You are on page 1of 8

ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, A.

Pengertian Aqidah Akhlak bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 1. Aqidah Secara etimologis, aqidah berasal dari kata aqada-yaqidu-aqdanB. Keistimewaan Aqidah Islam aqidatan. Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk 1. Sumber Pengambilannya adalah Murni menjadi aqidah berarti iman, kepercayaan dan keyakinan. Relevansi antara arti kata 2. Berdiri di atas Pondasi Penyerahan Diri kepada Allah dan Rasul-Nya aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh didalam hati, 3. Sesuai dengan Fitrah yang Lurus dan Akal yang Sehat bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. 4. Jelas, Mudah dan Terang Beberapa definisi aqidah menurut para ahli, antara lain: 5. Bebas dari Kerancuan, Paradoks dan Kekaburan a. Menurut M Hasbi Ash Shiddiqi: 6. Umum, Universal dan Berlaku untuk Segala Zaman, Tempat, Umat dan Mengatakan aqidah menurut ketentuan bahasa (bahasa arab) ialah Keadaan sesuatu yang dipegang teguh dan terhujam kuat di dalam lubuk jiwa dan 7. Kokoh, Stabil dan Kekal tak dapat beralih dari padanya. 8. Mengangkat Derajat Para Penganutnya b. Menurut Syaikh Mahmoud Syaltout: 9. Menjadi Penyebab Hadirnya Pertolongan, Kemenangan Aqidah adalah segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan 10. Selamat dan Sentosa terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan 11. Melindungi Para Pemeluknya dari Tindakan Serampangan, Kekacauan yang tidak boleh dicampuri oleh syakwa sangka dan tidak dipengaruhi dan Kehancuran oleh keragu-raguan. 12. Memberikan Ketenangan Jiwa dan Pikiran kepada Para Pemeluknya 13. Mengantarkan kepada Pembentukan Umat yang Kuat 2. Akhlak Pengertian akhlak secara etimologi berasal dari kata Khuluq dan jamanya 14. Membangkitkan Rasa Hormat kepada Al-Quran dan As-Sunnah Akhlaq, yang berarti budi pekerti, etika, tingkah laku, tabiat atau moral. Demikian didalam Jiwa Orang Mukmin pula kata Khuluq mempunyai kesesuaian dengan Khilqun, hanya saja khuluq 15. Membuat Hati Penuh Dengan Tawakkal kepada Allah merupakan perangai manusia dari dalam diri (ruhaniah) sedang khilqun merupakan 16. Mengakomodasi Kepentingan Ruh, Hati, dan Tubuh perangai manusia dari luar (jasmani). 17. Mengakui Peran Akal dan Membatasi Bidang Garapnya Beberapa pendapat mengenai definisi akhlak, yaitu : a. Menurut Ibnu Maskawaih: Ibnu Maskawaih mendefinisikan akhlak dengan keadaan gerak jika yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak memerlukan pikiran. Akhlak adalah sikap hati yang mudah mendorong anggota tubuh untuk berbuat sesuatu. b. Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin: Yang disebut akhlak itu ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itulah yang dinamakan akhlak. c. Imam Al-Ghazali: Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. A. Tujuan Mempelajari Aqidah Akhlak Mata pelajaran Aqidah-Akhlaq bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam perilaku Akhlak mulia dan terpuji dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan peserta didik tentang Aqidah dan Akhlaq Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan HUBUNGAN AKIDAH DAN AKHLAK

Akidah adalah gudang akhlak yang kokok. Ia mampu menciptakan kesadaran diri bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilainilai akhlah yang luhur. Akhlak mendapatkan perhatian istimewa dalam akidah Islam. Rasulullah SAW bersabda: Artinya: Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam hadist lain, beliau bersabda Akhlak yang mulia adalah setengah dari agama. Salah seorang sahabat bertanya kepada beliau, Anugerah apakah yang paling utama yang diberikan kepada seorang muslim? Beliau menjawab, Akhlak yang mulia. Islam menggabungkan antara agama yang hak dan akhlak. Menurut teori ini, agama menganjurkan setiap individu untuk berakhlak mulia dan menjadikannya sebagai kewajiban (taklif) diatas pundaknya yang dapat mendatangkan pahala atau siksa baginya. Atas dasar ini, agama tidak mengutarakan wejangan-wejangan akhlak semata tanpa dibebani oleh rasa tanggung jawab. Bahkan, agama menganggap akhlak sebagai penyempurna ajaran-ajarannya. Karena agama tersusun dari keyakinan (akidah) dan perilaku. Akhlak mencerminkan sisi perilaku tersebut. Imam Baqir a.s. berkata: Artinya: Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang paling mulia akhlaknya. Seseorang datang kepada Rasulullah SAW dari arah muka dan bertanya, Wahai Rasulullah, apakah agama itu? Rasulullah SAW menjawab akhlak yang mulia lalu laki-laki itu mendatangi beliau dari arah kanan dan bertanya, Apakah agama itu? Akhlak yang mulia, jawab beliau untuk ketiga kalinya. Akhirnya, laki-laki itu mendatangi beliau dari arah belakang dan bertanya, Apakah agama itu? RAsulullah SAW menoleh kepadanya dan bersabda, Apakah kau tidak memahami agama? Agama adalah hendaknya engkau jangan suka marah. Oleh karena itu, akhlak dalam pandangan Islam harus berpijak pada keimanan. Iman tidak cukup hanya disimpan dalam hati, namun harus dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk akhlak yang baik. Jadi, iman yang sempurna itu adalah iman yang dipraktikan. Dengan demikian, jelaslah bahwa akhlak yang baik merupakan mata rantai dari keimanan seseorang. Sebagai contoh, seorang yang beriman akan merasa malu untuk melakukan kejahatan. Karena seperti ditegaskan oleh Nabi sendiri bahwa malu itu merupakan cabang dari keimanan. Sebalaiknya, akhlak yang dipandang buruk adalah akhlak yang menyalahi

prinsip-prinsip keimanan. Walaupun akhlak tersebut kalau dilihat secara kasat mata kelihatan baik, jika titik tolaknya bukan karena iman, hal itu tidak mendapatkan penilaian disisi Allah, laksana fatamorgana di gurun pasir. * Hubungan antara akidah dan akhlak ini tercermin dalam pernyataan Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh dari abu Hurairah r.a: Artinnya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: Orang mukmin yang sempurna imannya ialah yang terbaik budi pekertinya. (H.R. AtTirmidzi) Dasar pendid ikan akhlak bagi seoran g muslim adalah aqidah yang benar terhad ap alamdan kehidupan, karena akhlak tersarikan dari akidah dan panca ran dirinya. Oleh karena itu, jika seseorang berakidah dengan benar, niscaya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika akidah salah dan melenceng maka akhlaknya pun tidak akan benar. Akidah seseorang benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinannya terhadap Allah juga lurus dan benar. Karena barang siapa mengetahui Sang Penciptanya dengan benar, niscaya ia akan dengan mudah berperilaku baik sebagaimana perintah Allah. Sehingga ia t i d a k mungkin menjauh atau bahkan meninggalkan p e r i l a k u - p e r i l a k u y a n g t e l a h ditetapkan-Nya. A d a p u n yang dapat menyempurnakan akidah yang benar terhadap Allah adalah berakidah dengan benar terhadap malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya yang diturunkan kepada para Rasul dan percaya k e p a d a R a s u l - r a s u l n y a y a n g mempunyai sifat jujur dan amanah dalam menyampaikan risalah Tuhan Mereka. Keyakinan terhadap Allah, Malaika t, Kitab, dan para Rasul -rasul-Nya berserta syariat yang mereka bawa tidak akan dapat mencapai kesempurnaan kecuali jika disertai dengankeyakinan akan adanya hari Ahkir dan kejadian -kejadian yang menggiringnya sepertihari kebangkitan, pengumpulan, perhitungan amal dan pembalasan bagi yang taat serta yang durhaka dengan masuk surga atau masuk neraka. Di samping itu, akidah yang benar kepada Allah harus diikuti pula dengan akidah atau kepercayaan yang benar terhadap kekuatan jahat dan setan. Merekalah yang mendorong manusia untuk durhaka kepada Tuhannya. Mereka menghiasi manusia dengan kebatilan d a n s y a h w a t . Merekalah yang merusak hubungan baik yang telah
*

Hamzah Jacub, Ethika Islam, Publicita, Jakarta: 1978, hlm. 16

t e r j a l i n d i a n t a r a sesamanya. Demikianlah tugas -tugas setan sesuai dengan yang telah digariskan All ah dalam penciptaannya, agar dia dapat memberikan pahala kepada orang-orang yang tidak mengikuti setan dan menyiksa orang yang menaatinya. Dan semua ini berlaku setelah Allah memperingatkan umat manusia dan mengancam siapa saja yang mematuhi setan tersebut. Pendidikan akhlak yang bersumber dari kaidah yang benar merupakan contoh perilaku y a n g h a r u s d i i k u t i o l e h m a n u s i a . M e r e k a h a r u s m e m p r a k t i k a n n y a d a l a m k e h i d u p a n mereka, karena hanya inilah yang akan mengantarkan mereka mendapatkan ridha Allah dan akan membawa mereka mendapatkan balasan kebaikan dari Allah. Adanya keresahan yang selalu menghiasi kehidupan manusia timbul sebagai akibat dari penyelewengan terhadap akhlak-akhlak yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-N y a . P e n y e l e w e n g a n i n i t i d a k a k a n m u n g k i n t e r j a d i j i k a t i d a k a d a k e s a l a h a n d a l a m berakidah, baik kepada Allah, malikat, rasul, kitab-kitab-Nya maupun hari Akhir. Oleh karena itu, untuk menjaga kebenaran pendidikan akhlak dan agar seseorang selalu dijalan Allah yang lurus, yaitu jalan yang sesuai dengan apa yang telah digariskan-Nya,maka akidah harus dijadikan dasar pendidikan akhlak manusia. ALIRAN ALIRAN Khawarij sekte kelompok atau aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena tidak sepakat terhadap Ali yang menerima arbitrase (tahkim) dalam perang Siffin pada tahun 37 H/648 M dengan kelompok bughat (pemberontakan) Muawwiyah bin Abi Sufyan perihal persengketaan khilafah. Kelompok Khawarij pada mulanya memandang Ali dan pasukannya berada pada pihak yang benar karena Ali merupakan khalifah syah yang telah dibaiat mayoritas umat Islam, sementara Muawwiyah berada di pihak yang salah karena memberontak kepada khalifah yang syah. Lagi pula, berdasarkan estimasi Khawarij, pihal Ali menerima tipu daya licik ajakan damai Muawwiyah, kemenangan yang hampir diraih itu menjadi raib.

Di antara ajaran-ajaran pokok Khawarij adalah : 1. 2. 3. Khilafah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam. Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab. Setiap orang muslim berhak menjadi khalifah apabila telah memenuhi syarat. 4. Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan menjalankan syariat Islam. Ia harus dijatuhkan bahkan dibunuh kalau melakukan kezaliman. 5. Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar dan Utsman) adalah syah, tetapi setelah tahun ketujuh dari masa kekhalifahannya, Utsman r.a dianggap telah menyeleweng. 6. Khalifah Ali juga syah, tetapi setelah terjadi arbitrase, ia dianggap menyeleweng. 7. Muawwiyah dan Amr bin Al-Ash serta Abu Musa Al-Asyari juga dianggap menyeleweng dan telah menjadi kafir. 8. 9. Pasukan Perang Jamal yang melawan Ali juga kafir. Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus dibunuh. Yang sangat anarkis (kacau) lagi, anggapan mereka bahwa seorang muslim tidak lagi muslim (kafir) apabila ia tidak mau membunuh muslim lain yang telah dianggap kafir, dengan resiko ia menanggung beban harus dibunuh pula. 10. Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka. Bila tidak mau bergabung, ia wajib diperangi karena hidup dalam dar alharb (Negara musuh), sedang golongan mereka sendiri dianggap berada dalam dar al-harb Islam (Negara Islam). 11. Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng. 12. Adanya waad dan waid (orang yang baik harus masuk surge, sedangkan yang jahat harus masuk ke dalam neraka). 13. Amar maruf nahi munkar.

1.

Ajaran-ajaran pokok Khawarij

14. Memalingkan ayat-ayat Al-Quran yang Nampak mutasyabihat (samar).

15. Al-Quran adalah makhluk. 16. Manusia bebas memutuskan perbuatannya, bukan dari tuhan. 17. Dan lain-lain. Apabila dianalisis secara mendalam, doktrin yang dikembangkan kaum khawarij dapat dikategorikan dalam tiga kategori: politik, teologi, dan social. Doktrin khawarij mulai dari poin a sampai dengan poin h dapat dikategorikan sebagai doktrin politik sebab membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah kenegaraan, khususnya tentang Kepala Negara (khilafah). Kelompok khawarij menolak untuk dipimpin orang yang dianggap tidak pantas. Lalu, jalan pintas yang ditempuhnya adalah membunuhnya, termasuk orang yang mengusyahakannya jadi khalifah. Dikumandangkanlah sikap bergerilya untuk membunuh mereka Nama murjiah secara etimologi diambil dari kata irja atau arjaa yang bermakna penundaan, penangguhan dan pengharapan. Kata arjaa juga berarti member pengharapan, yakni member pengharapan pada orang yang berdosa besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat Allah. Juga dapat berarti meletakkan di belakang atau mengemudikan, yaitu orang yang mengemudikan amal dari iman. Secara terminologi Murjiah artinya orang yang menunda penjelasan dan kedudukan seseorang yang bersengketa, yakni Ali dan Muawwiyah serta pasukannya masingmasing, ke hari kiamat kelak Pengertian, Persamaan dan Perbedaan Akhlak, Moral, Etika, Susila dan Budi Pekerti A. Pengertian Akhlak, Moral, Etika, Susila, dan Budi Pekerti 1. Pengertian Akhlak Secara Etimologi Akhlak berasal dari bahasa Arab yang terserap ke dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab kata Akhlak ( )merupakan jama dari kata Khuluqun ( )yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Setelah pengertian akhlak dilihat dari segi bahasa (Etimologi) diuraikan di atas, maka selanjutnya pengertian akhlak dilihat dari segi istilah (Terminologi). Para ahli memberikan pengertian akhlak sebagai berikut : 1. Imam Al-Ghazali menerangkan dalam Ihya Ulumuddin bahwa Akhlak itu ialah : : 3. 2.

Artinya : Khuluq (Akhlak) adalah ungkapan dari suatu sifat yang tetap dalam jiwa dan dari padanya timbul perbuatan yang mudah dengan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Ibnu Maskawaih : Artinya : Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan suatu perbuatan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Ahmad Amin :

Artinya : Akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Maksudnya kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak. 4. Ibrahim Anis dalam kitabnya Mujam al-Wasit, Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlak adalah, Artinya : Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macammacam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. 5. Abd al-Hamid Yunus dalam kitabnya Dairat al-Maarif, Abd al-Hamid Yunus mengartikan akhlak secara singkat dengan, Artinya : Sifat-sifat manusia yang terdidik. Dari beberapa pengertian di atas yaitu, Menurut Al-Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan lagi. Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hari. Jadi dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sifat yang ada dalam diri manusia, sifat tersebut mendorong seseorang melakukan suatu perbuatan yang dilakukan dengan mudah/ringan tanpa memikirkannya terlebih dahulu karena sudah menjadi suatu kebiasaannya. 2. Pengertian Moral Secara bahasa Moral berasal dari bahasa Latin mores. Kata mores merupakan bentuk jamak dari mos yang memiliki arti adat kebiasaan, kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Yang dimaksud dengan moral ialah sesuatu yang sesuai dengan ide-ide umum tentang tindakan manusia, yang baik dan wajar, sesuai dengan ukuran

tindakan yang diterima umum meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Dengan demikian, jelaslah persoalanya antara etika dan moral. Salah satu pakar pendidikan Islam, Zakiah Darajat, memberikan pengertian dengan mendefinisikan moral sebagai berikut; Moral adalah kelakuan yang sesuai dengan ukuran (nilai-nilai masyarakat) yang timbul dari hati bukan paksaan dari luar, yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan tersebut. Tindakan tersebut haruslah mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan atau keinginan pribadi. Dari segi istilah, moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk. Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Acuan moral adalah sistem nilai yang hidup dan diberlakukan dalam masyarakat. 3. Pengertian Etika Secara etimologi Etika berasal dari bahasa Latin ethos. Ethos kemudian berubah menjadi etic (dalam bahasa Inggris) dan diserap dalam bahasa Indonesia menjadi Etika. Etika dalam bahasa Yunani diartikan dengan watak, kesusilaan dan adat kebiasaan. Disamping ketiga arti tersebut, ethos dapat diartikan juga dengan sikap, perasaan, dan cara berfikir. Berdasarkan pada paparan diatas, maka secara bahasa etika merupakan, kesusilaan, adat kebiasaan, sikap atau kecenderungan hati yang mendorong seseorang melakukan suatu perbuatan. Sedangkan secara terminologi, pengertian etika sebagai berikut : a. Dalam Ensiklopedi Indonesia, etika diartikan sebagai suatu ilmu yang membahas tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana manusia hidup dalam masyarakat. b. Dalam Encyclopedia Bitanica, etika diberi batasan sebagai berikut : Ethics is the systematic study of the nature of value conceps good, bad, ought, right, wrong, etc. and the general principles justify us in applying them to anything. Artinya : Etika adalah study yang sistematis tentang hal-hal yang berhubungan dengan pengertian baik, buruk, kewajiban, benar, salah dan lain sebagainya, serta prinsip-prinsip umum yang membenarkan manusia dalam mempergunakannya terhadap segala sesuatu. c. De Vos menyatakan bahwa etika adalah ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang kesusilaan. Dari ketiga definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa etika adalah ilmu yang membahas tentang kesusilaan yang meliputi pengertian baik dan buruk, benar dan salah, dan tujuan dari perbuatan manusia serta apa yang seharusnya dikerjakan atau ditinggalkan oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat sejauh yang dapat dicerna akal pikiran.

4.

Pengertian Susila

Dari segi bahasa, berasal dari bahasa Sanskerta, Su artinya baik, amat baik, atau sangat baik, mulia, dan indah dan sila artinya prinsip, dasar, aturan, tingkah laku atau kelakuan. Susila atau kesusilaan diartikan sebagai aturan hidup yang lebih sopan, baik dan beradab. Jadi Susila berarti tingkah laku atau kelakuan yang baik atau mulia yang harus menjadi pedoman hidup manusia. Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai individu manusia mempunyai kemauan dan kehendak yang mendorong ia berbuat baik dan bertindak. Berbuat yang baik (Susila) yang selaras dengan ajaran agama atau dharma adalah cermin dari manusia yang Susila. Manusia Susila adalah manusia yang memiliki budhi pekerti tinggi yang bisa diterima oleh lingkungan di mana orang itu berada. 5. Pengertian Budi Pekerti Perkataan budi pekerti berasal dari kata Budi dan Pekerti. Kata budi berasal dari bahasa Sanskerta Budh yang berarti sadar. Pekerti berasal dari bahasa Indonesia yang mempunyai arti kelakuan yang disadari. Rahmat Djatnika mengatakan bahwa budi pekerti mengandung pengertian bahwa: budi adalah sesuatu yang berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh pemikiran yang disebut karakter. Sedangkan Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh perasaan hati yang disebut behavior. Jadi budi pekerti merupakan hasil perpaduan antara pikiran/akal dan rasa yang diwujudkan pada karsa dan tingkah laku manusia. Secara etimologis, istilah budi pekerti, atau dalam bahasa Jawa disebut budi pakerti, dimaknai sebagai budi berarti pikir, dan pakerti berarti perbuatan. Berangkat dari kedua makna kata budi dan pakerti tersebut, Ki Sugeng Subagya (Februari 2010) mengartikan istilah budi pakerti sebagai perbuatan yang dibimbing oleh pikiran; perbuatan yang merupakan realisasi dari isi pikiran; atau perbuatan yang dikendalikan oleh pikiran. B. Persamaan Akhlak, Moral, Etika, Susila, dan Budi Pekerti Ada beberapa persamaan antara akhlak, etika, moral, susila dan budi pekerti yang dapat dipaparkan sebagai berikut: 1. Akhlak, etika, moral dan susila mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangkai yang baik. Terletak pada objek yang akan dikaji, dimana sama-sama membahas tentang baik buruknya tingkah laku dan perbuatan manusia. 2. Akhlak, etika, moral dan susila merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat dan harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah kualitas akhlak, etika, moral, susila dan budi pekerti seseorang atau sekelompok orang, maka semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya. 3. Akhlak, etika, moral, susila dan budi pekerti seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan konstan, tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang. Untuk

pengembangan dan aktualisasi potensi positif tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara tersu menerus, berkesinambangan, dengan tingkat keajegan dan konsistensi yang tinggi. 4. Persamaan akhlak, etika, moral, susila dan budi pekerti terletak pada fungsi dan peran, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan manusia untuk ditetapkan baik atau buruk. 5. Akhlak, etika, moral, susila dan budi pekerti sama-sama bertujuan untuk membentuk kepribadian manusia. C. Perbedaan Akhlak, Moral, Etika, Susila, dan Budi Pekerti Selain ada persamaan antara akhlak, etika, moral, susila dan budi pekerti sebagaimana diuraikan di atas terdapat pula beberapa segi perbedaan yang menjadi ciri khas masing-masing dari kelima istilah tersebut. Berikut ini adalah uraian mengenai segi-segi perbedaan yang dimaksud: 1. Sumber, acuan atau landasan a. Akhlak bersumber dari ajaran Islam yaitu Al-Quran dan Sunnah (hadits), standar baik atau buruknya tingkah laku manusia/ perbuatan manusia adalah Al-Quran dan Hadits. b. Moral berdasarkan adat istiadat/ Kebudayaan atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu. c. Etika merupakan filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-nilai, dan kesusilaan tentang baik dan buruk. Jadi, etika bersumber dari pemikiran yang mendalam dan renungan filosofis, yang pada intinya bersumber dari akal sehat dan hati nurani. d. Susila bersumber dari Nilainilai yang berkembang dan dipandang baik oleh masyarakat. e. Budi Pekerti bersumber dari pemikiran/rasio dan adat kebiasaan atau nilainilai yang berkmbang di masyarakat. 2. Sifat Pemikiran: a. Akhlak bersifat mutlak. b. Etika bersifat teoritis c. Moral bersifat praktis d. Susila bersifat praktis e. Budi Pekerti bersifat praktis 3. Pelaksanaannya dan pandangan mengenai tingkah laku a. Akhlak bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima oleh seluruh umat manusia di segala waktu dan tempat. b. Etika besifat temporal, sangat tergantung kepada aliran filosofis yang menjadi pilihan orang-orang yang menganutnya. Etika memandang tingka laku manusia secara umum. c. Moral, Susila dan Budi Pekerti bersifat lokal dan temporal dan memandang tingkah laku manusia secara lokal atau khusus.

d. Etika Secara bahasa etika berasal dari bahasa Yunani; ethos; yang berarti adat istiadat ( kebiasaan ), kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan.

Menurut istilah etika adalah ilmu yang menjelaskan baik dan buruk dan menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat. Dapat disimpulkan bahwa etika adalah ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang kesusilaan yang meliputi pengertian baik dan buruk, benar dan salah, dan tujuan dari perbuatan manusia serta apa yang seharusnya dikerjakan atau ditinggalkan oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

e.

Moral

Dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan

bahwa moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Dari segi istilah, moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk. Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai

M. Yatim Abdullah, Pengantar Etudi Etika, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta: 2006, Hal.4 Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, Rajawali Pers, Jakarta : 1992, Hal. 8

(ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Acuan moral adalah system nilai yang hidup dan diberlakukan dalam masyarakat. f. Budi Pekerti

Pada dasarnya kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing, mengarahkan, memandu, membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat juga menggambarkan orang yang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik. Ini sama halnya dengan moral.

Perkataan budi pekerti berasal dari kata budi dan pekerti. Kata budi berasal dari bahasa Sansekerta budh yang berari sadar. Pekerti berasal dari bahasa Indonesia yang mempunyai arti kelakuan yang disadari.

Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa istilah moral, budi pekerti, akhlak, sopan santun, kesusilaan dan lain sebagainya umumnya digunakan dalam Dengan demikian dapat dikatakan bahwa budi pekerti pada umumnya pengertian yang bersifat praktis. Sedangkan istilah ilmu akhlak dan etika lebih banyak digunakan dalam ilmiah dan teoritis digunakan untuk menunjukan kepada suatu pengertian yang bersifat praktis dalam Perbedaan antara etika, moral, budi pekerti dan susila dengan akhlak adalah kehidupan sehari-hari terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika g. Susila dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral

Dari segi bahasa, berasal dari bahasa Sanskerta, Su: artinya baik, dan sila: dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada artinya prinsip, dasar, atau aturan. Susila atau kesusilaan diartikan sebagai aturan akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalah al-Quran hidup yang lebih sopan,baik dan beradab. dan al-hadis.

Kesusilaan merupakan upaya membimbing, memasyarakatkan hidup yang A. Akhlak Mahmudah (Akhlak Terfuji) sesuai dengan norma/nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Kesusilaan
**

menggambarkan dimana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.

Konsep Akhlak menurut Al-Ghazali adalah sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang, darinya lahir perbuatan yang mudah tanpa pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Akhlak meliputi jangkauan yang sangat luas dalam segala aspek kehidupan. Akhlak meliputi hubungan hamba dengan Tuhannya (vertikal) dalam bentuk ritual keagamaan dan berbentuk pergaulan sesama manusia (horizontal) dan juga sifat serta sikap yang terpantul terhadap semua makhluk (alam semesta).
1

Kesusilaan dalam pengertian yang berkembang di masyarakat mengacu kepada makna membimbing, memandu, mengarahkan, dan membiasakan seseorang atau sekelompok orang untuk hidup sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Rahmat Djamika. Sistem Etika Islam, Surabaya : Pustaka Ilmu, 1985, Hal. Abbudin Nata, Akhlak Tasawuf. PT RajaGrafindo Persada,Jakarta :
1.

25
**

2000. hlm.96.

M. Yatimin Abdullah. 2006. Pengantar Study Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal 103

Secara garis besar akhlak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: akhlak mahmudah (akhlak yang terfuji) dan akhlak mazmumah (akhlak tercelah). a. Pengertian Akhlak Mahmudah B. Implementasi dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu berakhlak mahmudah. Allah sangat menyukai hambanya yang mempunyai akhlak mahmudah. Akhlak mahmudah yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kebaikan C. a. Akhlak Mazmumah (Akhlak Tercelah) Pengertian Akhlak Mazmumah Akhlak (perilaku) tercela adalah semua sikap dan perbuatan yang timbul dari diri seseorang yang mengandung kerusakan mendatangkan kerugian baik bagi pelakunya ataupun orang lain. (aib) dan akan
10 2

baik bagi dirinya sendiri maupun bagi kemaslahatan ummat.

Ahmad Kusairi. 2006. Aqidah Akhlak. Bandung: Garfindo Media Pratama.

Hal. 222
10

Abdullah, Op.Cit,,

You might also like