You are on page 1of 30

MAKALAH

IBU HAMIL dengan KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTUNYA (KPSW)


Dalam rangka memenuhi tugas kelompok Mata kuliah Asuhan Kebidanan IV

Oleh :

KELOMPOK XIX POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN PRODI KEBIDANAN JEMBER Jl. Srikoyo 106 Patrang Jember 2012

MAKALAH

IBU HAMIL dengan KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTUNYA (KPSW)


Dalam rangka memenuhi tugas kelompok Mata kuliah Asuhan Kebidanan IV

Oleh : Kelompok XIX Seprinta Eka W (1002300031)

Rosaning Harum M. (1002300030)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN PRODI KEBIDANAN JEMBER Jl. Srikoyo 106 Patrang Jember 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta hidayahNya, sehingga penulisan makalah yang berjudul Ibu Hamil dengan Infeksi Rubella ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Terselesainya makalah ini tidak terlepas dari dorongan, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Ida Prijatni, M. Kes. selaku Kaprodi Kebidanan Jember 2. Ibu Dra. Ratna Suparwati, M.Kes. selaku dosen pembimbing mata kuliah Asuhan Kebidanan IV 3. Kedua orang tua yang memberikan dorongan baik moril maupun materil 4. Teman-teman dan semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan para pembaca sekalian.

Jember, Februari 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1.3 Tujuan ................................................................................................. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)......................... 2.2 Etiologi ................................................................................................ 2.3 Patofisiologi ......................................................................................... 2.4 Tanda dan gejala ................................................................................. 2.5 Penatalaksanaan ..................................................................................

ii iii iv

1 1 2

3 3 6 7 9

2.6 Induksi Persalinan ............................................................................... . 11 BAB III KONSEP ASKEB TEORI ................................................................ BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 3.2 Saran .................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 16 17 18 13

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia mash tinggi berada pada 307 per 100.000 kelahiran hidup. Demikian pula Angka Kematian Bayi (AKB) masih berada pada kisaran 20 per 1000 kelahiran hidup. Target yang diharapkan dapat tercapai adalah AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB mencapai 15 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu dan perinatal yaitu menjadi komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu Penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan 60-70%, pre eklamsi dan eklamsi 10-20%, infeksi 10-20%. Ketuban pecah sbelum waktunya merupakan salah satu penyebab terjadinya infeksi. Pada sebagian besar kasus, ketuban pecah sebelum watunya berhubungan dengan infeksi intrapartum. Di Rumah Sakit Bersalin Harapan Bunda, insden persalinan dengan ketuban pecah sebelum waktunya pada tahun 2009 sekitar 29.5 %. Diantara pasien pasien tersebut yang mengalami persainan spontan sebanyak 94.8%. Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadin keuban pecah sebelum waktunya masih cukup tinggi dari seluruh persalinan, sehingga memerlukan pengawasan yang intensif dan penanganan yang tepat pada kasus kegawatdaruratan. Dengan masih tingginya angka kejadian ketuban pecah sebelum waktunya maka penyusun mengambil judul Asuhan Kebidan Patologis Ketuban Pecah Sebelum Waktunya

1.2. Rumusan Masalah 1) Apa yang dimaksud ketuban pecah sebelum waktunya pada kehamilan?

2) 3)

Apa penyebab atau etiologi dari ketuban pecah sebelum waktunya? Bgaiamana Patofisiologi dari Ketuban pecah sebelum waktunya pada kehamilan?

4)

Bagaimana penatalaksanaan ketuban pecah sebelum waktunya pada ibu hamil?

1.3. Tujuan Tujuan Umum Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan yang

komprehensif pada ibu dengan ketuban pecah sebeum waktunya Tujuan Khusus 1) Mengetahui definisi dari ketuban pecah sebelum waktunya pada kehamilan 2) Mengeahui penyebab atau etiologi dari ketuban pecah sebelum waktunya 3) Menghetahui Patofisiologi dari ketuban pecah sebelum

waktunya pada kehamilan 4) Mengetahui penatalaksanaan infeki ketuban pecah sebelum waktunya pada ibu hamil 5) Mengetahui konsep asuhan kebidanan pada ibu dengan ketuban pecah sebelum waktunya

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi Ketuban Pecah Dini (KPD) / Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) didefinisikan sebagai ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di mulai. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu apabila pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm(Rustam,1998). KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan. Adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan primi kurang dari 3cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. ( Sarwono Prawirohardjo, 2005 ). KPD merupakan keadaan dimana jika ketuban pecah dalam waktu 1 jam tidak ada tanda persalinan dan/atau kemajuan persalinan. Cairan ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung amnion. Cairan ketuban initerdiri dari 98 persen air dan sisanya garam anorganik serta bahan organik. Cairan inidihasilkan selaput ketuban dan diduga dibentuk oleh sel-sel amnion, ditambah air kencing janin, serta cairan otak pada anensefalus. Pada ibu hamil, jumlah cairanketuban ini beragam. Normalnya antara 1 liter sampai 1,5 liter. Air ketuban ini berguna untuk mempertahankanatau memberikan perlindungan terhadap bayi dari benturan yang diakibatkan olehlingkungannya di luar rahim. Selain itu air ketuban bisa membuat janin bergerak dengan bebas ke segala arah. Tak hanya itu, manfaat lain dari air ketuban ini adalah untuk mendeteksi jenis kelamin, memerikasa kematangan paru-paru janin, golongandarah serta rhesus, dan kelainan kongenital (bawaan), susunan genetiknya.

2.2. Etiologi

Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua faktjor tersebut.Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Beberapa laporan menyebutkanfaktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yanglebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi adalah 1. Infeksi yang terjadi secara langssung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. 2. Servik yang inkompetensia. Kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (karena persalinan, curetage). 3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus), misalnya trauma, hidramnion, gemeli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisposisi dari ketuban pecah sebelum wakttunya. Trauma yang didapat misalnya dari hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya ketuban pecah sebelum waktunya karena biasanya disertai infeksi. 4. Kelainan letak misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah. 5. Keadaan Sosial ekonomi dan faktor lain : a. Faktor golongan darah akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuba. b. Faktor disproporsi antara kepala janin danpanggul ibu. c. Faktor multigraviditas, merokok dan perdarahan intrapartum d. Defisiensi gizi dan tembaga atau asam askorbat (Vit C) Pada sebagian besar kasus penyebabnya belum diketahui. Faktor yang disebutkan memiliki keterkaitan dengan Ketuban pecah sebelum

waktunya yaitu riwyat kelahiran prematur, merokok, perdarahan selama kehamilan. Beberapa faktor resiko ketuban pecah sebelum waktunya : a. Inkompetensi servik b. Polihidramnion c. Riwayat Ketuban pecah dini sebelumnya d. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban e. Kehamilan kembar f. Trauma g. Servik (leher rahim yang pendek (< 25cm) pada kehamilan 23 minggu h. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis Faktor risiko ketuban pecah dini persalinan preterm a. kehamilan multipel : kembar dua (50%), kembar tiga (90%) b. riwayat persalinan preterm sebelumnya c. d. perdarahan pervaginam pH vagina di atas 4.5

e. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban. f. flora vagina abnormal g. fibronectin > 50 ng/ml8.kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi misalnya pada stress psikologis, dsb, dapat menjadi stimulasi persalinan preterm h. Inkompetensi serviks (leher rahim) i. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih) j. Riwayat KPD sebelumya k. Trauma l. servix tipis / kurang dari 39 mm, Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu m. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

2.3. Patofisiologi Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)

Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric berkaitan dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khoriokarsinoma sampai sepsis, yang meningkatkaan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut : Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

10

Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika adainfeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin,menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

Patofisiologi Pada infeksi intrapartum : o ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada

hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan dunia luar. o infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang intraamnion. o mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal) o tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaandalam yang terlalu sering, dan sebagainya. Komplikasi o Tali Pusat Menumbung o Prematuritas persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm. o Oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air ketuban habis. o infeksi maternal o infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina keintrauterine korioamnionitis (demam >380C, takikardi,

leukositosis, nyeri uterus,cairan vagina berbau busuk atau bernanah, DJJ meningkat), endometritis 2.4. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes dari vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti

11

bau amoniak, mungkin cairan tersebut menetes dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Ketika pasien duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat cairan untuk sementara. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk memeriksa cairan yang keluar dari vagina yaitu konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini selain ketuban mungkin juga urin atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH: 4,5 dengan kertas lakmus merah tidak berubah warna. Air ketuban pH: 7-7.5 dngan kertas lakmus merah menjadi biru Pemeriksaan lab yang lain yaitu mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada kaca objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis Pemeiksaan ultrasonografi dapat dilakukan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Jumlah caian ketuban tampak sedikit pada kasus ketuban pecah sebelum waktunya. NAmun bisa terjadi kesalahan pada pendeita oligohidramnion. Pemeriksaan USG juga bisa digunakan untuk memastikan usia kehamilan. Walaupun pendeatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun biasanya ketuban pecah sebelum waktunya sudah bisa terdeteksi sederhana. Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10%-40% bayi baru lahir. Resiko infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah sebelum waktunya. Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat dapat terjadi pada KPD. Resiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100 % apabila KPD preterm ini terjadi pada usia kehamilan 23 minggu Infeksi intrauterin dengan anamnesa dan pemeriksaan

12

Tali pusat menumbung Prematuritas Distosia

2.5. Penatalaksanaan Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tandatanda persalinan. Menentukan tanda infeksi bila suhu ibu > 38oC, air ketuban yang keruh dan berbau. Pemeriksaan ketuban dengan tes LEA (Leukosit Esterase) Leukosit darah > 15.000/mm3. Janin yang mengalami takhikardi mungkin mengalami infeksi intrauterin. Menentukan tanda tanda inpartu dengan menentukn ada tidaknya kontraksi yang teratur, periksa dalam dilakukan bila akan dilaukan penangan aktif (termnasi kehamilan) antara lain untuk menilai skor pelvik. Konservatif o Rawat di Rumah Sakit o Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau eritomisin bila tak tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari o Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi o Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif, beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu o Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi setelah 24 jam o Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi o Nilai tanda- tanda infeksi (suhu, leukost dan tanda tanda infeksi intrauterin)

13

o Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid untuk pematangan paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksamtason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali. Kehamilan kurang dari 37 minggu,tindakan aktif Kehamilan <32 minggu, TBJ <2000gr o Janin mati dengan letak lintang maupun memanjang dilakukan partus pervaginam dengan induksi oksitosin o Janin hidup dengan letak memanjang dilakukan partus pervaginam dengan induksi oksitosin o Janin hidup dengan letak lintang dilakukan persalinan dengan seksio sesaria Kehamilan 32-37 minggu, TBJ 2000-2500 gr o Janin mati letak lintang dilakukan partus pervaginam dengan embriotomi o Janin mati letak memanjang dilakukan partus pervaginam dengan induksi oksitosin o Janin hidup letak lintang, terdapat prolapsus tali

pusatdilakukan persalinan dengan seksio sesaria o Janin hidup letak memanjang dilakukan partus pervaginam dengan induksi oksitosin Kehamilan lebih dari 37 minggu Janin hidup letak memanjang, tidak ada CPD dilakukan partus pervaginam dengan induksi oksitosin Janin hidup letak lintang, terdapat CPD, terdapat prolapsus tali pusat atau terjadi kegagalan induksi oksitosin maka ilakukan sesio sesaria Janin mati letak memanjang, terdapat CPD, letak lintang dilakukan embriotomi

14

Janin mati letak memanjang, tidak ada CPD dilakukan partus pervaginam dengan induksi Infeksi Intrauterin Tentukan ada tidaknya tanda infeksi . Tanda tanda infeksi bila ibu > 38oC, air ketuban yang keruh dan berbau. Pemeriksaan air ketuban dengan tes LEA (Leukosit Esterase) Leukosit darah > 15.000/mm3. Janin yang mengalami takhikardi mungkin

mengalami infeksi intrauterin. Bila ada infeksi intrauterin, diberikan antibiotika yang tepat dosis tinggi secara intravena kemudian persalinan diakhiri. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi, jika tidak berhasil lakukan sectio secaria. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam. Persalinan diinduksi dengan oksitosin selama

presentasinya kepala. Bila diinduksi gagal dianjurkan seksio sesaria. Seksio sesaria juga dianjurkan untuk gawat janin, letak lintang atau presentasi bokong kalau tidak janin terlalu imatur sehingga tidak ada harapan hidup. Penatalaksanaan ketuban pecah dini KETUBAN PECAH < 37 MINGGU Infeksi Tidak infeksi Amoksilin eritromisin dan untuk 7 hari Steroid untuk + ada > 37 MINGGU Infeksi Tiak infeksi ada

Berikan penisilin, gentamicin metronidazol Lahirkan bayi

Berikan penisilin, gentamicin metronidazol Lahirkan bayi dan

Lahirkan bayi Berikan penisilin ampisilin atau

pematangan paru

ANTIBIOTIKA SETELAH PERSALINAN Profilaksis Infeksi Tidak ada infeksi

15

Lanjutkan untuk 24Stop antibiotik 48 jam setelah bebs Tidak perlu antibiotika panas Sumber : Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, halaman 220

Bagan penatalaksaan Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)

Gambar skema penatalaksanaan KPD 2.6. Induksi Persalinan National Institute For Health and Clinical Excelence (NICE), dalam panduan klinisnya (NICE, 2008:xii) mendefinisikan induksi persalinan sebagai inisiasi persalinan buatan. Pematangan servik adalah suatu

16

intervensi yang bertujuan merangsang aktivitas uterus dan mempercepat proses pematangan. Dalam beberapa minggu terakhir kehamila, servik mulai melunak dan menipis (matang). Kematangan servik dinilai saat pemeriksaan dalam. Bishop (1964) mengembangkan suatu sistem umtuk membuat penilaian kematangan servik lebih objektif disebut skor Bishop / Skor Pelvik. Servik yang tidak baik (untuk induki persalinan) memiliki skor bishop empat atau kurang, sedangkan ibu yang memiliki skor delapan atau lebih mempunyai peluang yang sama untuk melahirkan per vagina seperti ibu bersalin spontan. Tabel ikhtisar penilaian skor bishop 0 Posisi serviks Konsistens serviks Penipisan atau pemendekan serviks Station bagian presentasi Dilatasi servik Posterior Kencang 1 Ditengah Medium 2 cm, setengah menipis 2 cm diatas spina ischiadica 1-2 cm 2 Anterior Lunak 3 -

3 cm, tidak menipis 3 cm diatas spina ischiadica 0 cm

1 cm, hampir menipis 0-1 cm diatas spina ischiadica 3-4 cm

0 cm, menipis Dibawah spina ischiadica 5-6 cm

Sumber : Midwifery Essential: Persalinan halaman 98 Jika skor Bishop : <5 :servik belum cakap untuk diinduksi dan jel prostaglandin dibutuhkan untuk melunakkan servik. 5-8 : servik cukup cakap (1 mg prostaglandin mungkin sudah cukup) >8 : servik sangat cakap dan prostaglandin tidak dibutuhkan Intervensi untuk mematangkan servik dan induksi persalinan : Prostaglandin untuk Induksi Persalinan Gunakan jel prostaglandin vagina (PGE2) untuk melunakkan atau mematangkan servik, sebgai berikut :

17

o Wanita nullipara : gel prostaglandin 2 mg o Wanita multipara : gel prostaglandin 1 mg Jel harus diletakkan di forniks posterior vagina. Catat skor bishop, jumlah gel prostaglandin dan waktu pelaksanaan prosedur. Anjurkan wanita untuk beristirahat di tempat tidur selama 1 jam setelah prosedur, selama waktu ini jantung janin dipantau secara kontinu. Jika pencatatan reaktif, wanita harus melakukan mobilisasi dan makan minum seperti biasa. Ingatkan wanita bahwa ia mungkin mengalami ketidaknyamanan ringan atau nyeri di vagina akibat prostaglandin, atau kontraksi uteri yang nyeri yang disebabkan oleh prostaglandin sebelum awitan kontraksi persalinan yang teratur. Analgesik oral atau intramuskular mungkin diresepkan. Ulangi periksa dalam untuk mengkaji kemajuan dalam 6 12 jam. Jika serviks masih memiliki konsisteni yang keras dan dalam posisi posterior (skor bishop < 5), dosisi kedua gel prostaglandin harus diberikan. Dosis total gel prostaglandin yang diberkan tidak boleh melebihi 4 mg untuk wanita nullipara dan 3 mg unutuk wanita multipara. Sediaan tablet vagina (PGE2) juga tersedia dan dosis yang direkomendasikan adalah 3 mg setiap 6 jam. Dosis maksimal adalah 6 mg untuk semua wanita. Jangan pernah menggunakan prostaglandin jika wanita sudah mengalami kontraksi yang nyeri. PGE2 dapat menyebabkan pireksia ringan karena efeknya pada pengaturan suhu di otak. Oksitosin Oksitosin sintetik dapat diberikan untuk membantu kerja produksi oksitosin endogen wanita itu sendiri untuk meningkatkan kontraktilitas uterus. Oksitosin dapat diberikan melalui infus intravena dan larutan 5 IU oksitosin dalam 250 ml salin normal. Regimen penatalaknsanaan ditulis

18

dalam miliunit permenit dan ditingkatkan setiap 30 menit. Tujuan infus oksitosin adalah untuk mencapai kontraksi uterus 3 hingga empat kali dalm 10 menit, dan hal ini dapat dicapai sebelum dosis maksiumum dicapai. Infus oksitosin dimulai dengan 1 mU/menit hingga dosis maksimum yang diizinkan 20 mU/menit (NICE,2001). 2 mU/menit 4mU/menit 8mU/menit 16mU/menit 6 ml/jam 12ml/jam 24ml/jam 48ml/jam

Selama pemberian oksitosin, aktivitas uterus dan denyut jantung janin harus terus dipantau. Oksitosin cenderung menguatkan retensi air. Itu diminimalkan dengan melarutkannya didalam normal salin. Sebelum memulai oksitosin intravena pastikan bahwa : Obat diresepkan oleh registrar. Wanita memahami prosedur untuk pemberian obat, keterbatasan mobilitas yang akan diakibatkan oleh obat dan analgesia yang tersedia. Sudah lebih dari 6 jam sejak pemberian prostaglandin vagina terakhir. Anda benar-benar mengetahui riwayat obstetri wanita, karena peringatan ekstrim diindikasikan pada klien yang memiliki jaringan parut uteri atau pada grandemultipara. Anda mengetahui kondisi terkini observasi matrenal, kontraksi maternal, dan dilatasi serviks sebagai nilai dasar. Jantung janin dipantau secara kontinu dan reaktif. SROM reaktif atau bahwa ARM telah dilakukan.

19

BAB III KONSEP ASUHAN KEBIDANAN TEORI

ASUHAN KEBIDANAN Pada Ibu G..P..... UK ... minggu dengan KPD Tanggal/ waktu Tempat pengkajian Pengkaji : : :

I.

Pengumpulan Data Dasar A. Pengkajian Data 1. Identitas Klien Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat 2. Keluhan Utama Ibu mengatakan hamil ... bulan, merasa basah pada kemaluannya, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas agak amis Ibu mengatakan tidak merasa kenceng kenceng dan tidak ada lendir bercampur darah 3. Riwayat Kesehatan Sekarang Ibu sedang keputihan, demam, jatuh sebelumnya, infeksi dalam kehamilan 4. Riwayat Kesehatan Dahulu Ibu pernah mengalami keputihan, infeksi pada kehamilan 5. Riwayat Kesehatan Keluarga : : : : : : Nama Suami : Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat : : : : :

20

Riwayat keluarga ada yang pernah hamil kembar 6. Riwayat Menstruasi HPHT : preterm - aterm 7. Riwayat Pernikahan Pola seksual : pernah trauma saat berhubungan seksual dengan suami 8. Riwayat Obstetri Pernah hamil kembar Riwayat KPD sebelumnya Pernah kuretase CPD atau bagian terendah belum masuk PAP Multiparitas Perdarahan intrapartum Plasenta previa 9. Riwayat Kehamilan Sekarang Ibu mengatakan kehamilannya saat ini gemeli, polihidramnion 10. Riwayat KB 11. Pola kegiatan sehari hari Merokok, napza Asupan nutrisi kurang Kurang Vit C Trauma saat hubungan seksual 12. Riwayat Psikososial Ibu merasakan cemas B. Data Objektif 1. Pemeriksaan umum Keadaan umum : baik - lemah Kesadaran Tanda vital : composmentis - menurun :

21

1) Tekanan darah 2) Nadi 3) Pernafasan 4) Suhu 2. Pemeriksaan Fisik a. Wajah b. Mata c. Gilut d. Leher e. Dada f. Abdomen : : : : :

: dbn : dbn : dbn : normal - > 380C

: Uterus lunak dan tidak nyeri tekan Pada palpasi, ditemukan adanya kelainan letak, bagian terendah belum masuk PAP, TFU sesuia UK Auskultasi : DJJ normal - takhikardi

g. Genetalia

: terdapat cairan jernih berbau amis VT : v/v taa, portio lunak, ketuban (-) jernih,

h. Ekstremitas

: Atas Bawah

: :

3.

Pemeriksaan Penunjang Uji kertas lakmus merah berubah menjadi biru USG : Kehamlan aterm dan jumlah cairan ketuban sedikit (<500cc) Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis Tes LEA (Leukosit Esterase) : Leukosit darah > 15.000/mm3 (infeksi), leukosit darah < 15.000/mm3 (tidak infeksi)

II. Interprestasi Data Dasar Dx1 : Ibu G...P.... hamil ... minggu (preterm) dengan KPD

22

Ds : Ibu mengatakan merasa basah pada kemaluannya, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas agak amis Ibu mengatakan tidak merasa kenceng kenceng dan tidak ada lendir bercampur darah. HPHT : preterm Dx2 : Ibu G...P.... hamil ... minggu (aterm) dengan KPD Ds : Ibu mengatakan merasa basah pada kemaluannya, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas agak amis Ibu mengatakan tidak merasa kenceng kenceng dan tidak ada lendir bercampur darah. HPHT : aterm

Do : Tanda vital : Tekanan darah Nadi Pernafasan Suhu : dbn : dbn : dbn : normal - > 380C

Genetalia : terdapat cairan jernih berbau amis VT : v/v taa, portio lunak, ketuban (-) jernih, uji kertas lakmus merah berubah menjadi biru USG : Kehamlan aterm dan jumlah cairan ketuban sedikit (<500 cc) Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis Tes LEA (Leukosit Esterase) : Leukosit darah > 15.000/mm3 (infeksi), leukosit darah < 15.000/mm3 (tidak infeksi)

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA dan MASALAH POTENSIAL Prolaps tali pusat Potensial terjadi infeksi pada ibu dan janin Gawat Janin (Hipoksia) Partus lama

23

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA Dx1 Pasang O2 Observasi keadaan ibu dan kesejahteraan janin Kolaborasi dengan dokter obgyn dalam pemberian terapi (obatobatan antibiotik, kortikosteroid) Dx2 Pasang O2 Observasi keadaan ibu dan kesejahteraan janin Kolaborasi dengan dokter obgyn dalam pemberian terapi (obatobatan antibiotik, kortikosteroid) Infus RL dan drip oksitosin

V. INTERVENSI Dx1 1. Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu dan janin R/ ibu dan keluarga mengetahui keadaan ibu an janin sehingga lebih kooperatif 2. Observasi DJJ dan TTV ibu R/ Observasi kesejahteraan ibu dan janin 3. Observasi pengeluaran pervaginam R/ memantau tanda-tanda infeksi 4. Anjurkan ibu untuk istirahat total / bed rest di Rumah Sakit R/ Memperthankan kondisi stabil ibu dan janin, mempermudah pemantauan 5. Anjurkan keluarga untuk mendampingi ibu R/ ibu merasa tenang dan nyaman 6. Kolaborasi dokter obgyn dalam pemberian terapi (antibiotik dan kortikosteroid) R/ mencegah terjadinya infeksi

24

Dx2 1. Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu dan janin R/ ibu dan keluarga mengetahui keadaan ibu an janin sehingga lebih kooperatif 2. Pasang infus RL 8tpm + drip oksitosin cc R/ rehidrasi dan menginduksi persalinan 3. Observasi suhu ibu setiap 2 jam R/ memantau tanda-tanda infeksi 4. Observasi DJJ dan his setiap 30 menit R/ memantau keadaan janin dan tanda-tanda persalinan 5. Observasi tekanan darah ibu dan periksa dalam setiap 4 jam R/ memantau keadan ibu dan kemajuan persalinan 6. Observasi pengeluaran pervaginam R/ memantau tanda-tanda infeksi 7. Anjurkan ibu berkemih setiap 2 jam atau bila ada keinginan untuk berkemih R/ Agar kandung kemih kosong sehingga tidak mengganggu HIS 8. Kolaborasi dokter obgyn dalam pemberian terapi (antibiotik) R/ mencegah terjadinya infeksi 9. Anjurkan keluarga ntuk mendampingi ibu R/ ibu merasa tenang dan nyaman

VI. IMPLEMENTASI Sesuai dengan Intervensi

VII.EVALUASI Dx1 S : Ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan bidan, cairan yang merembes dari vagina sudah berkurang O : TTV : dbn Genetalia DJJ : 120-160 x/menit : tidak terdapat cairan jernih berbau amis

25

A : Ibu G..P... hamil ... minggu (preterm) dengan KPD P : Anjurkan ibu untuk tetap istirahat dirumah Anjurkan ibu melanjutkan terapi sesuai advis dokter Terminasi saat kehamilan mencapai usia aterm Anjurkan ibu segera memeriksakan diri pada petugas kesehatan jika ada keluhan Dx2 S : Ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan bidan dan merasa kenceng kenceng semakin sering, serta mengeluarkan lendir bercampur darah O : TTV : dbn DJJ : 140-160 x/menit

Genetalia : v/v taa, potio tidak teraba, efficement 100 %, pembukaan 10 cm, ketuban (-) jernih, Preskep, Hodge III, UUK jam 12, molase 0, tidak ada bagian terkecil janin disamping bagian terendah janin A : Ibu G... P... hamil ... minggu (aterm) inpartu kala I fase aktif deselerasi dengan KPD

26

BAB IV PENUTUP

3.1. Kesimpulan Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di mulai. KPSW dapat disebabkan oleh infeksi, inkompetensi servik, trauma, kelainan letak, dan meningkatnya tekanan intrauterin. Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut : Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika adainfeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin,menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan. Komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu maupun janin diantaranya adalah tali pusat menumbung, prematuritas persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm, oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air ketuban habis, infeksi maternal, dan infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina keintrauterine korioamnionitis (demam >380C, takikardi, leukositosis, nyeri uterus,cairan vagina berbau busuk atau bernanah, DJJ meningkat), endometritis Tanda dan gejala yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes dari vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut menetes dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Ketika pasien duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah

27

terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat cairan untuk sementara. Penatalaksanaan pada kasus Ketuban Pecah Sebelum Waktunya terdiri dari penanganan konservatif dan penanganan aktif.

3.2. Saran Tenaga kesehatan perlu meningkatkan pemahaman dalam deteksi dini sangat penting bagi ibu bersalin yang mengalami pengeluaran cairan dari jalan lahir sebelum dimulainya persalinan. Bagi Pasien, tindakan cepat dan tept bisa segera dilakukan apabila ibu bersalin yang mengalami pengeluaran cairan dari jalan lahir segera memeriksakan diri ke pelayanan kesehtan terdekat atau rumah sakit.

28

DAFTAR PERTANYAAN

1) Pertanyaan Novita Wahyu Utami Bagaimana CPD bisa disebutkan sebagai faktor predisposisi terjadinya KPD? Jawaban : Seperti kita ketahui CPD (Cephalo Pelvic Disproportion) merupakan ketidaksesuaian ukuran kepala janin dan panggul ibu sehingga kepala janin tidak dapat masuk ke pintu atas panggul (PAP). Semakin tuanya kehamilan diiringi dengan meregangnya uterus menyebabkan semakin tingginya tekanan intra uterin. Tidak turunnya kepala janin ke PAP mengakibatkan tidak ada yang menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya Ketuban Pecah Dini (KPD). 2) Pertanyaan Lingga Khusnul K. Pada penatalaksanaan, terdapat pelaksanaan skor pelvik. Apa yang dimaksud skor pelvik dan bagaimana penatalaksanaannya? Jawaban : Skor pelvik merupakan penilaian terhadap servik untuk menilai apakah servik sudah matang dan sudah siap untuk dilalui janin. Skor pelvik digunakan sebelum induksi persalinan. Induksi persalinan terlampir di tinjauan teori 3) Pertanyaan Amigia Mahesti Bagaimana merokok pada ibu hamil disebut sebagai faktor resiko yang dapat mengakibatkan terjadinya Ketuban Pecah Dini (KPD)? 4) Pertanyaan Febrina Artha Mengapa defisiensi vitamin C dapat mengakibatkan resiko terjadinya KPD? Jawaban pertanyaan Amigia dan Febrina : Pada ibu hamil yang merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya Ketuban Pecah Dini (KPD) karena merokok dapat menyebabkan gangguan penyerapan asam askorbat (vitamin C), dimana asam askorbat (vitamin C) merupakan komponen kolagen. Kurangnya asupan asam askorbat (vitamin C) mengakibatkan kurangnya kadar kolagen yang terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas sehingga selaput amnion yang terbentuk kurang elastis, rapuh dan mudah pecah saat teregang.

29

DAFTAR PUSTAKA

Baston, Hellen dan Jennifer Hall. 2011. Midwifery Essential: Persalinan. Jakarta: EGC Janet, Medforph, dkk. 2011. Kebidana Oxford. Jakarta: EGC Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri fisiologi dan Obstetri patologi Edisi 2 Jilid 1. Jakarta: EGC Prawiroharjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo Sujiyanti, Mufdillah, Asri Hidayat. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika Taber, Ben zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologik. Jakarta : EGC -. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo - . 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. Jakarta : EGC http://superbidanhapsari.wordpress.com/2010/10/12/ketuban-pecah-dini/, diakses 24 februari 2012

30

You might also like