itu Allah saw mempercayakan kepada mereka sifat-sifat dan pemberian yang sesuai tugasnya, yang berbeda dari sifat kaum pria dan pembawaannya. Dr. Frederick mengatakan bahwa kaum wanita mengalami proses stagnasi yang tidak hanya terjadi pada perubahan fisiknya saja, melainkan juga pada tabiat dan keadaan psikisnya. Karena seandainya ia tidak memiliki emosi dan sifat kemanjaan anak-anak, maka pastilah ia tidak mampu menjadi ibu yang baik. Ia bisa dipahami anak-anak karena perasaannya yang masih terdapat unsur kekanak-kanakan. Menurutnya, ia akan tetap seperti anak-anak dalam kemanjaan dan emosinya, bahkan dalam perkembangannya wanita lebih banyak bersifat kekanak-kanakan. Kelembutan hatinya dan sensitivitas perasaannya cenderung semakin bertambah lebih cepat dibanding daya pikirnya. Praduga, perasaan dan emosinya lebih banyak dipakainya daripada rasionya. Karena ia terkondisikan untuk lebih banyak bersikap pasif daripada bersifat aktif dan lebih banyak menerima dengan sikap pasrah daripada bersikap menguasai. Ia secara kodrati tercipta untuk berada di tengah anak-anak dan suami. Demikianlah posisinya dalam keluarga, yaitu pada titik sentral, untuk menjaga keharmonisan anggota keluarga dengan segala kecenderungan masing-masing. (Hayatuna al Jinsiyah, hal. 70). Jika suami mampu memahami, maka ia akan menerima kenyataan dan mendapat kesenangan dari istri dalam batas-batas fitrahnya. Tetapi, jika ia tidak mampu memahaminya, maka ia akan berusaha menjadikan istrinya berbuat sesuai dengan ego kelaki-lakiannya, dari segi berfikir, sehingga mungkin ia akan gagal. Mungkin saja ia akan menghancurkan keluarganya, tempat di mana ia menyandarkan hidupnya. Karena ia menuntut hal mustahil di luar kodratnya. Oleh karenanya, Nabi saw berusaha mengingatkan suami agar hendaknya mendampingi, membimbing, mendidik dan tidak menjatuhkan hukuman dan vonis kepada istrinya hanya karena memiliki suatu sifat yang jelek, sebab ia pun demikian. Syeikh Muhammad al-Ghazali dalam bukunya Rakaiz al Iman Bayna al Aqlu wa al Qalbu, menegaskan bahwa Islam adalah agama yang agung, rahmatnya telah menyentuh kaum wanita dan melindunginya dari kesewenangan kaum pria. Ia telah memerdekakan perikemanusiaannya, baik jiwa maupun raga. Islam mengajarkan kepada pemeluknya

mengenai posisi dan jati diri wanita untuk mengemban tugas dan fungsi keberadaannya. Oleh karena itu, mereka sebaiknya menjaga dan mengelola nilai-nilai kewanitaan yang ada pada diri mereka untuk menghadapi perlakuan yang dapat membuat mereka melepaskan eksistensi biologis dan psikologisnya. Ketika fenomena dan realitas kewanitaan ini dipungkiri akan terjadi disharmoni dalam kehidupan keluarga dan masyarakat karena tidak mengindahkan sunnatullah. Oleh karena itu Rasulullah saw berpesan: Sesungguhnya kaum wanita itu adalah saudara kaum pria, maka sayangilah mereka sebagaimana kalian menyayangi diri kalian sendiri. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Islam telah mengangkat harkat dan derajat kaum wanita serta menjadikan mereka sebagai saudara yang sejajar dengan kaum pria. Syariat Islam telah memelopori pengibaran bendera kesetaraan gender dengan menjadikan kaum wanita sebagai mitra suami dalam mengelola keluarga dan masyarakat. Kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi wanita ini merupakan kunci pertalian cinta kasih pasangan suami istri yang menjadi jembatan menuju keluarga sakinah (QS.ArRum:21). Dengan itu Allah menumbuhkan benih cinta di hati suami-istri sehingga dapat mendorong untuk menunaikan hak dan kewajiban masing-masing dalam bentuk yang paling sempurna tanpa ada perasaan tekanan dan kesan paksaan. Cinta suci tersebut merupakan perasaan tulus yang mendalam tanpa kedustaan dan kepura-puraan serta merasuki hidup sepanjang hayat. Nabi saw. pernah mengungkapkan kenangan cintanya pada Khadijah, aku sungguh telah mendapatkan cinta sucinya. (HR. Muslim). Hal ini bukan berarti tumbuh secara tiba-tiba tanpa adanya upaya menanam dan merawat benih cinta, karena beliau memulai perkawinan dengan perasaan simpati yang netral. Namun benih cinta kasih pasangan suami istri yang shalih ini cepat tumbuh berkembang secara subur sebagai buah dari pergaulan yang baik (muasyarah bil maruf), kesetiaan, akhlaq setia, saling memberi dan menerima dengan tenggang rasa yang tinggi. Bukankah doktrin taaruf dalam Islam adalah untuk menuju tawasahu bil haqqi dalam atmosfir toleransi dan kesabaran terhadap watak masing-masing. Dengan sikap demikian maka suami istri menikmati kehidupan bersama yang baik dan menyenangkan. Kiat meningkatkan kecerdasan emosional Emosi adalah hal begitu saja terjadi dalam hidup Anda. Anda menganggap bahwa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan sebagainya adalah akibat dari atau hanya sekedar respon Anda terhadap berbagai peristiwa yang terjadi pada Anda. Emosi sangat erat kaitannya dengan kecerdasan emosi dimana merupakan kemampuan seseorang untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati (kegembiraan, kesedihan, kemarahan, dan lain-lain) dan tidak melebihlebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan mampu mengendalikan stres. Kecerdasan emosional juga mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat, motivasi diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, empati dan kecakapan sosial. Keterampilan yang berkaitan dengan kecerdasan emosi antara lain misalnya kemampuan untuk memahami orang lain, kepemimpinan, kemampuan membina hubungan dengan orang lain, kemampuan berkomunikasi, kerjasama tim, membentuk citra diri positif, memotivasi dan memberi inspirasi dan sebagainya. Keterampilan yang harus Anda perhatikan dan tak ada salahnya Anda coba:

* Mengenali emosi diri Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya dirasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, seseorang harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Beberapa contoh dari emosi adalah takut, sakit hati, marah, frustasi, kecewa, rasa bersalah, kesepian. * Melepaskan emosi negatif Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan untuk memahami dampak dari emosi negatif terhadap diri Anda. Lepaskan emosi negatif melalui teknik pendayagunaan pikiran bawah sadar sehingga seseorang maupun orang-orang di sekitar orang tersebut tidak menerima dampak negatif dari emosi negatif yang muncul. * Mengelola emosi diri sendiri Anda jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu baik atau buruk. Emosi adalah sekedar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk mengatasi penyebab munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan hasil akhir dari kejadian atau peristiwa. Kemampuan kita untuk mengendalikan dan mengelola emosi dapat membantu Anda mencapai kesuksesan. Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu: pertama adalah menghargai emosi dan menyadari dukungannya kepada Anda. Kedua berusaha mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk menanganinya. Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian diri yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya. * Memotivasi diri sendiri Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional--menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati--adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Ketrampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan. * Mengenali emosi orang lain Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif. * Mengelola emosi orang lain Jika ketrampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antar pribadi, maka ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antar manusia.

Ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita dapat mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun hubungan antar pribadi yang kokoh dan berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antar korporasi atau organisasi sebenarnya dibangun atas hubungan antar individu. Semakin tinggi kemampuan individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain. * Memotivasi orang lain Ketrampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari ketrampilan mengenali dan mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang tangguh dan andal.

Emosi

Emosi adalah istilah yang digunakan untuk keadaan mental dan fisiologis yang berhubungan dengan beragam perasaan, pikiran, dan perilaku. Emosi adalah pengalaman yang bersifat subjektif, atau dialami berdasarkan sudut pandang individu. Emosi berhubungan dengan konsep psikologi lain seperti suasana hati, temperamen, kepribadian, dan disposisi. Kata "emosi" diturunkan dari kata bahasa Perancis, motion, dari mouvoir, 'kegembiraan' dari bahasa Latin emovere, dari e- (varian eks-) 'luar' dan movere 'bergerak'. "Motivasi" juga diturunkan dari movere.
Manajemen emosi
Seringkali kita menganggap bahwa emosi adalah hal yang begitu saja terjadi dalam hidup kita. Kita menganggap bahwa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan sebagainya adalah akibat dari atau hanya sekedar respon kita terhadap berbagai peristiwa yang terjadi pada kita. Menurut definisi Daniel Goleman dalam bukunya, Emotional Intelligence, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Sedangkan Anthony Robbins (penulis Awaken the Giant Within) menunjuk emosi sebagai sinyal untuk melakukan suatu tindakan. Di sini ia melihat bahwa emosi bukan akibat atau sekadar respon, tetapi justru sinyal untuk kita melakukan sesuatu. Jadi dalam hal ini ada unsur proaktif, yaitu kita melakukan tindakan atas dorongan emosi yang kita miliki. Bukannya kita bereaksi atau merasakan perasaan hati atau emosi karena kejadian yang terjadi pada kita. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa meskipun ada ratusan jenis emosi, namun ada empat emosi dasar di titik pusatnya (takut, marah, sedih dan senang), dengan berbagai variasi atau nuansanya yang mengembang keluar dari titik pusat tersebut. Tepi luar lingkaran emosi diisi oleh suasana hati yang secara teknis lebih tersembunyi dan berlangsung jauh lebih lama daripada emosi (misalnya jika suasana hati sedang marah, mudah tersinggung, kejadian kecil yang mengecewakan dapat memicu kemarahan seseorang). Di luar lingkaran suasana hati terdapat temperamen atau watak. Artinya seseorang dalam kondisi selalu dalam suasana hati dengan emosi tertentu, misalnya seseorang dengan temperamen pemarah akan selalu menunjukkan emosi marah setiap saat.

Di luar temperamen, barulah apa yang disebut dengan gangguan emosi seperti: depresi klinis, atau kecemasan yang tidak kunjung reda, kegelisahan dan sebagainya. Emosi secara fisiologis terdapat pada salah satu bagian dari sistem otak yang disebut sistem limbik, yaitu otak kecil di atas tulang belakang, di bawah tulang tengkorak. Sistem limbik ini memiliki tiga fungsi, yaitu mengontrol emosi, mengontrol seksualitas, dan mengontrol pusat-pusat kenikmatan. Emosi merupakan hal yang paling penting dalam perkembangan otak seseorang. Banyak orang mengira bahwa emosi secara keseluruhan ada di luar kendali dirinya, sehingga berbagai reaksi atas berbagai kejadian hidup terjadi secara spontan. Padahal sesungguhnya kemampuan kita dalam mengendalikan dan mengelola emosi kita merupakan faktor penentu penting keberhasilan atau kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan kita. Sejak diperkenalkan Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence - EQ) oleh Daniel Goleman pada 1995 tersebut, perhatian masyarakat mulai beralih dari kecerdasan intelektual (IQ) semata kepada kecerdasan emosional. Meskipun sampai saat ini, setidaknya menurut pandangan kami, upaya pendidikan formal masih hanya ditekankan pada penguasaan kecerdasan intelektual - IQ semata. *** Keterampilan yang berhubungan dengan emosi (dikenal dengan istilah soft-skills) hampir terlupakan dalam sistem dunia pendidikan kita dibandingkan dengan penguasaan ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi (hard-skills). Padahal keberhasilan seseorang amatlah ditentukan oleh kemampuannya menguasai berbagai keterampilan yang berhubungan dengan kecerdasan emosi. Ada ungkapan yang menyatakan bahwa orang tidak akan sukses dalam bidang apa pun kecuali jika ia senang dengan apa yang digelutinya itu. Pernahkah Anda mengalami tidak menyukai satu mata pelajaran tertentu, atau tidak suka dengan guru yang mengajar mata ajaran tersebut? Saya dapat pastikan bahwa Anda tidak akan memperoleh nilai bagus untuk mata pelajaran itu. Penelitian menunjukkan bahwa emosi biasanya memicu seseorang untuk berprestasi. Oleh karena itu, kecerdasan emosional menjadi lebih penting dibandingkan dengan kecerdasan intelektual atau prestasi akademik. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustrasi, mengendalikan dorongan hati (kegembiraan, kesedihan, kemarahan, dan lain-lain) dan tidak melebihlebihkan kesenangan, mengatur suasana hati, dan mampu mengendalikan stres. Kecerdasan emosional juga mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri, empati dan kecakapan sosial (social skills). Keterampilan yang berkaitan dengan kecerdasan emosi ini antara lain misalnya: kemampuan untuk memahami orang lain, kepemimpinan, kemampuan membina hubungan dengan orang lain, kemampuan komunikasi, kerja sama tim, membentuk citra diri positif, memotivasi dan memberi inspirasi, dan sebagainya. Sebagian besar yang menentukan kesuksesan seseorang dalam hidup adalah kecerdasan emosional ini atau EQ (emotional intelligence). Orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi biasanya menonjol dalam kehidupan nyata, misalnya menjadi pemimpin, memiliki hubungan luas, mudah bergaul, mempunyai karakter yang baik dan disiplin diri, serta memiliki kemampuan-kemampuan dasar untuk mencapai kesuksesan hidup. Dibanding EQ, kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang kira-kira 20 persen untuk menentukan kesuksesan seseorang. *** Bisakah kita meningkatkan kecerdasan emosi kita? Para filsuf besar seperti Socrates maupun Lao Tsu menunjukkan bahwa inti kecerdasan emosional adalah kesadaran akan perasaan diri sendiri. Artinya bahwa semakin kita mengenali diri sendiri, semakin meningkatlah kecerdasan emosi kita. Inilah pesan pokok manajemen diri yaitu mengenali dan mengelola diri (termasuk emosi kita), sehingga akhirnya kita dapat meningkatkan kecerdasan emosi kita yang merupakan penunjang keberhasilan kita dalam kehidupan ini.

Berikut ada 7 keterampilan yang perlu kita perhatikan dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional kita: 1. Mengenali emosi diri. Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya dirasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, kita harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Beberapa contoh pesan dari emosi: Takut. Emosi ketakutan (termasuk kegelisahan, kecemasan, kekuatiran, teror) merupakan antisipasi ke hal-hal buruk yang mungkin terjadi yang perlu dipersiapkan. Justru jika kita merasa takut kita justru mengirim pesan untuk siap siaga. Ketakutan itu tidak menyelesaikan masalah, tetapi tindakanlah yang mengatasi rasa takut dan masalah yang mungkin terjadi. Sakit Hati. Perasaan sakit hati merupakan emosi yang paling mendominasi hubungan antarmanusia, baik pribadi maupun profesional. Sakit hati biasanya disebabkan oleh perasaan kehilangan atau memiliki harapan yang belum terpenuhi. Perasaan ini muncul jika mengharapkan orang menepati janji tetapi ingkar. Rasa kehilangan keakraban atau kepercayaan dapat menciptakan sakit hati. Marah. Termasuk di dalamnya emosi kebencian, kegeraman bahkan mengamuk. Pesan atas kemarahan adalah berarti adanya suatu aturan atau standar penting yang dipegang dalam hidup telah dirusak oleh orang lain atau bahkan oleh diri sendiri. Kemarahan juga bisa diakibatkan oleh ketakutan atau rasa kehilangan yang menumpuk, sehingga meledak menjadi kemarahan. Oleh karena itu penting bagi kita untuk selalu dapat melepaskan emosi negatif sekecil apapun agar tidak meledak menjadi kemarahan yang destruktif bagi diri dan orang lain. Frustrasi. Kapanpun kita merasa telah terus menerus berusaha tetapi tidak atau belum memperoleh hasil yang kita harapkan, kita cenderung merasakan emosi frustasi. Pesan emosi frustasi adalah sinyal positif, artinya kita percaya bahwa kita dapat melakukan lebih baik dari yang sedang kita lakukan. Kita hanya perlu mengubah pendekatan, persepsi atau perilaku kita terhadap masalah yang kita hadapi atau upaya yang sedang kita lakukan. Kecewa. Kekecewaan terjadi jika kita merasa bahwa kita gagal atau kehilangan sesuatu selamalamanya. Pesan emosi kecewa menunjukkan adanya harapan - tujuan yang seharusnya terwujud mungkin tidak terjadi, sehingga kita perlu mengubah harapan atau menyesuaikan dengan situasi dan mengambil tindakan dan mencapai tujuan baru. Rasa Bersalah. Perasaan atau emosi ini muncul ketika kita telah melanggar salah satu standar yang kita pegang. Emosi ini nampaknya mudah diatasi ketika kita merasa tidak ada orang lain yang mengetahui pelanggaran yang kita lakukan. Namun sesungguhnya dampaknya sangat berbahaya di masa mendatang, apalagi jika perasaan itu menumpuk dalam bawah sadar. Rasa bersalah yang terus menerus dapat menyebabkan stres dan mengurangi daya tahan tubuh serta menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit. Oleh karena itu penting sekali untuk segera melepaskan rasa bersalah itu. Kesepian. Perasaan ini muncul ketika kita merasa sendiri atau terpisah dari lingkungan orang lain. Ada dua macam tindakan yang dapat kita lakukan ketika rasa ini muncul. Pertama adalah dengan memanfaatkan emosi kesepian untuk memunculkan energi kreatif yang ada dalam diri kita, sehingga biasanya para seniman atau artis menjadi kreatif ketika mereka merasa kesepian. Hal kedua adalah dengan bertindak untuk mulai membina hubungan baru dengan orang lain. Mengenali emosi diri merupakan bentuk kesadaran diri yang tinggi. Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk mengenali perasaan membuat kita berada dalam kekuasaan emosi kita, artinya kita kehilangan kendali atas perasaan kita yang pada gilirannya membuat kita kehilangan kendali atas hidup kita. *** 2. Melepaskan emosi negatif Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan kita untuk memahami dampak dari emosi negatif terhadap diri kita. Sebagai contoh, keinginan untuk memperbaiki situasi ataupun memenuhi target pekerjaan yang membuat kita mudah marah ataupun frustrasi seringkali

justru merusak hubungan kita dengan bawahan maupun atasan serta dapat menyebabkan stres. Jadi selama kita dikendalikan oleh emosi negatif kita justru tidak bisa mencapai potensi terbaik dari diri kita. Oleh karena itu kita membutuhkan keterampilan untuk dapat menghilangkan emosi negatif sebelum perasaan itu merusak kinerja kita atau kinerja organisasi secara keseluruhan. Kebanyakan orang mengatasi emosi negatif dengan mengekspresikannya (expressing limiting emotions) ataupun dengan menahan (suppressing) emosi tersebut. Kedua hal ini justru malah menimbulkan dampak negatif. Ekspresi dari emosi seringkali bersinggungan dengan hubungan kita dengan orang lain, sehingga semakin ekspresif kita dalam menyatakan emosi semakin merusak hubungan personal maupun profesional kita. Menahan emosi di lain pihak dapat menyebabkan tekanan atau stres, sehingga pada gilirannya akan merusak diri kita sendiri. Cara terbaik adalah dengan melepaskan emosi negatif (releasing limiting emotions) melalui teknik pendayagunaan pikiran bawah sadar, sehingga kita maupun orang-orang di sekitar kita tidak menerima dampak negatif dari emosi negatif yang muncul. Ketika kita sudah menguasai keterampilan menghilangkan emosi negatif, maka kita dapat meningkatkan kemampuan kita dalam membina hubungan dengan orang lain, berkomunikasi, kita menjadi semakin optimistis, percaya diri, mudah menyesuaikan diri dan sebagainya. *** 3. Mengelola emosi diri sendiri. Kita jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu, baik atau buruk. Emosi adalah sekadar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk mengatasi penyebab munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan hasil akhir dari kejadian atau peristiwa. Kemampuan kita untuk mengendalikan dan mengelola emosi dapat membantu kita mencapai kesuksesan. Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu: pertama adalah menghargai emosi dan menyadari dukungannya kepada kita. Kedua berusaha mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk menanganinya. Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian diri (self controlled) yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya. 4. Memotivasi diri sendiri Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri (achievement motivation) dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional - menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati - adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Keterampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan. 5. Mengenali emosi orang lain Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan keterampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut Covey sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Keterampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif. *** 6. Mengelola emosi orang lain. Jika keterampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antarpribadi, maka keterampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antarmanusia. Keterampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita dapat mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun hubungan antarpribadi yang kokoh dan berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antarkorporasi atau organisasi sebenarnya dibangun

atas hubungan antarindividu. Semakin tinggi kemampuan individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain (baca: membina hubungan yang efektif dengan pihak lain) semakin tinggi kinerja organisasi itu secara keseluruhan. 7. Memotivasi orang lain Keterampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari keterampilan mengenali dan mengelola emosi orang lain. Keterampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang tangguh dan handal. Jadi sesungguhnya ketujuh keterampilan ini merupakan langkah-langkah yang berurutan. Kita tidak dapat memotivasi diri sendiri kalau kita tidak dapat mengenali dan mengelola emosi diri sendiri. Setelah kita memiliki kemampuan dalam memotivasi diri, barulah kita dapat memotivasi orang lain. ***

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995) Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosiyang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu : a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih f. Terkejut : terkesiap, terkejut g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka h. malu : malu hati, kesal Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorongindividu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah

menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi). Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiapindividu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.

Dari mana kata emosi berasal? Kata emosi adalah kata serapan dari bahasa inggris, yakni emotion. Dalam kamus, kata emotion digunakan untuk menggambarkan perasaan yang kuat akan sesuatu dan perasaan yang sangat menyenangkan atau sangat mengganggu. Misalnya Anda merasakan perasaan yang kuat dan menyenangkan saat bersama seseorang, mungkin Anda menganggap diri Anda sedang dalam keadaan emosi. Jenisnya, emosi cinta. Bagaimana arti emosi secara ilmiah? Psikologi adalah cabang ilmu yang paling intensif dan ekstensif dalam melakukan penelitian mengenai emosi. Namun, diantara para penelitinya yang paling brilian sekalipun, tidak terdapat kesamaan pendapat mengenai arti emosi. Terdapat sekurang-kurangnya 92 definisi emosi yang berbeda. Hal ini menjelaskan bahwa emosi merupakan fenomena yang sangat kompleks. Namun demikian, semuanya tetap ada benang merahnya. Nah, ada lima benang merah diantara definisi emosi, yakni emosi dipicu oleh interpretasi seseorang terhadap suatu kejadian, adanya reaksi fisiologis yang kuat, ekspresi emosionalnya berdasarkan pada mekanisme genetika, merupakan informasi dari satu orang ke yang lainnya, dan membantu seseorang beradaptasi terhadap perubahan situasi lingkungan. Emosi dipicu oleh interpretasi terhadap suatu kejadian. Proses emosi dimulai ketika Anda memberikan makna secara pribadi terhadap beberapa kejadian anteseden. Situasi yang sama belum tentu akan menghasilkan emosi yang sama karena tergantung pemaknaan terhadap situasi tersebut. Misalnya teman Anda menipu Anda. Jika Anda menilainya hal biasa, maka mungkin Anda tidak mengalami emosi. Tapi jika Anda menilainya melanggar nilai-nilai perkawanan dan merugikan Anda, maka mulailah Anda kecewa terhadapnya. Reaksi fisiologis yang kuat. Emosi muncul disertai adanya reaksi fisiologis yang cukup untuk membuat Anda menyadari adanya perbedaan dalam diri Anda. Misalnya detak jantung meningkat cepat, tangan gemetar, ingin kabur, dan sebagainya. Ekspresi emosionalnya berdasarkan pada mekanisme genetika. Artinya, semua orang memiliki kemiripan dalam mengekspresikan emosi. Ekspresi wajah sedih pada orang Skandinavia, sangat mirip dengan ekspresi wajah sedih pada orang Papua. Demikian juga ekspresi wajah bahagia orang Arab, mirip dengan ekspresi bahagia orang Jawa.

Emosi merupakan informasi dari satu orang ke yang lainnya. Melalui emosi, seseorang menyampaikan maksud pada orang lain. Takut yang dialami seseorang sebagai informasi bahwa ia tidak mau melakukan sesuatu. Marah yang dialami merupakan informasi bahwa ia tidak suka diperlakukan seperti perlakuan yang sudah diterimanya. Pendek kata, melalui emosi kita tahu apa yang telah terjadi. Emosi membantu adaptasi terhadap perubahan situasi lingkungan. Bayangkan jika manusia tidak merasa takut terjun ke dalam jurang. Maka, mungkin kematian manusia adalah hal yang biasa terjadi. Karena adanya takut, maka manusia berupaya menyiasati adanya jurang, mungkin membuat jembatan, membuat pagar pembatas, atau menjauhinya. Kemunculan emosi biasanya spontan, tidak disadari dan tanpa diniatkan. Tiba-tiba saja Anda mengalami emosi tertentu. Anda baru sadar mengalami sebuah emosi setelah emosi itu Anda alami. Misalnya Anda bertemu orang asing, maka spontan saja Anda mengalami emosi. Anda tidak akan bisa meniatkan untuk mengalami emosi tertentu. Anda tidak bisa berniat untuk takut saat pergi ke hutan. Nah sampai di sini bisakah Anda menyimpulkan apa yang dimaksud dengan emosi? Ada pun kemarahan yang tidak berdasar dan di luar kategori di atas, maka sebaiknya kita perlu mengendalikannya dengan cara : 1. Menurut sebuah hadist Nabi, jika kita marah dalam keadaan berdiri, maka untuk meredam kemarahan sebaiknya kita duduk. Kalau marah dalam keadaan duduk, maka untuk meredam kemarahan sebaiknya kita berbaring. Jika tetap marah dalam keadaan berbaring, maka sebaiknya kita segera berwudhu (lalu sholat sunnah). 2. Jangan langsung merespon kemarahan. Buat jeda sebentar untuk berpikir apakah kita layak marah atau tidak. Jika masalahnya sepele, sebaiknya tidak perlu kita marah. Jeda tersebut juga berguna untuk membuat strategi marah kita. Misalnya, sejauh mana tingkat intensitas marah kita, argumentasi atau kata-kata yang akan dipilih, kapan waktu berhenti marah, dan lain sebagainya. Hal ini akan membuat marah kita tertata dengan rapi dan tidak hanya sekedar mengumbar emosi. 3. Latih kesabaran dengan memperbanyak syukur dan merenung (muhasabah) tentang banyaknya nikmat Allah kepada kita. Orang yang pemarah seringkali menunjukkan kepribadian yang kurang bersyukur. 4. Lembutkan hati dengan banyak beribadah. Ibadah akan membuat hati lembut dan sabar, sehingga intensitas kemarahan juga akan menurun. 5. Bergaullah dengan orang-orang yang hatinya lembut dan tidak pemarah sebagai tandingan dari lingkungan keras dan pemarah di sekeliling kita. Hal ini akan membuat kebiasaan suka marah kita akan berkurang. Demikian jawaban saya, semoga kita semua dapat mengendalikan kemarahan. Sebab kemarahan yang tak terkontrol cenderung membuat diri kita stres dan hanya menambah dosa. Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan- perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf (QS. 42 : 37).

arah atau Amarah adalah salah satu emosi alamiah yang muncul ketika suatu keinginan / kebutuhan tidak terpenuhi karena adanya suatu hambatan. Emosi ini diperlukan agar seseorang terdorong untuk melawan dan berjuang mengatasi hambatan yang merintangi terpenuhinya kebutuhan / keinginan tersebut. Tingkat kemarahan seseorang dapat diukur berdasarkan tingkat kebutuhan yang terhambat dan tujuannya dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Jika kemarahan itu terjadi pada saat adanya hambatan yang menghalangi tercapainya suatu tujuan utama kehidupan maka kemarahan tersebut adalah kemarahan yang mulia bahkan merupakan suatu keharusan. Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahannam dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali .(QS.At-Tahriim(66):9). Kekerasan terhadap orang kafir maupun orang munafik disini timbul bukan karena tanpa sebab. Kaum Muslimin bersikap keras ( marah ) karena perlawanan dan permusuhan mereka terhadap Islam sehingga sulit bagi kaum Muslimin untuk menjalankan hukum Allah. Karena sesungguhnya kebenaran harus ditegakkan dan diperjuangkan. Sebaliknya kemarahan tidaklah harus dengan cara menyakiti atau mencelakakan orang yang menyebabkan kemarahan tersebut. Rasulullah tidak pernah marah walau disakiti. Disaat beliau marah, bibirnya malah terkatup rapat bukan mengeluarkan kata-kata yang meledak-ledak. Namun wajah beliau akan berubah menjadi merah padam bila melihat kemungkaran dan hak-hak Allah diinjakinjak dan dihina. Ali bin Abi Thalib RA berkata: Rasulullah tidak pernah marah untuk hal duniawi. Beliau marah karena kebenaran. Tidak seorangpun yang mengetahui kemarahannya. Kemarahannya terhadap sesuatu pasti mendatangkan kemenangan baginya. Alkisah dalam sebuah peperangan, Ali bin Abi Thalib RA hampir memenggal leher lawannya. Tiba-tiba lawannya itu meludahi mukanya. Ali sangat marah. Pada saat itu, ia justru memacu kudanya pergi menjauh dan menyarungkan pedangnya. Ia tidak ingin membunuh lawan karena nafsu amarah. Karena membunuh dalam peperangan adalah dalam rangka menjalankan perintah Allah untuk menegakkan keadilan bukan melampiaskan rasa amarah. Sedangkan kemarahan yang tidak beralasan, yaitu kemarahan yang tidak disebabkan oleh adanya hambatan yang mengancam terpenuhinya kebutuhan yang mendasar adalah kemarahan yang tercela. Dengan demikian emosi marah ( maupun emosi-emosi lain-lain seperti takut, sedih dan juga gembira ) sebetulnya sangat bermanfaat bagi kehidupan selama emosi itu seimbang dan muncul pada saat yang tepat. Al-Quran memerintahkan kita untuk menguasai segala macam bentuk emosi termasuk emosi marah. Emosi yang berlebihan akan mempercepat detak jantung seseorang. Hal ini disebabkan terjadinya kontraksi tekanan darah dalam organ tubuh sehingga menyebabkan darah mengalir dengan lebih deras. Keadaan seperti ini bila dibiarkan terusmenerus, lama-kelamaan akan membahayakan jantung. Marah yang berlebihan juga dapat meningkatkan produksi hormon adrenalin yang dapat menyebabkan timbulnya kekuatan yang besar. Kekuatan inilah yang dikhawatirkan dapat

menyebabkan seseorang melakukan penyerangan fisik dan membahayakan orang yang membangkitkan amarahnya. Disamping itu seseorang pada saat mengalami emosi, produksi getah beningnya akan berkurang drastis. Kondisi ini dapat mengakibatkan terganggunya proses pencernaan sehingga menyebabkan timbulnya berbagai penyakit lambung . dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(QS.Ali-Imraan(3):134).

Rasulullah menganjurkan kepada para sahabat untuk menahan marah dan saling memaafkan. Seseorang yang dapat menguasai rasa marah akan menemukan nilai kehidupan tertinggi. Nilai kehidupan ini sepadan dengan jihad spiritual . Maka siapapun yang berhasil dalam jihad ini maka ia akan mampu menguasai diri dari nafsu syahwat dan segala godaan dunia yang mengepungnya. Diriwayatkan dari Abu Ayyub, bahwa Rasulullah pernah bersabda : Tidak diperbolehkan bagi kaum Muslim mendiamkan ( saling cemberut ) saudaranya lebih dari tiga hari. Jika mereka bertemu, mereka saling berpaling. Padahal sebaik-baik dari mereka ialah yang memulai perdamaian dengan mengucap salam. ( HR. Bukhari & Muslim) Abu Dzaarr RA meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda : Jika salah seorang diantara kalian marah dan ia dalam posisi berdiri, maka hendaknya ia segera duduk, maka kemarahannya akan hilang. Namun jika kemarahan itu tidak reda, maka hendaknya ia berbaring. Rasulullah juga menganjurkan para sahabat agar berwudhu untuk mengendalikan emosi kemarahan. Diriwayatkan dari Urwah bin Muhammad as-Sadi RA, Rasulullah bersabda : Marah itu berasal dari setan, setan itu diciptakan dari api. Adapun api dapat dipadamkan dengan air, maka jika seseorang diantara kalian marah, hendaknya segera berwudhu. Hadis ini menguatkan kebenaran ilmu kedokteran yang menyatakan bahwa air dingin dapat meredakan tekanan darah karena emosi, sebagaimana air dapat meredakan ketegangan otot dan syaraf. Oleh karena itu, mandi dapat dijadikan penawar untuk mengobati penyakit kejiwaan. Disamping itu, Rasulullah juga terbiasa menganjurkan para sahabat yang sedang dikuasai rasa amarah untuk mengalihkan perhatian pada aktifitas lain yang memungkinkan seseorang lupa akan rasa amarahnya ataupun merasa lelah sehingga ia tidak lagi memiliki tenaga untuk melampiaskan kemarahannya. Seseorang yang dalam kondisi marah ( dan semua emosi yang menekan ) akan mengakibatkan daya pikir menjadi melemah. Oleh karena itulah Rasulullah melarang orang dalam kondisi seperti itu untuk memutuskan suatu perkara ( hukum ). Dari Abu Bakar RA, ia mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah bersabda : Janganlah seseorang diantara kalian menentukan suatu hukum pada kedua pihak yang sedang berselisih dalam keadaan marah. Begitu pula emosi cinta, ia dapat menyebabkan lemahnya daya pikir seseorang. Dari Abu Darda RA : Kecintaanmu terhadap sesuatu dapat menyebabkan kamu buta dan tuli.

Al-Quran mengajarkan manusia untuk memaafkan kesalahan saudaranya yang berbuat kesalahan. Allah SWT menyayangi orang-orang yang demikian dan menjanjikan pahala yang besar sebagai imbalan bagi mereka. maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.(QS.Al-Maidah(5):13). Namun bila seseorang bersikokoh ingin membalas, tidak diperkenankan membalas dengan yang lebih keras dari yang diterimanya dan Allah lebih menyayangi mereka yang menahan diri. Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.(QS.AnNahl(16):126). Dan dengan memperbanyak berzikir mengingat Allah SWT hati akan menjadi tenang terlepas dari emosi amarah dan segala emosi yang tidak terkendali. (yaitu)orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(QS.Ar-Raad(13):28).

Emosi marah

Kemarahan adalah emosi yang kuat. It can be used either in productive or counterproductive ways. It can lengthen or shorten our lives. Hal ini dapat digunakan baik dalam produktif atau kontra-produktif cara. Hal ini dapat memperpanjang atau memperpendek hidup kita. It is like electricity. Hal ini seperti listrik. It can run large equipment or it can electrocute you. Ini dapat menjalankan alat-alat besar atau dapat menyetrum Anda. Here are more things to know about anger: Berikut adalah lebih banyak hal untuk mengetahui tentang kemarahan: 1. 1. It is a powerful survival tool Ini adalah alat bertahan hidup yang sangat kuat 2. 2. It is a response to pain (physical or psychological) Ini merupakan respon terhadap rasa sakit (fisik atau psikologis) 3. 3. It is a source of energy Ini adalah sumber energi 4. 4. It is a secondary emotion Ini adalah emosi sekunder 5. 5. When we are angry, the brain downshifts to a lower evolutionary level Ketika kita marah, otak downshifts ke tingkat evolusi yang lebih rendah 6. 6. Prolonged anger is unhealthy Kemarahan berkepanjangan tidak sehat 7. 7. Repressed anger is also unhealthy Kemarahan ditekan juga tidak sehat

Nature has developed the emotional state we call "anger" to help us stay alive. Anger sends signals to all parts of our body to help us fight or flee. Alam telah mengembangkan keadaan emosional yang kita sebut "marah" untuk membantu kami tetap hidup. Kemarahan mengirim sinyal ke seluruh bagian tubuh kita untuk membantu kami melawan atau melarikan diri. It energizes us to prepare us for action. Many years ago we were threatened by wild animals who wanted to eat us. Ini memberikan energi kita untuk mempersiapkan kita untuk bertindak. Bertahuntahun yang lalu, kami terancam oleh binatang buas yang ingin memakan kita. Now we more often feel threatened by other human beings, either psychologically or physically. Sekarang kita lebih sering merasa terancam oleh manusia lain, baik secara psikologis maupun fisik. When we feel energized by anger, we might ask ourselves how we put this energy to the most productive use. Ketika kita merasa berenergi oleh kemarahan, kita mungkin bertanya pada diri sendiri bagaimana kita menempatkan energi ini yang paling produktif. As with the use of other forms of energy such as electricity or oil, we might want to use it efficiently, not wastefully. Seperti dengan penggunaan bentuk-bentuk energi lain seperti listrik atau minyak, kita mungkin ingin menggunakannya secara efisien, bukan uang dengan tidak berguna.

Primary vs. Secondary Feelings Primer Sekunder vs Perasaan Perhaps the most helpful thing to remember about anger is that it is a secondary emotion. Mungkin hal yang paling bermanfaat untuk diingat mengenai kemarahan adalah bahwa itu adalah emosi sekunder. A primary feeling is what is felt immediately before we feel angry. Perasaan utama adalah apa yang dirasakan langsung sebelum kita merasa marah. We always feel something else first before we get angry. Kami selalu merasakan sesuatu yang lain terlebih dahulu sebelum kita marah. We might first feel afraid, attacked, offended, disrespected, forced, trapped, or pressured. Pertama kita mungkin merasa takut, diserang, tersinggung, tidak dihargai, terpaksa, terjebak, atau tertekan. If any of these feelings are intense enough, we think of the emotion as anger. Jika ada perasaan ini adalah cukup kuat, kita berpikir tentang emosi kemarahan. Geneally speaking, secondary feelings do not identify the unmet emotional need (UEN). When all I can say is "I feel angry," neither I nor any one else knows what would help me feel better. Geneally berbicara, perasaan sekunder tidak mengidentifikasi kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi (UEN). Bila semua bisa saya katakan adalah "Saya merasa marah," aku maupun setiap orang lain tahu apa yang akan membantu saya merasa lebih baik. A helpful technique, then, is to always identify the primary emotion. Teknik yang sangat membantu, kemudian, adalah untuk selalu mengidentifikasi emosi primer. Here is an example. Berikut adalah sebuah contoh. Assume someone wants us to do something we prefer not to do. Asumsikan seseorang ingin kita melakukan sesuatu yang tidak ingin kita lakukan. At first we feel a little pressured, but not

enough to get angry. When they keep pushing us, we begin to get irritated. Pada awalnya kami merasa sedikit tertekan, tapi tidak cukup untuk marah. Ketika mereka terus mendorong kami, kami mulai merasa kesal. If they continue, we get "angry". Jika mereka terus, kita mendapatkan "marah". Such anger damages often relationships. Kemarahan seperti itu sering merusak hubungan. One suggestion on how to avoid getting angry in this case would be to express your initial feeling by saying "I feel pressured" before the feeling has escalated to the point of destructive anger. Satu saran tentang cara menghindari marah dalam hal ini akan mengungkapkan perasaan awal Anda dengan mengatakan "Saya merasa tertekan" sebelum merasa telah meningkat ke titik kemarahan destruktif. If the person respects your feelings and does not Jika orang menghormati perasaan Anda dan tidak them, they may stop their pressure. Even if they do not, I believe it is helpful to know what the specific feeling is. mereka, mereka dapat menghentikan tekanan mereka. Bahkan jika mereka tidak, saya percaya akan sangat membantu untuk mengetahui apa perasaan tertentu. Knowing exactly how we feel with others and why helps us in several ways. Tahu persis bagaimana kita merasa dengan orang lain dan mengapa membantu kita dalam beberapa cara. First it raises our self-awareness in general. Pertama, meningkatkan kesadaran diri kita secara umum. Second, it helps us communicate more precisely. Kedua, ini membantu kita berkomunikasi lebih tepat. Third, it helps us learn more quickly who respects our feelings and who we want to spend time with. Ketiga, ini membantu kita belajar lebih cepat yang menjunjung perasaan kita dan yang kita ingin menghabiskan waktu bersama. Anger as a Response to Fear Amarah sebagai Respon untuk Takut One of the primitive functions of an animal's response to fear is to frighten away the attacker. Salah satu fungsi primitif respons binatang takuti adalah untuk menakutnakuti si penyerang. But in modern human life, we often frighten away those who we need and care about most. Tapi dalam kehidupan manusia modern, kita sering menakut-nakuti orang-orang yang kita butuhkan dan peduli tentang banyak. Besides this, prolonged anger has clear health consequences. Selain itu, kemarahan yang berkepanjangan memiliki konsekuensi kesehatan yang jelas. According to Dr. Herbert Benson, these include heart attacks, hardening of the arteries, strokes, hypertension, high blood pressure, heart rate changes and metabolism, muscle and respiratory problems. Menurut Dr Herbert Benson, ini meliputi serangan jantung, pengerasan pembuluh darah, stroke, hipertensi, tekanan darah tinggi, perubahan detak jantung dan metabolisme, otot dan gangguan pernapasan. (The Relaxation Response, 1975) (The Relaxation Response, 1975) Responding To and Learning From Anger Menanggapi Untuk dan Belajar Dari Kemarahan Anger is an intense emotion. Kemarahan adalah emosi yang kuat. It is evidence that we feel strongly about something. Ini adalah bukti bahwa kita merasa kuat tentang sesuatu. As with every emotion, it has a lesson for us. Seperti halnya dengan setiap emosi, ia memiliki pelajaran bagi kita. It can teach us what we value, what we need, what we lack, what we believe and what our insecurities are. Dapat mengajarkan kita apa yang kita hargai, apa yang kita butuhkan, apa yang kita kekurangan, apa yang kita percayai dan apa yang kita ketidakamanan. It can help us become more aware

of what we feel strongly about and which emotional needs are important to us. Ini dapat membantu kita menjadi lebih sadar akan apa yang kita rasakan dan yang kuat mengenai kebutuhan emosional penting bagi kami. One way to learn from anger is shown in the example below: Salah satu cara untuk belajar dari kemarahan yang ditunjukkan pada contoh di bawah ini: Instead of saying, Daripada berkata, She never should have done that. Dia seharusnya tidak pernah melakukannya. I can't believe how irresponsible, insensitive and inconsiderate she is. Aku tidak percaya betapa tidak bertanggung jawab, tidak sensitif dan tidak pengertian dia. What a cold- hearted, evil witch she is. Apa yang dingin hati, penyihir jahat dia. a more productive response is: respons yang lebih produktif adalah: I am really upset by this. Why does it bother me so much? Saya benar-benar marah oleh hal ini. Mengapa hal itu mengganggu saya begitu banyak? What specifically am I feeling? Apa khusus yang saya rasakan? What are my primary feelings? Apa perasaan utama saya? What need do I have that is not being met? Apa yang perlu harus saya yang tidak terpenuhi? What principles of mine have been violated? Prinsip-prinsip apa yang saya telah dilanggar? From the answers to these questions, we can decide what course of action to take in view of what our goals are. Dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, kita bisa memutuskan apa tindakan untuk mengingat apa tujuan kita. Simply being aware that we have multiple options and that we can decide to pick the best one helps soothe the anger. Hanya dengan menyadari bahwa kita memiliki beberapa pilihan dan bahwa kita dapat memutuskan untuk memilih yang terbaik membantu menenangkan kemarahan. It may help, for instance, to ask if we really want to frighten away the person we are angry at. Mungkin membantu, misalnya, untuk menanyakan apakah kami benar-benar ingin untuk menakut-nakuti orang yang kita marah. As soon as we "upshift" and begin to think about our options and their consequences, and make appropriate plans, we start to feel more in control and less threatened. Segera setelah kami "upshift" dan mulai berpikir tentang pilihan dan konsekuensi, dan membuat rencana yang tepat, kita mulai merasa lebih memegang kendali dan kurang terancam. We get out of the automatic stimulus-response mode and realize that we have choices. Kami keluar dari stimulus-respons otomatis modus dan menyadari bahwa kita memiliki pilihan. There is a quote which goes like this: Ada sebuah kutipan yang berjalan seperti ini: Between stimulus and response, there is a space. Antara rangsangan dan respons, ada spasi. In that space lies our freedom and power to choose our response. Dalam ruang itu terdapat kebebasan dan kemampuan kita untuk memilih tanggapan kita. In our response lies our growth and freedom. Dalam tanggapan kita terletak pertumbuhan dan kebebasan kita. - Victor Frankl, Man's Search for Meaning (bookstore) - Victor Frankl, Man's Search for Meaning (toko buku) It may be helpful for us to try to widen this space over our lives, and in fact this may be one of the signs of wisdom and maturity. Mungkin akan membantu bagi kita untuk

mencoba untuk memperluas ruang ini selama hidup kita, dan sebenarnya hal ini dapat menjadi salah satu tanda-tanda kebijaksanaan dan kedewasaan. It may give us an increased sense of control Hal itu mungkin memberi kita suatu peningkatan rasa kontrol Simply remembering that we have a choice helps us feel more in control. Hanya mengingat bahwa kita punya pilihan membantu kita merasa lebih memegang kendali. I have found it helpful, for example, to identify when I am feeling provoked. Saya telah menemukan itu bermanfaat, misalnya, untuk mengidentifikasi ketika saya merasa diprovokasi. Once I realize this I feel more in control of my response. Begitu saya menyadari hal ini saya merasa lebih mengendalikan tanggapan saya. Not surprisingly, studies show that people feel better and are healthier when they have a sense of control over their lives. Tidak mengherankan, penelitian menunjukkan bahwa orang merasa lebih baik dan lebih sehat jika mereka memiliki rasa kendali atas kehidupan mereka. This is where the balance between upper brain and lower brain comes in. High EQ suggests that we channel our anger in productive ways to help us achieve our goals rather than to sabotage them. Keeping our goals clearly in mind at all times helps us accomplish this. Ini adalah tempat di mana keseimbangan antara otak atas dan bawah masuk otak EQ tinggi menunjukkan bahwa kita saluran kemarahan kita dalam cara-cara yang produktif untuk membantu kita mencapai tujuan kita bukan untuk menyabot mereka. Menjaga tujuan kita dengan jelas dalam pikiran setiap saat membantu kita mencapai hal ini . Here are some suggestions for responding to your anger: Berikut adalah beberapa saran untuk menanggapi kemarahan Anda: 1. 1. Ask what you are afraid of. Tanyakan apa yang Anda takut. 2. 2. Ask what feelings preceded the anger. Tanyakan apa yang mendahului perasaan marah. 3. 3. Ask what other feelings you are feeling. Tanyakan apa perasaan lain yang Anda rasakan. 4. 4. Ask what you are trying to control. Tanyakan apa yang ingin Anda kontrol. 5. 5. Ask what you can control. Tanyakan apa yang dapat Anda kontrol. 6. 6. Consider your options. Pertimbangkan pilihan Anda. 7. 7. Choose the one which will bring you the most long term happiness. Pilih satu yang akan membawa Anda yang paling jangka panjang kebahagiaan. Finally, here is a technique I sometimes use to help me cope with "anger" (if I haven't already "downshifted" to a purely reactive animal instinct state). Akhirnya, di sini adalah teknik kadang-kadang saya gunakan untuk membantu saya mengatasi dengan "marah" (jika aku belum sudah "downshifted" untuk reaktif semata-mata naluri binatang negara). When I catch myself starting to say "I feel angry" or "I am starting to get really pissed off," I say instead, "I feel really energized." Ketika aku mendapati diriku mulai mengatakan "Saya merasa marah" atau "Saya mulai merasa sangat marah," kataku, bukan, "Saya merasa sangat bersemangat." Then I ask myself how I want to channel my energy to its best use. Lalu aku bertanya pada diri sendiri bagaimana saya ingin untuk menyalurkan energi saya yang terbaik untuk digunakan. It is a simple little technique, but sometimes it has made a big difference in how I feel and how I respond. Ini adalah teknik kecil sederhana, tapi kadang-

kadang hal itu telah membuat perbedaan besar dalam bagaimana perasaan saya dan bagaimana aku menangg Kemarahan adalah emosi. The physical effects of anger include increased heart rate, blood pressure, and levels of adrenaline and noradrenaline . [ 1 ] Some view anger as part of the fight or flight brain response to the perceived threat of harm. [ 2 ] Anger becomes the predominant feeling behaviorally, cognitively, and physiologically when a person makes the conscious choice to take action to immediately stop the threatening behavior of another outside force. [ 3 ] The English term originally comes from the term angr of Old Norse language. [ 4 ] Anger can have many physical and mental consequences. Efek fisik kemarahan termasuk peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat adrenalin dan noradrenalin. [1] Beberapa pandangan marah sebagai bagian dari perkelahian atau penerbangan otak terhadap ancaman dianggap membahayakan. [2] Kemarahan menjadi dominan perasaan perilaku, kognitif, dan fisiologis ketika seseorang membuat pilihan sadar untuk mengambil tindakan untuk segera menghentikan perilaku mengancam kekuatan luar lain. [3] Istilah bahasa Inggris aslinya berasal dari istilah Angr dari Norse bahasa. [4] Kemarahan dapat memiliki fisik dan mental banyak konsekuensi. The external expression of anger can be found in facial expressions , body language , physiological responses, and at times in public acts of aggression. [ 5 ] Humans and nonhuman animals for example make loud sounds, attempt to look physically larger, bare their teeth, and stare. [ 6 ] Anger is a behavioral pattern designed to warn aggressors to stop their threatening behavior. Ekspresi eksternal kemarahan dapat ditemukan dalam ekspresi wajah, bahasa tubuh, tanggapan fisiologis, dan kadang-kadang di depan umum tindakan agresi. [5] Manusia dan binatang non-manusia misalnya membuat suara keras, berupaya untuk melihat secara fisik lebih besar, mereka telanjang gigi, dan menatap. [6] Amarah adalah pola perilaku yang dirancang untuk memperingatkan agresor untuk menghentikan perilaku mengancam mereka. Rarely does a physical altercation occur without the prior expression of anger by at least one of the participants. [ 6 ] While most of those who experience anger explain its arousal as a result of "what has happened to them," psychologists point out that an angry person can be very well mistaken because anger causes a loss in self-monitoring capacity and objective observability. [ 7 ] Jarang perkelahian fisik terjadi tanpa ekspresi kemarahan sebelumnya oleh sekurang-kurangnya salah satu peserta. [6] Sementara sebagian besar orang-orang yang mengalami kemarahan menjelaskan gejolak sebagai akibat dari "apa yang telah terjadi kepada mereka," psikolog menunjukkan bahwa sebuah marah bisa sangat baik keliru karena kemarahan menyebabkan kerugian dalam kapasitas pemantauan diri dan objektif observability. [7] Modern psychologists view anger as a primary, natural, and mature emotion experienced by all humans at times, and as something that has functional value for survival. Psikolog modern melihat kemarahan sebagai primer, alami, dan matang emosi yang dialami oleh semua manusia di kali, dan sebagai sesuatu yang memiliki nilai fungsional untuk bertahan hidup. Anger can mobilize psychological resources for corrective action. Kemarahan dapat memobilisasi sumber daya psikologis untuk tindakan korektif. Uncontrolled anger can, however, negatively affect personal or social well-being . [ 7 ] [ 8 ] While many philosophers and writers have warned against the spontaneous and uncontrolled fits of anger, there has been disagreement over the intrinsic value of anger. [ 9 ] Dealing with anger has been addressed in the writings of the earliest philosophers up to modern times. Kemarahan yang tidak terkendali bisa, bagaimanapun, berdampak negatif pada pribadi atau sosial kesejahteraan. [7] [8] Meskipun banyak filsuf dan penulis telah memperingatkan terhadap

spontan dan tak terkendali cocok kemarahan, telah terjadi perselisihan atas nilai intrinsik kemarahan. [9 ] Berurusan dengan kemarahan telah dibahas dalam tulisan-tulisan filsuf paling awal hingga zaman modern. Modern psychologists, in contrast to the earlier writers, have also pointed out the possible harmful effects of suppression of anger. [ 9 ] Displays of anger can be used as a manipulation strategy for social influence . [ 10 ] [ 11 ] Psikolog modern, berbeda dengan penulis sebelumnya, juga telah menunjukkan kemungkinan efek yang merugikan penekanan kemarahan. [9] Menampilkan kemarahan dapat digunakan sebagai manipulasi strategi untuk pengaruh sosial. [10] [11]

Kemarahan adalah salah satu yang paling disalahpahami dan digunakan secara berlebihan emosi manusia. First, anger is a reaction to an inner emotion and not a planned action. Pertama, marah adalah suatu reaksi terhadap emosi batin dan bukan tindakan yang direncanakan. Second, anger is easier to show: everyone has anger issues. Kedua, kemarahan lebih mudah untuk menunjukkan: setiap orang memiliki masalah kemarahan. Third, the feelings underlying the anger reaction make us feel vulnerable and weak; your anger makes you feel, at least momentarily, strong and in control. Ketiga, perasaan yang mendasari reaksi marah membuat kita merasa rentan dan lemah; kemarahan Anda membuat Anda merasa, setidaknya untuk sementara, kuat dan memegang kendali. Fourth, angry behaviors are learned over the life-span and therefore can be unlearned and replaced with healthier patterns of coping . Keempat, marah perilaku yang dipelajari selama masa hidup dan karena itu dapat terpelajar dan digantikan dengan pola sehat untuk mengatasi. Fifth, anger can be an immediate reaction to an isolated event or it can be a response after numerous events. Kelima, kemarahan dapat segera reaksi terhadap peristiwa terisolasi atau dapat respon setelah banyak peristiwa. To repress anger is unhealthy (Hankins and Hankins, 1988) and yet to express it impulsively, as we so often do, may give momentary relief but inevitably will carry negative consequences (Hankins and Hankins, 1988; Ellis, 1992; Luhn, 1992). Untuk menahan amarah itu tidak sehat (Hankins dan Hankins, 1988) dan belum mengekspresikannya impulsif, seperti yang kita sering lakukan, mungkin memberikan kelegaan sesaat tapi pasti akan membawa konsekuensi negatif (Hankins dan Hankins, 1988; Ellis, 1992; Luhn, 1992) . To alter our angry responses, we need to understand from where it comes. Mengubah tanggapan marah kita, kita perlu memahami dari mana datangnya. There are a variety of factors that increase the probability of an anger reaction. Ada berbagai faktor yang meningkatkan kemungkinan suatu reaksi kemarahan. First, if we have seen our parents get angry first and resolve an issue after, we are more likely to use the same approach. Pertama, jika kita telah melihat orang tua kita marah pertama dan menyelesaikan masalah setelah, kita lebih cenderung menggunakan pendekatan yang sama. Thus, types of anger are learned. Dengan demikian, jenis kemarahan dipelajari. Second, if we are frustrated and feel stressed, we are more likely to react with anger. Kedua, jika kita frustrasi dan merasa stres, kita lebih cenderung untuk bereaksi dengan kemarahan. Third, if we are tired, we are more prone to react in an angry fashion. Ketiga, jika kita lelah, kita lebih mudah untuk bereaksi dengan marah mode. Fourth, if we tend to hold our feelings inside rather than talk them out, we are more likely to have an angry outburst as the pressure increase much like a pressure cooker. Keempat, jika kita cenderung untuk menahan perasaan kita dalam dan bukan bicara mereka, kita lebih cenderung memiliki ledakan marah sebagai peningkatan tekanan seperti pressure cooker.

Styles Of Anger Styles Of Kemarahan


Each of us develops their own special style of anger: Setiap dari kita mengembangkan gaya khusus mereka sendiri kemarahan:

The "Mad Hatter" Driver: This person yells, curses, and offers gestures to other drivers when s/he is in a hurry and frustrated. The "Mad Hatter" Driver: Orang ini berteriak, kutukan, dan menawarkan sikap pengemudi lain ketika s / ia terburu-buru dan frustrasi. The Sulker: This person shuts down in a chair and stops speaking and looking at others. The Sulker: Orang ini menutup di kursi dan berhenti berbicara dan memandang orang lain. Safe Haven Abuser: This person takes her/his frustration out only on the ones s/he loves. Safe Haven pelaku: Orang ini membawanya / frustrasinya keluar hanya pada yang s / ia mencintai. The Distractor: This person disregards the object of his annoyance by reading the paper, forgetting to run an errand, or playing the radio too loudly. The jebakan: Orang ini mengabaikan objek kejengkelannya dengan membaca koran, lupa untuk menjalankan tugas, atau bermain terlalu keras radio. When s/he is confronted, the response is: I didn't know; I forgot; I'm tired. Ketika s / ia dihadapkan, jawabannya adalah: Aku tidak tahu, aku lupa, aku lelah. The Blamer: This person blames everybody for everything and rarely accepts responsibility for his own short comings. The Blamer: Orang ini menyalahkan semua orang untuk segalanya dan jarang menerima tanggung jawab untuk dirinya sendiri kedatangan pendek. The Avenger: This person believes s/he has been given the right to seek vengeance in any way for anything by using the excuse: they deserved it. The Avenger: Orang ini percaya s / ia telah diberi hak untuk membalas dendam dengan cara apapun untuk apa pun dengan menggunakan alasan: mereka layak mendapatkannya.

Anger Issues Check List -- How Is Your Anger? Kemarahan Masalah Cek List - Bagaimana Anda Marah?

People tell you that you need to calm down. Orang-orang mengatakan kepada Anda bahwa Anda perlu menenangkan diri. You feel tense much of the time. Anda merasa tegang banyak waktu. At work, you find yourself not saying what is on your mind. Di tempat kerja, Anda menemukan diri Anda tidak mengatakan apa yang ada di pikiran Anda. When you are upset, you try to block the world out by watching TV, reading a book or magazine, or going to sleep. Ketika Anda marah, Anda mencoba untuk memblokir dunia oleh menonton TV, membaca buku atau majalah, atau pergi tidur. You are drinking or smoking marijuana almost daily to help you calm down. Anda minum atau merokok mariyuana hampir setiap hari untuk membantu Anda tenang. You have trouble going to sleep. Anda mengalami kesulitan tidur. You feel misunderstood or not listened to much of the time. Anda merasa disalahpahami atau tidak mendengarkan banyak waktu. People ask you not to yell or curse so much. Orang yang meminta Anda untuk tidak berteriak atau kutukan begitu banyak. Your loved ones keep saying that you are hurting them. Anda cintai selalu mengatakan bahwa Anda menyakiti mereka.

Friends do not seek you out as much. Teman Anda tidak mencari tahu sebanyak.

Scoring: Skor:
0 - 2 0-2 you could benefit from relaxation training Anda dapat memperoleh manfaat dari latihan relaksasi you need to learn more about what stresses you, and learn stress management techniques Anda perlu MODERATE Ringan mempelajari lebih lanjut tentang apa yang menekankan Anda, dan mempelajari teknik-teknik pengelolaan stres you have an anger problem that could benefit from OUT OF CONTROL learning anger management techniques Anda memiliki OUT OF CONTROL masalah kemarahan yang dapat memperoleh manfaat dari belajar teknik pengelolaan amarah MANAGEABLE Dikelola

3 - 5 3-5

6+6+

Conclusion Kesimpulan
Anger reactions have been likened to a train running out of control and about to derail. Reaksi Kemarahan telah disamakan dengan sebuah kereta berjalan di luar kendali dan hampir menggelincirkan. A little anger can motivate us to take action in positive ways. Sedikit kemarahan bisa memotivasi kita untuk mengambil tindakan dalam cara-cara positif. A lot of anger will make us "red with rage." Banyak kemarahan akan membuat kita "merah karena marah." The price for your anger is that you are out of control, you drive away those whom you love the most, and endanger your employment. Harga untuk kemarahan Anda adalah bahwa Anda berada di luar kendali, Anda mengusir orang-orang yang paling Anda cintai, dan membahayakan pekerjaan Anda.

b. Emosi sedih, susah, duka/pilu. c. Emosi iri. d. Emosi takut. e. Emosi cinta.

You might also like